Minggu, 23 Maret 2014

Menerawang penerapan Wajib Militer di Indonesia

Gambar

Belum lama ini pemeberitaan di media nasional tengah ramai tentang wacana pelaksanaan Wajib Militer atau wamil di Indonesia, dimana Draf RUU Komponen Cadangan Pertahanan Negara tengah digodok oleh Komisi 1 DPR. Wacana wajib militer di tanah air sebenarnya sudah sangat lama dibicarakan, secara konstitusi Republik Indonesia mungkin mengenal Wajib Militer tetapi pelaksanaanya belum pernah dilakukan. Wajib militer (wamil) adalah kewajiban bagi seorang warga negara berusia antara 18 – 27 tahun untuk menyandang senjata ,menjadi anggota tentara dan mengikuti pendidikan militer guna meningkatkan ketangguhan dan kedisiplinan warga negara.
Secara Teoritis, Wamil sangat berguna untuk meningkatkan kedisiplinan, ketangguhan, keberanian dan kemandirian seorang, yang biasa diwajibkan untuk ikut adalah kaum pria sedang untuk wanita hanya segelinter negara yang menerapkan seperti Korea Selatan. Meski pemerintah Indonesia sangat antusias untuk segera menerapkan kebijakan wajib militer sesuai perintah UU komponen cadangan, namun di beberapa negara yang sudah senior menerapkan wajib militer bagi rakyatnya malah memunculkan reaksi penolakan, seperti kasus Perang Vietnam dimana rakyat Amerika serikat menolak untuk berpartisipasi mengikuti Wamil sebagi protes atas keterlibatan Pemerintahannya dalam perang Vietnam.
Nah, apakah kebijakan Wamil cocok diterapkan di Indonesia saat ini? Rakyat Indonesia yang belum pernah merasakan wajib militer kemungkinan akan memunculkan golongan pro dan kontra bila RUU Komcad. Iseng2 wacana wajib militer ini ane coba diskusikan ke beberapa teman, hasilnya malah sebuah jawaban yang pesimistis yang sepertinya patut direnungkan, seperti :
  • Lembaga Kepolisian yang seharusnya menjadi panutan dalam hal ketaladan dan disiplin bagi masyarakat malah namanya buruk berkat ulah oknum2 nakalnya dan kinerjanya dilapangan yang dianggap jauh dari kata memuaskan, sebaiknya lembaga2 abdi negara yang terlebih dahulu di Wamilkan sebagai contoh bagi masyarakat.
  • Orang Indonesia terkenal kreatif, meski dipaksa untuk ikut wamil pasti ada sejuta cara untuk mengelaknya. Kita lihat saja apa saja modusnya..
  • Kondisi negara yang tengah stabil dan damai nantinya kemungkinan dimata masyarakat awam dianggap sebuah kebijakan yang belum dibutuhkan.
  • Masalah Anggaran dan Pengelolaannya untuk membiayai pelaksanaan wajib militer diperkirakan rawan dikorupsi mengingat Negara ini masih diliputi Tsunami korupsi. dsb
Sedangkan sisi Optimis tentang wamil bagi bangsa Indonesia menurut ane antara lain :
  • Memupuk jiwa kepimpinan, kedisiplinan, kemandirian, kepatuhan, kemandiran bagi warga negara. Sebelum seseorang diterima disebuah perusahaan negara yang bonafit seperti PLN, biasanya setelah lolos seleksi orang tersebut akan digembleng terlebih dahulu di markas militer. Nah ini lah satu satu manfaat dari kebijakan pendidikan ala militer.
  • Mengenal dan mempelajari cara mengoperasikan senjata api, bisa jadi pengalaman yang seru khusus bagi sipil yang hobi maen tari pelatuk ini. Juga menapat pengetahuan tentang prosesur dan pemakaian senjata api. Jadi ketika terjadi darurat perang, rakyat sipil tidak perlu dilatih lagi memakai senjata.
  • Berpengaruh pada kondisi perekenomian dan ketertiban, karena masyarakt sipil lebih giat dan tekun bekerja, berjiwa patriotik, berpikirian maju dan tak minder bersaing dengan negara lain. Dalam hal ketertiban, kebiasan buruk seperti tawuran, mudah terprovokasi, diadu domba  dapat dihilangkan.
Sejarah mencatat, wajib militer sebagai upaya menyediakan komponen cadangan lahir dari sebuah perang besar. Ketika negara tengah terlibat konflik dan membutuhkan angkatan perang yang cukup maka negara mengambil rakyat sipil untuk dilatih sebagai tentara. dari jaman perang dunia hingga jaman modern sekarang ini, beberapa negara masih meneruskan kebijakan wamilnya terutama bagi negara yang secara teknis masih dilanda konflik seperti Korea Selatan yang suatu waktu bisa berperang dengan Korea Utara, ROC (Taiwan) yang bisa kapan saja di Invasi Tiongkok, Iran yang masih memiliki pasukan Pasdaran (cadangan) karena dibawah ancaman invasi Amerika dan Israel. Tetangga kita Singapura, karena keterbatasan jumlah SDM militernya maka mereka tetap memberlakukan wamil bagi warga negaranya.
At least, kita dukung saja perihal pelaksanaan UU komponan cadangan ini, nantinya tentu saja akan ada proses evaluasi oleh pemerintah apakah penerapan wajib militersudah dilakukan dngan baik dan memberi manfaat yang nyata atau hanyalah sebuah kebijakan yang justru tidak menghasilkan hal yang diharakan.

