Minggu, 13 April 2014

Landing Platform Dock TNI AL: Peran dari Kapal Markas Hingga Rumah Sakit

KRI Banda Aceh 593
KRI Banda Aceh 593

Bisa dikatakan, jenis kapal LPD (Landing Platform Dock) adalah klasifikasi arsenal laut baru di lingkungan TNI AL, khususnya di pada Satuan Kapal Amfibi (Satfib). Sebelum kapal jenis ini hadir, semua tugas dan kegiatan yang berhubungan dengan operasi laut ke darat dilakukan dengan bantuan kapal jenis LST (Landing Ship Tank), seperti LST Kelas Teluk Semangka yang buatan Korea Selatan dan LST kelas Frocsh buatan Jerman Timur. Pastinya bukan tanpa alasan TNI AL untuk mengadopsi LPD.
Dengan dimensi yang lebih besar dan teknologi lebih maju, LPD mampu melaksanakan tugas seperti layaknya LST, dengan deck yang besar, jumlah helikopter yang dibawa juga lebih banyak. Bahkan dengan embel-embel kata dock, menyiratkan bahwa kapal ini punya dock khusus untuk bersandarnya kapal pengangkut sekelas LCU dan rantis maupun ranpur amfibi. Bahkan dalam kondisi tertentu kapal bisa dialihfungsikan untuk melakukan tugas-tugas lain, seperti kapal rumah sakit atau kapal komando (kapal markas).
Proses pembangunan LPD di galangan PT PAL
Proses pembangunan LPD di galangan PT PAL
KRI Surabaya 591
KRI Surabaya 591
Selain dapat membawa 400 pasukan, LPD dapat membawa 1.500 pemudik bermotor dalam musim Lebaran.
Selain dapat membawa 400 pasukan, LPD dapat membawa 1.500 pemudik bermotor dalam musim Lebaran. Dalam kondisi darurat, LPD dapat membawa hingga 3.000 penumpang.

Menjawab kebutuhan TNI AL tersebut, pemerintah membeli LPD dari Daesun Shipbuilding dan Daewoo International Corporation, Korea Selatan. Secara resmi kontrak pembangunan LPD diteken pada bulan Maret 2005. Pihak Korea Selatan juga member kesempatan alih teknologi (ToT) dalam pembuatan LPD. Caranya dengan membagi dual lokasi pembuatan kapal. Dua kapal pertama, yakni KRI Makassar 590 dan KRI Surabaya 591 dibuat di galangan kapal Busan, Korea Selatan. Baru kemudian, KRI Banjarmasin 592 dan KRI Banda Aceh 593 dibuat oleh PT PAL di Surabaya.
Secara garis besar, kemampuan angkut LPD buatan PT PAL tak banyak berubah dibandingkan dengan dua kapal hasil garapan Korea Selatan. Lebih mengenal seputaran LPD yang punya bobot 10.932 ton dan panjang 122 meter, pada ruang belakang di bawah dek hekilopter terdapat dockwell, inilah yang menjadi identitas LPD. Fasilitas mirip dock terapung ini berfungsi untuk lalu lalang kapal pendarat LCU (Landing Craft Utility). Ada dua LCU yang dapat dibawa. Nah, untuk akses keluar masuk LCU menggunakan pintu palka yang terletak di bagian buritan (stern ramp) LPD.
Side ramp, lewat pintu inilah jalur masuk ranpur dan rantis masuk ke lambung kapal.
Side ramp, lewat pintu inilah jalur masuk ranpur dan rantis masuk ke lambung kapal.
Stern ramp, jalur operasi LCU dan hovercraft meluncur dari kapal.
Stern ramp, jalur operasi LCU dan hovercraft meluncur dari kapal.
KAPA K-61 tengah bersiap meluncur dari dockwell.
KAPA K-61 tengah bersiap meluncur dari dockwell.
Tampilan piring pemutar ranpur.
Tampilan piring pemutar ranpur.

Masih bicara tentang kemudahan akses. Pada sisi samping lambung kapal juga terdapat pintu palka (side ramp). Pintu ini bisa digunakan untuk bongkar muat berbagai macam jenis barang maupun kendaraan ringan dan berat. Tercatat satu LPD dapat menampung 22 unit ranpur lapis baja, plus 13 kendaraan tempur taktis. Guna memudahkan manuver kendaraan tempur, khususnya untuk memutar arah di dalam lambung kapal, terdapat piring pemutar di ruang penyimpanan. Piring pemutar umumnya juga terdapat di LST.
Khusus untuk dua LPD yang dibuat oleh PT PAL, punya deck helikopter yang lebih besar, alhasil dapat menampung 3 helikopter sekelas NBell-412. Sementara dua LPD yang dibuat di Korea Selatan deck-nya hanya mampu menampung dua heli. Take off dan landing helikopter dikendalikan lewat heli control room. Dua LPD yang dibuat PT PAL tampilan bagian depannya juga sedikit beda, dimana super structure sudah dibuat bersudut untuk menekan pantulan sinyal radar lawan.
Deretan truk unimog di dalam LPD.
Deretan truk unimog di dalam LPD.
Hovercraft pun dapat masuk ke dalam LPD.
Hovercraft pun dapat masuk ke dalam LPD.

Persenjataan
Sementara dalam urusan persenjataan, LPD umumnya hanya dibekali empat kanon Rheinmetall kaliber 20 mm. Dua ditempatkan di geladak D dan dua lainnya di geladak E. Pada KRI Dr. Soeharso 990 (kapal bantu rumah sakit) yang dahulunya bernama KRI Tanjung Dalpele 972, pada sisi haluan dibekali meriam Bofors 40/L70 mm. Senjata lain yang ada, yaitu 2 SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7 mm.
Untuk urusan senjata utama, bila berpatokan pada keinginan TNI AL, ada masukan bila nantinya pada senjata bagian depan dapat dipasangi meriam kaliber 100 mm buatan Rusia. Peruntukannya sudah jelas, dengan kaliber yang lumayan besar maka meriam dari LPD dapat digunakan untuk melakukan bantuan tembakan kapal dalam serbuan operasi amfibi. Namun, kalau menyimak tradisi yang sudah ada sekaligus juga mempertimbangkan optimalisasi logitik, besar kemungkinan yang digunakan tetap Bofors 40 mm atau meriam reaksi cepat Bofors 57 mm yang menjadi senjata utama di kapal cepat FPB-57.
Bofors 40mm/L70
Bofors 40mm/L70
SMB (senapan mesin berat) Browning M2HB
SMB (senapan mesin berat) Browning M2HB

Beragam persenjataan diatas hanya untuk pertahanan permukaan dan udara secara terbatas. Jika kapal ini harus beroperasi sendiri, persenjataan tersebut jelas kurang memadai. Namun dalam skenario operasi amfibi, keamanan LPD praktis dijamin oleh Satuan kapal Eskorta. Dalam adopsi persenjataan kedepan, sangat mungkin rudal anti serangan udara Mistral dengan peluncur Simbad dipasang pada geladak LPD.
Singapura Juga Punya LPD
Rasanya cukup bangga juga melihat TNI AL mempunya jenis kapal ini, wilayah luasnya Nusantara dengan taburan ribuan pulau, menjadikan operasional LPD dipandang sangat ideal. Di dunia pun, tak sembarang kekuatan laut yang mengoperasikan LPD, diantaranyaada  AL AS, Cina, Perancis, India, Italia, Belanda, Jepang, Spanyol, dan Inggris. Bila diamati, beberapa negara diatas termasuk yang punya ekspansi militer level global. Pastinya dukungan LPD sangat diperlukan untuk menunjang misi militer dibelahan dunia lainnya. Sedikit menyinggung operasi militer dibelahan dunia lainnya, TNI AL pun sudah merasakan andil besar LPD dalam operasi pembebasan MV Sinar Kudus dari tangan bajak laut Somalia pada Maret 2011. Saat itu, KRI Banjarmasin membawa satu heli NBell-412, tujuh boat Sea Rider, lima tank BMP-3F, empat howitzer LG-1 MK II, dan 18 perahu karet.
Super Puma diatas deck RSS Endurance
Super Puma diatas deck RSS Endurance
Dilengkapi front ramp, layaknya jenis kapal LST.
Dilengkapi front ramp, layaknya jenis kapal LST.
rss-endurance-line1
Di Asia Tenggara, populasi LPD tidak banyak, dan jangan dikira hanya Indonesia yang punya. Meski kederangan agak aneh, Singapura dengan luas wilayah daratan hanya sebesar DKI Jakarta, ternyata juga mengoperasikan LPD dari kelas Endurance. Bila LPD TNI AL digarap atas lisensi dari Korea Selatan. Maka LPD Endurance milik Singapura dirancang dan dibangun secara lokal oleh ST (Singapore Technologies) Marine. Total ada 4 jenis LPD milik AL Singapura, yaitu RSS Endurance, RSS Resolution, RSS Pesistence dan RSS Endeavour.
Dari segi bobot, LPD Singapura punya bobot 6.000 ton dengan panjang 141 meter. Dari segi persenjataan, Endurance bisa dibilang LPD di dunia yang paling kokoh persenjataannya, dibuktikan dengan adopsi meriam reaksi cepat OTO Melara 76 mm, rudal Mistral, dan kanon CIWS (close in weapon system) M242 Bushmaster kaliber 25 mm. Selain dioperasikan oleh AL Singapura, LPD kelas Endurance juga di ekspor untuk AL Thailand, yakni HTMS Angthong yang resmi diluncurkan pada 2011 lalu. Meski tak dibekali side ramp, tapi LPD buatan Singapura punya kelebihan yang tak dimiliki oleh LPD Indonesia, yaitu adanya front bow ramp, yakni pintu palka di bagian haluan, mirip yang terdapat di LST (Landing Ship Tank).
Super Rapid Gun OTO Melara 76 mm
Super Rapid Gun OTO Melara 76 mm di RSS Endurance.
CIWS M242 Bushmaster 25mm sebagai penangkis serangan udara.
CIWS M242 Bushmaster 25mm sebagai penangkis serangan udara.

Dalam hal senioritas penggunaan LPD, Singapura harus diakui jauh lebih dulu dari Indonesia. Tercatat RSS Endurance resmi meluncur pada tahun 2000. Beberapa keterlibatan LPD Singapura diantara dalam misi PBB di Timor Timur dan operasi bantuan kemanusiaan pasca Tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam. (Gilang Perdana)

Bushmaster Kopassus

Kopasus bersama Rantis Bushmaster
Kopasus bersama Rantis Bushmaster

Thales Australia telah menjual kendaraan tempur Bushmaster 4×4 ke Indonesia dan Jepang. Penjualan ini sekaligus menandai penjualan pertama Bushmaster 4×4 ke negara Asia.
Menurut IHS Jane, tiga varian bushmaster telah dikirim ke Indonesia, untuk Kopassus pada bulan Februari 2014. Informasi ini diperoleh IHS Jane dari Kementerian Pertahanan Australia pada April 2014. Kontraknya telah dilakukan pada akhir tahun 2013.
Penjualan ke Pasukan Bela diri Jepang diumumkan 7 April 2014, meliputi empat unit dengan model yang sama, dengan rencana pengiriman di akhir tahun 2014. Hal ini disampaikan Thales Australia.
Bushmaster di Lanud Halim Perdanakusuma
Bushmaster di Lanud Halim Perdanakusuma

Kementerian Pertahanan Jepang menyatakan pembelian 4 Bushmaster untuk menyediakan alat evakuasi darat bagi aktivitas pasukan Jepang di luar negeri, seperti Kasus Penyanderaan Amenas di Aljazair tahun 2013, yang menyebabkan 10 warga Jepang tewas. Pembelian ini untuk menutup gap/celah terkait peraturan hukum militer Pasukan Jepang, agar diijinkan melakukan operasi di luar negeri.
Kementerian Pertahanan Jepang menyatakan, keempat Busmaster itu menelan dana 200 juta Yen atau 1,9 juta USD per kendaraan. “Kendaraan ini difokuskan sebagai transportasi di luar negeri dalam hal darurat, baik karena bencana atau perbuatan manusia. Tidak ada lagi pembeli lanjutan”, ujar staf Kementerian Pertahanan Jepang.
Rantis Bushmaster yang dilengkapi Remote Weapon System (RWS)
Rantis Bushmaster yang dilengkapi Remote Weapon System (RWS)

Kontrak dengan Indonesia sebesar 2,7 juta AUD atau 2,5 juta USD, sementara nilai kontrak Jepang 3,6 juta AUD, meliputi training, pemeliharaan dan perbaikan. Kesepakatan dengan Indonesia bersifat G to G yang diawasi Australia Military Sales Office, adapun  Jepang bersifat kontrak komersial.
Sebelum kedatangan Bushmaster ke Indonesia,  pada akhir tahun 2013, dilakukan latihan Bushmaster’ Protected Mobility Vehicle (PMV) untuk 25 orang pengendali dan teknisi dari KOPASSUS dan Korps Perlengkapan TNI-AD, bertempat di Mako Kopassus Cipatat dan PMPP, Sentul, Bogor.
Sampai saat ini Departemen Pertahanan Australia telah memesan dan menerima 1052 Bushmaster dan mengekspor-nya termasuk 85 unit untuk tentara Belanda, 24 untuk Angkatan Darat Inggris, dan 12 unit untuk Angkatan Pertahanan Jamaika pada bulan Desember 2013. (IHS Janes).

