Selasa, 24 Desember 2013

Sayeret Shaldag (Israel) : Unit Khusus Dengan Dana Melimpah

Pasukan Elit Israel (IST)
Pasukan Elit Israel (IST)

Yahudi, sebuah legenda bangsa yang terbuang dari wilayahnya sendiri, membuat bangsa mereka tercerai-berai di berbagi negara di muka bumi ini. Cerita itu telah didengungkan semenjak zaman nabi-nabi tiga agama, Yahudi, Kristiani dan Islam.
Merasa terusir dari tanah yang dijanjikan, bangsa ini terus mencoba untuk kembali merebut tanah tersebut dengan berbagai cara, termasuk dengan cara keji sekalipun, seperti menyerang pemukiman penduduk sipil. Oleh karena itu, bukanlah hal aneh jika bangsa ini terus menerus dimusuhi hingga saat ini.
Contoh paling nyata mengenai kebencian terhadap bangsa Yahudi adalah, tindakan Nazi Jerman yang membantai setiap orang yang memiliki darah Yahudi, tidak hanya di wilayah Jerman, tetapi juga diseluruh negara yang dikuasainya. Pembantaian itu diberi nama Holocoust.
Orang-orang Yahudi yang berhasil melarikan diri dari peristiwa itu kemudian mendirikan gerakan bawah tanah bernama Aliyah Bet, tujuannya satu, membawa orang-orang Yahudi ke Palestina.
Semenjak PD II berakhir, bangsa ini kemudian kembali ke tanah yang menurut mereka adalah hak mereka, Yerusalem. Untuk itu, pada 1947 mereka memasuki wilayah Palestina dan mengusir penduduk Palestina dari wilayahnya.
Untuk melindungi rakyatnya, Israel membentuk angkatan bersenjata dan dimana di dalamnya terdapat pasukan khusus yang memiliki kemampuan di atas rata-rata pasukan khusus negara lain.
Tidak hanya untuk melindungi warga Israel di wilayah negaranya, tetapi juga melindungi orang-orang keturunan Yahudi yang berada di seluruh muka bumi, dan membawa mereka ke tanah harapan.
Untuk itu, salah satu pasukan khusus Israel sering terlibat dalam operasi intelijen untuk menyelamatkan orangorang keturunan Yahudi di luar negeri, yang dilakukan oleh negara Zionis ini.
Sayeret Shaldag adalah salah satu dari beberapa pasukan khusus milik Angkatan Bersenjata Israel/Israeli Defence Force (IDF) yang berada di bawah kontrol Angkatan Udara Israel/Israeli Air Force (IAF). Unit khusus ini bisa digunakan oleh IDF untuk melaksanakan operasi di Timur Tengah.
Tidak seperti negara lain, Israel memiliki aturan ketat mengenai keberadaan pasukan khususnya. Unit khusus yang memiliki nama lain Unit 5101 ini baru diketahui peublik secara luas, ketika nama mereka tercetak di sebuah brosur rekruitmen personel pada 1994.
Selama ini, unit yang dikenal juga sebagai Special Air-Ground Designating Team ini selalu berada di bawah bayangbayang Sayeret Matkal dan Shayetet 13. Padahal, unit ini memiliki reputasi sebagai salah satu pasukan elit di IDF, setara dengan Sayeret Matkal.
Beberapa tahun belakangan, Sayeret Shaldag tidak lagi menjadi unit penunjuk laser, tetapi berubah sebagai pasukan khusus angkut udara yang menjalankan misi di luar gambaran pekerjaan aslinya Salah satu pasukan khusus yang sering terlibat dalam operasi penyelamatan orang-orang Yahudi di luar negeri adalah Sayeret Shaldag, pasukan khusus milik Angkatan Udara Israel.
 
Pasukan Elite (IST)
Pasukan Elite (IST)

Sayeret Shaldag diciptakan pada 1974 sebagai operasi pelatihan ketika terjadi perang Yom Kippur pada 1973. Pada saat itu, Sayeret Matkal praktis tidak dapat digunakan karena kekurangan persiapan dan tidak koordinasi.
Hampir semua pasukan khusus IDF memiliki kemampuan pengintaian jarak jauh yang ekstrim, dengan kemampuan kontra teror yang dimiliki oleh berbagai cabang khusus di IDF.
Dengan kondisi seperti itu, kebanyakan pasukan khusus di IDF mampu merencanakan dan memilih perannya di peperangan yang akan datang. Seperti apa yang dilakukan oleh Sayeret Matkal di perang Yom Kippur. Ketika semua jenderal sibuk, Sayeret Matkal memilih sendiri operasi yang akan dilakukannya.
Semenjak banyak misi baru disetujui di saat-saat terakhir, Sayeret Matkal tidak menggunakan semua potensinya untuk menjalankan sebuah operasi. Pada akhirnya, kemampuan mereka hanya setara dengan unit infanteri ketimbang pasukan elit yang memiliki kemampuan mengumpulkan informasi intelijen.
Ketika perang Yom Kippur selesai, pemimpin Sayeret Matkal saat itu, Muki Betser melakukan perubahan besar-besaran di dalam unit. Tujuan utamanya adalah, di masa depan Sayeret Matkal hanya akan menjalankan operasi dan misi khusus, untuk menjaga keeksklusifannya.
Sayeret Matkal akan berlatih misimisi khusus di masa damai, jadi ketika perang kembali pecah, unit ini akan menjadi bagian tak terpisahkan dari pasukan Israel, memberi kontribusi berharga bagi kepentingan Israel.
Salah satu hasil reorganisasi ini adalah pembentukan sebuah unit kecil cadangan yang kemudian diberi nama Sayeret Shaldag. Sementara itu, pejabat eksekutif menunjuk seseorang yang bertanggung jawab untuk menjalankan operasional.
Unit yang baru dibentuk itu memiliki keahlian khusus dalam melakukan operasi air-to ground dan fokus kepada operasi darat penunjuk laser untuk rudal dan bom berpenuntun laser.
Alasan utama spesialisasi ini, tidak seperti perang Enam Hari pada 1967 dimana IAF memenangi air superiority di hari pertama dan hari-hari selanjutnya, pada saat perang Yom Kippur, IAF menderita banyak kekalahan dengan banyaknya pesawat yang hancur tertembak rudal darat-udara (SAM) milik Arab yang diberikan oleh Uni Soviet.
Pada saat itu, Sayeret Shaldag hanya akan digunakan ketika terjadi perang. Oleh karena itu, unit ini hanya menjadi cadangan, dimana personelnya berasal dari personel dan bermarkas sama dengan Sayeret Matkal.
Pada 1977, IAF membeli sejumlah besar senjata penuntun laser dan awal keterlibatan Israel di Lebanon Selatan, serangan udara menjadi tugas mingguan dan status Sayeret Shaldag dipromosikan sebagai unit reguler, dengan Muki Betser sebagai pemimpin pertamanya.
Ketika invasi besar-besaran menuju Lebanon oleh Israel terjadi pada 1981, unit khusus ini dipindah tugaskan di bawah komando IAF, dibuat lebih besar dan direlokasi ke markas IAF. Selain itu, Sayeret Shaldag menunjuk komandan baru bernama Giora Inbar, komandan Brigade Golani terdahulu.
Di pertengahan dekade 1990-an, unit khusus ini mengalami reorganisasi besarbesaran menjadi unit khusus IDF yang paling elit, berhadapan langsung dengan Sayeret Matkal. Bahkan, semenjak Sayeret Matkal menjadi unit yang fokus pada intelijen, Sayeret Shaldag menjadi unit khusus utama IDF dalam hal melakukan serangan udara.
Sebagai salah satu bagian reorganisasi, unit khusus IAF ini mendapatkan tugas baru, yakni kemampuan penyelamatan sandera.
Salah satu alasan utama mengapa Sayeret Shaldag menjadi unit khusus paling elit bersama-sama dengan Sayeret Matkal, adalah karena unit ini memilik dana besar dari Pemerintah Israel. Sedangkan unit khusus lainnya harus berjuang keras untuk mendapatkan dana untuk membeli peralatan.
Bahkan ketika dana pertahanan dikurangi, Sayeret Shaldag tetap menerima dana besar untuk membeli peralatan militer canggih apapun dan memodifikasinya sesuai kebutuhan mereka.
Permasalahan dana ini adalah keuntungan lain menjadi bagian dari IAF, karena IAF adalah unjung tombak IDF, maka matra ini selalu mendapatkan persentase lebih besar ketimbangmatra lainnya.
Jika dibandingkan, dana yang dikeluarkan untuk pembelian dan perawatan pesawat, dana yang diperlukan untuk mengoperasikan sebuah unit khusus seperti Sayeret Shaldag terbilang kecil, oleh karena itu Sayeret Shaldag tidak pernah mengalami kesulitan keuangan. (Bersambung)
 

Minggu, 22 Desember 2013

Sukarno, Duta Besar AS, dan Majalah `Playboy`

Sukarno, Duta Besar AS, dan Majalah `Playboy`
Bung Karno (Istimewa)