Kostrad TNI AD, Pasukan Infanteri paling Unik di Dunia

kostrad_skul
All Hands,
Semenjak Berdirinya dalam lingkungan Angkatan Darat Tentara Nasional Indonesia, Kostrad telah menorehkan banyak catatan gemilang yang sangat berjasa bagi Ibu Pertiwi. Di bentuk pada tahun 1961 semasa kampanye Trikora dalam rangka pembebasan Irian Barat dari Belanda, Kostrad : Komando Strategis Angkatan Darat (Army Strategic Reserve Command) merupakan bagian dari komandO tempur utama milik TNI AD yang memiliki kekuatan personil antara 25.000 sampai 40.000 (tak ad jumlah pasti). Pada waktu kampanye Trikora, Kostrad merupakan salah satu kekuatan Inti Komando Mandala Irian, kemudian berganti nama menjadi Kostrad pada 1963.
Setelah selesai mengikuti misi pembebasan Irian barat, sepak terjang Kostrad makin gemilang di akhir Orde Lama dan di masa Orde Baru. Pasukan dengan baret berwarna hijau berwarna hijau dan memiki lambang senjata sakti Cakra Sapta Agni telah banyak memakan asam garam medan pertempuran, dari Operasi Trikora, penumpasan G30S, Operasi Trisula, PGRS di Serawak, PARAKU dikalimantan Utara, Operasi Seroja di Tim Tim serta menjadi tim pasukan penjaga perdamaian PBB. Nah, Uniknya Kostrad merupakan pasukan Infanteri yang paling sulit dicari tandingannya dari Korps negara lain, keunikan Kostrad karena kemampuan yang dimiliki setiap anggota Kostrad sangat berbeda dari Infanteri kebanyakan. Bahkan bentuk pelatihannya pun beraneka ragam, tak hanya pelatihan standar infantery namun ditambah pelatihan para komando dan spesialisasi lain khas pasukan khusus
Kostradtrooper
Pasukan Kostrad juga memiliki kemampuan terjun payung alias Pasukan Lintas Udara (3rd Airborne Infantry Brigade) menjadikan Kostrad bukanlah pasukan darat biasa, inilah salah satu keunikan Kostrad. Selain itu, didalam kostrad juga memiliki unit-unit lain dengan spesialisasi khusus. Kostrad bahkan memiliki satuan Kavaleri (lapis baja), Batalion Zeni, Artileri Medan, unit pasukan anti teror dan peperangan dalam kota, Raider atao banteng Raider. Sebagai pasukan besar yang siap menjalankan perintah Panglima TNI, Kostrad saat ini memiliki 2 Divisi, yakni 1st Division bertempat di Cilodong Jawa Barat dan 2nd Division di Singasari Malang. Pada taun 2009, 3rd Divison Kostrad di Gorontalo dan Makasar secara bertahap mulai dibangun sampai dengan tahun 2014.
Sumbangsih lain Kostrad bagi Ibu pertiwi antara lain secara berkala mengirimkan pasukan menjaga Perbatasan Republik Indonesia dengan negara tetangga yang diserahkan pada Batalyon Infanteri/Yonif dibawah Kostrad. Dari sekian banyak batalion Infantri Angkatan darat khususnya miliki kostrad, ada salah satu batalyon Infantri yang cukup “ditakuti” yakni, Batalyon Infanteri Lintas Udara 305, Brigif Linus 17/Kujang 1 Kostrad yang bermarkas di Karawang Jawa Barat. Kabarnya Pasukan ini selalu menuntaskan semua misi yang diembannya, memiliki nama lain Yonif 305 Tengkorak karena kesatuan ini memiliki simbol tengkorak mematikan. Seperti Batalyon Raider Kostrad, Yonif Tengkorak juga dirancang sebagai pasukan yang siap diterjunkan dalam perang2 berkelanjutan, semakin panjang pertempuran, semakin ganas dalam mengalahkan lawan.
bukukostrad
cover buku (jihad-defence-indonesia.blogspot.com)

Moto yang dipunyai Kostrad adalah Dharma Putra, merupakan nama dari 7 Prajurit Elite penjaga Raja-Raja Majapahit, bisa  di ibaratkan Kostrad merupakan salah satu pilar utama dalam melindungi keutungan Negara kesatuan Republik Indonesia, Sayang karena termasuk kekuatan negara yang dirahasiakan tak banyak lagi sepak terjang dan detail kekuatan yang bisa ane tuliskan (kayaknya butuh bocoran orang dalam neh :-D), serta persenjataan tempur yang dimilki Kostrad berserta unit-unit didalamnya. Bagi yang ingin tahu lebih detail dan jelas perihal sepak terjang pasukan Kostrad terutama yang ditugaskan sebagai penjaga perbatasan di Kalimantan, bisa membaca buku yang berjudul “Ancaman di Batas Negeri, Kostrad di Perbatasan Entikong ” karya Maria Dominique. Buku ini cocok jadi bahan bacaan anak2 muda Indonesia, agar semakin cinta tanah air.
Salam Komando !

Senjata Baru TNI yang Tidak dimiliki Tentara Negara Lain


Raider Bersumpit

“Senjata sumpit ini memang hebat dan tidak kalah dengan senjata api, pistol ataupun senapan. Oleh karenanya, satuan ini menjadi tertarik mengadopsinya menjadi salah satu peralatan tempur prajurit dan mengkombinasikannya dengan senjata organik militer mereka, Untuk dipergunakan bagi kepentingan tugas.”

Sebagai satuan tempur yang memang dalam kehidupan kesehariannya bergaul dengan senjata mematikan untuk membunuh musuh, maka Yonif 600/Raider yang bermarkas di Kalimantan ini terinspirasi oleh senjata yang biasa dipergunakan oleh Suku Dayak di pedalaman Kalimantan. Senjata Sumpit yang biasa diguakan oleh Suku Dayak ini untuk berburu binatang, dengan menggunakan anak sumpit yang ujungnya diberi racun dari ramuan getah tumbuh-tumbuhan dan bisa binatang buas, dapat menimbulkan efek kematian yang relatif singkat pada sasaran yang disumpitnya.

Realisasinya, pada Pebruari 2003 satuan ini membentuk “Tim Sumpit”, yang
personelnya diambil dari para prajurit batalyon keturunan asli Dayak. Sebulan kemudian,Yonif 600/Raider mendatangkan pelatih dari tokoh Dayak Pedalaman yang terkenal dengan sumpit beracunnya untuk melatih 25 orang prajurit tentang cara penggunaan sumpit dan pembuatan racun yang dipakai untuk anak sumpit.
Memang, sebelum masuk menjadi tentara, kedelapan puluh lima orang prajurit itu sudah terbiasa menggunakan sumpit dalam kehidupan sehari-harinya untuk berburu hewan di hutan. Namun didalam penggunaan ramuan yang dipakai untuk anak sumpit berbeda-beda, karena mereka berasal dari bermacam-macam Suku Dayak. Agar terdapat kesamaan dalam penggunaan ramuan racun anak sumpit, yang menghasilkan racun yang sangat bagus, mematikan dan cepat reaksinya, maka mereka dibimbing selama tiga bulan oleh para tokoh Suku Dayak pedalaman Kalimantan itu. Selain itu, mereka juga mendapat pelatihan tentang bagaimana cara membawa dan teknik menggunakan senjata sumpit di medan pertempuran, mengingat mereka juga harus tetap membawa perlengkapan perorangan, termasuk ransel dan sejata api.