Sabtu, 12 April 2014

Korps Hiu Kencana dan Midget

hiu-kencana
Tulisan ini digolongkan dalam 3 bagian besar, yaitu:
 
1. Pertarungan midget pada perang dunia kedua,
Merupakan penjelasan sejarah tentang peranan strategis yang diemban midget.
 
2. Kemampuan manuver Korps Hiu Kencana
Berisi cuplikan penuturan langsung dari perwira pengawak Korps Hiu Kencana atas pengalaman yang mereka dapat selama bertugas

3. Potensi pengembangan midget nasional
Sekelumit gambaran besar potensi alih teknologi yang diperlukan dalam pengembangan midget nasional

Bismillah…

Pertarungan midget pada perang dunia kedua
Selama perang dunia kedua, Inggris, Italia, Jerman dan Jepang memiliki kapal selam midget, sementara Amerika, Rusia dan Cina tidak.

Kapal Selam Midget Inggris – Angkatan Laut Inggris, Royal Navy
X craft dan merupakan nama yang disandang untuk tipe midget yang diproduksi Inggris.Angkatan Laut Kerajaan Inggris memiliki 2 kelas utama kapal selam midget, ‘X – Class dan XE – Class’.X – Class dibuat pada tahun 1943 – 1944, akhirnya digantikan dengan XE – Class. 20 unit dari X – Class telah dibuat, dan setidaknya 12 unit untuk XE – Class.Wahana ini dibuat untuk menyerang kapal perang yang berlabuh dalam pelabuhan yang dilindungi.Midget ini ditarik hingga mendekati target, biasanya oleh kapal selam, kemudian dilepaskan untuk selanjutnya melakukan misinya.
Terdapat pula beberapa jenis kapal selam midget yang tidak sukses, seperti kapal selam midget Sleeping Beauty dan Welman

Midget Inggris 1 – MidgetX – Class
Penugasan pertama atas kapal selam midget X – Class adalah pada Operasi ‘Source’ di bulan September 1943, sebuah upaya untuk melumpuhkan kapal-kapal perang kelas berat Jerman yang berpangkalan di Utara Norwegia. Enam unit kapal selam mini dilibatkan, tapi hanya 2 unit yang berhasil menebar bom laut (di bawah kapal tempur ‘Tirpitz’).Sisanya tenggelam, ditenggelamkan atau kembali ke pangkalan.Kapal tempur ‘Tirpitz’ rusak parah dan tidak dapat operasional hingga April 1944.
Pada tanggal 15 April 1944, HMS X24 menyerang dok terapung ‘Laksevag’ di Bergen.Awalnya X22 yang ditugasi untuk serangan ini, tapi dalam latihan tertabrak dan tenggelam berikut kru pengawak. X24 kemudian melakukan penyusupan dan berhasil keluar dengan selamat, tapi bom laut dipasang dibagian bawah kapal dagang 7.500 ton ‘Barenfels’ yang kemudian tenggelam, sementara dok kering itu sendiri hanya mengalami kerusakan kecil. Pada tanggal 11 September 1944, operasi ini diulangi oleh kapal midget X24, dengan kru pengawak yang baru, kali ini dok kering tersebut dapat ditenggelamkan.
Gambar  :  midget X – Class, Royal Navy
Gambar : midget X – Class, Royal Navy

Kapal selam midget X – Class terlibat dalam persiapan operasi Overlord (operasi pendaratan sekutu di pantai Normandia).Operasi ‘Postage Able’ dirancang untuk mengamati kondisi pantai pendaratan, melibatkan HMS X20 selama 4 hari di pantai Perancis. Pengitaian periskop atas garis pantai dan pembunyian echo dilakukan di siang hari. Pada tiap malamnya, X20 akan mendekati pantai dan 2 penyelam akan berenang ke tepian. Contoh tanah dikumpulkan dalam kondom. Para penyelam ke tepian pada 2 malam berikutnya untuk mengamati pantai di Vierville-sur-Mer, Moullins St. Lauret dan Colleville-sur-Mer yang kemudian menjadi Pantai Omaha (lokasi pendaratan tentara Amerika)

Midget Inggris 2 – Midget XE – Class
Operasi ‘Sabre’ dan Operasi ‘Foil’, dilaksanakan pada bulan Juli 1945, ditujukan untuk memotong kabel telepon bawah laut Jepang yang menghubungkan Singapura, Saigon, Hongkong dan Tokyo. Maksud dari operasi ini adalah memaksa Jepang agar menggunakan radio sehingga sekutu dapat melakukan pencegatan atas lalu lintas pesan yang dilakukan Jepang.
Operasi ‘Struggle’, pada bulan Agustus 1945, HMS XE1 dan HMS XE3 melaksanakan serangan bersama atas kapal perang Jepang yang berada di pelabuhan Singapura. XE3 ditugaskan untuk memasang ranjau laut pada penjelajah berat ‘Takao’, sementara XE1 ditugaskan untuk menyerang penjelajah berat ‘Myoko’
Penyusuran yang dilakukan XE3 atas Selat Johor dan penerobosan atas berbagai pertahanan pelabuhan menghabiskan waktu 11 jam ditambah 2 jam berikutnya untuk proses identifikasi target yang sudah dikamuflase Jepang. Walaupun sebenarnya terdapat beberapa peluang bagi personel Jepang untuk memergoki kapal selam midget ini, XE3 berhasil mencapai ‘Takao’ dan berhasil memasang ranjau magnet, limpet mines dan melepaskan ranjau 2 ton yang dibawanya, side charges. Proses gerak mundur berlangsung lancar dan XE3 berhasil menjalin komunikasi kembali dengan HMS Stygian, sebagai kapal selam pelindung. Sementara itu kru XE1 gagal menemukan target mereka.Malahan, walaupun mengetahui bahwa ranjau yang telah dipasang dapat meledak sewaktu-waktu, XE1 juga ikut memasang ranjau yang mereka bawa di bawah ‘Takao’.XE1 berhasil kembali dengan selamat.
Penjelajah berat ‘Takao’ mengalami kerusakan parah dan tidak pernah dapat berlayar kembali.

Kapal Selam Midget Italia – Angkatan Laut Italia, Regia Marina
Italia memiliki 16 kapal selam midget dalam masa berlangsunya perang dunia kedua. Terdapat dua kelas, CA – Class dan CB – Class.
Italia juga memiliki beberapa desain kapal selam mini yang tidak menorehkan prestasi.

Midget Italia 1 – Midget CA – Class
Pada tahun 1942, setelah Amerika berpartisipasi dalam peperangan, Junio Valerio Borghese, komandan ‘Decima MAS’, unit khusus Angkatan Laut Italia, merancang rencana untuk menyerang pelabuhan New York dengan mempergunakan kapal selam midget tipe CA dan melibatkan pasukan katak. Kapal selam midget akan dikirim menyeberangi lautan Atlantik dengan diusung di atas dek sebuah kapal selam yang lebih besar. Kapal selam Leonardo da Vinci dipilih untuk misi ini dan kemudian dimodifikasi di pangkalan Italia di Bordeaux. Midget CA2 diangkut memakai kereta api dari Italia dan ujicoba dilakukan dekat dengan La Pallice, dibawah pengawasan Borghese sendiri di penghujung 1942. Akan tetapi kapal selam Leonardo Da Vinci karam pada bulan Mei 1943 sebelum operasi dapat dilakukan. Tidak ada kapal selam pengganti yang dapat menggantikan posisi ini dana kemudian perjanjian gencatan senjata membuat rencana ini dihentikan.
Gambar  :  midget CA – Class, Regia Marina
Gambar : midget CA – Class, Regia Marina

Midget Italia 2 – Midget CB – Class
Kapal selam midget ini dirancang sebagai unit pertahanan pantai, ditenagai propulsi diesel elektrik.Dilengkapi dengan ‘conning tower’ untuk membantu navigasi. Persenjataan terdiri dari dua buah torpedo yang dimuat eksternal hingga dapat dimuat tanpa perlu memindahkan kapal selam midget dari air.
Tujuh puluh dua kapal dipesan ke Caproni of Milan, tapi hanya 22 yang berhasil masuk lini produksi.12 unit dapat diselesaikan sebelum gencatan senjata dan 9 sesudahnya. 6 kapal dipindahkan ke Laut Hitam berdasarkan permintaan bantuan yang secara spesifik ditujukan kepada Admiral Riccardi, Regia Marina (Angkatan Laut Italia) oleh Admiral Raeder, Kriegsmarine (Angkatan Laut Jerman) pada 14 Januari 1942.
Italia kemudian mengirimkan 4 MAS (berbobot 24 ton), 6 CB – Class (35 ton midget submarine), 5 kapal motor torpedo, dan 5 punts (kapal kamikaze Italia).
Gambar  :  midget CB – Class, Regia Marina
Gambar : midget CB – Class, Regia Marina