Marshall Green menyerahkan surat kepercayaan sebagai Duta Besar Amerika Serikat kepada Presiden Sukarno, 26 Juli 1965, di Istana Merdeka, Jakarta. Hanya 5 hari sejak kedatangannya di Indonesia. Para duta besar lain harus menunggu beberapa minggu untuk tiba di momen tersebut.
Hubungan AS dan Indonesia buruk sejak akhir 1950-an. Pemicunya beberapa: konfrontasi Indonesia dengan Malaysia, ancaman nasionalisasi perusahaan AS di Indonesia, serangan ke kantor perwakilan AS di Indonesia, juga dugaan keterlibatan AS dalam pemberontakan PRRI/Permesta.
Dalam suasana politik semacam itu, Green menyampaikan pidato. Datar dan normatif. Lalu, giliran Sukarno diberi kesempatan bicara.
Setelah memberikan jawaban atas surat kepercayaan itu, Sukarno menyerang kebijakan luar negeri AS. Green pun 'terbakar' tapi bisa menahan diri.
"Meski kebiasaan diplomatik akan membenarkan jika saya meninggalkan ruangan, saya tidak punya pilihan kecuali tetap di sana. Meninggalkan ruangan barangkali akan menyebabkan Sukarno menyatakan saya persona non grata..." tulis Green dalam memoarnya yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul Dari Sukarno ke Soeharto: G30S/PKI dari Kacamata Seorang Duta Besar.
Kemudian, Sukarno memperkenalkan Green kepada para pejabat Indonesia yang hadir. Salah satunya, Supeni, petinggi di Departemen Luar Negeri.
Green berkata ke Supeni, "Nyonya Supeni senang sekali saya berkenalan dengan Anda. Tahukah Anda, dengan kebaya hijau dan selendang keemasan, saya menjadi terpaku saat Presiden berpidato tadi. Saya tak menangkap semua kata-kata yang diucapkannya. Bisakah Anda menceritakan kepada saya apa yang diucapkannya?"


Sukarno bersama John F Kennedy di Amerika Serikat.

Suasana menjadi tegang. Semua menutup mulut. Tiba-tiba, Sukarno menepuk paha dan tawanya meledak. Suasana mencair. Hadirin lega.
Pada 31 Agustus 1965, Green mendapat kesempatan bertemu lagi dengan Sukarno. Berdua saja. Percakapan berlangsung hangat kentai Sukarno tetap menunjukkan ketidaksenangannya kepada politik luar negeri AS. 10 hari sebelumnya, ribuan demonstran menyerbu dan menduduki Konsulat AS di Surabaya.
Sebelum berpisah, Sukarno berbisik. Ia minta dibawakan majalah Playboy dengan alasan menyukai ulasan tentang film dan teaternya. Selain foto-foto telanjang, majalah itu sejatinya memang sarat dengan esai berkualitas dan reportase keren.
Istri Green, yang sedang berada di Washington DC, mengirim majalah itu dalam kantung diplomatik.
Sebelum mengirim ke Sukarno. Green berpikir, "Segera saya sadar bahwa ini mungkin sebuah jebakan. Pasti Sukarno punya cara yang lebih mudah untuk mendapatkannya..."
Boleh jadi, dalam imajinasi Green, dalam sebuah pertemuan, Sukarno bakal berujar,"Jawablah Duta Besar Green, ya atau tidak. Benarkah Tuan telah mengirimi saya, Bung Karno yang murni dan polos, majalah-majalah Playboy yang kotor?"
Green tak pernah mengirim majalah tersebut ke Sukarno.


Marshall Green bersama Sukarno.

Pada 28 September 1965, Green bertemu lagi dengan Sukarno. Green tak sendiri, ia bersama Duta Besar Meksiko Albaran. Mereka bertemu dalam acara peletakan batu pertama pembangunan kampus Universitas Indonesia.
Green yakin ia dijebak. Sukarno tahu dirinya sangat tak suka durian. Bau buah itu, kata Green, seperti keju busuk. Tapi, di hadapan ribuan orang, Sukarno mendesak Green untuk mencicipinya.
"...saya terpaksa menelan makanan yang menjijikkan itu demi kehormatan negara saya," tulis Green. Itulah pertemuan terakhirnya dengan Sukarno.
2 hari kemudian, peristiwa G30S meletus. Pada 30 September malam itu, Green menonton wayang di pinggiran Jakarta, atas undangan diplomat Selandia Baru. "Ketika saya pulang naik becak dini hari, jalan-jalan di ibukota terasa sunyi," katanya.
Keesokan harinya, pada pukul 08.00, baru Green tahu telah terjadi pembunuhan para jenderal Angkatan Darat. Di RRI, ia mendengar, Gerakan 30 September telah menyelamatkan Sukarno dari kudeta CIA yang melibatkan Dewan Jenderal.
Keterlibatan CIA hanya satu versi cerita dari G30S. Versi resmi menyatakan PKI adalah dalang semua kekacauan ini. Yang pasti, peristiwa itu merupakan prolog dari kejatuhan Sukarno.
 

`Dokumen Supardjo`, Kesimpulan Pelaku Mengapa G 30 S Gagal

`Dokumen Supardjo`, Kesimpulan Pelaku Mengapa G 30 S Gagal
Istimewa
 
Mengapa Gerakan 30 September 1965 gagal, bahkan hanya dalam hitungan hari? Padahal PKI, pihak yang dalam versi resmi dituding sebagai dalang, bukan partai gurem. Anggotanya jutaan. Sejumlah perwira militer juga terlbat.

Sejumlah akademisi telah coba menguliknya. Salah satunya adalah John Roosa, sejarawan dari Universitas Columbia, Kanada. Dalam buku Pretext for Mass Murder: The September 30th Movement and Suharto's Coup d'Etat in Indonesia (2006), ia mengarisbawahi kehadiran catatan yang dibuat Brigjen Supardjo, salah seorang yang terlibat dalam gerakan tersebut--bahkan tentara dengan pangkat tertinggi.
Catatan itu berjudul 'Beberapa Pendapat jang Mempengaruhi Gagalnja “G-30-S” Dipandang dari Sudut Militer (1966).' Selama puluhan tahun, para analis mengabaikannya meski tersedia di Museum TNI Satria Mandala, Jakarta. Roosa kemudian menyebutnya sebagai 'Dokumen Supardjo.'
Menurut Roosa, Dokumen Supardjo penting karena ditulis sebelum ia tertangkap. "...informasi yang terkandung di dalamnya mempunyai bobot keterandalan dan kejujuran yang khas. Supardjo menulis demi kepentingan kawan-kawannya, bukan bagi para interogator dan penuntut umum yang memusuhinya," tulisnya.
Kesimpulan Supardjo: G 30 S gagal karena gerakan ini dipimpin seorang sipil, Sjam, yang tahu sedikit sekali tentang prosedur-prosedur kemiliteran. "Dengan menempatkan diri sebagai orang yang berwenang atas sebuah aksi militer, Sjam menimbulkan kekacauan tentang garis komando di dalam kelompok inti," tulis Roosa.
Saat tiba di Halim Perdanakusumah, sehari sebelum kejadian, Supardjo mengaku bingung tentang siapa sebenarnya yang memimpin G 30 S. Gerakan ini mengabaikan prinsip-prinsip baku organisasi kemiliteran, tidak memiliki komandan tunggal.
"Kerja sama antara kelompok PKI (Sjam dan Pono) dengan kelompok militer (Untung, Latief, dan Soejono) tersusun sangat longgar, sehingga dua kelompok tersebut terus-menerus berdebat tentang apa yang harus dilakukan, bahkan pada saat-saat kritis ketika keputusan harus segera diambil," tulis Roosa.

Persiapan Tidak Matang
Roosa menyatakan, Supardjo menulis catatan itu sebagai seorang perwira yang dibingungkan oleh semua penyimpangan gerakan dari praktik baku kemiliteran. Supardjo menjadi brigadir jenderal pada umur 44 karena kepiawaiannya sebagai ahli strategi dalam sejumlah pertempuran.
Dalam bagian lain, Supardjo menulis, perencanaan gerakan ini kurang matang. "Rentjana operasinja ternjata tidak djelas. Terlalu dangkal. Titik berat hanja pada pengambilan 7 Djenderal sadja. Bagaimana kemudian bila berhasil, tidak djelas, atau bagaimana kalau gagal djuga tidak djelas," tulis Supardjo.
Supardjo memang lebih berfungsi sebagai penasihat ketimbang sebagai panglima. Lihat, ia baru datang pada 29 September ke Jakarta. Pada hari-hari sebelumnya, ia ada di Kalimantan sebagai komandan militer dalam konfrontasi dengan Malaysia.
Melihat kemampuan dan kebesaran PKI, Supardjo yakin, gerakan itu sebenarnya bisa berhasil jika dipersiapkan dengan matang.
"Saja ibaratkan seorang pemasak jang mempunjai bumbu, sayur2 jang serba tjukup, tetapi kalau tidak pandai menilai temperatur dari panasnja minjak, besarnja api, bilamana bumbu2 itu ditjemplungkan dan mana jang didahulukan dimasak maka masakan itu pun tidak akan enak," tulisnya.
Supardjo belakangan ditangkap. Ia dieksekusi mati pada 13 Maret 1967.
 

Konga Monusco bangun jalan Dungu-Ngilima

Dokumen foto prajurit Satgas Kompi Zeni TNI Kontingen Garuda XX-I/Monusco membangun jalan di Republik Demokratik Kongo. (ANTARA/Perwira Penerangan Konga XX-I/Monusco, Lettu Cku Sulikan)
 
 
Prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang tergabung dalam Satuan Tugas Kompi Zeni Kontingen Garuda di Kongo (Konga XX-J/Mission de I Organisation de republic des Nation Unies Pour la Stabilisation en Republique Democratique du Congo - Monusco) membangun jalan Dungu-Ngilima.