Setelah latihan selesai, lalu keduapuluh lima orang prajurit itu disebar ke kompi-kompi dan pada setiap seminggu sekali mereka memberikan pelatihan kepada rekan-rekannya yang lain, agar seluruh anggola Yonif 600/ Raider mampu menggunakan sumpit.
Inisiatif dan upaya keras untuk menjadikan Sumpit sebagai senjata prajurit ini ternyata tidaklah sia-sia. Terbukti saat Yonif 600/ Raider bertugas ke Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) 2004¬2005, personel Tim Sumpit yang disebar ke dalam tiap-tiap tim, dengan pembagian di setiap tim terdapat tiga hingga empat orang prajurit berkemampuan menggunakan senjata Sumpit, berhasil membunuh empat orang. pemberontak GAM, sekaligus menyita empat pucuk senjata AK-47 yang mereka pakai.
Ceritanya, pada Pebruari 2004 saat “Tim Anas-1 Kipan A Yonif 600/Raider yang dipirnpin Lettu Inf Mulyadi melaksanakan penyergapan di Kampung Blang Sukun, Pidie. Ketika itu, tim dibagi menjadi empat kelompok, salah satu tim dipimpin Oleh Kopda Impung Upai, salah satu personel “Tim Sumpit, yang jabatan sehari-harinya di satuan adalah sebagai Tamtama Penembak SMR (Senapan Mesin Ringan). Sebelum kelompok lain masuk kedudukan, Kelompok-4 yang dipinpin Kopda Impung Upai, putra asli Dayak kelahiran Datah Bilang, Tenggarong 6 .luli 1977  ini adalah kelompok yang pertama kali masuk kedudukan. Saat akan masuk, terlihat satu orang pos tinjau GAM lengkap dengan senjata AK 47 sedang berjaga-jaga. Agar gerakan tetap rahasia dan kehadiran pasukan tidak diketahui musuh, Kopda Impung Upai lalu melumpuhkan pos tinjau tersebut dengan menggunakan sumpit. Anak sumpit tepat mengenai leher bagian belakang anggota GAM itu. Tidak lebih dari 10 detik, orang itu roboh dengan tidak menimbulkan suara berisik . Senjata lain mereka ambil. Dengan tewasnya pos tinjau GAM tersebut, kelompok lain dari pasukan Yonif 600/Raider dapat masuk kedudukan dengan aman tanpa diketahui GAM dan penyergapan pun dapat dilaksanakan dengan sukses tanpa ada korban dari pihak kawan.
Raider menggunakan sumpit sebagai senjata mematikan untuk menghadapi musuh di dalam penugasan inilah, yang merupakan ciri khas Yonif 600/Raider dan membedakan satuan kami dengan satuan raider lainnya di Indonesia” Danyonif 600/Raider letkol Inf R. Haryono. Penggunaan sumpit memang sangat cocok untuk pasukan raider, yang salah satu semboyannya adalah “senyap dalam bergerak”. Selain untuk menjaga kerahasiaan gerak pasukan,juga untuk “bunuh senyap”. Keberadaan senjata sumpit terasa tepat menggantikan fungsi senjata berperedam, yang Iebih diperuntukkan bagi aksi pertempuran kota atau Pertempuran .larak Dekat (PJD) dan tidak dipergunakan untuk medan-medan penugasan berupa hutan.
Dengan mempelajari kesuksesan penggunaan sumpit di medan tugas, maka sampai sekarang Yonif 600/Raider tetap memelihara kemampuan personelnya dalam menggunakan sumpit dan menjadikan penggunaan sumpit sebagai kualifikasi seluruh personel Yonif 600/Raider, sekaligus melakukan regenerasi personel Tim Sumpit dengan merekrut para prajuril batalyon yang berasal dari etnis Dayak. Suku Dayak mengenal berbagai macam senjata yang biasa digunakan untuk berburu dan berperang pada zaman dahulu atau untuk kegunaan sehari-hari, seperti di ladang. Misalnya sumpitan (sipet), mandau, lonjo (tombak), perisai (telawang), dan taji.
Senjata sumpit berupa buluh dari batang kayu bulat sepanjang 1,9 meter hingga 2,1 meter. Sumpit harus terbuat dari kayu keras seperti kayu ulin, tampang, lanan, berangbungkan, rasak, atau kayu plepek. Diameter sumpit dua hingga tiga sentimeter yang berlubang di bagian tengahnya, dengan diameter lubang sekitar satu sentimeter. Lubang ini untuk memasukkan anak sumpit atau damek. Secara tradisional, kalau ingin tepat sasaran dan kuat bernapas, panjang sumpit harus sesuai dengan tinggi badan orang yang menggunakannya, Bagian yang paling penting dari sumpitan, selain batang sumpit, yaitu pelurunya atau anak sumpitnya yang disebut damek. Ujung anak sumpit runcing, sedang bagian pangkal belakang ada semacam gabus dan sejenis dahan pohon agar anak sumpit melayang saat menuju sasaran.Racun damek oleh etnis Dayak Lundayeh disebut parir. Racun yang sangat mematikan ini merupakan campuran dari berbagai getah pohon, ramuan tumbuhan serta bisa binatang seperti ular dan kalajengking. Selain beracun, kelebihan yang dimiliki senjata ini dibandingkan dengan senjata khas Dayak lainnya, yakni kemampuan mengenai sasaran dalam jarak yang relatif jauh. Jarak efektif bisa mencapai puluhan meter, tergantung kemampuan si penyumpit. Selain itu, senjata ini juga tidak menimbulkan bunyi. Unsur senyap ini sangat penting saat mengincar musuh maupun binatang buruan yang sedang lengah.
 

KSAU Tinjau Kesiapan Skadron Pesawat Tempur F-16

 
DELAPAN unit pesawat tempur F-16 diharapkan sudah datang tahun ini di Indonesia sebelum Hari Ulang Tahun (HUT) Tentara Nasional Indonesia (TNI), 5 Oktober 2014. Kedatangan pesawat F-16 itu akan bertahap hingga selesai Rencana Strategis (Renstra) II pembangunan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) menjadi satu skadron dengan 16 unit pesawat.

Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia kepada Wartawan saat kunjungan kerjanya, di Lanud Roesmin Nurjadi, Pekanbaru, Rabu (19/3) lalu.

Dalam siaran pers Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau), Marsekal Pertama TNI Hadi Tjahjanto, S.IP, mengatakan kunjungan KSAU tersebut untuk melihat kebijakan Markas Besar Angkatan Udara (Mabesau) bisa terealisasi sesuai dengan kebijakan tersebut, seperti pembangunan alutsista, perawatan alutsista apa sudah sesuai dengan direncanakan. Demikian juga fasilitas pembangunan Skadron sehingga perencanaan untuk menempatkan Skadron 16 di Pekanbaru sesuai dengan rencana.