Unit ini dibentuk untuk melawan armada Soviet yang menakutkan di Laut Hitam, armada Soviet terdiri dari sebuah kapal tempur (Pariskaja Kommuna), 4 penjelajah berat (diataranya Molotov, yang dirancang berdasarkan proyek Italia sebelum perang), sekitar 10 destroyer (beberapa diantaranya kelas berat dari Kharkov – Class) armada ini dipimpin oleh Tasken, sekitar 29 kapal selam tonnase kecil dan menengah dan banyak sekali kapal patrol dan unit-unit transport.
Masalah besar pertama yang dihadapi Italia dalam memenuhi permintaan Jerman adalah cara menyebarkan unit-unit ini di Laut Hitam. Logikanya, solusi yang masuk akal adalah lewat transportasi darat, semenjak Selat Dardanelli, Turki ditutup berdasarkan konvensi internasional dari kegiatan lalu lintas militer. Dalam upaya memecahkan masalah ini Pimpinan Angkatan Laut Italia membuktikan diri dan imajinasi dengan mempersiapakan dalam waktu singkat sebuah iring-iringan pasukan (column) yang terdiri dari 28 kendaraan bermotor, 3 traktor, 9 truk, tanki bahan bakar dan kereta gandeng (trailers). Iring-iringan panjang kendaraan ini meninggalkan pangkalan La Spezia pada tanggal 25 April dan berhasil melewati banyak sekali rintangan dan kesulitan (para pengemudi dan insinyur dalam beberapa kejadian, harus meledakkan bangunan-bangunan di sepanjang perjalanan agar kendaraan-kendaraan ‘bagong’ ini dapat lewat), iring-iringan ini berhasil mencapai Wien, dimana kemudian kapal-kapal ini diluncurkan di perairan Danube. Dari titik ini mereka mencapai pelabuhan Constanza, Rumania pada 2 Mei, semua unit Italia ini akhirnya mencapai pelabuhan Yalta, yang kemudian yang kemudian menjadi pangkalan operasi mereka
Dari Mei 1942 hingga Mei 1943, unit-unit Italia melaksanakan aktifitas intense dan secara gemilang, berhasil menenggelamkan kapal-kapal milik Rusia yang pada akhirnya menimbulkan penghargaan dan pengkauan untuk unit-unit Italia dari sekutu Jerman mereka dan bahkan dari musuhnya, Rusia
Pada tanggal 11 dan 13 Juni 1942, kapal MAS men-terpedo dan menenggelamkan sebuah kapal uap dengan bobot 5.000 ton dan kapal transport berbobot 10.000 ton (rusak parah, kemudian ditenggelamkan oleh pesawat Junker 87 Jerman). Dipecah dalam beberapa kelompok, dengan tujuan taktis dan keamanan, diantara pangkalan Yalta dan Feodosia, unit-unit Italia harus menghadapi serangan udara yang intense dari musuh mereka, Rusia di daerah itu memiliki lebih dari 700 pesawat, terdiri dari pesawat tempur, pembom dan pesawat intai. Dikarenakan tidak dapat mengandalkan perlindungan udara yang cukup (Pihak Jerman, yang sedang terfokus dalam upaya untuk menaklukkan sistim pertahanan Sevastopol dan Balaclava dan front Mariupol, Rostov, Krasnodar, hampir tidak pernah memberikan pengawalan udara bagi kapal-kapal Italia), MAS dan kapal selam midget harus menelan kekalahan dan kerugian. Diwaktu fajar tanggal 13 Juni, sekelompok pesawat tempur Sovyet dan pesawat tempur-pembom Yak dan Ilijushin, dibantu oleh selusinan kapal-kapal torpedo, menyerang pelabuhan Yalta dan menyebabkan tenggelamnya kapal selam yang dikomandani Letnan Muda, Sottotenente di Vascello Farolfi. Tapi kerugian ini setidaknya dapat dikompensasikan atas dua kemenangan gemilang.
Akhirnya, pada tanggal 15 dan 18 Juni, dalam sebuah operasi malam hari, kapal selam midget CB – Class nomor 2 dan 3 berhasil men-terpedo dan menenggelamkan kapal-kapal selam Sovyet S32 dan SHCH 306 (dengan bobot displacement sekitar 1.070 dan 105 ton), yang sedang berlayar di permukaan.
Unit terakhir dari kru Italia yang melanjutkan operasi di Laut Hitam adalah kapal-kapal selam midget pertahanan pantai CB – Class, dimana, berpangkalan Sevastopol yang baru, berhasil melaksanakan 21 misi, dari Juni hingga Agustus 1943; diantara unit-unit ini hanya satu (dalam rentang 25 hingga 26 Agustus) menghasilkan pencapaian yang positif : CB yang dipimpin oleh Letnan, Tenente di Vascello Armando Sibille berhasil men-terpedo dan menenggelamkan sebuah kapal selam Rusia dari kelas yang tidak dapat didefiniskan. Setelah ini, kapal selam terakhir ditarik dari kancah peperangan dan disimpan di pelabuhan Constanza, Rumania, dimana pada Agustus 1944 kapal-kapal ini direbut pihak Rusia

Midget Jepang pada perang dunia II – Angkatan Laut Kekaisaran Jepang, Nippon Kaigun
Jepang memiliki armada kapal selam terbesar di wilayah Pasifik jika sementara Jerman merupakan pemilik armada kapal selam terbesar di dunia
Angkatan Laut Jepang juga berhasil membuat kapal selam midget dengan kecepatan tertinggi dibandingkan dengan kapal selam midget yang diproduksi oleh negara-negara lain. Mereka mengerahkan 78 kapal selam midget yang mampu melaju dengan kecepatan 18,5 hingga 19 knots ketika menyelam, dan juga membangun 110 kapal selam midget lainnya yang memiliki kecepatan 16 knots. Kapal selam midget buatan Jepang ini merupakan yang tercepat pada saat itu. Setidaknya kecepatan standar mereka rata-rata di atas 10 knot.
Kapal selam midget Jepang diklasifikasikan dalam 1 kelas utama, Ko–hyoteki – Class. Klasifikasi utama ini dibagi dalam3 tipe, A, C dan D
Jepang mulai membuat kapal selam midget secara rahasia di tahun 1930-an. Kapal-kapal selam ini dirancang untuk dioperasikan secara rahasia.Kapal selam midget ini diangkut di dek belakang dari kapal selam yang lebih besar dari I – Class yang telah terlebih dahulu mengalami penyesuaian. Ketika kapal selam midget mendekat tujuan akhir, maka kapal selam midget ini akan dilepas dalam posisi menyelam.
Kapal-kapal selam mini Jepang sebenarnya diperuntukkan sebagai tokkotai (kependekan dari tokubetsu kogekitai, yang bermakna unit serang khusus, mungkin di Indonesia lebih familiar dengan istilah pasukan berani mati).
Walaupun kapal selam induk yang meluncurkan midget akan berusaha untuk bertemu kembali dengan kapal selam midget sesudah serangan dilakukan, namun kru pengawak kapal selam midget menyadari bahwa kecil sekali kemungkinan mereka akan kembali dengan selamat hingga mereka kemudian menuliskan surat terakhir kepada anggota keluarganya, dan terbukti, tidak satupun kapal selam induk berhasil menyelamatkan kru kapal selam midget sesudah serangan atas Pearl Harbor, Sydney dan Diego Suarez.
Gambar  :  midget Jepang sedang ‘digotong’ kapal selam ‘induk’
Gambar : midget Jepang sedang ‘digotong’ kapal selam ‘induk’

Masyarakat Jepang pertama kali mendengar istilah tokkotai (unit serang khusus) pada tanggal 18 Desember 1941 dalam sebuah communiqué, pengumuman resmi tentang dimulainya Perang Besar Asian Timur Raya. Pihak militer Jepang juga kemudian memakai istilah tokkotai yang ditujukan untuk merujuk kepada pesawat kamikaze dan kepada senjata-senjata bunuh diri lainnya seperti torpedo kaiten dan kapal motor shinyo. Walaupun kamikaze dan armada kapal selam midget direferensikan dalam istilah yang sama, kru kapal selam midget digugah untuk berusaha kembali dengan selamat, walaupun pada kenyataannya sedikit sekali yang berhasil kembali, sementara pilot kamikaze diperintahkan untuk tewas ketika menabrakkan pesawat mereka ke kapal perang musuh. Meskipun begitu, seringkali terjadi pilot-pilot kamikaze kembali dengan selamat karena membatalkan misi mereka akibat cuaca buruk atau masalah mesin.
Angkatan laut kekaisan Jepang juga mempergunakan kapal selam midget di Guadalcanal, Kiska dan Filipina serta Okinawa dengan tingkat keberhasilan terbatas.Pada tahun-tahun akhir peperangan, angkatan laut kekaisaran Jepang hampir tidak lagi memiliki kapal selam induk untuk men-transport/menggotong/meluncurkan kapal-kapal selam midget.
Foto yang menampilkan kapal-kapal selam midget berjejer seperti cerutu raksasa di dok kering Kure menjadi ironi kekalahan Jepang pada perang dunia kedua.
image005

Midget Jepang 1 – MidgetA/B – Class (A/B – Class)
Kapal-kapal selam midget Ko–Hyoteki (Target A) Ko Gata (Tipe A) dilengkapi dengan motor listrik yang ditenagai 224 unit baterai 2 volt. Tipe A dapat melaju dengan kecepatan 19 knot disaat menyelam. Unit ini membawa 2 buah torpedo 17,7 inci.
Lima puluh kapal selam midget dari tipe A berhasil dimanufaktur dan dipergunakan melawan kapal-kapal perang Sekutu, dan terlibat pada penyerangan Pearl Harbor pada tanggal 7 Desember 1941.
image006

Lima kapal selam midget dari Tipe A dipersenjatai dengan torpedo tipe 97 diluncurkan dari 5 kapal selam induk tipe C1, ikut ambil bagian dalam penyerangan Pearl Harbor. Tugas mereka adalah menyerang kapal-kapal yang berusaha meninggalkan pelabuhan, tapi hanya 2 yang mencapai tujuan dan tidak satupun yang berhasil kembali dengan selamat.
I – 16 tou, penamaan yang dipakai bagi kapal selam midet yang diluncurkan dari kapal selam induk I – 16 mengirimkan laporan radio di sore tanggal 7 Desember, melaporkan bahwa mereka berhasil menenggelamkan USS Arizona. Dari penganalisaan fotografi yang dilakukan penyelidik independen dan hasilnya diterbitkan oleh Akademi Angkatan Laut Amerika di tahun 1999 menyimpulkan bahwa kapal selam midget tipe A berhasil masuk ke dalam pelabuhan dan berhasil menembakkan torpedo pada USS West Virginia dan USS Oklahoma selama serangan udara berlangsung
Setelah penyerangan Pearl Harbor, modifikasi dilakukan atas rancangan awal tipe A dan variannya dinamai dengan Type A Kai 1, (Improved version 1). Perubahan meliputi penambahan improvedgyro compass, kompas non magnetic yang lebih baik, bilah bergerigi untuk memotong jaring yang dipasang di haluan dan di menara, conning tower, sebuah busur pelindung yang menyerupai bilah luncur yang diperuntukkan bagi kemudahan maneuver ketika menghadapi rintangan, dan pelindung baling-baling agar tidak tersangkut di jaring atau kabel bawah laut. Tipe A yang telah diperbaiki ini-lah yang melakukan serangan atas pelabuhan Sydney, dan Guadal Canal
Tiga unit dari tipe ini menyerang pelabuhan Sydney di bulan Mei tahun 1942, tapi satu diantaranya tenggelam sebelum berhasil melakukan misinya. Sedangkan sisanya tenggelam dalam perjalanan kembali ke kapal selam transport mereka. Walaupun begitu, ketiga kapal selam midget ini berhasil merusak sebuah kapal.
Dua kapal selam midget dari tipe ini juga berpartisipasi dalam penyerangan di Guadalcanal, terlibat pertempuran di Diego Suarez, Madagaskar.Pada pertempuran Madagaskar, satu unit midget hilang di lautan dan unit yang lain berhasil membuat kerusakan parah pada sebuah kapal perang tua, battleshipHMS Ramillies dan menenggelamkan sebuah kapal tanker minyak, British Loyalty.
Kapal selam midget Otsu Gata (Tipe B) merupakan varian pertama yang dilengkapi dengan mesin diesel (40 hp/25 kw) dan memiliki haluan yang lebih panjang untuk penempatan mesin ini. Semua spesifikasi dari tipe B sama dengan tipe A, kecuali ukuran panjang (24,9 m vs 23,9 m), displacement, bobot alih (47 ton vs 46), dan kecepatan permukaan (6 knots vs 19).
Mesin diesel kapal selam midget tipe B memungkinkannya memiliki radius 500 mil laut (nautical miles, nms) dan kecepatan 6 knot (berlayar di permukaan), 15,8 nms pada kecepatan 9 knot dan 84 nms pada kecepatan 6 knots ketika berlayar dalam posisi bawah air dengan mempergunakan motor elektrik

Midget Jepang 2 – MidgetC – Class (C – Class)
Ko-Hyoteki (Target A) Hei Gata (Tipe C) – Class merupakan versi perbaikan dari kapal selam midget tipe A. Tipe C dilengkapi dengan generator diesel untuk mengisi ulang beterai dan untuk dipergunakan ketika berlayar di permukaan.Dalam waktu singkat, kapal selam midget tipe C dapat mencapai kecepatan 19 knot ketika menyelam. Mereka masing masing dilengkapi 2 buah peluncur torpedo 17,7 inci.
Gambar  :  Midget C – Class, Nippon Kaigun
Gambar : Midget C – Class, Nippon Kaigun