Konga Monusco dikomandani Letkol Czi Irfan Siddiq itu membangun jalan di Republik Demokratik Kongo sepanjang 40 kilometer sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Konga selama ini bekerja atas mandat pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kepada TNI.

Perwira Penerangan Konga XX-J/Monusco, Kapten Laut (P) Dimas Apriyanto, melalui surat elektronik yang kepada ANTARA News di Jakarta, Minggu, mengemukakan bahwa keberhasilan ini ditandai dengan acara serah terima pekerjaan jalan dari pihak Monusco kepada pemerintah lokal.

Dalam acara tersebut, dikemukakannya, ada penandatangan naskah serah terima hasil pekerjaan dari pejabat sementara Kepala Kantor Monusco, Leonidas Nkingiye, dengan Kepala Administrasi Otoritas Lokal Dungu, Christopher Ikando, dan Komandan Satgas Konga XX-J, Letkol Czi Irfan Siddiq, bertempat di Aula Sudirman, Bumi Nusantara Camp, Dungu-Kongo, Sabtu (21/12).

Sebelum acara serah terima dilaksanakan, mereka melalui inspeksi bersama yang juga melibatkan beberapa pejabat sipil PBB dan pemerintah lokal.

Inspeksi dimulai dari titik awal (KM 0) tempat dimulainya pekerjaan perbaikan jalan (Dungu) dan berakhir pada KM 40 (Ngilima).

Dimas mengemukakan, atas kerja keras dan jerih payah dari para prajurit TNI Konga XX-J selama setahun bertugas, maka jalan yang terbentang di antara hutan dan rawa itu membuka keterisoliran warga setempat, sehingga mereka menyambut sekaligus memberikan apresiasi sangat baik.

"Jalanan yang dulunya berlubang, berbatu dan bergelombang maupun tergenang air manakala hujan turun sudah tidak ada lagi karena telah berubah layaknya jalan tol yang membelah hutan dan rawa," katanya.

Dengan kondisi jalan sekarang, masyarakat setempat dapat menempuh perjalanan antar kedua kota tersebut hanya dalam waktu 1,5 jam, dimana sebelumnya harus ditempuh dalam waktu empat sampai dengan lima jam.

Hal ini, dikemukakannya, menimbulkan implikasi positif pada kelancaran mobilitas barang dan jasa antar kedua daerah, sehingga laju pembangunan dan perekonomian masyarakat meningkat ke arah yang lebih baik.

Selain itu, ia menilai, stabilitas keamanan di daerah tersebut dapat semakin terjamin karena patroli keamanan dapat berjalan secara rutin tanpa adanya hambatan, karena jalan Dungu-Ngilima merupakan daerah basis pergerakan pemberontak LRA (Lord Resistance Army) yang sering membuat kekacauan.

Christopher Ikando mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Kizi TNI Konga XX-J atas dedikasi dan kerja kerasnya selama ini sebagai bagian dari personel perdamaian dunia PBB di Kongo.

Sabtu, 21 Desember 2013

Ini Dia Ancaman Bahaya Pemindahan Penerbangan Komersial ke Halim

Bandara Halim PK (ist-google)
Bandara Halim PK (ist-google)

Mulai Januari 2014, sebagian rute penerbangan komersil, direncanakan bakal dipindahkan dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng ke Halim Perdana Kusumah. Namun, pengalihan sebagian rute penerbangan itu, dinilai tak tepat. Apalagi dilakukan tanpa persiapan  matang. Selain itu Halim memang, tak didesain sebagai bandara untuk penerbangan komersil.
Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Chappy Hakim, mengatakan itu dalam sebuah diskusi bertajuk, ” Tinjauan Industri Penerbangan di Indonesia Tahun 2012 dan Outlook Tahun Politik Indonesia 2014,” di Jakarta, Kamis (19/12). Menurut Chappy, oleh organisasi penerbangan internasional, posisi dunia penerbangan Indonesia, belum begitu baik. Indonesia, masuk kategori dua, atau dunia penerbangannya belum aman.
“Ada beberapa masalah yang menonjol, salah satunya over kapasitas dari airport,” katanya.
Sekarang misalnya, Bandara Soetta, sudah mengalami over capacity. Bandara yang ada di Cengkareng itu didesain untuk menampung 22 juta penumpang per tahun. Tapi, tahun lalu sudah 54 juta penumpang yang mampir di Bandara Soetta. Artinya, ada peningkatan penumpang mendekati tiga kali lipatnya.
“Akibat terlihat delay yang sangat massif. Terjadi kelambatan. Ini akar masalahnya, market tinggi, maskapai juga berkembang, tapi tak di iringi oleh insftruktur dan SDM yang baik pula,” kata Chappy.
Lalu sekarang ini, muncul solusi untuk memindahkan tumpahan rute dan penumpang dari Bandara Soetta ke Bandara Halim. Chappy menilai keputusan memindahkan sebagian rute penerbangan ke Halim, adalah keputusan sepihak. Ia mengingatkan di Halim, ada otoritas keamanan yang bertanggung jawab, karena Halim juga menjadi salah satu pangkalan udara. Mestinya mereka diajak bicara.
” Tapi ini diumumkan sepihak, bahwa  10 Januari sebagain rute dialihkan ke  Halim. Betapa manajemen penerbangan kita sangat lemah,” katanya.
Bicara Bandara Halim, kata dia, setidaknya ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Halim, bukan bandara yang didesain untuk comercial airplane atau penerbangan komersil. Di Halim pula, ada beberapa beberapa special air mission. Halim juga menjadi bandara dari pergerakan kepala negara dan tamu negara. Keberadaannya sebagai sebuah pangkalan, menjadikan Halim sebagai base dari pesawat-pesawat tempur berteknologi tinggi.
“Masih ingat tentang operasi Woyla, pasukan berangkat dari Halim. Jadi Halim menjadi bandara top operation. Tak hanya itu, Halim juga berfungsi sebagai discaster base. Dan, apabila terjadi chaos nasional, Halim adalah pusat pergerakan.
” Pernah dengarkan tahun 65, saat terjadi kisruh, Soekarno ada di Halim. Di seluruh dunia pun, selalu ada base seperti itu,” katanya.
Selain itu, Halim juga tak sekedar sebuah airport. Tapi Bandara Halim, menjadi subsistem dari alutsista militer. Di Halim, terdapat pusat komando pengendalian pertahanan udara. Dan yang tak kalah penting, ada training area, yakni di Bogor dan Pelabuhan Ratu yang rutenya bermula dari Halim.
“Jadi  bisa dibayangkan akan seperti apa bila tumpahan rute dialihkan ke Halim,” kata dia.
Jadi mestinya dilakukan koordinasi dulu. Ia sebagai mantan KSAU, bukannya tidak menyambut baik penataan rute penerbangan. Tapi ia mengingatkan, Halim bukan bandara biasa.
“Halim itu menjadi home base dari  tiga sukadron kita, skuadron udara ringan, udara dan skuadron kepala negara. Halim juga menjadi titik keberangkatan dari pengiriman perbekalan bagi TNI-AD dan marinir,” ujarnya.
Salah satu perbedaan mencolok antara Bandara Soetta dan Halim, adalah soal desain bandara. Halim tak didesain untuk penerbangan komersil. Jadi tak heran bila tak ada akses bagus ke Halim, serta fasilitas lainnya seperti lapangan parkir penumpang.
” Runway-nya juga hanya satu. Tak punya jalur dari apron ke runway. Dan runway komersil itu berbeda strukturnya dengan Halim. Halim itu, didesain, sebagai bandara untuk apa. Jadi jalur keluar dari runway tak mengakomodir pesawat besar. Pesawat besar tak  dapat langsung dapat sudut 30 derajat,” tutur Chappy.
Chappy menambahkan, solusi terhadap over kapasitas, selalu dijawab dengan penambahan terminal. Itu terjadi di Bandara Internasional Ngurai Ray, Bali. Sekarang bandara di Pulau Dewata itu sudah dibangun terminal baru.
“Tapi, runway-nya tidak diapa-apain,” katanya.
Chappy pun meminta agar rencana pemindahan rute ke Halim, dikaji dengan matang. Karena dalam pandangannya, selama hal-hal yang terkait dengan dunia penerbangan di tanah air tak diperbaiki, sama saja memindahkan rute ke Halim, dengan memindahkan bahaya dari Soetta ke Halim. Misalnya, perbaikan kualitas air traffic control, serta peningkatan SDM-nya.
” Ini kan sama saja memindahkan resiko bahaya ke Halim, bukan solusi,” kata Chappy.


Intelijen.