Pada kesempatan itu, KSAU juga kembali menekankan tentang netralitas TNI AU dalam pelaksanaan pemilihan anggota legislatif maupun Pemilihan Presiden RI 2014. "Netralitas harus benar-benar dikawal oleh Lanud-Lanud agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik,” kata KSAU mengingatkan.

KSAU juga mengingatkan pentingnya Keselamatan Terbang dan Kerja agar harus mencapai zero accident. Menurutnya, sebelum melaksanakan tugas harus selalu melakukan check and recheck kelaikan terbang.

KSAU juga meminta agar pengamanan aset yang sudah disertifikat dapat segera dimanfaatkan, baik dikerjasamakan maupun dikelola sendiri. Ia juga berharap agar aset yang masih dikuasai masyarakat dapat diselesaikan dengan baik melalui kerohiman maupun melalui jalur hukum. “Jangan membuat permasalahan baru,” tegas KSAU.

Memperkuat Hankam


Salah satu elemen esensial dalam sebuah negara adalah pertahanan dan keamanan (hankam). Sebuah negara akan mampu mempertahankan kedaulatannya jika memiliki hankam yang kuat. Pembangunan hankam tentu saja harus menitikberatkan pada aspek kesinambungan. Di masa menjelang pergantian kepemimpinan nasional saat ini, kita patut mengingatkan agar hal tersebut menjadi perhatian siapa pun yang akan menjadi presiden di masa mendatang.
Terkait pembangunan hankam adagium ci vis pacem para bellum yang dikemukakan penulis militer Romawi, Publius Flavius Vegetius Renatus, telah disepakati semua negara berdaulat. Adagium itu bermakna, jika ingin damai bersiaplah perang.
Penyiapan perang bukanlah upaya perlombaan senjata dan provokasi untuk menciptakan perang. Menyiapkan perang adalah perbaikan dan peningkatan kualitas sistem hankam, baik mencakup aspek sumber daya manusia maupun persenjataan, untuk menjaga kedaulatan negara. Kementerian Pertahanan telah memiliki blue print mengenai rencana pembangunan pertahanan hingga tahun 2029. Dalam blue print itu sudah memuat doktrin, strategi dan target pertahanan bangsa ini. Dengan adanya blue print itu maka pemerintah berikutnya tinggal meneruskan sistem pertahanan yang ada dan ditambahkan sesuai kebutuhan zaman. Dengan demikian, kesinambungan pembangunan hankam dapat terjaga.
Saat ini, Indonesia tengah membangun industri persenjataan. Sebab, kita yakin tidak ada satu negara pun di dunia yang memiliki kekuatan pertahanan tanpa dukungan industri persenjataan. Hanya dengan industri persenjataan yang kuat, sebuah negara mampu meningkatkan kekuatan pertahanannya.
Sesuai UU 16/2012 tentang Industri Pertahanan, semua alutsista harus diproduksi di dalam negeri. Impor hanya untuk senjata dan alutsista yang tidak bisa diproduksi di dalam ngeri. Itu pun dengan syarat ada alih teknologi agar satu saat bisa diproduksi di dalam negeri. Indonesia kini sudah mampu memproduksi berbagai jenis senjata, panser, kapal laut, dan pesawat. Bersama Korsel, Indonesia menjajaki pembuatan kapal selam dan pesawat tempur.
Sebagai kekuatan utama hankam, salah satu persoalan klasik yang dihadapi TNI adalah pemenuhan alutsista, sebagai elemen paling penting bagi TNI untuk mengemban tugas menjaga kedaulatan dan integritas NKRI. Itulah mengapa, dalam berbagai kesempatan, semua kalangan, termasuk presiden, selalu menyerukan pentingnya TNI memodernisasi alutsistanya. Apalagi, kecelakaan hingga merenggut nyawa prajurit kerap terjadi, yang umumnya dipicu usia alutsista yang sudah uzur atau derajat keandalan dan keselamatan yang rendah akibat minimnya biaya perawatan.
Kebergantungan alutsista impor tentu tidak menguntungkan, dan bisa membahayakan kedaulatan kita sebagai bangsa. Sebab, sudah kerap terjadi negara produsen mengembargo pengiriman alutsista termasuk suku cadangnya, sebagai cara mendikte pemerintah untuk memenuhi apa yang mereka kehendaki. Hal tersebut tentu memperlemah kekuatan hankam nasional, mengingat aktivitas kemiliteran banyak dilakukan di medan berat dengan intensitas operasional yang tinggi, termasuk untuk latihan guna meningkatkan keahlian dan profesionalisme prajurit. Tidak ada pilihan lain, kondisi alutsista harus prima, dan itu menuntut perawatan dan ketersediaan suku cadang.
Itulah mengapa dari tahun ke tahun pemerintah selalu meningkatkan anggaran pertahanan. Tahun lalu pemerintah mengalokasikan Rp 77 triliun dan tahun ini bertambah menjadi Rp 83 triliun. Tentu tidak semua anggaran itu diserap untuk belanja alutsista, tetapi juga untuk gaji prajurit dan kebutuhan lainnya. Namun, dipastikan peningkatan anggaran tersebut juga untuk merespons kebutuhan alutsista menuju essential minimum force.
Dalam jangka panjang, seiring dengan tren pertumbuhan ekonomi yang membaik, Indonesia diharapkan menjadi negara dengan militer yang kuat. Ditargetkan, pada 2045, bertepatan dengan satu abad usai Republik ini, belanja alutsista bisa mencapai minimal 1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), ditetapkan salah satu kegiatan utama di koridor ekonomi Jawa adalah industri alutsista. Saat ini, pemerintah sudah memiliki modal tiga BUMN strategis yang diberi mandat untuk menyiapkan alutsista TNI. Ketiganya adalah pertama, PT Dirgantara Indonesia (DI) yang diarahkan untuk menyokong alutsista TNI Angkatan Udara dan angkatan lainnya yang berhubungan dengan angkutan udara. Kedua, PT Pindad yang diarahkan untuk menyokong alutsista TNI Angkatan Darat dan angkatan lainnya yang berhubungan dengan persenjataan. Ketiga, PT PAL diarahkan untuk menyokong kebutuhan alutsista TNI Angkatan Laut. Dengan modal industri strategis untuk menopang alutsista ditambah peningkatan sumber daya manusia, diharapkan dapat menopang penguatan hankam.