Empat puluh tujuh unit kapal selam midget tipe ini berhasil dimanufaktur hingga akhir perang, tapi hanya 15 yang terjun ke kancah peperangan dari pangkalan Okinawa dan Filipina

Midget Jepang 3 – MidgetD – Class (D – Class)
Kairyu, Sea Dragon, Naga Laut merupakan kelas kapal selam midget yang dirancang pada tahun 1943 hingga 1944, dan dimanufaktur pada awal tahun 1945. Kapal-kapal selam ini dipersiapkan untuk menghadapi invasi angkatan laut Amerika ke Tokyo.
Gambar  :  Midget D – Class, Nippon Kaigun
Gambar : Midget D – Class, Nippon Kaigun

Kapal selam midget kelas D diproduksi dengan jumlah yang jauh lebih banyak dari tipe A dan tipe C. Sejumlah 210 unit berhasil dimanufaktur hingga akhir perang dan hampir sekitar 500 diataranya dalam proses konstruksi dari total rencana 750 unit. Sebagian besar dari midget tipe ini dikonstruksi di galangan kapal Yokosuka
Lebih dari sekedar versi perbaikan dari rancangan kelas-kelas sebelumnya, kapal selam midget ini merupakan rancangan baru. Merupakan kapal selam midget terbesar, dengan bobot 60 ton dan panjang 86 kaki, dan kemampuan menyelam 328 feet, kapal selam midget ini memiliki 5 kru dan dilengkapi dengan 2 buah torpedo berikut dengan sebuah bahan peledak seberat 600 kg (1.300 lb) yang diperuntukkan bagi misi bunuh diri.
Sebagian besar kapal selam midget Kairyu berpangkalan di Yokosuka untuk mempertahankan pintu masuk Teluk Tokyo dari invasi Amerika ke dataran Jepang.Sebagian dari kapal selam ini juga ditempatkan di Teluk kecil Moroiso dan Teluk kecil Aburatsubo di ujung Selatan Semenanjung Miura dimana di lokasi itu sebuah sekolah pelatihan pengawak kapal selam juga telah didirikan.
Karena Jepang menyerah pada bulan Agustus 1945, setelah pemboman Nagasaki dan Hiroshima, sedikit sekali dari kapal-kapal selam midget ini terjun bertempur

Midget Jerman pada perang dunia II, Kriegsmarine
Jerman menciptakan tidak hanya midget pada saat perang dunia kedua, tapi juga membuat torpedo yang langsung dikendalikan manusia.
Prestasi yang diraih midget Jerman tidaklah seheboh kapal selam U – Boat mereka, apalagi aplikasi teknologi midget mulai diterapkan pada babak akhir peperangan.
Jerman memiliki 4 tipe kapal selam midget namun hanya satu yang patut dinyatakan berhasil.

Midget Jerman 1 – MidgetBiber – Class (Beaver – Class)
Kapal selam ini diawaki oleh satu orang dengan bobot 6,5 ton dan dapat menenteng 2 terpedo di ketiaknya. Memiliki kemampuan radius 130 mil dengan kecepatan permukaan 6 knots dan 8,5 mil dengan kecepatan 5 knots disaat menyelam. Kapal ini memiliki kemampuan selam 65 kaki tapi tidak dapat meluncurkan torpedo dari bawah air dikarenakan masalah kemampuan mempertahankan kedalaman.
Gambar  :  midget Biber – Class, Kriegsmarine
Gambar : midget Biber – Class, Kriegsmarine

Biber dikembangkan secara tergesa-gesa guna mengantisipasi invasi sekutu di Eropa.Ujungnya, terdapat kesalahan-kesalahan teknis.Pelatihan yang tidak memadai untuk operator-operatornya, mengakibatkan midget-midget ini tidak terlalu menjadi ancaman yang nyata bagi kapal-kapal sekutu, walaupun begitu 324 unit berhasil diproduksi dan diterjunkan ke lapangan.
Biber ambil bagian dalam banyak misi, tapi sedikit sekali diataranya yang dapat kembali dengan selamat.Contohnya, dalam operasi pertama Biber, 14 unit ambil bagian.Hanya 2 unit yang mencapai daerah operasi.Pada tahun 1944, Biber disebar melawan lalu lintas sekutu yang mengarah ke Antwerp.Dalam serangan pertama, 18 unit dikirimkan dan hanya 1 yang kembali ke pangkalan.Mereka hanya berhasil menenggelamkan 1 buah kapal – bernama Alan A Dale.Ini merupakan satu satunya kapal yang berhasil ditenggelamkan oleh sebuah Biber.Operasi lanjutan di daerah itu menghasilkan kerugian atas lebih dari 30 unit Biber.

Midget Jerman 2 – MidgetMolch – Class (Salamander – Class)
Kapal dengan bobot 11 ton yang diawaki 1 orang ini dirancang untuk pertahanan pantai.Berbentuk seperti sebuah torpedo besar, kapal selam ini memiliki radius kecil 40 mil dengan kecepatan 5 knot dan dapat menenteng 2 terpedo.Kapalmidget selam ini dirancang hanya untuk berlayar secara menyelam saja.
Gambar  :  Midget Molch – Class, Kriegsmarine
Gambar : Midget Molch – Class, Kriegsmarine

Molch, sebagai kapal selam midget Jerman, merupakan kegagalan total, walaupun 393 diproduksi, namun jumlah kerugian juga amat tinggi.Unit pertama dari 393 unit yang diproduksi mulai diserahkan pada tanggal 12 Juni 1944. Kesemua unit dibuat di galangan AG Weser di Bremen
Molch – Class telah diterjunkan di Laut Mediterania dalam sebuh aksi putus asa melawan operasi ‘Dragoon’ (invasi atas teluk Riviera Prancis). Ke-12 Molch ini merupakan bagian dari armada K – Verband 411 flotilla dan pada malam tanggal 25/26 September 1944 mereka menyerang, menenggelamkan atau merusak kapal yang jumlahnya tidak dapat dikatakan sepadan dengan kehilangan 10 dari 12 unit yang diterjunkan. 2 unit yang tersisa dihancurkan oleh pemboman laut yang dilakukan sekutu atas San Remo tidak lama sesudahnya
Dari Januari hingga April 1945, kapal selam midget Molch dan Biber telah dikirimkan untuk melaksanakan 102 sorti, menderita kekalahan atas 70 unit-nya dan hanya berhasil menenggelamkan 7 kapal-kapal kecil dengan total 491 ton dan merusak 2 kapal dengan total 15,516 ton
Sistim tanki yang rumit membuat kapal selam midget ini sulit dikontrol dalam operasi perang… Mengacu kepada ke-tidak efektif-an ini, unit ini kemudian dijadikan wahana pelatihan untuk kapal selam midget yang lebih canggih.

Midget Jerman 3 – MidgetNeger – Class (Negro – Class)

Neger merupakan wahana pembawa torpedo.Walaupun tidak dirancang sebagai senjata bunuh diri, torpedo yang dibawa seringkali gagal dilepaskan dari kapal selam ketika ditembakkan dan akhirnya menyeret kapal selam tersebut menuju target.
Gambar  :  Midget Neger – Class
Gambar : Midget Neger – Class

Sekitar 200 kapal selam dari tipe ini dimanufaktur di tahun 1944… Namun, Neger ternyata amat berbahaya bagi kru pengawaknya, dan hamper 80% dari kru pengawak tewas. Sedangkan pencapaian yang didapat hingga tahun 1944 adalah tenggelamnya 1 kapal penjelajah, 1 kapal perusak dan 3 kapal penyapu ranjau dari kelas kecil, Catherine – Class BAMS

Midget Jerman 4 – MidgetSeehund – Class (Seal – Class)
Kelas kapal selam midget terakhir adalah Seehund, merupakan keberhasilan Kriegsmarine dalam upaya mereka menyempurnakan kapal selam jenis ini.. Dari 1000 yang direncanakan untuk dimanufaktur, hanya 285 yang berhasil diproduksi dan hanya 35 dari jumlah itu yang kalah dalam pertempuran, sebagian besar karena cuaca yang buruk.
Kapal selam midget ini memiliki bobot displacement 17 ton ketika menyelam, diawaki oleh 2 orang dan menenteng 2 torpedo tipe G7e. Seehund memiliki radius 300 km dengan kecepatan 7 knots dan mampu menyerang di permukaan dalam kondisi cuaca jelek hingga skala 4 Beufort tapi nyaris harus berada pada posisi diam ketika melancarkan serangan dalam kondisi menyelam. Sekitar 50 Seehund dilengkapi dengan tanki bahan bakar tambahan yang memberikan mereka radius 300 mile pada kecepatan 7 knot di permukaan dan 63 mil dengan kecepatan menyelam 3 knot.
Gambar  :  Midget Seehund – Class, Kriegsmarine
Gambar : Midget Seehund – Class, Kriegsmarine

Karena ukurannya yang kecil membuatnya sulit dideteksi ASDIC (sonar), apatah lagi pengawasan normal oleh kapal patroli.Kapal selam midget ini juga amat senyap, membuat pelacakan dengan mempergunakan hydrophone menjadi mustahil.Kemampuan kru-kru kapal selam midget ini untuk melakukan manuver yang presisi seringkali membuat kapal selam ini berhasil menembus daerah ranjau laut laut atau menghindari bom laut yang dilontarkan kapal-kapal perang sekutu.
Singkatnya, kapal selam midget dapat dipergunakan dalam operasi rahasia, clandestine yang tidak dapat berani dieksekusi oleh kapal selam berukuran normal.
Uniknya lagi, midget tipe Seehund ternyata agak kebal dengan bom laut (depth charges) dikarenakan bobotnya yang kecil, efek gelombang kejut hasil ledakan bom itu hanya membuatnya terpental ke kanan maupun ke kiri, tanpa terlalu banyak menimbulkan kerusakan (tapi tentunya tidak begitu nyaman bagi kru pengawaknya)
Utamanya dioperasikan pada Pantai Jerman dan Terusan Inggris, menyerang kapal-kapal dagang.Menenggelamkan 9 dan merusak 3 kapal dagang.Namun, karena dirancang pada tahun 1944 dan hanya dipergunakan pada bulan-bulan akhir peperangan, maka unit ini tidak terlalu terlibat banyak pada pertempuran. Dari Januari hingga April 1945 kapal selam midget Seehund telah dikirim untuk melakukan 142 sorti, dengan jumlah kerugian 35 kapal dan hanya menenggelamkan 8 kapal dengan total 17.301 ton dan merusak 3 kapal dengan total 18.384 ton.
Walaupun sebenarnya diperuntukkan untuk tujuan offensive/menyerang, Seehund juga difungsikan sebagai ‘Butter Boat’ di bulan bulan terakhir perang dunia kedua, membantu mengirimkan suplai bagi tentara Jerman yang terpojok di pantai akibat invasi Sekutu ke daratan.
Kekuatan Korps Hiu Kencana pada jaman orde lama
Kekuatan angkatan bersenjata Republik Indonesia, salah satunya Korps Hiu Kencana TNI – AL dengan armada kapal selamnya di era 60–an begitu ditakuti dan disegani di belahan bumi bagian Selatan, hingga membuat Belanda harus angkat kaki dari pulau Irian pada saat operasi  TRIKORA atau membuat India mengurungkan niatnya untuk konfrontasi dengan Pakistan, hal ini merupakan contoh sukses misi dari Korps Hiu Kencana. Dengan kekuatan 12 Unit Kapal Selam dari Whiskey Class  yang memakai nama senjata – senjata para ksatria dan dewa dalam dunia pewayangan menambah angkernya Korps ini. KRI Cakra,  KRI Nenggala, KRI Pasopati, KRI Tjandrasa, KRI Aludra hingga KRI Nagabanda adalah nama –nama yang memperkuat Armada Kapal Selam TNI – AL. Dengan Armada Kapal Selam yang dimiliki oleh TNI – AL ini menjadi posisi tawar tinggi dalam langkah diplomasi militer hingga membuat Belanda berpikir seribu kali untuk terus menjejakkan kakinya di Bumi Cendrawasih Irian,bahkan sekutu utama Belanda yaitu AS, Inggris dan Australia berpikir ulang bila ingin menghadapi kekuatan TNI pada saat itu.
Kemampuan manuver korps hiu kencana
Kemampuan manuver korps hiu kencana