Dengan Rudal K-77M Absolute Killer, Sukhoi TNI AU akan Menjadi Pemangsa Mematikan

K-77M Missile (foto : militaryrusia.ru)

Para produsen pesawat tempur kini terus berusaha menciptakan pesawat tempur generasi kelima, dimana para  pengamat keudaraan menyatakan, "The future is now. There is a new era in military aviation: the F-22 Raptor, the F-35 Lightning II and the T-50 PAk FA– the world’s only 5th Generation Fighters." Jadi kesimpulannya persaingan utama pesawat tempur generasi kelima sementara ini hanya akan terjadi antara pesawat F-22 dan F-35 buatan Amerika Serikat dengan T-50 PAK FA produksi Rusia.
Pesawat generasi kelima dirancang untuk menggabungkan berbagai kemajuan teknologi di atas jet tempur generasi keempat. Karakteristik yang tepat dari jet tempur generasi kelima yang kontroversial dan hanya samar-samar diketahui detail datanya. Pabrik pesawat Lockheed Martin mendefinisikan mereka memiliki semua aspek-siluman (stealth) termasuk ketika pesawat itu lengkap dipersenjatai. Dengan kelengkapan  teknologi Low Probability of Intercept Radar (LPIR),  high-performance air frames, advanced avionics features dan highly integrated computer systems, pesawat akan terintegrasi dalam sebuah sistem yang memudahkan penerbang dalam melaksanakan tugasnya dalam teater pertempuran udara.
Kini satu-satunya pesawat generasi kelima saat ini yang sudah siap tempur dan beroperasi adalah F-22 Raptor, yang dipergunakan Angkatan Udara AS (US Air Force) sejak  tahun 2005. F-22 Raptor kini adalah unggulan USAF yang oleh Lockheed dikatakan sebagai "advanced stealth, extreme performance, information fusion and advanced sustainment."  Pemerintah AS tidak mengijinkan F-22 dijual kepada negara manapun karena itulah tulang punggung pertahanan udara mereka. Sementara F-35 kini sudah dijual kepada sekutu-sekutunya dan dipersiapkan sebagai fighter bomber canggih yang dipersiapkan akan mampu menyusup hingga kegaris belakang musuh.
Dilain sisi, pesawat tempur generasi kelima Rusia dan Cina diharapkan akan memasuki tahap operasional pada tahun 2017 dimana kini dalam pengembangan lebih lanjut akan sukses bersama-sama dengan kemajuan dari F-35.  Bahkan F-35 yang dipergunakan oleh USMC (Marinir AS) kini sudah dikembangkan berkemampuan STOL (Short Take Off and Landing).

Absolute Killer K-77M Missile

Dalam menghadapi persaingan keunggulan di udara, para produsen di Rusia memunculkan design rudal baru dengan kode K - 77M , disebutkan oleh Russia Today sebagai "absolute killer." K-77M mempunyai keunggulan dibandingkan air to air missile lainnya karena implementasi dari “active phased array antenna (APAA),” yang pada dasarnya memecahkan masalah lock- on dengan membahas masalah esensial bidang pandang dari radar. Menurut Rusia Today, K-77M pada dasarnya menerapkan solusi yang mirip dengan sistem rudal SAM (Surface to Air Missile) Patriot buatan Raytheon.
Rudal K-77M pada dasarnya disiapkan untuk melengkapi pesawat tempur Rusia T-50 PAk FA, yang akan membuat pesawat generasi kelima Rusia itu semakin diminati pembeli. K-77M adalah rudal yang paling akurat di kelasnya. Gabungan antara  kemampuan “fire-and-forget” dan “single-shot kill.” Sistem ini bertujuan untuk menggagalkan setiap manuver penghindaran pesawat musuh dari ancaman K-77M hingga tidak memungkinkan target dapat melarikan diri.
Rusia Times mencatat bahwa Mikhail Vershinin, chief engineer dari biro desain Detal yang berbasis di kota Kamensk - Uralsky di Ural Rusiaberharap akan memulai produksinya pada tahun 2015 setelah didirikannya fasilitas produksi. Dengan dilengkapi K-77M, maka T-50 PAK FA akan menjadi pembunuh yang sulit ditandingi.  Para pengamat militer menyebutkan bahwa Amerika Serikat tampaknya saat ini tidak memiliki rudal  udara ke udara    ataupun yang sedang dalam pembuatan yang dapat bersaing dengan akurasi K - 77M tersebut.
Yang menarik, K - 77M juga dilaporkan kompatibel untuk dipasang pada pesawat tempur  Sukhoi generasi sebelumnya juga. Sistem rudal canggih sepenuhnya kompatibel dengan sistem komunikasi digital dari jet tempur generasi kelima , tetapi dikatakan K-77M dipastikan bisa digunakan pada jet tempur modern dari generasi sebelumnya. Ini berarti absolute killer dapat dipergunakan untuk melengkapi persenjataan pesawat Sukhoi yang kini dimiliki oleh TNI AU.
Dengan demikian, maka dalam menjaga kedaulatan  negara di udara, nampaknya apabila K-77M siap beroperasi dan Sukhoi TNI AU diberi persenjataan ini, maka Sukhoi TNI AU akan menjadi pemangsa udara teratas yang mematikan. Apabila dibandingkan, akan semakin sulit bagi pesawat-pesawat tempur yang dimiliki negara-negara tetangga di Asia Tenggara, termasuk Australia dapat meloloskan diri dari sergapan penerbang-penerbang TNI AU. Hanya dengan satu tembakan rudal diluncurkan, kemudian tinggal pergi,  lupakan, pesawat lawan akan runtuh tanpa mampu menghindarinya.

Oleh : Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net

TNI- AU Tambah 24 Unit Pesawat F-16



Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI I.B. Putu Dunia, mengatakan, bahwa TNI-AU menambah sebanyak 24 unit pesawat tempur jenis F-16 buatan Amerika Serikat guna melengkapi Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista). 

"Pengadaan alutsista TNI-AU itu, secara umum melanjutkan program pengadaan alutsista sebelumnya untuk 2014," kata Kasau usai melantik dan menyumpah 149 perwira TNI AU lulusan Setukpa angkatan ke-16 di Lanud Adi Soemarmo Surakarta, Jumat.
Menurut Kasau, dalam pengadaan alutsista khususnya pesawat tempur F-16 tersebut akan dilaksanakan mulai 2014 guna menambah kekuatan pertahanan di udara. 

"Kami dalam pengadaan pesawat F-16 ini, pada 2014 diharapkan sudah dapat melengkapi pertahanan udara delapan unit dulu, sedangkan sisanya tahun berikutnya," kata Kasau.
Menurut Kasau, selain pesawat F-16, TNI-AU juga akan mendapat tambahan antara lain jenis Hercules, CN2 9.000, dan empat alat radar. 

"Kami sesuaikan kebijakan pimpinan atau Panglima. Kami diberi pesawat kita rawat dan siap mengoperasikan kapan saja sesuai perintah pimpinan.
Menyinggung soal peran TNI AU jika diminta mendukung Polri dalam pengamanan terorisme di Indonesia, Kasau menjelaskan, sebagai anggota TNI AU selalu siap sesuai perintah Pimpinan.
"Kami sesuai kebijakan Pimpinan Panglima. Kami menyiapkan pesawat, personil dan pangkalan. Jika ada pemerintah Panglima untuk melakukan operasi apa dan dimana langsung dilaksanakan," kata Kasau. 

Kasau dalam acara pelantikan dan penyumpahan perwira TNI-AU sekolah pembentukan perwira (Setukpa) angkatan ke-16 selaku inspektur upacara, mengatakan, Setukpa angkatan ke-16 ini, diikuti 149 perwira berpangkat Letda terdiri dari 136 pria dan 13 Wara.
Kasau dalam kesempatan tersebut juga menggucapkan selamat bertugas kepada para siswa yang telah dilantik untuk selanjutnya memasuki kehidupan baru sebagai perwira TNI AU. 

"Saya berharap setelah menjadi perwira TNI AU dapat lebih memiliki pengetahuan, motivasi, dedikasi, dan pengabdian dalam menghadapi tantangan tugas selanjutnya yang semakin berat," katanya.
Selain itu, Kasau juga berharap para perwira dapat membuktikan siap menjadi andalan dalam melaksanakan tugas-tugas masa depan yang memerlukan keterampilan teknis yang tinggi, terutama terkait dengan pembinaan kesiapan operasinal TNI AU. 

Menurut Kasau, TNI AU sedang memasuki fase penting di awal abad 21. Pihaknya akan melengkapi alutsista dan infrastruktur pendukung operasi, memperbaiki doktrin serta meningkatkan kemampuan personil untuk menghadapi tantangan perang modern.
Oleh karena itu, Kasau meminta para perwira lulusan Setukpa tersebut harus terus belajar dan berlatih agar roda organisasi TNI AU dapat bergulir terus dengan lancar. 
Sementara perwira Setukpa angkatan ke-16 tersebut terpilih lulusan terbaik yakni Letda Laurensius Sumapode dari sekolah bahasa (Sesa), Skadik 505 Lanud Iswahyudi.
 

Bosan di Hutan, Ratusan OPM Gabung NKRI



Banyak anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Goliath Tabuni dan Okiman yang ternyata telah turun gunung. Sedikitnya 100 anggota OPM yang selama ini beroperasi di Puncak Jaya dan sekitarnya itu dinyatakan telah kembali ke NKRI dan bergabung dengan warga lain di Kabupaten Puncak Jaya.
 
''Menurut pengakuan anak buah Goliath Tabuni itu, mereka bosan bertahun-tahun tinggal di hutan,'' kata Bupati Puncak Jaya Henok Ibo di Hotel Baliem Pilamo, Wamena, Jayawijaya, kemarin (18/12).
Menurut dia, kini mereka berbaur dengan masyarakat Puncak Jaya dan mengikuti perayaan Natal bersama pada 11 Desember lalu. Itu sekaligus merupakan peringatan setahun pasangan Bupati Henok Ibo Wakil Bupati Yustus Wonda memimpin Kabupaten Puncak Jaya.