Sabtu, 22 Maret 2014

Eurocopter AS 550 Fennec: Generasi Anyar Helikopter Serbu Ringan TNI AD

as550fennec_3
Bila Puspenerbal TNI AL mendapatkan ‘kado’ AS 565 MB Panther untuk melengkapi sistem senjata pada kapal perang, maka di matra udara dan darat pun turut kebagian jatah modernisasi di lini helikopter. Di lingkungan TNI AD, Puspenerbad seperti banyak diwartakan, bakal menerima heli serbu AH-64 Apache yang akan datang mulai tahun 2015 hingga 2017. Selain itu, korps kavaleri udara ini juga mendapatkan heli tempur serbaguna NBell-412EP buatan PT Dirgantara Indonesia (DI).
Nah, masih terkait dengan peran PT. DI, Penerbad TNI AD juga dijadwalkan akan menerima ‘barang baru’ untuk memperkuat lini heli serbunya. Kali ini yang digadang bukan heli tempur sangar kelas berat macam Mi-35P, tapi TNI AD juga melirik segmen heli serbaguna ringan. Dan, untuk segmen heli serbaguna ringan yang punya kemampuan serbu, tentu bukan cerita baru buat TNI AD yang telah mengoperasikan heli NBO-105 sejak tahun 70-an. Mungkin melihat tipikal medan di Indonesia, kebutuhan heli ringan serbaguna berkemapuan serbu nyatanya masih cukup besar, sementara NBO-105 sudah dihentikan produksinya pada tahun 2011.




Fennec011
Meski karir NBO-105 di lingkungan TNI AD belum bakal diakhiri dalam waktu dekat, TNI AD sudah menyiapkan ‘kawan’ yang sepadan, yaitu AS 550 Fennec buatan Eurocopter. Walau saat tulisan ini dibuat, belum terlihat penampakan Fennec di muka publik, tapi bakal hadirnya heli ini sudah mendapat konfirmasi dari pihak operator. TNI AD dijadwalkan mulai akan menerima Fennec pada tahun 2014 ini. Jumlah yang dipesan memang hanya untuk jatah melengkapi satu skadron, yaitu 12 heli dengan rencana kedatangan mulai periode 2014 hingga 2015. Disebut terkait dengan PT DI, karena helikopter ini nantinya akan dirakit di Bandung, sama halnya dengan AS 565 Panther yang juga produksi Eurocopter.
AS 550 Fennec berangkat dari rancangan heli sipil AS 350 Squirel, jadi jangan bayangkan sosok heli ini punya tampang sangar, malah tampangnya terbilang imut dengan sumber tenaga hanya dari satu mesin. Meski begitu, heli ringan dengan bobot kosong hanya 1,2 ton ini dapat membawa persenjataan yang mematikan berikut perangkat avionik canggih. Manuvernya yang lincah dengan mobilitas tinggi, menjadikan heli ini bakal disiapkan untuk memperkuat Skadron 12/Serbu Waytuba, Lampung dan Skadron 12/Serbu Tanjungredep, Kalimantan Timur. Untuk gelaran heli ini pun sudah dirilis ke publik, 8 unit akan ditempatkan pada Skadron 12 dan 3 unit di Skadron 13, dan sisanya 1 unit akan memperkuat Pusdik Penerbad TNI AD di Semarang, Jawa Tengah. Untuk menyiapkan operasional AS 550 Fennec, TNI AD menyiapkan 23 penerbang dan 31 teknisi.
OLYMPUS DIGITAL CAMERA
maxresdefault
Pilihan TNI AD mengadopsi Fennec tentunya bukan sekedar ‘coba-coba,’ Fennec sendiri kini sudah dioperasikan oleh AU Singapura, AU Australia, AU dan AD Brazil, AD Denmark, AD Perancis, dan AD Uni Emirate Arab. Fennec beroperasi dengan mesin tunggal, sosoknya terbilang tangguh , dan dapat dioperasikan untuk misi anti tank, pertempuran di udara, close air support bagi pasukan di darat, transpor pasukan, logistik, dan ambulan udara. Untuk operasi tempur, Fennec punya kode tersendiri, yaitu AS 550 C3.Untuk keperluan tempur, AS 550 C3 dapat menggotong aneka persenjataan, sebut saja senapan mesin, senapan mesin laras ganda dalam pod, hingga rudal anti tank TOW.
Bicara soal ketangguhan, Fennec disokong desain airframe dan fuselage dari bahan fiberglass khusus, sehingga bobot total helikopter ini jauh lebih ringan dibanding heli lain dikelasnya. Rotor utama Fennec dibuat dari bahan khusus Starflex , demikian pula untuk blade rotor, dibalut bahan komposit yang kuat dan mampu mereduksi kebisingan akibat putaran rotor. Sementara untuk urusan mesin, mengadopsi jenis Turbomeca Arril B agar mampu menahan tembakan senapan mesin kaliber besar, mesin diberi lapisan baja yang cukup tebal.
3851878343_0bf1c52fe9_o
1679012
Tak hanya mesin yang mendapat porsi perlindungan khusus dari ancaman tembakan musuh, kursi pilot dan penumpang juga dilapisi baja. Saat digunakan sebagai heli transpor, Fennec sanggup membawa lebih dari lima orang pasukan dengan senjata lengkap. Sementara saat difungsikan sebagai ambulan udara, ruang kabin Fennec dapat memuat satu tandu pasien dan dua dokter. Desain pintu belakang Fennec dirancang dengan model buka tutup dengan cara sliding (geser) memudahkan penumpang atau kargo yang dimuat serta dikeluarkan dari heli. Pola yang sama juga digunakan oleh heli ringan BO-105. Muatan kargo yang bisa dimuat sebanyak 1.160 kg dan barang yang dibawa dengan hoist atau sling seberat 204 kg.
Kokpit Fennec dilengkapi dengan peralatan canggih dan berfungsi secara single control dan sanggup dioperasikan saat gelap karena dbekali dengan alat penglihatan malam. Perangkat navigasi yang ada di dalam kokpit mencakup GPS, VHF omni directional radio ranger dan instrument landing system (VOR/ILS), penentu arah dan target yang bekerja secara otomatis, dan masih banyak lainnya. Saat menerbangkan Fennec, pilot juga dapat memonitor kondisi mesin dan putaran rotor menggunakan layar khusus di dalam kokpit.
Berangkat dari platform heli sipil, untuk paket persenjataan tentunya dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kocek dari negara pembeli. Misalnya, Fennec yang dioperasikan militer Denmark, dibekali dengan pemandu rudal anti tank yang dapat bekerja secara elektronik. Perangkat yang dimiliki heli diantaranya rudal TOW, pembidik yang bisa dioperasikan siang dan malam yang ditambahkan pelacak target berpemandu laser atau laser range finder.
Beragam varian senjata Fennec, selain dilengkapi FLIR, heli ini pun sanggup meladeni duel di udara dengan rudal Mistral
Beragam varian senjata Fennec, selain dilengkapi FLIR, heli ini pun sanggup meladeni duel di udara dengan rudal Mistral
Tampilan kokpit
Tampilan kokpit