Kemampuan Manuver Korps Hiu Kencana
Cuplikan pertama
Pada waktu kedatangan 12  kapal selam kelas whiskey dari Uni Soviet, arsenal ini langsung diterjunkan dalam recana operasi Jayawijaya, bagian dari gema Trikora. Dalam operasi yang dramatik tiga KS melakukan infiltrasi di pantai utara Irian Barat, tetapi ketahuan kekuatan laut Belanda. Hanya RI Tjandrasa yang dinakhodai Mayor Laut Mas Mardiono berhasil mendaratkan 15 anggota RPKAD di Tanah Merah, 30 kilometer utara pelabuhan udara Sentani pada 21 Agustus 1962.
Atas keberhasilan ini semua ABK RI Tjandrasa mendapat Bintang Sakti berdasarkan Keppres No.14/1963.Baru kali ini Indonesia menganugerahkan Bintang Sakti bagi seluruh anggota, biasanya bintang tertinggi ini dianugerahkan kepada perorangan atas jasa luar biasa di luar tuntutan tugas.
Cuplikan kedua
Tahun 1963-1964, RI Nagabanda ditugaskan ke Indonesia bagian timur.Semua kapal yang berlayar dibawah kendali Panglima Komando Armada Siaga, Panglimanya waktu itu Komodor R.P Poernomo.
Diwaktu itu sudah mulai ada ketegangan dengan Malaysia yang akan dimerdekakan Inggris. Malaysia dan Singapura termasuk serumpun dalam persemakmuran Inggris begitu juga dengan Australia, bukan tidak mungkin apabila terjadi konfrontasi hampir dipastikan Australia akan ikut campur, oleh karena itu diputuskanlah melakukan pengintaian di perairan australia.
Kapal meninggalkan Surabaya menuju kupang. Sampai di Timor kapal lego jangkar di muka pelabuhan satu hari, menambah logistik makanan segar, lalu angkat jangkar dan berlayar ke arah Selatan. Berlayar pada siang hari menggunakan snorkelling sambil isi baterei, sedang malam hari berlayar diatas air.garis haluan dibuat sedemikian rupa sehingga jarak ke pantai Australia tidak kurang 50 mil.
Setelah kira-kira berada di sebelah barat kotaPerth, udara di dalam kapal terasa dingin tidak seperti biasanya yang panas. Karena dari surabaya tidak dilengkapi dengan pakaian dingin maka saya putuskan untuk putar haluan ke utara, kembali ke kupang.
Pada saat kapal akan menuju ke kupang , ada usulan dari perwira administrasi , letnan Ali Kamal, : ” komandan untuk menandai bahwa RI Nagabanda sudah berada di perairan barat australia , sebaiknya kita buang sampah di sini”
Saya setujui usul tersebut, maka saya perintahkan untuk mengumpulkan kaleng-kaleng bekas makanan khususnya yang made in Indonesia serta sampah yang lain dan kami buang ke laut.
Dalam melaksanakan tugas ini, RI Nagabanda berhasil masuk perairan Barat Australia tanpa diketahui oleh kapal-kapal Australia.
Cuplikan ketiga
Tahun 1964 dalam rangka tugas pada masa Konfrontasi dengan Malaysia, RI Nagabanda 403 mendapat tugas untuk mengambil foto-foto pantai Trengganu untuk persiapan pendaratan pasukan di semenanjung Malaysia.
Untuk operasi ini ikut seorang agen dari BPI (badan pusat Intelejen) untuk turut menganalisa keadaan… singkat cerita KS dapat mencapai pantai Trengganu hingga jarak 2 mil dari pantai dan mulai mengambil gambar pantai Trengganu. Pada jarak itu KS sudah dapat dilihat dengan jelas oleh nelayan di sana.
Pada saat pemotretan juru sonar mendengar suara baling-baling yang kemungkinan adalah fregat Inggris, untuk itu maka KS segera bergerak meninggakan perairan Malaysia dan karena kemungkinan besar KS sudah terlihat oleh nelayan Malaysia maka KS berlayar ke kepulauan Riau dan di antara pulau-pulau itu KS RI Nagabanda 403 lego jangkar dan anak buah kapal diperintahkan menghapus no lambung 403 dan mengubahnya menjadi 410. Dalam waktu kurang dari 2 jam RI Nagabanda dengan no palsu 410 sudah berlayar kembali dan benar ada pesawat RAF jenis Skeleton terbang di atas kapal sambil memberikan lampu isyarat menanyakan identitas kapal tapi tidak dijawab malah awak kapal menyiapkan 12,7mm untuk menembak tapi dilarang oleh pusat karena belum ada deklarasi perang dengan Inggris.
Dari itu sebenarnya berita KS Nagabanda 403 sudah masuk Malaysia sudah diketahui Inggris dari laporan nelayan tapi setelah dicari malah mereka mendapati KS 410, mereka nggak bisa menindak karena yang mereka cari 403…
Akhirnya kapal tiba dengan selamat di Tanjung Uban Riau…
Cuplikan keempat
Tahun 1974 GUSPURLA (Gugus tempur laut) TNI AL mendapat perintah dari Mabes ABRI untuk operasi pengamanan Selat Malaka bekerja sama dengan TLDM (Tentera Laut Diraja Malaysia), dalam Gugus Tempur tersebut terdapat KS KRI Pasopati dengan komandan Kapten (P) Soentoro dengan Komandan Guspurla Laksamana Pertama Mardiono.
Pada saat pembicaraan Rencana Operasi dengan perwira TLDM di Belawan Medan mereka sudah tidak suka ada unsur Kapal Selam yang ikut dalam operasi itu “untuk ape…!?”kata mereka. Mungkin mereka khawatir KS kita bisa dengan mudah menyelinap kedaerah mereka karena dalam rencana operasi tersebut setiap armada tempur masing-masing negara berpatroli di wilayahnya masing masing setelah itu baru berkumpul disuatu titik kumpul dan berkonvoi masuk ke Penang, Malaysia pada etape I dan Sabang, Indonesia pada etape II.
Dengan penolakan secara tidak etis tersebut komandan KS KRI Pasopati merasa panas, tetapi diredakan oleh Dan Guspurla demi persahabatan kedua negara, tapi diam-diam Komandan KS ingin memberi pelajaran kepada TLDM.
Pada etape I setelah selesai berpatroli maka semua kapal perang berkumpul di titik kumpul dan berkonvoi menuju Penang…dan menjelang pintu masuk pelabuhan Penang tiba-tiba KS KRI Pasopati sudah muncul dulu disana dan membuat panik rombongan konvoi yang dipimpin oleh TLDM. Hal tersebut membuat kesal Panglima TLDM Kolonel Laut Sidiq dan berkata KS tidak usah ikut campur urusan patroli dan agar keluar dari formasi dan area patroli.
Pada etape II KS KRI Pasopati melakukan free hunting (tidak mengikuti) pola patroli tetapi bebas menentukan sasaran sendiri dan setelah selesai seluruh kapal berpatroli masuk ke pelabuhan Sabang.Di sini awak KS KRI Pasopati ingin memberikan kejutan dan sekedar pamer kepada TLDM. Dengan ketelitian yang tinggi KS masuk alur pelabuhan dengan cara menyelam padahal kedalam alur pelabuhan hanya 20m, dari periskop terlihat awak Kapal TLDM jenis LST yang menjadi kapal komando tidak menyadari didekati oleh KS secara diam diam dan…setelah tinggal jarak beberapa meter dari lambung kapal mereka…Muncullah dengan tiba-tiba KRI Pasopati dan membunyikan gauk (sirine) tanda kedatangan mereka..maka gemparlah pelabuhan Sabang terutama awak kapal TLDM yang kapalnya sudah ditempel sama KS Pasopati.
Malamnya Dan Guspurla datang kepada Dan KRI Pasopati dan menyalaminya sambil tersenyum dan berkata “Jangan Sembrono lagi ya…”, dijawab “Siap Laksamana”….
Cuplikan kelima
Tahun 1975 diadakan latihan anti kapal selam antara TNI AL dengan RAN (Royal Australian Navy) sehubungan dengan muhibah fregat RAN ke Surabaya.
Area latihan dilakukan di selat Madura sebelah utara P. Bali dengan area latihan sebesar 10 mil persegi, sebagai sasaran adalah KRI Pasopati dan yang mengejar adalah fregat TNI AL dan RAN.
Dalam latihan, kedua fregat tidak dapat mendeteksi KS kita, jadi mereka membom laut (dengan bom latihan) secara membabi buta, padahal di bawah laut awak KS kita tertawa-tawa karena mereka tepat berada dibawah lunas fregat RAN. LO (Liaison Officer, perwira penghubung) dari TNI AL yang ditempatkan di fregat RAN Letkol Laut (P) Saeran melihat komandan fregat RAN marah dan complain bahwa KS kita sebenarnya tidak ada disitu tapi sudah pulang ke pangkalan karena alat deteksi kapal RAN yang sudah canggih pada jaman itu tidak bisa menemukan KS kita di area yang cukup sempit itu. Tapi kemudian dijawab dengan perintah KS agar timbul kepermukaan dan dengan sekejap KRI Pasopati sudah muncul dekat fregat RAN… Ketika balik kepangkalan dan berlayar dipermukaan masih terdengar “ping” dari sonar fregat RAN rupanya masih penasaran mereka…kenapa KRI Pasopati bisa menghindari Sonar mereka
Cuplikan keenam
Ini cerita waktu Operasi Seroja, integrasi Timtim antara 26 Februari 1976 s/d 26 Maret 1976.
Pada saat itu KS KRI Pasopati sedang menyelam di pantai utara dekat kota Baucau, tiba-tiba ada laporan dari Juru Sonar ada suara baling-baling mendekat ke KS kita, untuk itu komandan kapal memerintahkan KS naik ke kedalaman periskop dan mengintip cakrawala, ternyata cakrawala bersih tanpa ada satu kapal-pun disana.
“Juru sonar, berapa baringan dan kecepatan?” tanya komandan. “Baringan 040 kecepatan 10 knots Ndan” jawab juru sonar.Komandan mengecek lagi arah itu tidak terdapat kapal disitu.Komandan mengambil kesimpulan itu adalah KS asing yang mendekat.Untuk itu secara diam-diam peran tempur disiapkan di KS kita dan haluan kapal diubah menyongsong arah KS asing itu.
“Siapkan torpedo untuk ditembakkan” perintah komandan, tetapi tiba-tiba Juru sonar berkata “Baringan 000, suara menjauh, kecepatan 30 knots!”
Ternyata KS itu menjauh tidak mau berkonfrontasi dengan KS kita diperairan Timtim…dari hasil analisa kemungkinan KS itu adalah KS USN milik Armada VII karena kecepatannya cukup tinggi 30 knots dan diketahui hanya mereka yang KSnya bisa secepat itu pada masa itu…
Cuplikan ketujuh
Dulu ada armada VIIAS yang mau lewat selat sunda tapi tanpa permisi, pas kehadirannya sudah diketahui oleh gugus tempur selam di wilayah itu sekitar selat sunda…lalu diberi peringatan radio…tetap sombong acuh saja…lalu setelah ada perintah dari pejabat berwenang yang tertinggi dalam hal ini..dengan perintah…
“lakukanlah segala sesuatu yg menurut kalian adalah benar demi menjaga kehormatan NKRI, semuanya terserah kalian!”…lalu setelah beberapa saat kontak tidak ditanggapi… KSRI melakukan jibaku (dengan maksud untuk mendekati mau mengawal biar tidak macam-macam tetapi ternyata terjadi kepanikan di kapal induk armada VII AS)..pergerakan KS yg semakin medekat kapal induk dan mematikan sinyal radio…sangat menggentarkan mereka… karena pikirnya kapal induk akan ditubrukan secara frontal oleh KS RI tersebut…pada detik-detik kritis kapal induk armada VII& rombongan pengawalan berbalik arah putar haluan tidak jadi lewat selat sunda tapi ambil arah ke Australia…akhirnya semua kruKS RI berteriak hore kita menang…jalesveveva jaya mahe…jayalah negeriku Indonesia dilaut!!!