''Turunnya 100 anak buah Goliath Tabuni itu tentu kabar yang menggembirakan. Kami berharap kondisi keamanan di Kabupaten Puncak Jaya, yang selama ini sering diganggu kelompok sipil bersenjata, terus membaik,'' ujarnya.
Seratus pengikut Tabuni itu, lanjut Henok, turun gunung sekitar enam bulan lalu. Mereka kini ditempatkan di kantor satpol PP. ''Saya lihat keadaan sudah membaik sekarang,'' ungkapnya.

Dia menambahkan, kelompok bersenjata yang masih sering mengganggu saat ini tinggal di jalur Mulia-Illu. Tetapi, secara umum gangguan tidak sering terjadi lagi. ''Seratus anak buah Goliath itu turun ke Kota Mulia karena merasa selama ini dibohongi soal Papua Merdeka. Karena itu, mereka berbalik ke NKRI,'' sambungnya.

Bahkan, anak buah Goliat Tabuni itu mengaku sudah menjadi pengikut bupati. Mereka menyebutkan bahwa pengikut Goliath Tabuni tinggal 15 orang. Bagi Henok, itu adalah kemajuan yang luar biasa. ''Pemkab Puncak Jaya juga memperhatikan mereka. Pada 2014, Pemkab Puncak Jaya berencana membangun 100 unit rumah layak huni untuk para mantan anggota OPM itu dengan dana APBD. Sebagian rumah itu akan dibangun di Distrik Tingginambut,'' terangnya
 

Pola Pembelian Alutsista Menuju Kemandirian

Proses Pemindahan MBT Leopard 2A4 TNI AD
Proses Pemindahan MBT Leopard 2A4 TNI AD

Pembelian alutsista yang deras akhir akhir ini, meninggalkan pola yang bisa dianalisa oleh pengamat militer dan para pecinta dunia militer. Tentu, pembelian alutsisita oleh pemerintah berdasarkan: Blueprint, Strategi Pertahanan serta Doktrin Induk Tentara Nasional Indonesia. Strategi Pertahanan Indonesia tak lepas dari Doktrin Induk yang merumuskan apa hakekat kepentingan pertahanan nasional, jatidiri/identitas militer/tentara (who we are ?) dan tugas militer/tentara (what do we do?).
Di bawah doktrin induk adalah doktrin dasar yang intinya berisi rumusan strategi untuk memaksimalkan pelaksanaan tugas pokok militer untuk mencapai tujuan pertahanan nasional. Misalnya, apakah akan menggunakan continental strategy atau defence in depth atau layered defence. Doktrin ini kemudian dijabarkan ke dalam postur dan struktur kekuatan (posture and force structure), dan penggelarannya.
Lapis berikutnya adalah doktrin operasional yang merujuk pada doktrin militer yang memberikan arah bagi penggunaan secara efektif dan efisien kekuatan militer dalam melaksanakan operasi militer, baik gabungan maupun kecabangan. Pada lapis ini, doktrin operasional mengidentifikasi karakteristik dasar masing-masing kekuatan yang mempunyai implikasi bagi pengembangan strategi dan operasi militer. Sedangkan Doktrin paling bawah dan operasional adalah pada tingkat taktis yang dikembangkan langsung untuk pelaksanaan operasi militer di lapangan.

kipam
Prajurit TNI AD (photo: Willy)

Sistim pertahanan Indonesia masih didasarkan atas doktrin pertahanan semesta (sishanta) dengan paradigma taktik perang gerilya. Doktrin ini dicopy oleh Singapura dan disebut strategi “total defence”. Demikian juga dengan negara-negara lain yang memiliki dinas wajib militer melalui sistem konskripsi (conscription ) atau mobilisasi.
Jika nantinya alutsista sudah lengkap (walau namanya tetap sishanta), tapi penerapannya akan menggunakan SISHANTA KEPULAUAN dengan menggunakan Gerilya laut dan Gerilya Udara untuk menangkal secara dini di wilayah maritim dan kontrol wilayah udara atas segala potensi ancaman.
Strategi pertahanan bila dilihat dari medan pertahanannya, jika musuh sudah mendarat dan memulai sishanta, berarti musuh sudah melewati dua medan lapisan .
Medan pertahanan dibagi menjadi 3 yaitu:
-Lapisan pertama adalah medan pertahanan penyanggah, berada di luar garis batas zona ekonomi eksklusif dan lapisan udara di atasnya.
-Lapisan kedua adalah medan pertahanan utama sebagai medan operasi, dari laut zona ekonomi eksklusif sampai dengan laut teritorial dan lapisan udara di atasnya.
-Lapisan ketiga adalah daerah-daerah perlawanan pada wilayah kompartemen strategis darat, termasuk wilayah perairan kepulauan dan lapisan udara di atasnya, meliputi daerah pertempuran, daerah komunikasi, dan daerah pangkal pertahanan dan perlawanan.
Lapisan lapisan tersebut tentunya bersentuhan dengan Pertahanan Laut dan Pertahanan Udara dan pertahanan darat Indonesia. Kawasan pertahanan udara ditentukan oleh Zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ – Air Defense Identification Zone), Daerah Terlarang, Daerah Terbatas dan Daerah Berbahaya.
Wilayah udara adalah ruangan udara di atas wilayah teritorial sebuah negara. Sedangkan zona Pertahan Laut pastinya ditentukan oleh Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa 1982 tentang Hukum Laut (lihat UNCLOS 82) dan juga Landasan Kontinen yang diumumkan pada tanggal 17 Februari 1969 dan diundang-undangkan dengan UU no:1 tahun 1973.
Untuk itu, perlu alutsista yang bisa menjangkau lapisan pertama medan pertahanan penyanggah yang sementara bisa diwakili oleh Kapal Selam Killo, Heavy Fighter dan Pesud patroli maritim, Apache, MBT dan Javelin, sambil menunggu real fregat, destroyer dan rudal Sam Jarak Jauh atau bisa disebut alutsista berkemampuan heavy. Juga memerlukan alutsista medium untuk menjaga lapisan pertahanan lapis kedua serta alutsista yang light untuk mempertahankan lapisan pertahanan pertama.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro

Politik Luar Negeri Non-Blok dan Zero Enemy.
Indonesia menganut politik luar negeri non blok dan zero enemy sehingga bebas untuk belanja keperluan alutsista dari negara blok mana saja dan tidak terikat oleh suatu pakta pertahanan tertentu. kita bisa mencampurkan (gado gado) sistim alutsista kita. Selama ini banyak yang mencemoh kebijakan pemerintah dalam pengadaan alutsita, baik itu kubu yang pro produk dari barat atau kubu dari blok timur yang berpolemik dengan berbagai alasan tentang isu embargo.
Kita pernah diembargo oleh pihak barat beberapa kali dimulai embargo pada thn 1957 dengan terbatasnya kemampuan pesawat B-25 karena diembargo suku cadangnya dan juga embargo torpedo untuk kapal cepat kelas jaguar KRI macan tutul, padahal waktu Indonesia sibuk mengahadapi pemberontakan permesta dan menghadapi Trikora. Embargo selanjutnya pada tahun 1991 oleh Amerika Serikat setelah peristiwa Santa Cruzz, Dili yang ditutup dengan episode embargo militer pada tahun 1999, setelah jajak pendapat Timtim. Kita sudah pengalaman akan PAHITNYA EMBARGO.
Embargo Militer dari pihak Timur juga pernah kita alami saat penggantian orde lama ke orde baru. Saat itu pihak Uni Soviet memutuskan hubungan dikarenakan kecewa dengan Indonesia yang jatuh ke pelukan barat, sehingga membuat kekuatan militer kita dari yang terkuat di belahan bumi paling selatan, menjadi sebaliknya. Seharusnya saat itu Presiden Soeharto bisa memainkan kartu dan diplomasinya dengan CANTIK yaitu tetap Ideologi negara ini berpaling ke blok barat tetapi tetap mempertahankan kekuatan militernya yang dari blok timur yang sudah terbangun. Hal tersebut dilakukan oleh Mesir sehingga pihak barat tidak seenaknya mendikte kebijakan Mesir. Sementara Indonesia, kita membebek saja karena kekuatan militernya sudah dipaksa untuk dipreteli.
Pak Harto mulai sadar dengan membuka hubungan baik (PEMULIHAN) dengan pihak Uni Soviet diawali dengan berlangsungnya pertukaran nota pengesahan protokol pada 4 Juli 1968 di Jakarta yang membahas kewajiban pembayaran kembali hutang Indonesia kepada Uni Soviet, serta pemulihan kembali soal soal hubungan ekonomi antara kedua negaradan negara negara blok timur lainnya. Berlanjut ke persetujuan mengenai kerjasama ekonomi dan teknik dengan Rumania pada bulan september 1972 dan dengan Uni Soviet bulan Desember 1974, serta memulai kedekatannya dengan militer Rusia di era 1990, untuk penjajakan pembelian Pesawat Sukhoi 27 (setelah diembargo 1991). Mungkin Pak Harto di masa terakhir pemerintahannya menyesal dengan terlalu mempercayai pengadaan alutsista militernya terhadap blok barat.

Mendompleng MEF Menuju Kemandirian.
Dengan pengalaman merasakan pahitnya diembargo militer tentunya Indonesia sadar bahwa kita harus mandiri dalam pengadaan alutsista sehingga minim akan dampak dari embargo. Maka ada Undang undang yang wajib Transfer of Technology (TOT) untuk mendukung kemandirian dalam beralutsista.
Pertimbangan utama pemeritah membeli alutsista yaitu: life cycle maintanance cost, communalities dan stablished. Maka bisa dibaca dari pola pembelian alutsista kita yang bisa dibagi dengan kretria: Pembelian Alutsista kelas berat(heavy), alutsista menengah (medium) dan Alutsista ringan (Light).