Kendati punya kemampuan serbu, Fennec tidak memiliki senjata internal. Sistem persenjataan yang dimiliki Fennec antara lain peluncur roket Forges de Zeebrugge yang sanggup memuat roket kaliber 2,75 inchi (roket FFAR) atau peluncur roket Thales Brandt yang dapat diisi dengan 12 roket kaliber 68 mm, senapan mesin M621 Giat kaliber 20 mm, dan senapan mesin laras ganda FN Herstal kaliber 7,62 mm atau 12,7 mm dalam wadah pod. Sementara untuk mencari target, Fennec masih dilengkapi dengan sistem perangkat pengintai infra merah, kamera canggih pencari sasaran, FLIR (forward looking infra red), radar peringatan dini EWR-99, dan dispenser pengecoh rudal.
Dirunut dari misinya, Fennec memang mirip BO-105 yang jadi helikopter standar TNI Polri, termasuk kemampuan heli ini untuk beroperasi di lautan, Fennec juga dilengkapi landing gear yang bisa difungsikan untuk mendarat di laut. Dengan berbagai kemampuan yang dimiliki, tidak mengherankan jika Fennec terbilang heli ringan yang laris untuk keperluan militer, meski sosoknya jauh dari kesan sangar, tapi nyatanya Fennec telah dibeli oleh 70 negara.
fennec
AS 550 Fennec milik AL Malaysia, dilengkapi dengan radar intai maritim, heli ini turut aktif dilibatkan dalam operasi pencarian pesawat Boeing 777 Malaysia Airlines yang hilang di Laut Cina Selatan.
AS 550 Fennec milik AL Malaysia, dilengkapi dengan radar intai maritim, heli ini turut aktif dilibatkan dalam operasi pencarian pesawat Boeing 777 Malaysia Airlines yang hilang di Laut Cina Selatan.

Bicara tentang keterlibatannya dalam operasi tempur, pada 20 Januari 2011, satu unit Fennec milik AL Malaysia (TLDM) ikut ambil peran dalam operasi pembebasan sandera di kapal tanker kimia yang dibajak pera perompak asal Somalia. Dalam misi tersebut, Fennec membawa pasukan komando Paskal yang melakukan misi intai hingga tembakan dari udara ke sasaran perompak. (Sam)

Spesifikasi AS 550 Fennec
Crew: 2
Capacity: 4 passengers
Length: 10.93 m (fuselage length), 12.94 m (overall length)
Height: 3.34 m
Empty weight: 1,220 kg
Max takeoff weight: 2,250 kg
Fuel capacity: 540 liter
Powerplant: 1 × Turbomeca Arriel 2B turboshaft, 632 kW (847 shp)
Main rotor diameter: 10.69 m
Maximum speed: 246 km/h
Range: 648 km
Service ceiling: 5,280 m
Rate of climb: 10.30 m/s

Provokasi di Lepas Pantai Dili



Meski kebanyakan kegiatan operasi Seroja berlangsung di wilayah daratan, tapi tidak bisa dipungkiri dukungan operasi lintas laut dan udara juga memegang peranan yang vital. Dari serangkain babak operasi Seroja, awal pendaratan pasukan TNI menjadi momen yang krusial, disinilah peran dari unsur armada kapal perang sebagai elemen pelindung dan kapal pendarat/LST (landing ship tank) mengambil porsi yang menentukan. Disadur dari buku Perjuangan Integrasi Timor Timur, karya Hendro Subroto, berikut disarikan beberapa kejadian yang melibatkan peran artileri kapal perang.
25 Agustus 1975 – Mengingat gawatnya situasi di Dili. Lepas tengah malam di pagi buta, KRI Monginsidi 343 dibawah Mayor (Laut) Harinto selaku Komandan, membawa satu kontingen yang dipimpin oleh Kolonel (Art) Soebijakto untuk melaksanakan perintah menjemput pengungsi di Dili memenuhi permintaan Pemerintah Portugal.
KRI Monginsidi 343 dengan awak 175 personel diikuti empat kapal dagang yang diperbantukan dari Indonesia Timur untuk mengangkut pengungsi. Semula Mayor Harianto akan membuang sauh agak jauh dari pelabuhan untuk menghindari kemungkinan terjadinya serangan mortir, tetapi Kolonel Soebijakto lulusan Artillery Advanced Course Amerika Serikat tahun 1962, memerintahkan kepadanya aga lego jangkar di dekat pelabuhan.
Menurut Kolonel Soebijakto, mortir sebagai senjata lengkung, sulit untuk menembak sasaran secara tepat (pin point). Menurut teori, kemungkinan perkenaan tembakkan mortir sebagai senjata lengkung untuk dapat mengenai sasaran adalah 2.500 berbanding 1.
Akhirnya KRI Monginsidi lego jangkar pada jarak kira-kira satu kilometer dari dermaga Dili dan menutup jalur keluar masuk ke pelabuhan menjelang pukul 03.00 pagi. Saat itu ancaman yang potensial diwaspadai adalah mortir kaliber sedang 80 mm milik Fretilin.

USS Claude Jones (DE-1033). Sebelum berubah nama menjadi KRI Monginsidi, destroyer escort ini bernama USS Claude Jones
USS Claude Jones (DE-1033). Sebelum berubah nama menjadi KRI Monginsidi, destroyer escort ini bernama USS Claude Jones

29 Agustus 1975 – KRI Monginsidi beserta empat kapal dagang yang mengangkut Konsulat RI dan Konsultan Taiwan beserta keluarganya. Arah pengungsian mengambil tujuan ke Kupang, Makassar, dan Denpasar. Setelah KRI Monginsidi meninggalkan Dili, maka Ibu Kota Timor Timur itu pecah petempuran kembali.
21 November 1975- Pukul 20.00, KRI Ratulangi melakukan penembakkan kanon 100 mm (3,9 inchi) ke arah Atabae, Tailaco, dan Bebao. Lalu pada pukul 04.00 keesolah harinya, KRI Ratulangi melakukan bantuan tembakkan kapal gelombang kedua.
Dalam pelayaran menuju Dili, Letnan Kolonel Laut (P) Pramono Sumantri selaku komandan kapal tender kapal selam KRI Ratulangi, Kolonel Laut (P) Rudolf Kasenda dan Kolonel Laut (P) Gatot Suwardi berkumpul di ruang radar, setelah menerima laporan bahwa pada layar radar tampak dua echo yang sangat tajam. Echo itu dapat dipastikan berasal dari kapal perang. Hal ini sesuai dengan laporan kapten pesawat AC-47 Gunship TNI AU yang mengatakan bahwa dua kapal perang tidak dikenal menuju ke perairan Timor. Salah satu kapal perang itu kemudian diketahui bernama Alfonso de Albuquerque.
KRI Ratulangi. Kapal komando ini memiliki 4 pucuk kanon 100 mm dan kanon 8 pucuk kanon 57 mm
KRI Ratulangi. Kapal komando ini memiliki 4 pucuk kanon 100 mm dan kanon 8 pucuk kanon 57 mm