Cuplikan kedelapan
Pada tahun 1980 ketika saat itu kapal selam type U 209 milik TNI AL baru saja dibeli oleh pemerintah Indonesia di bawa dari Kiel Jerman Barat menuju sarangnya di Pangkalan Ujung Surabaya, pada saat itu pula negara-negara NATO juga sedang melakukan latihan perang anti kapal selam di laut Mediterania. Dan kawasan laut Mediterania ini pula merupakan kawasan jalur pelayaran laut kapal selam U 209 milik TNI AL tersebut.Dan ketika kapal selam U 209 tersebut melintasi laut Mediterania dalam posisi moda menyelam. Kemudian pada saat melakukan moda menyelam dan melintasi laut Mediterania yang tengah diadakan latihan perang anti kapal selam oleh NATO sementara awak kapal selam U 209 kita belum mengetahui kalau sedang ada latihan perang tersebut di atas permukaan para awak mendeteksi adanya banyak pancaran sonar dari kapal-kapal permukaan. Dan karena tidak paham dengan situasi di atas permukaan maka para awak kapal selam U 209 memutuskan untuk melakukan perubahan moda dari menyelam ke moda muncul di permukaan.Dan pada saat muncul di permukaan kapal selam U 209 TNI AL muncul di tengah-tengah konvoi kapal perang Angkatan Laut negara-negara NATO.
Dan dari kejadian tersebut diketahui bahwa kapal-kapal permukaan Angkatan Laut negara-negara NATO tidak ada satupun yang mendeteksi kehadiran kapal selam U 209/1300 milik TNI AL dan singkat kata kedua belah pihak baik TNI AL dan Angkatan Laut negara-negara NATO sama-sama terkejut.
Dan dari kejadian di atas tersebut telah membuktikan bahwa kapal selam U 209/1300 milik TNI AL benar-benar senyap dan tidak bisa dideteksi dengan sonar oleh kapal permukaan milik negara-negara Angkatan Laut NATO yang tergolong modern dan sangat maju.

Cuplikan kesembilan

OPERASI “CAKRA SEHAT” (2 April 86 s/d 15 Juni 86)
Ini adalah operasi membawa KS KRI Cakra 401 type U 209 ke Jerman untuk Perbaikan Besar
Rute-rutenya adalah:
Surabaya – Jakarta, Jakarta – Colombo (Srilangka), Colombo – Jibouti (di Afrika), Jibouti – Port Suez – Port Said (Mesir), Port Said – Cadiz (Spanyol), Cadiz – Hamburg – Kiel (Jerman)
Perjalanan ini membawa KS KRI Cakra yang sudah banyak kerusakan, tidak mempunyai periskop navigasi karena periskop navigasinya diberikan ke KRI Nanggala 402 yang periskop navigasinya rusak tersangkut jaring nelayan, jadi KRI Cakra 401 hanya mengandalkan periskop serang saja.Tapi KS KRI Cakra 401 membawa torpedo lengkap sesuai dengan isian penuhnya
Perjalanan Surabaya – Jakarta ditempuh dalam waktu 2 hari.
Perjalanan Jakarta – Colombo ditempuh dalam 16 hari melalui penyelaman maupun permukaan..
Perjalanan Colombo – Jibouti ditempuh dalam waktu 18 hari dan pada etape ini mulai ada gangguan tehnis yaitu baterai mulai banyak yang drop dengan cepat, jadi kapal sering melakukan snorkeling untuk mengisi baterai, pada saat itu masuk bulan Ramadhan dan sebagian besar ABK tetap menjalankan ibadah puasa walaupun diberi dispensasi untuk tidak melaksanakannya.
Perjalanan Jibouti – Port Suez – Port Said ditempuh dalam waktu 12 hari dalam etape ini KS melewati terusan Suez.
Port Said – Cadiz ditempuh dalam waktu 22 hari, di sekitar selatan Pulau Kreta Yunani, Juru Sonar mendengar ada suara baling-baling berjarak sekitar 30 menit dari KS. KS yang saat itu sedang snorkeling mengisi baterai langsung menghentikan snorkeling dan bersiap menyelam lebih dalam lagi. Jam 3 pagi terdengar “ping” (sonar aktif) tanda KS sedang dideteksi oleh kapal lain. Karena bukan suasana perang komandan kapal memerintahkan untuk timbul ke permukaan dan disambut oleh gelegar 2 pesawat F14, ternyata KS memasuki daerah latihan NATO. Segera bendera MERAH PUTIH dikibarkan dan ada 2 fregat satu dari Spayol dan satu dari Portugal mendekat “what ship…?” tanya mereka, dijawab dengan kode internasional “This is PKOB the Indonesian Man of War”, “Destination Cadiz Spain”. Setelah KS merapat di Cadiz ternyata 2 fregat itu tetap mengikuti dan ikut merapat dibelakang KRI Cakra 401.
Cadiz – Hamburg – Kiel dalam etape ini masuk waktu Idul Fitri, sholat Ied dilaksanakan di ruang CIC dalam kedalaman 75m dpl mungkin ini satu-satunya sholat Ied dibawah laut (dalam KS) khotbah Ied dibawakan oleh Serda Lasiman. Memasuki selat Inggris periskop satu satunya yang berfungsi mendadak tidak berfungsi karena tidak ada aliran listrik ternyata ada pin konektor yang putus kemudian diakali oleh awak kapal dengan mengganjal dengan jarum pentul dan berhasil,
Singkat kata KS akhirnya masuk ke Kiel dan naik dok HDW…komentar orang HDW “kok kapal masih “bagus” begini sudah dibawa kemari?” sambil geleng-geleng kepala dan mengacungkan jempol. Jawab ABK “Katanya setelah 5 tahun harus overhaul” .
Menurut pejabat di HDW tidak ada KS yang dibawa langsung ke Jerman biasanya akan dinaikkan ke atas kapal atau ditarik dengan kapal tunda…..TABAH SAMPAI AKHIR.
Cuplikan kesepuluh
Membuat kesal P3 Orion AL Prancis
Setelah setahun berada di Jerman untuk Overhaul maka U 209 KRI Cakra 401 kembali ke Indonesia (16 Juni 1987 sampai 13 Agustus 1987)…dalam pelayaran yang cukup lama itu KRI Cakra menghadapi berbagai kendala seperti kemudi horizontal tersangkut jaring nelayan di selatan Sicilia Italia, tapi semua bisa ditanggulangi oleh awak kapal kita.
Ada suatu hal yang lucu yaitu ketika KRI Cakra melewati terusan Suez dan masuk Laut Merah ternyata dari perairan Jibouti KS kita sudah diintai oleh P3 Orion milik AL Perancis yang ingin mengambil data-data tentang KRI Cakra.
KRI Cakra belayar dengan menyelam 75meter dibawah permukaan, dan P3 Orion melemparkan Sonobuoy untuk mendeteksi KRI Cakra, bukannya malah menghindar Komandan kapal memerintahkan kapal muncul kepermukaan dan awak kapal disuruh mengambil Sonobuoy tersebut dan dibawa masuk ke kapal setelah transpondernya dimatikan.
Kemudian kapal menyelam dengan membawa “souvenir” dari AL Perancis ke Indonesia.Awak P3 Orion pasti kebingungan kehilangan targetnya.
Sejarah alih teknologi midget pada zaman perang kemerdekaan
Usaha membuat kapal selam mini yang dilakukan oleh anggota-anggota ALRI dibawah pimpinan D. Ginagan di Purosani.Kapal selam itu berukuran panjang 7 meter, lebar 1 meter dan berat 5 ton.Setelah selesai diuji coba di Kalibayem, Yogyakarta. Kemungkinan anggota ALRI kita mendapatkan asistensi dari kru pengawak kapal selam Jerman, Kriegsmarine pernah memiliki kantor perwakilan di Indonesia
Sumber alih teknologi midget saat ini
Indonesia sudah dan dapat menjalin kerjasama alih teknologi midget dari negara-negara berikut :
  1. Pakistan, di zaman orde baru, TNI AL pernah mengirimkan perwira-perwiranya untuk melaksanakan studi banding dan alih teknologi kapal selam midget dari angkatan laut Pakistan, kala itu TNI AL dipimpin oleh , KSAL Laksamana Arief Kushariadi.
  2. Korea Utara, dalam rangka menjalin kerja sama dalam bidang pertahanan, negeri ini pernah menawarkan Mini Submarine atau Litoral Submarine (midget) kepada negara kita.
  3. Korea Selatan, kontrak pembuatan Kapal Selam tipe 209 Changbogo telah di lakukan dengan kesepakatan melakukan ToT kepada PT PAL.
  4. Iran, berbagai penawaran kerjasama pertahanan telah ditawarkan oleh negara yang sedang diembargo Barat ini kepada kita, dan terbukti, Iran secara aktif mengoptimalkan armada midget mereka menghadapi armada NATO.
Peluang alih teknologi untuk advance submarine dan advance midget submarine
Kita berharap PT PAL dan BUMNIS yang telibat bukan hanya mampu membuat Changbogo Class tapi juga bisa terlibat  dalam “Join Production” dalam pembuatan DSX-3000 Class yang tengah dikembangkan oleh DSNE Korsel
Melalui kontrak pembelian kapal selam kilo – class  maupun advance kilo/amur – class , kita berharap setidaknya ToT yang kita sepakati dengan Rusia dapat melengkapi kekurang teknologi kapal selam kita. Transfer teknologi pelapisan anti sonar (versi pengembangan lanjutan atas serat alberich) dan sistim peluncuran rudal dari wahana kapal selam mutlak harus dimiliki, selain ToT teknologi rudal itu sendiri, tentunya
Melalui kontrak pembelian kapal selam U-214 dari Jerman, kita berharap kewajiban akan ToT dapat dipenuhi berdasarkan amanat undang-undang. Alih teknologi lambung besi non magnetic tentu tidak gampang didapat, namun juga bukan berarti mustahil untuk dinegosiasikan

Sebuah opini pribadi

Menurut saya, ada empat hal penting yang patut dijadikan acuan ketika kita berdiskusi tentang midget…
Satu… Pembuktian sejarah ketika alat tersebut dipakai di medan pertempuran, battle proven
  • Ya… Sejarah telah membuktikan (walaupun belum optimal) peran strategis yang telah dimainkan midget pada perang dunia kedua, di saat teknologi kapal selam belum semaju sekarang.
Kedua… The man behind the gun
  • Anggota Korps Hiu Kencana telah lama membuktikan kualitas diri mereka dalam setiap misi yang melekat pada korpsnya… Semangat juang dan profesionalisme merupakan tradisi yang melekat… dan mudah-mudahan diturunkan ke generasi berikutnya
Ketiga… Alih teknologi
  • Teknologi yang kita dapatkan disaat kita belajar membuat kapal selam berukuran standar dapat diaplikasikan pada kapal selam midget… hanya perlu mengecilkan ukuran, downsizing. Terlebih jika rudal S – Club dapat di-downsize juga… memberikan efek berganda atas deterrent yang ditimbulkan midget
Keempat… Jumlah
  • Biaya produksi yang murah… Jauh lebih murah ketimbang membuat sebuah kapal selam berukuran standar… Membuat kita berpeluang membangun midget dalam jumlah yang signifikan… Jika selama ini kita selalu mengeluh akan keterbatasan kuantitas atas sebuah jenis senjata yang dimiliki TNI… maka dengan midget, kendala itu teratasi
Saya berpendapat bahwa satuan kapal selam midget tidak boleh hanya dijadikan salah satu dari sekian banyak senjata yang kita miliki… tapi sebaliknya TNI AL harus lebih serius mengkaji dan mengembangkan doktrin khusus bagi armada midget yang dimiliki TNI AL.
Inilah pendapat saya… bagaimana dengan mu, wahai teman ?