Kapal Selam Amur 1650 Rusia
Kapal Selam Amur 1650 Rusia

Pembelian Alutsista Kelas Berat (Heavy).
Pembelian alutsista kelas heavy biasanya minim akan ToT. ToT hanya sekedar tingkat 1 yang meliputi bagaimana merawat dan mengoperasikannya dengan benar. Kalaupun ada ToT, maka diajari perbaikan yang kecil kecil misalnya menyambung kabel/sekring yang putus dll (troubleshooting).
Pemebelian Alutsista kelas Heavy di matra udara dengan membeli pesawat heavy fighter Sukhoi dengan minim ToT. Tujuannya mengejar ketinggalan alusista yang juga mempertimbangkan efek detteren karena kita belum punya alutsista itu. Keuntungan lain yang diharapkan dalam pembelian jet tempur Sukhoi adalah membuka konekvitas kita dengan negara produsen yaitu Rusia dan terbukti kita langsung mendapatkan kredit eksport dalam pembelian alutsisita ke Rusia.
Selain itu kita bisa membangun kedekatan dengan pihak pabrikan Sukhoi sehingga bila mungkin kita mempercepat pembangunan IFX untuk kemandirian agar bisa memakai mesin dan avionik Sukhoi yang dicangkokkan ke IFX.
Pembelian alutsista heavy di matra Laut saat ini, ada dua proyek dalam proses pengadaan, yaitu pembelian kapal selam Kilo dan Amur dan juga pembelian Real Fregat yang masih belum ditentukan kelas apa dan apakah beli baru atau bekas.
Pembelian alutista ini juga dengan tujuan membuka jaringan dengan galangan kapal militer Rusia untuk bisa mendukung, mengajari atau bisa mencontek teknologinya untuk proyek korvet nasional kita yang akan dibuat PT PAL.
Kita perlu banyak korvet kelas 100 meter untuk mengisi kekurangan fregat yang berpatroli di ZEE, maka kebutuhan Korvet kelas ocean going bisa mengisi patroli lapisan pertama untuk medan penyanggah.
Dari hal itu kita tidak akan heran bila nanti ada pengumuman pembelian korvet tiger class untuk penambahan korvet yang bisa ocean going, karena kita memang masih kurang dalam korvet tipe tersebut.
Demikian juga pembelian Kapal selam Kilo, kita ingin memperoleh teknologi Misile di bawah permukaan, yaitu Club S yang mungkin bisa diinstal dalam proyek kapa selam nasional oleh PT.PAL.

Pembelian Alutsista Heavy di Matra Darat
Pembelian alutsisita Tank MBT Leopard, Heli Apache dan ATGM Javelin, selain ita belum pernah punya alutsista heavy ini, kita juga ingin mendapatkan TOT. Keuntungan dalam pembelian ini, untuk bisa mencontoh bahkan mencontek teknologinya. Pembelian Leopard dan Marder diberi bonus blueprint marder sehingga bisa untuk pengembangan Tank medium/ringan Nasional.
Kita ke depan menginginkan setiap Kodam ada 2-3 Batalyon Kavaleri yang memakai Tank kombinasi MBT dan Medium juga Ringan. Maka untuk ke depan pengadaan tank akan dilayani oleh produk dalam negeri dari PT Pindad.
Kita tidak akan terkejut bila nantinya ada pengumuman pemerintah akan ada penambahan pengadaan Leopard dan membeli Tank MBT T series untuk kavaleri AD dan Marinir untuk unsur perimbangan teknologi barat dan timur. Dan pihak Tank MBT T series, akan produksi bersama di sini secara besar besaran.
Sedagkan untuk pembelian Apache dan javelin selain untuk mensejajarkan Indonesia dengan kawasan, juga ingin bisa mencontek teknologinya untuk pengembangan Helikopter Gandiwa PT DI dan pengembangan ATGM dalam negeri yang akan dirintis oleh PT Pindad.
Kita akan banyak memerlukan heli jenis serang ini, untuk mewujudkan konsep perang kavaleri modern, baik itu untuk matra darat maupun marinir.

Kemampuan baru Apache AH-64E-Guardian untuk meningkatkan operasi dibandingkan peningkatan persenjataan (photo: US Army)
Kemampuan baru Apache AH-64E-Guardian untuk meningkatkan operasi dibandingkan peningkatan persenjataan (photo: US Army)

Pembelian Alutsista Menengah (Medium)
Di dalam pembelian alutsista kelas medium, persyaratan ToT nya lebih keras, karena di kelas ini kita mampu untuk memulai memproduksi alutsista kelas medium. Dan sepertinya kita mempercayakan sebagian besar alutsista ini berasal dari Barat.
Di Matra Udara, pembelian alutsita medium diwakili akan diadakannya penggantian pesawat F 5 Tiger. Kandidatnya Euro Typhon, Rafaele, F-16 block 60 dan Saab Gripen.
Bila nanti pembelian mengerucut kepada Saab Gripen, kita tidak akan  heran dengan pertimbangan bahwa Gripen adalah pesawat yang murah biaya opersional dan perwatannya karena memakai singgle engine. Bila dikoneksikan dengan kemandirian alutsista, kita memilih Saab Gripen karena pihak produsen Saab menawarkan pengintregrasian sistim antara pespur, pesawat Aew&C, UAV dan Kapur.
Selain  itu kita juga mencapai tujuan strategis lainnya, yaitu untuk percepatan program pesawat tempur IFX. Bila IFX dipercepat maka yang paling masuk akal adalah kita akan menjadi PENJAHIT yang menggabungkan frame body, avionik dan mesin yang gado gado dari pihak barat dan timur yang MAU memberikan teknologinya untuk dipakai di IFX.
Pihak Saab adalah yang bisa dan sanggup mengajari cara menjahit frame body (bikinan dalam negeri), avionik (mungkin dari pihak sukhoi atau Saab) dan Mesin/Engine (Mungkin memakai Saturn).

Nakhoda-Ragam-Class-offshore-patrol-vessels111.jpg
Light Frigate Nakhoda Ragam Class

Pembelian Alutsita Medium di Matra Laut
Pembelian korvet sigma 10514 terus berjalan dengan opsi TOT, Damen Belanda (DSNS) akan mengajari cara menjahit kapal dengan sistim modulardan sudah bisa kita aplikasikan di KCR-60 dan KCR-40 dengan body diamond cut-nya.
Tujuan strategisnya, kita akan membangun sendiri korvet nasional 105 meter dan KCR dalam jumlah besar untuk mendukung  pengembangan tiga Komando Armada di bawah Komando Pertahanan Laut, yang  tiap Armada membawahi Guspurla dan Guskamla. Sedangkan Lantamal yang akan dikembangkan menjadi 14 di bawah kendali langsung Kohanla RI. Untuk proyeksi kekuatan laut ke darat, akan dikembangkan 3 Divisi Marinir, 3 Satlinlamil dan 3 Wing Udara.

Pembelian Alutsista Medium di Matra Darat
Pembelian Panser 6 roda Cannon Tarantula menimbulkan pertanyaan kenapa kita sudah punya anoa yang 6 roda, masih membeli tarantula. Tarantula termasuk AFSV (Armoured Fire Support Vehicle). Korps baret hitam kita telah memiliki panser kanon berkemampuan amphibi dan kanon kaliber 90mm. Sudah diuji di Jatiluhur dan kemampuan berenangnya memuaskan.
Sebelumnya di kelas ini memang akan dimasuki Anoa versi kanon 90mm, tapi lantaran prototipe-nya belum lulus pengujian, maka dibelilah Tarantula untuk menyempurnakan Anoa versi cannon dan Anoa yang berkemampuan ampihibi.
Pembelian Alutsista Ringan (Light) polanya saat ini mengutamakan produk dalam negeri bagi alutsista yang sudah dibuat oleh InHan kita. Sedangkan yang belum bisa diproduksi tetap mengimpor dari luar sambil menyerap teknologinya.
Selama ini pembelian alutsista masih terkesan gado-gado dan tidak berkonsep padahal tidak sepenuhnya begitu. Pemerintah dan Kemenhan CERDIK dengan strateginya di mana pembelian alutsista yang tujuan utamanya MEF adalah untuk mencukupi alutsista kita yang tertinggal dan banyak yang tua dan pemenuhan ”stopgap”, untuk kesiapan dalam “critical element of combat-ready forces”. Agar bila dalam dua tahun ke depan ada negara lain yang ingin mencoba bermain api, kita langsung bisa membalasnya dengan melemparkan sekuntum bunga beserta pot potnya.
Tujuan satrategis lainnya, untuk mendukung kemampuan Industri Pertahanan dalam negeri dalam penyerapan teknologi, enginering, cara menjahit dan pengintegrasikan dari berbagai macam teknologi, bahan baku TERBAIK dari masing masing alusista -baik dari blok barat ataupun timur. Kita akan mendapatkan suatu formula, racikan suatu alutsista produk dalam negeri yang KHAS RASA NASIONAL untuk disajikan kepada para user baik itu matra darat, laut dan udara sesuai doktrin dan strateginya, menuju KEMANDIRAN dalam beralutsista…amin (by Satrio)