Dalam buku Jane’s Fighting Ships 1974-1975 yang menjadi patokan petunjuk bagi kapal-kapal perang AL Dunia menyebutkan bahwa Alfonso de Albuquerque (A526) adalah eks frigat HMS Dalrymple dan HMS Luce Bay dari AL Inggris kelas Bay. Frigat ini diluncurkan di galangan kapal Devenport, Inggris pada tahun 1945, dibeli oleh Portugal pada tahun 1966, kemudian dimodifikasi menjadi kapal survei yang dibekali radar dan sonar.
Sebuah kapal perang AL Portugal lainnya, mungkin dari kelas Comandante Joao Belo yang dipersenjatai dengan tiga kanon kaliber 100 mm atau frigat kelas Almirante Pereira da Silva dengan empat kanon kaliber 76 mm. Baik kapal perang Alfonso de Albuquerque maupun sebuah frigat AL Portugal telah diketahui keberadaannya di sekitar Laut Timor sejak 1 Oktober 1975.
Bahkan ketika salah satu kapal perang Portugal itu berpapasan dengan KRI Ratulangi pada 23 Oktober 1975, komandan frigat AL Portugal menyampaikan ucapan, “Have a Nice Stay” kepada komandan KRI Ratulangi yang dikirim dalam bentuk morse. Kedua kapal perang AL Portugal itu masuk ke area lepas pantai Dili pada 7 Desember 1975 pagi bertepatan dengan berlangsungnya pendaratan amfibi dan penerjunan operasi lintas udara.
Menengok sejarah Perang Pasifik, armada AL Kerajaan Jepang di bawah pimpinan Laksamana Nagamo menyerang Pearl Harbour pada 7 Desember 1941. Hari H yang dipilih oleh Laksamana Nagamo adalah hari Minggu pagi, ketika AL AS tidak bersiaga. Uniknya tanggal 7 Desember 1975 juga bertepatan dengan hari Minggu. Melihat pertimbangan diatas, dan dikaitakan dengan suhu politik yang memanas, maka cukup alasan bagi Laksamana J.B Pinheiro de Azwedo, mantan KSAL Portugal baru tiga bulan menjabat sebagai Perdana Menteri untuk mewaspadai tanggal 7 Desember sebagai hari yang mungkin dipilih sebagai H penyerbuan.
Jika tanggal 7 Desember diproyeksikan sebagai “Hari-H”, maka kemungkinan besar, “Jam-J” akan dimulai menjelang fajar untuk memanfaatkan pendadakan di pagi hari dan melakukan konsolidasi pada siang hari.
7 Dsember 1975 – Saat melakukan persiapan pendaratan amfibi di Kampung Alor, Dili. Komando Tugas Amfibi Operasi Seroja di bawah pimpinan Kolonel Laut (P) Gatot Suwardi dibanyang-bayangi oleh dua kapal perang Portugal. Menjelang fajar kedua kapal Portugal itu nampak samar-samar, ternyata kanon kapal perangnya ditutup dengan terpal sebagai tanda tidak bermusuhan.
NRP Alfonso de Albuquerque,frigat milik AL Portugal yang dilengkapi beragam kanon dan bom laut.
NRP Alfonso de Albuquerque,frigat milik AL Portugal yang dilengkapi beragam kanon dan bom laut.

“Seandainya kapal perang Portugal itu tidak menutup kanonnya dengan terpal, mungkin kami terpaksa menembak lebih dahulu,” ujar Laksamana TNI (Purn) Rudol Kasenda. Letnan Kolonel Laut (P) Pramono Sumantri, memproyeksikan 4 kanon kaliber 100 mm untuk menghadapi kapal perang Portugal dan 8 kanon kaliber 57 mm untuk mendukung pendaratan amfibi. Menjelang pukul 05.00 BTP-5/Infantri Marinir melakukan pendaratan amfibi di Kampung Alor, didukung tembakkan kanon dari KRI Ratulangi. Jarak antara KRI Ratulangi dan frigat AL Portugal hanya 4 mil atau sekitar 7 km, suatu jarak yang sangat dekat untuk pertempuran laut.
Bila dilihat dari perimbangan jangkauan tembakkan dan bobot proyektil, maka kapal perang TNI AL jauh lebih unggul. Kanon kaliber 100 mm pada KRI Ratulangi mempunyai jangkauan tembakkan 30 persen lebih besar ketimbang dengan kanon berkaliber yang sama buatan Barat. KRI Ratulangi eks kapal tender kapal selam Uni Soviet kelas Don, dipersenjatai dengan 4 kanon 100 mm dan 8 kanon kaliber 57 mm. Sedangkan korvet KRI Barakuda dalam komando Tugas Amfibi dipersenjatai kanon 37 mm juga merupakan kapal perang eks Uni Soviet dari kelas Kronstadt.
Kanon 100 mm pada KRI Ratulangi maupun pada dua frigat eks Soviet kelas Riga, masing-masing KRI Lambung Mangkurat dan KRI Nuku, memiliki jarak tembak sejauh 18 km. Kanon berkaliber yang sama buatan Barat umumnya hanya memiliki jarak tembak maksimal 11.000 sampai 12.000 meter. Selain itu, proyektil kanon buatan Uni Soviet berbobot 16 kg, yang berarti lebih berat dibanding proyektil kanon kaliber yang sama buatan Barat. Kanon kaliber 100 mm pada frigat kelas Commandante Joao Belo milik AL Portugal, sejenis dengan kanon Creusot Loure 100 mm pada destroyer kelas La Galissonniere milik AL Perancis, yaitu berjarak tembak maksimal 11.000 meter dengan proyektil seberat 13,5 kg.
Mungkin berdasarkan pada perbedaan jarak tembak itu, maka frigat AL Portugal memilih mendekat pada Komando Tugas Amfibi Operasi seroja, agar tembakkan kanon perangnya dapat menjangkau sasaran. Langkah itu diambil sebagai tindakan berjaga-jaga seandainya pecah pertempuran laut.
Laksamana (Purn) Rudolf Kasenda, mantan KSAL menambahkan, “Jika sebuah saja peluru kanon 100 mm pada kapal perangnya tepat mengenai sasaran frigat Portugal, maka akan dapat melumpuhkannya.”
Gambar-8
NRP Commandante Joao Belo, frigat berbobot 1.750 ton buatan Perancis ini dilengkapi peralatan elektronik canggih pada masanya. Senjata utamanya 3 pucuk kanon kaliber 100 mm. Saat ini sudah dimodifikasi agar mampu membawa rudal MM-38 Exocet.
Kanon Creusot Loure 100 mm buatan GIAT, Perancis, dapat dioperasikan secara otomatis, memilki kecepatan tembak 78 peluru per menit.
Kanon Creusot Loure 100 mm buatan GIAT, Perancis, dapat dioperasikan secara otomatis, memilki kecepatan tembak 78 peluru per menit.