Catatan :
PKOB (Papa Kilo Oscar Bravo) adalah callsign atau kode internasional untuk kapal ber bendera/register port Indonesia diberikan pada saat masih di galangan sebelum serah terima..untuk kapal laut dan pesawat terbang yg ber-register Indonesia berawalan PK…karena kita eks jajahan belanda, belanda sendiri kode awal callsign-nya P seperti PDGH
Man – of – war adalah sebuah frasa yang ditujukan kepada kapal perang, bertentangan dengan peraturan umum dalam bahasa Inggris yang menyatakan bahwa semua kapal bersifat feminim. Hal itu kemungkinan muncul karena hal berikut : Men of war merupakan prajurit-prajurit yang dipersenjatai secara lengkap. Sebuah kapal yang penuh dengan prajurit yang dipersenjatai dengan lengkap akan dipanggil dengan panggilan ‘kapal man of war’. Berjalan dengan waktu, kata kapal dianggap tidak perlu dan dihilangkan dan tinggallah frasa – ‘a man of war’
(A phrase applied to a line of battle ship, contrary to the usual rule in the English language by which all ships are feminine. It probably arose in the following manner: ‘Men of war’ were heavily armed soldiers. A ship full of them would be called a ‘man-of-war ship.’ In process of time the word ‘ship’ was discarded as unnecessary and there remained the phrase ‘a man-of-war.’”;) —Talbot in Henry Fredrick Reddall Fact, fancy, and fable, 1892, p. 340
ASDIC, lebih dikenal orang Amerika sebagai sonar, pada dasarnya merupakan sebuah transmitter/pengirim – receiver/penerima yang mengirimkan gelombang suara yang amat terarah ke dalam air. Jika gelombang suara itu membentur objek yang sedang menyelam, maka gelombang suara tadi akan dipantulkan dan diterima oleh receiver. Waktu yang ditempuh dari pengiriman hingga gema diterima dijadikan dasar sebagai pengukuran jarak, yang kemudian ditampilkan sebagai sebuah cahaya yang berkedip di skala jarak.Dengan meletakkan Kepala transmitter hingga ia dapat diarahkan seperti lampu sorot, posisi dari target dapat dibaca dari kompas receiver. (by Afiq0110).

Jumat, 11 April 2014

Mengapa Australia Bersemangat Mencari MH370

ocean shield
Australia beberapa minggu terakhir menjadi negara yang memimpin pencarian pesawat Boeing 777 dari Malaysia Airlines, MH370 yang diperkirakan (dipastikan oleh Inmarsat) jatuh di laut Samudera Hindia pada tanggal 8 Maret 2014. Setelah bergulat dan dapat dikatakan gagal memanfaatkan informasi beberapa satelit dalam mendeteksi obyek di laut, kini kapal pencari dari Tiongkok dan Australia menemukan sinyal dari dasar laut yang diperkirakan buatan manusia.
PM Australia Tony Abbott  mengatakan kepada media di Pangkalan AU Pearce sebagai pangkalan aju SAR, Senin (31/3/2014), “Saya pastikan tidak menempatkan batas waktu pada ini [pencarian]. Intensitas pencarian dan ukuran operasi kami meningkat, tidak menurun,” katanya, seperti dilansir Reuters.
Operasi pencarian besar-besaran, terbesar dalam sejarah melibatkan 10 pesawat militer, empat pesawat sipil dan 13 kapal laut yang dipimpin oleh Air Vice Marshal (Ret) Angus Houston, mantan Chief of Air Force  dan juga pernah menjabat sebagai Chief of the Defence Force. Houston kini dalam operasi pencarian MH370 dipercaya sebagai Kepala dari  Joint Agency Coordination Centre (JACC).
Houston menyampaikan   kapal Angkatan Laut Australia Ocean Shield pada hari Kamis (10/3/2014) telah mendeteksi sinyal . yang mungkin berasal dari sebuah sumber buatan manusia. Sinyal kelima tersebut dideteksi oleh pesawat yang menangkap transmisi dari sebuah alat pendengar yang dipasang dekat kapal Ocean Shield.
Dari analisis penangkapan empat sinyal yang dideteksi di sebuah area kurang dari 40 kilometer jaraknya dari sebuah alat pencari milik AL Amerika yang dipasang pada Ocean Shield, kini area pencarian telah dipersempit dari  area seluas 75.000 kilometer persegi menjadi sekitar 58.000 kilometer persegi. Pusat area pencarian terletak kira-kira 2280 kilometer di barat laut Perth.
Marsekal Udara Houston  memperingatkan, karena lautnya sangat dalam (4.500 meter), maka upaya mencari pesawat yang hilang itu akan sangat sulit. Dikatakan oleh pakar kelautan Universitas NSW, Erik van Sebill, "Bekerja dekat dasar laut sangat sulit karena ini adalah wilayah yang belum dikenal, belum ada orang yang pernah ke sana sebelumnya," katanya. Belum lagi diketahui adanya endapan lumpur di dasar laut yang memperumit untuk menemukan dan pengambilan black box. Lumpur akan menelan apapun yang jatuh kedalamnya. Marsekal Houston menyetujui pendapat Sebill.
Apakah pencarian akan gagal? Belum tentu juga, karena baterai Electoral Emergency Beacon yang menempel di Black Box sebenarnya tidak pasti 30 hari, seorang anggota team SAR teman penulis mengatakan seperti baterai Adam Air yang berhasil ditemukan di kedalaman 2.000 meter, baterai bisa bertahan hingga 6 minggu. Mudah-mudahan pada kasus MH370 juga serupa terhadap kekuatan baterai yang jadwal penggantian baru akan dilakukan pada bulan Juni 2014.
Yang menjadi masalah tim pencari, dasar laut di lokasi merupakan daerah yang belum terpetakan, berlumpur dan bukan tidak mungkin adanya palung yang lebih dalam dari kedalaman 4,5 km.

Mengapa Australia Bersemangat
Disatu sisi, PM Abbott mengatakan di pangkalan AU Pearce, bahwa para  pencari berutang pada keluarga penumpang pesawat yang berduka untuk melanjutkan perburuan. Ditegaskannya bahwa dari akumulasi bukti, pesawat telah hilang di suatu tempat di Samudera Hindia.
Sementara dilain sisi, Australia merupakan negara yang bersama Malaysia tergabung dalam pakta pertahanan FPDA (Five Power Defence Arrangement), bersama Inggris, Selandia Baru (NZ), dan Singapura. Malaysia dan Singapura akan mendapat perlindungan dari anggota FPDA apabila mendapat serangan. Nah di sisi inilah, Australia jelas mempunyai tanggung jawab moril membantu sepenuhnya masalah hilangnya pesawat MAS MH370 yang sangat patut diduga telah dibajak oleh seseorang atau sebuah jaringan teroris.
Kasus MH370 ini menurut Australia lebih menjurus kepada sebuah serangan terhadap kelompok negara-negara commonwealth Inggris, khususnya Malaysia. Yang membuat Australia lebih fokus mencari pesawat tersebut, karena ingin mendapatkan bukti faktual apa dibelakang ini semua. Australia jelas gundah karena pesawat tersebut  melakukan desepsi, dan diterbangkan kearah Australia. Jelas ada pemikiran adanya kemungkinan (alternatif)  pelaku akan melakukan misi bunuh dirinya di Perth misalnya. ("penulis tetap berpendapat pesawat sengaja dijatuhkan di Samudera Hindia untuk menghilangkan bukti dan mengaburkan motif").
Australia menjadi khawatir dengan ulah teroris karena di Indonesia warganya mayoritas pernah menjadi korban bom Bali-I (2002) dan kantor kedubesnya di Jakarta pernah diserang pembom bunuh diri kelompok teroris Jaringan Al Qaeda Malaysia-Indonesia (2004).
Australia pasti berfikir bahwa kalau pembajakan ini merupakan aksi teror khususnya serangan dari jaringan Al Qaeda, wilayah serangan di kawasan Asia Tenggara dan pesawat yang dibajak bergerak menuju kearah negaranya. Karena itu Australia terlihat lebih sibuk dibandingkan Amerika Serikat.
Australia faham dengan bentuk ancaman ini, serangan teror berupa pembajakan nilainya sangat spektakuler karena akan terus diberitakan oleh media. Itulah yang diharapkan teroris, sebagai iklan gratis. Karena itu dengan berbagai upaya, black box yang dianggap sebagai jawaban apa dibelakang kasus harus mereka temukan. Penunjukkan Air Chief Marshal Angus Houston pasti dengan pertimbangan pengalamannya sebagai Chief of Defence Force yang akan mampu menerjemahkan setiap detail informasi dari black box, jelasnya yang terkait dengan keamanan nasional Australia.
Kini bisa dibayangkan serangan "lone wolf" istilah penyerang tunggal dari sebuah jaringan  teroris apabila nantinya mampu dibuktikan, berhasil membuat sibuk dan menimbulkan rasa khawatir dan tertekan demikian banyak negara. Yang lebih parah apabila bukti dan motif mengapa pesawat ditemukan di Samudera Hindia tetap tidak jelas.
Australia menjadi salah satu negara yang akan terus tegang dan khawatir akan serangan teroris susulan. Kira-kira itulah jawabannya. Apakah Indonesia tidak akan diserang? Sangat mungkin, karena teroris bisa saja menggunakan wilayah negara manapun untuk meneror negara yang mereka target. Artinya  kalau kita menyadarinya, ya menjadi ikut tegang. Bukti sudah pernah ada, bom bunuh diri terhadap AS dan Australia di Indonesia.
Oleh : Marsda (Pur) Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen
Ilustrasi foto : smh.com.au

P3 Cheetah: Kendaraan Aksi Khusus Kopaska TNI AL

Indonesia US Navy Myanmar
Mengikuti jejak Kopassus (Komando Pasukan Khusus) TNI AD, yang lebih dulu mengadopsi jeep tempur Flyer 4×4 sejak tahun 90-an. Satuan elit di lingkungan TNI AL dan TNI AU pun ikut melirik menggunakan jenis jeep yang serupa, yakni rantis four wheel drive yang mampu melahap medan berat. Beda dengan jeep militer kebanyakan, jenis jeep tempur yang dimaksud justru menghilangkan elemen perlindungan lapis baja bagi awaknya, karena memang mengedepankan pada misi serbuan cepat dalam pertempuran jarak dekat (CQB).
Dari sekian deret nama rantis yang sejajar dengan Flyer Kopassus, ada sosok P3 Cheetah hasil produksi PT. Sentra Surya Ekajaya (SSE). Dari beberapa varian, salah satunya digunakan oleh satuan elit TNI AL, Kopaska (Komando Pasukan Katak) untuk aksi khusus, oleh karena itu kendaraan ini akrab juga disebut sebagai Ransus. Bagi Anda sekalian pemerhati militer di Tanah Air, rasanya tak sulit untuk mengenali kendaraan off road ini, pasalnya Cheetah sering tampil di layar TV, seperti saat operasi pengamanan di Lanudal Juanda, Surabaya dan area dermaga.
Tentu kebisaan rantis ini tak sebatas untuk patroli. Dengan desain yang sangar, Cheetah punya spesifikasi sebagai kendaraan penyerbu ringan yang punya mobilitas tinggi. Karena spesifikasinya yang khusus, maka yang mengoperasikan hanya pasukan elit. Secara umum, Cheetah di desain untuk 3 pasukan, namun dalam operasi serbu, rantis ini dapat mengangkut hingga 10 pasukan ke titik serbu. Tak hanya untuk urusan serbu menyerbu, kalau kepepet, Cheetah dapat disulap menjadi kendaraan evakuasi di daerah operasi.
CA340150
1551
Kelengkapan rompi anti peluru menjadi syarat mutlak bagi awak Cheetah.
Kelengkapan rompi anti peluru menjadi syarat mutlak bagi awak Cheetah. Nampak senapan mesin M-60 kaliber 7,62 mm.