Kamis, 19 Desember 2013

Panglima TNI Terima 1.169 Personil Satgas TNI dari Lebanon

Panglima TNI Terima 1.169 Personil Satgas TNI dari Lebanon
Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko didampingi Kasal Laksamana TNI Marsetio, Kasau Marsekal TNI IB. Putu Dunia serta para Perwira Tinggi (Pati) dari Mabes TNI dan Angkatan menerima kedatangan Satuan Tugas (Satgas) TNI Kontingen Garuda (Konga) yang baru saja  selesai melaksanakan tugas misi perdamaian dunia selama setahun di United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL-PBB) dalam suatu Upacara Militer, di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (18/12).
Kontingen Garuda yang baru saja  selesai melaksanakan tugas misi perdamaian di Lebanon berjumlah 1.169 personil,  terdiri dari : 850 personil Batalyon Mekanis TNI Konga XXIII-G dipimpin Letkol Inf Lucky Avianto, 75 personil Military Police Unit (MPU) Konga XXV-E dipimpin Letkol Cpm Subiyakto, 150 personil Force Protection Company (FPC) Konga XXVI-E2 dipimpin Letkol Inf Yuri Eliyas, 50 personi Force Head Quarter Support Unit (FHQSU) Konga XXVI-E1 dipimpin Kolonel Inf Karmin, 6 (enam) personil Satgas Cimic TNI Konga XXXI-C dipimpin Letkol Inf Ilyas, 18 personil Military Community Outtreach Unit (MCOU) Konga XXX-C dipimpin Letkol Inf Nasrul, 9 (Sembilan) personil Satgas Level 2 Hospital XXIX-E dipimpin Letkol Kes dr. Paulus Supriyono, dan 11 personil Military Staf Sector East dipimpin Kolonel Inf Rezerius. Kesemuanya itu telah bertugas selama satu tahun di wilayah Lebanon.
Dalam amanatnya Panglima TNI mengatakan bahwa, dalam sepuluh tahun terakhir kontribusi Indonesia bagi upaya mengatasi permasalahan perdamaian dunia dan bantuan kemanusiaan telah mendapat apresiasi positif dari masyarakat Internasional. Kepercayaan dari PBB yang sangat tinggi terhadap pasukan perdamaian dari Indonesia adalah bukti bahwa pasukan Garuda Indonesia selalu konsisten memperlihatkan kinerja yang membanggakan. Saat ini pasukan TNI yang tergabung dalam misi perdamaian PBB di seluruh dunia berjumlah 1.966  yang tersebar di berbagai wilayah konflik yaitu Lebanon, Kongo, Haiti, Liberia, Sudan Selatan dan Darfur serta Suriah. "Atas prestasinya tersebut seluruh pasukan Kontingen Garuda dianugerahi  tanda jasa atau UN Medal oleh PBB dan Satya Lencana Shanti Dharma dari Pemerintah Indonesia", ujarnya.
Indonesia adalah salah satu Negara yang aktif mengirimkan personil militernya dalam tugas-tugas perdamaian di bawah misi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kontingen Indonesia berada di urutan 15 dari 177 Negara yang memiliki pasukan perdamaian. "Ke depan, Indonesia menargetkan masuk 10 besar Dunia dalam mengirimkan pasukan militernya dengan harapan pimpinan atau commander-nya dipercayakan dari Indonesia", kata Panglima TNI.
Dalam kesempatan tersebut Panglima TNI menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan atas dedikasi, semangat, dan loyalitas dalam pelaksanaan tugas misi perdamaian yang telah para prajurit tunaikan. Prestasi yang diraih pada misi PBB  UNIFIL hendaknya dapat menjadi pendorong setiap satuan di jajaran TNI,  untuk terus meningkatkan kapasitas dan kapabilitas satuan, khususnya Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI, dalam rangka mendukung meningkatkan  kualitas  dan  profesionalitas personil TNI pada misi-misi luar negeri, sekaligus guna meningkatkan profil Internasional TNI.

TNI. 

Sumber Dana Modernisasi Alutsista TNI


Frigate INS Talwar  F40 India Navy yang dibuat oleh Rusia dari modifikasi Frigate Krivak III-Class Rusia (photo: Roel Vandevelde)
Frigate INS Talwar F40 India Navy yang dibuat oleh Rusia dari modifikasi Frigate Krivak III-Class Rusia
 (photo: Roel Vandevelde)

Catatan dari @Palapa:
PKR SIGMA 10514 yang saat ini dibuat oleh PT PAL bekerja sama dengan DAMEN Belanda rencananya adalah untuk menggantikan Korvet Parchim lawas TNI AL yang jumlahnya cukup banyak (sekitar 19 unit). Kenapa dipilih PKR SIGMA 10514 yang termasuk kelas light fregat dan bukan dari kelas korvet juga? Korvet yg dimiliki TNI AL saat ini memiliki banyak keterbatasan, baik dari daya jelajah , sistem pertahanan udara, radar dan juga jenis helikopter yang bisa diangkut, sehingga sulit untuk melindungi perairan Indonesia yg luas. Bandingkan dengan PKR SIGMA 10514, dengan daya jelajah yang lebih jauh, senjata yang mumpuni, sistem pertahanan udara yang tangguh, dan radar yang mendukung, betul-betul pilihan yang ideal untuk menggantikan korvet ini.
Ke depan, TNI AL tidak akan menggunakan kapal jenis korvet lagi tapi langsung ke kelas yang lebih tinggi yaitu Light Fregat/PKR SIGMA 10514. Yang jadi pertanyaan adalah, apakah PKR SIGMA 10514 ini juga untuk menggantikan Fregat lawas TNI yang jumlahnya sekitar 10 unit termasuk Fregat kelas Van Speijk ?.
TNI AL memang ingin mengganti Fregat lawasnya, tapi bukan dengan PKR SIGMA 10514. Inilah maksud kunjungan KSAL ke Rusia. Beliau memang ingin mencari pengganti Fregat kelas Van Speijk dengan kapal buatan Rusia, tapi bukan Korvet 20380 Steregushchy, karena Steregushchy satu kelas dengan PKR SIGMA 10514. Tidak mungkin TNI AL membuat kapal yang satu kelas dengan investasi yang besar.
Lantas apa yang dicari Pak KSAL? yang dicari beliau tentu yang kelasnya lebih tinggi dari PKR SIGMA, yaitu Fregat Talwar Class yang saat ini juga dipunyai India. Fregat Talwar Class yang bisa mengusung Rudal “maut” seperti yang dimiliki KRI OWA ini, akan ditawarkan untuk diproduksi di PT PAL (tentu dengan Spec yang diinginkan Indonesia). Dengan alasan jumlah produksi yang banyak, ditambah padatnya galangan kapal Rusia melayani order kapal perang dan kapal selam (plus kedekatan Rusia Indonesia), kemungkinan proyek ini disetujui sangat besar. Sepertinya Pasangan PKR SIGMA10514 dan Fregat Talwar Class akan menjadi duet maut, perpaduan blok barat dan timur, seperti yang diinginkan TNI AL.

Frigate Krivak II Rusia 22 Juli 2009 (photo:  George Chernilevsky)
Frigate Krivak II Rusia 22 Juli 2009 (photo: George Chernilevsky)

Sumber Dana
Keinginan pemerintah untuk kembali menjadi Macan Asia, tampaknya bukan ucapan di mulut saja. TNI AD memodernisasi alutsista ke tingkat yang lebih tinggi seperti: MBT Leopard, Meriam Caesar 155mm, Howitzer tarik 155mm KH 179, Heli Serang Apache AH 64 Guardian, Roket Lapan dan sebagainya. Begitu pula dengan TNI AU dengan pesawat tempur heavy fighter SU 27/30 dilengkapi rudal-rudalnya.
TNI AL tidak ketinggalan dengan membeli Rudal Yakhot serta kapal selam Kilo dan Amur dilengkapi rudal berdaya jangkau 300km. Semua angkatan berupaya meningkatkan daya gempur dan daya jelajah mereka, layaknya suara auman macan yang menggentarkan.
Platform utama TNI AL adalah kapal permukaan. Seperti yang disampaikan Bung Palapa, TNI AL tertarik dengan frigate Talwar Class Rusia, untuk meningkatkan kemampuan operasional. Sementara Panglima TNI Jenderal Moeldoko menyatakan TNI tertarik membeli pesawat tempur SU-35, namun sedang dipikirkan  pembiayaan/ sumber dananya.
Berbicara modernisasi dan peningkatan kualitas alutsista tidak terlepas dari dana yang tersedia. ”Joke” dalam bahasa Jawa adalah: Wani Piro ?.
Dari mana dana untuk mempercepat modernisasi alutsista TNI ?. Perhatikan tabel di bawah ini !.