Tapi disisi lain, kekurangan suku cadang pada kapal-kapal perang eks Uni Soviet dalam jajaran TNI AL dapat mempengaruhi jalannya pertempuran laut. Misalnya jika gyro stabilizer, yaitu suatu bagian pada alat pengendali tembakkan untuk mempertahankan elevasi kanon sesuai dengan sudut yang telah diprogram tidak bekerja dengan baik, maka akan mengakibatkan perkenaan tembakkan kanon yang dioperasikan secara manual itu akan melenceng dari sasaran.
Seperti telah diketahui sejak tahun 1965, Uni Soviet enggan menjual suku cadang peralatan militernya kepada Indonesia. Sebaliknya kanon 100 mm pada frigat kelas Commandate Joao Belo milik AL Portugal merupakan kanon jenis baru buaatan tahun 1969 yang memiliki peralatan serba otomatis dan kubahnya dioperasikan tanpa awak. Kanon 100 mm standar AL Perancis yang pembuatannya berdasar pada program Director Techloque des Constructions Navale ini mampu menembakkan 60 proyektil per menit.
Jika frigat AL Portugal itu adalah kelas Almirante Pereira da Silva, maka persenjataanya berupa empat kanon kaliber 76 mm dan dua kanon Bofors kaliber 40 mm, masing-masing dengan 4 laras.
Pukul 02.00, kapal-kapal Komando Tugas Amfibi TNI AL tiba di lepas pantai Dili. Tiba-tiba pada pukul 03.00, seluruh listrik kota dipadamkan. Berarti Fretilin telah mengetahui kedatangan kapal-kapal perang TNI AL, sehingga faktor pendadakan dalam suatu serangan telah hilang. Malam itu seluruh kapal menyalakan lampu. Pada jarak lebih dari 10 km dari Dili maupun dari Pulau Atauro, kapal-kapal perang itu tidak akan terlihat dengan mata telanjang pada malam gelap. Di Dili tidak terdapat radar, satu-satunya kemungkinan yang dapat melihat keberadaan konvoi TNI AL adalah radar kapal perang AL yang memang sejak awal membayang-bayangi.
Laksamana (Purn) Rudolf Kasenda memastikan bahwa frigat AL Portugal telah memberikan informasi kedatangan Komando Tugas Amfibi Operasi Seroja kepada Fretilin di Dili. Informasi itu dapat disampaikan lewat markas Pasukan Para Portugal di Pulau Atauro atau langsung ke markas besar Fretilin di Dili. Sebenarnya pemadaman lampu kota Dili dapat juga terjadi secara kebetulan. Misalnya Fretilin sedang melakukan latihan, tetapi kemungkinan itu sangat kecil dan dapat diabaikan. Nyatanya di kemudian hari memang dapat dibuktikan bahwa terjadi komunikasi radio ‘segi tiga’ antara Pasukan Para Portugal di Pulau Atauro, Markas Besar Fretilin di Dili dengan kapal perang AL Portugal.
Menurut R. Kasenda, dalam rapat gabungan di Kupang pada 4 Desember 1975, telah diputuskan bahwa kapal perang TNI AL tidak melakukan penembakkan dari laut. Namun demikian karena faktor kerahasiaan dan pendadakan kedatangan Komando Tugas Amfibi telah diketahui lawan, akhirnya Brigjen TNI Suweno selaku Pangkosgasgab memerintahkan penembakkan ke pantai, atau popular dengan istilah BTK (bantuan tembakkan kapal).
USS Askari, sesudah menjadi milik TNI AL pada tahun 1971, berganti nama menjadi KRI Jaya Wiaya. Repair ship kelas Achelous ini digunakan AS pada perang Korea dan perang Vietnam.
USS Askari, sesudah menjadi milik TNI AL pada tahun 1971, berganti nama menjadi KRI Jaya Wiaya. Repair ship kelas Achelous ini digunakan AS pada perang Korea dan perang Vietnam.

Pertimbangan penembakan ini dilakukan untuk menurunkan moril lawan dan mengangkat moril pasukan pendarat. KRI Ratulangi menembak dengan kanon 57 mm, KRI Barakuda dan KRI Martadinata menembak dengan kanon kaliber 76 mm. Sedangkan KRI Jaya Wijaya, eks USS Askari menembakkan 4 kanon laras ganda Bofors dengan proyektil high explosive seberat 0,96 kg. Sasaran tembakkan adalah daerah pantai yang akan menjadi lokasi pendaratan dan markas Fretilin. Tembakkan dari kapal perang TNI AL itu bukan saja membuat kalang kabut warga kota Dili, tetapi juga mencemaskan pengungsi Portugal di kampong Makadade di Pulau Atauro. Dua pleton pasukan elite dan warga Portugal yang sedang menantikan kedatangan kapal perang AL Portugal yang akan mengungsi ke Australia, buru-buru menuju ke dermaga untuk kemudian diangkut dengan LCM menuju frigat.
Dengan demikian, dimulailah operasi pendaratan amfibi terbesar yang dilakukan Korps Marinir TNI AL. Unsur pendaratan yang tegabung dalam BTP-5 terdiri dari unsur pasukan tempur juga dilengkapi tank amfibi PT-76 dan pansam BTR-50. Selain pendaratan lewat laut, pada hari yang sama, elemen TNI AD (Kopassus/Kostrad) dan Paskhas TNI AU juga melakukan penerjunan pasukan lintas udara untuk menduduki posisi-posisi strategis di Dili.