Namanya juga kendaraan serbu, meski tiap personel di dalamnya sudah well prepared dengan seabreg senjata, tapi toh harus ada senjata yang terpasang. Nah, untuk keperluan membabat lawan, Cheetah dapat dipasangkan aneka jenis senjata ringan dan sedang. Sebut saja FM MAG dan M-60 GPMG (General Purpose Machine Gun) atau kalau mau cepat menuntaskan musuh, bisa dipasang pelontar granat otomatis AGL-40. Dudukan senjata tersebut dipasang diatas rangka pelindung (roll bar). Bila itu dirasa masih kurang memadai, pada sisi kanan dan kiri tempat duduk bekalang, juga dapat dipasang dudukan senjata kaliber 5,56 mm atau 7,62 mm.
Demi mempertahankan mobilitas tinggi, dan bobot seringan mungkin, maka tidak ada pelindung khusus untuk menghindari terjangan proyektil. Menghadapi situasi tersebut sudah lumrah bila awak rantis sudah menggunakan helm dan kostum rompi anti peluru.
P3Ransus2
p3-cheetah2
p3-cheetah1
011
Cheetah memang dirancang sebagai kendaraan ringan dengan bobot 1,5 ton. Materialnya menggunakan heavy duty rigid axle & coil spring suspension untuk bergerak lincah dan cepat. Tidak memiliki pintu dan atap mengurangi berat dan mempermudah gerak pasukan dan memiliki sudut pandang, dan ground clearance yang tinggi, mendukung Cheetah untuk melintasi berbagai medan sulit seperti jalan berbatu, gurun, jalan terjal, jalan berlumpur, pasir dan sebagainya.Selain itu kendaraan ini juga mampu melintasi medan super bowl.
Cheetah ditenagai mesin turbo diesel 3.000 cc 145 hp. Rantis ini memiliki power to weight ratio lebih dari 82.5 hp/ton. Mampu melaju dengan kecepatan 140 km/jam, serta melintasi tanjakan 45 derajat dengan kecepatan tinggi dan melintasi sungai sedalam satu meter. Untuk urusan daya jelajah, Cheetah dapat menjangkau hingga 500 km atau 8 jam operasi, dengan kapasitas bahan bakar 70 liter. Sebagai kendaraan dengan kemampuan off road, sisi perlidungan lebih ditekankan pada rangka pelindung yang terbuat dari baja tubular untuk menahan benturan. (Bayu Pamungkas)

Spesifikasi P3 Cheetah
Panjang : 4.025 mm
Lebar : 1.960 mm
Tinggi : 1.900 mm
Wheel base : 2.794 mm
Berat : 1,5 ton
Bodi : alumunium
Mesin : KE – Turbo Diesel, 3000 cc 145 hp
Transmisi : Automatic 3 speed
Kelistrikan : 24 volt DC
Axle depan & belakang : EV – 80
Rem Depan : Disc Brake, EV – 80
Rem Belakang : Disc Brake, EV – 80
Axle Gear Ratio : 6:37
Suspensi : Old Man Emu HD
Shock Breaker : Sky Jackers
Steering System : Powered Steer Velg : Beadlock 16”
Ban ( Non-Run Flat ) : Simex 34 x 11.5 x 16
Kapasitas Tangki BBM : 70 liter

Burung Besi Istana untuk Presiden Baru

Pesawat kepresidenan ini bagai hadiah dari SBY kepada penerusnya.

Pesawat kepresidenan RI tiba di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, 10 April 2014.
Pesawat kepresidenan RI tiba di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, 10 April 2014. (VIVAnews/Ikhwan Yanuar)
Pesawat berwarna biru langit itu mendarat mulus di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, pukul 10.00 WIB, Kamis 10 April 2014. Tulisan "Republik Indonesia" diakhiri logo burung Garuda terpampang di sisi kanan dan kiri pesawat.
Posisinya persis di atas jejeran jendela penumpang dan dekat pintu masuk bagian depan pesawat.

Garis lengkung merah putih, sewarna bendera RI, bagai membelah badan pesawat menjadi dua bagian, memisahkan warna biru langit di punggung pesawat dengan warna putih di perut pesawat. Sementara itu, logo bendera Merah Putih terpancang di bagian ekor pesawat.

Itulah pesawat kepresidenan Republik Indonesia buatan Boeing, Amerika Serikat, yang dibeli RI seharga Rp820 miliar, dan mulai dibuat sejak 2011. Pesawat ini tiba di Tanah Air enam bulan menjelang berakhirnya masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dengan demikian, SBY hanya punya sedikit waktu untuk merasakan terbang bersama pesawat baru ini.

Presiden baru hasil Pilpres 2014 lah yang bakal sepenuhnya menggunakan pesawat jenis Boeing Business Jet 2 (BBJ2) 737-800. “Presiden mendatang yang akan lebih banyak pakai pesawat ini,” kata Menteri Sekretaris Negara, Sudi Silalahi, ketika menyambut kedatangan pesawat kepresidenan RI itu di Bandara Halim Perdanakusuma.

Sudi menyatakan, pesawat kepresidenan sebagai sarana transportasi RI 1 ini bisa menghemat anggaran hingga Rp114 miliar per tahun di masa depan. Ia mengklaim, jauh lebih murah memiliki pesawat kepresidenan sendiri ketimbang menyewa dari maskapai Garuda Indonesia.

“Kita bangga. Setelah 69 tahun merdeka, kita punya pesawat sendiri. Ini karena kemampuan finansial kita yang semakin baik,” ujar Sudi. Pembelian pesawat kepresidenan itu telah disetujui DPR dan sudah dikonsultasikan dengan ahli-ahli pesawat.

Namun, "Air Force One" RI tersebut belum bisa langsung digunakan oleh Presiden karena perlu disertifikasi lebih dulu. Sudi berharap proses sertifikasi dapat diselesaikan Jumat ini, sehingga pekan depan pesawat bisa diuji coba dan setelahnya bisa digunakan oleh Presiden.

RI memilih BBJ2 sebagai pesawat kepresidenan karena dua alasan. Pertama, dari segi operasional, para pilot di dalam negeri, termasuk pilot TNI AU, lebih mengenal pesawat jenis Boeing. Kedua, dari segi perawatan, Indonesia lebih siap dan mampu merawat Boeing ketimbang pesawat merek lain.
Ini karena Boeing telah banyak digunakan untuk penerbangan VVIP berbagai negara di dunia.

Sebelum mendarat di Jakarta, pesawat kepresidenan RI itu telah melalui empat hari uji coba penerbangan. Pada 7 April 2014, pesawat diterbangkan dari Delaware, Amerika Serikat, menuju Wellington, Selandia Baru. Penerbangan kemudian dilanjutkan dari Wellington menuju Sacramento, California, AS.

Selanjutnya, pada 8 April 2014, pesawat diterbangkan dari Sacramento ke Honolulu, Hawaii, AS. Pada 9 April 2014, pesawat diterbangkan lagi dari Honolulu ke Guam di barat Samudera Pasifik.
Tanggal 10 April 2014, barulah pesawat diterbangkan dari Guam pukul 03.30 waktu setempat menuju Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta. Perjalanan dari Guam ke Indonesia menghabiskan waktu 6 jam 30 menit.

Pada penerbangan itu, pesawat dikemudikan oleh pilot dan kopilot dari Boeing, Kapten David dan Kapten Jean. Ikut di dalamnya tiga anggota TNI Angkatan Udara, yakni Letkol (Pnb) Firman Wirayuda, Letkol (Pnb) Ali Gusman, dan Peltu Suminardi.

Pesawat kepresidenan RI ini akan dioperasikan dan dirawat dengan standar internasional oleh TNI AU dan Garuda Indonesia. Dalam proses pemeliharaan itu, mereka akan berkomunikasi intensif dengan Boeing selaku produsen pesawat.

“Pastikan pesawat ini memberikan tingkat keamanan, kenyamanan, dan keselamatan yang tinggi bagi Presiden dalam menunaikan tugas konstitusional,” kata Sudi Silalahi.

Ia juga mengingatkan supaya anggaran untuk operasionalisasi pesawat berjalan lancar. “Cegah semua bentuk pemborosan anggaran. Upayakan agar anggaran operasional dan perawatan pesawat benar-benar efisien serta efektif,” ujar Sudi.

Direktur Utama Garuda Indonesia, Emirsyah Satar, mengatakan, penggunaan pesawat kepresidenan memiliki banyak keuntungan, termasuk dari segi efisiensi. Selain itu, tidak akan ada lagi jadwal pesawat komersial Garuda yang terganggu jika tiba-tiba Presiden memerlukan pesawat.

Spesifikasi dan Desain

Pesawat kepresidenan RI memiliki interior mewah, dilengkapi 2 ruang rapat VVIP, 12 area eksekutif, dan 44 area staf. Konfigurasi interior itu telah disesuaikan dengan kebutuhan Presiden RI. Boeing menyatakan, pesawat jenis BBJ2 memang didesain untuk keperluan VIP.

Untuk eksteriornya, BBJ2 memiliki panjang sekitar 39,5 meter dengan panjang sayap 35,8 meter dan tinggi ekor 12,5 meter berdiameter 3,37 meter. Sementara itu, untuk interiornya, BBJ2 mempunyai panjang 29,97 meter dengan tinggi 2,16 meter dan lebar 3,53 meter.

Dengan daya tampung 39.539 liter bahan bakar, BBJ2 dapat terbang maksimal sejauh 10.334 kilometer. Namun, jika pesawat terisi penumpang maksimal sebanyak 50 orang, jarak tempuhnya 8.630 kilometer. Jarak tempuh itu bisa dilalui dengan kecepatan maksimal 871 kilometer per jam.

Spesifikasi pesawat kepresidenan RI itu antara lain mampu terbang jauh sekitar 10-12 jam, mampu menghalau peluru kendali, dapat mendarat di bandara kecil, bisa memuat rombongan Presiden hingga 50 orang, memiliki peralatan navigasi, komunikasi, sistem keamanan, isolasi kabin, dan hiburan khusus selama penerbangan.

Dari total US$91,2 juta atau Rp820 miliar biaya yang dikeluarkan Indonesia untuk membeli BBJ2, senilai US$58,6 juta dialokasikan untuk badan pesawat, US$27 juta guna interior kabin, US$4,5 juta bagi sistem keamanan, dan US$1,1 juta untuk biaya administrasi.

Mengenai warna pesawat kepresidenan RI, Mensesneg menyatakan biru langit dipilih dari beberapa warna yang diajukan desainer TNI AU. “Ada 14 warna yang disodorkan ke Mensesneg. Lalu, dilakukan polling pendapat di Mensesneg. Lebih dari separuh peserta polling memilih warna biru,” kata Sudi.

Dari segi keamanan, biru bisa dijadikan kamuflase sebab sesuai warna langit. Selain itu, biru warna seragam TNI AU. “Jadi, soal warna ini tidak ada arahan dari siapa pun, termasuk Presiden SBY,” ujar Sudi.

Selama ini, Presiden menggunakan pesawat carteran Garuda untuk melakukan perjalanan dinas. Sistem carter ini tidak menguntungkan, sebab semakin sering Presiden melakukan lawatan, biaya terus meningkat.
Pada 2006 misalnya, anggaran lawatan dinas Presiden Rp75 miliar. Tahun 2007 melonjak menjadi Rp175 miliar, dan 2009 naik lagi ke angka Rp180 miliar.

Pemborosan itulah yang akhirnya membuat pemerintah RI memutuskan membeli pesawat kepresidenan. Kini, burung besi Istana itu telah tiba, dan tak lama lagi siap dipakai oleh sang Presiden dan para penerusnya.