pajak-2013Perolehan pajak Indonesia hingga akhir Desember 2013, diperkirakan Rp 900 sampai Rp 950 triliun. Agak meleset  dari target Rp 1000 triliun. Hal ini tidak terlepas dari lesunya ekonomi di tahun 2013 dengan tingkat pertumbuhan 5,8 %/ tahun. Sementara tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,2 %.
Meski prosentase pendapatan pajak tahun 2013 berkurang namun secara jumlah meningkat. Dari Rp 835 triliun (tahun 2012) menjadi Rp 950 triliun tahun 2013.
Pendapatan pajak pada tahun 2014 ditargetkan sekitar Rp 1100 triliun. Kemungkinan tercapai dengan kondisi:

pajak-5pajak-4
Apakah angka pendapatan pajak itu masih bisa ditingkatkan ?. Sangat bisa. Sediakan 10.000 ribu lulusan S-1 berlatar belakang ekonomi, maka tambahan dana Rp 200 hingga Rp 300 triliun/tahun, tidak susah untuk didapat.
Lihat baik-baik jumlah wajib pajak dibandingkan dengan petugas pemeriksa pajak Indonesia, seperti diagram di bawah ini:
wp-1wp-2
Dari tahun 2009 hingga tahun 2012, jumlah wajib pajak Indonesia terus meningkat dari 15,9 juta wajib pajak, menjadi sekitar 24,8 juta wajib pajak (tahun 2012). Sementara jumlah pemeriksa pajak yang sejak dulu kurang, hanya naik tipis. Akibatnya pada tahun 2012, satu petugas pemeriksa pajak, harus memeriksa 5758  wajib pajak. Pertanyaannya adalah, mungkinkah seorang pemeriksa pajak menangani sekitar 6000 wajib pajak ?. Tidak mungkin. Dengan demikian sangat banyak penduduk Indonesia yang belum membayar pajak.
Analoginya, jika ada 6000 mobil parkir liar, mungkinkah satu kolektor memungut uang dari 6000 pengendara mobil itu ?. Tidak mungkin.  Bisa mengumpulkan uang dari 100 pemilik mobil saja, sudah hebat.
Seorang pemeriksa pajak tidak mungkin mem-blast satu pesan SMS ke 6000 wajib pajak dengan pesan: “Pajaknya dibayar ya !”. Tidak akan didengar. Wajib pajak harus didatangi. Kalau perlu ditakut-takuti akan masuk penjara jika tidak bayar pajak. Di Eropa orang akan sangat patuh membayar pajak, karena mereka sadar, akan masuk penjara jika tidak membayarnya. Di Indonesia orang sadar petugas pemeriksa pajak sangat sedikit, sehingga jika tidak membayarnya. Tidak ada petugasnya.
Dengan sedikitnya jumlah pemeriksa pajak, lalu wajib pajak yang seperti apa yang mereka sasar ?. Sudah pasti yang besar-besar yang diutamakan: Asing dan Local Big Name. Bagaimana dengan wajib pajak di tingkat menengah dan kecil ?. Ya lolos.  Siapa yang mau memeriksa ?. Petugasnya tidak ada. Dalam bahasa sederhana, kalau saja negara memiliki petugas pemeriksa pajak dam jumlah mencukupi, maka mereka bisa mendatangi  satu persatu toko di Tanah Abang, Jakarta. Ratusan miliar rupiah akan  tertampung oleh negara dalam setiap bulan.  Itu baru Tanah Abang.
neraca-13
Potensi uang yang berputar di kelas kecil- menengah justru besar sekali, namun tidak bisa ditangani karena terbatasnya petugas pajak. Strategi menggarap market kelas kecil menenga, sukses dilakukan oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI). Kini laba yang diraih oleh BRI telah melewati pendapatan BNI. Padahal dulu BRI dianggap oleh BNI sebagai small bank. Satu yang menjadi penyesalan BNI adalah melepas nasabah kelas kecil -menengah/UKM dan fokus di nasabah kelas atas. Kisah sukses BRI  menunjukkan betapa besarnya potensi pajak yang sebenarnya bisa digarap oleh Dirjen Pajak

Perbandingan Pegawai Pajak antar Negara.
perbandingan-pajak
Tabel di atas menunjukkan rasio perbandingan pegawai pajak dengan jumlah penduduk. Jerman yang demikian modern dan memiliki 80 juta penduduk, memiliki perbandingan 1 : 727 penduduk. Sementara Indonesia 1 : 7700 penduduk.
Orang cenderung tidak akan membayar pajak jika tidak diperintah atau diancam. Untuk itu, petugas pajak adalah kolektor yang harus mendatangi para wajib pajak. Hal ini khusus untuk wajib pajak kecil menengah. Wajib pajak kelas berat, rata rata telah memiliki laporan keuangan yang transparan karena telah listing di bursa, sehingga susah untuk menutupi laporan keuangan mereka.
Kondisi diperparah lagi dengan jumlah kantor yangmasih minim. Yang ada, masyarakat sulit untuk menemukan kantor pajak, apalagi untuk membayar pajak. Ironi bukan. Negara ini hidupnya sebagian besar dari pajak, namun jumlah pegawainya sangat minim. Jumlah pemeriksanya 4300 orang untuk memeriksa 240 juta wajib pajak. Bagaimana mau mendapatkan duit.
Jika jumlah pegawai pajak ditambah sebanyak 10.000 orang, mengumpulkan uang tambahan 300- 400 triliun / tahun bukanlah perkara sulit. Selain dana untuk alutsista, tambahan pendapatan pajak Rp 300 triliun/ tahun bisa digunakan untuk menggarap berbagai mega proyek, sehingga tidak perlu meminjam ke luar negeri.
rasio-12
BankK BRI bisa berkembang dan menggarap nasabah UKM dengan cara menambah pegawai hingga puluhan ribu dan menyebar kantor-kantornya. Pihak BRI bisa sesuka hati menambah pegawainya. Sementara Dirjen Pajak, penentuan jumlah pegawai ditentukan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, bukan di bawah Menteri Keuangan. Yang paling susah adalah jikan Menpan, tidak paham kebutuhan orang pajak.
Ironi lainnya adalah, orang pajak/Dirjen pajak tidak bisa mengetahui rekening wajib pajak (WP). Padahal bila orang pajak bisa memeriksa rekening wajib pajak, maka sangat besar uang pajak yang bisa diperoleh. Dari rekening itu, akan terbaca pola keuganan WP, apakah pura-pura tekor untuk menghindari pajak atau sebenarnya untung berlimpah.
Di Malaysia, petugas pajak bisa datang sesuka hati ke Bank dan membuka/memerika rekening wajib pajak, dengan cara tinggal menunjukkan bedge petugas pajak mereka. Jangan tanya di Jepang dan Jerman. Indonesia sangat tertinggal untuk urusan yang satu ini. Kuncinya ada di DPR. Apakah DPR  mengijinkan petugas pajak memeriksa rekening para wajib pajak ?. Butuh komitmen politik yang tinggi.

KCR-60 Diluncurkan PT PAL


Peluncuran KCR-60 di Surabaya, Jawa Timur (photo;BUMN.go.id)
Peluncuran KCR-60 di Surabaya, Jawa Timur (photo;BUMN.go.id)

PT PAL meluncurkan Kapal Cepat Rudal 60 Meter (KCR-60) yang merupakan kapal pertama dari 3 kapal yang dipesan TNI AL. Acara peluncuran kapal pertama  di Surabaya Jawa Timur ini, dihadiri Asisten Logistik KASAL, Laksamana Muda TNI Suyitno, Jajaran Perwira Tinggi Markas Besar TNI AL, Baranahan Kemhan, para petinggi Komando Armada Timur dan LANTAMAL V Surabaya.
Setelah penandatanganan berita acara peluncuran Kapal, acara dilanjutkan dengan peninjauan proses produksi kapal KCR 60 Meter yang kedua dan ketiga, yang telah mencapai pengerjaan hampir 80 persen dan 70 persen. Menurut Asisten Logistik KASAL, Laksamana Muda TNI Suyitno, kebutuhan KCR 60 Meter sangat diperlukan karena kapal ini akan diandalkan dalam meningkatkan keamanan dan kedaulatan Bangsa.

KCR-60 PT PAL
KCR-60 PT PAL

“Kedepan bukan hanya Kapal ukuran 60 Meter saja. Akan terus ditingkatkan. Selanjutnya akan diproduksi Kapal 105 meter dengan keunggulan yang berbeda dan secara terus menerus akan meningkatkan kemampuan Bangsa” ujar ASLOG KASAL. Kapal Cepat Rudal ini adalah hasil karya anak Bangsa sebagai upaya untuk meningkatkan industri galangan dalam negeri agar tidak bergantung pada Kapal Produk luar.

Model Kapal Cepat Rudal 60 meter KCR 60 TNI AL
Model Kapal Cepat Rudal 60 meter KCR 60 TNI AL

Direktur Utama PT PAL Indonesia (Persero), Firmansyah Arifin dalam sambutannya menuturkan beberapa keunggulan produk KCR 60 meter yang akan digunakan dalam mengamankan batas wilayah Indonesia. “Kapal ini sepenuhnya dikerjakan oleh anak bangsa di bawah bimbingan dan supervisi dari MABES TNI AL. PT PAL Indonesia berkarya sebaik-baiknya bahwa produk-produk anak bangsa tidak kalah dengan produk-produk import lainnya” tandasnya.
Konsistensi PT PAL Indonesia (Persero) dalam mendukung kemandirian bangsa untuk pengadaan Alutsista maupun modernisasi Alutsista terus ditingkatkan. Baik dalam bidang teknologi, fasilitas maupun SDM yang telah memiliki kebanggaan dalam menciptakan produk yang berperan dalam menciptakan keamanan dan martabat bangsa serta penghematan Devisa Negara. 

Rabu, 18 Desember 2013

AS dan Australia Aktor di Balik Papua Barat

Browser anda tidak mendukung iFrame
Foto: YouTube  
Foto: YouTube

Profesor Massachusetts Institute of Technology (MIT) Noam Chomsky menilai Amerika Serikat (AS) dan Australia berada di balik Papua Barat. Menurutnya kedua negara itu melakukan skandal besar mengenai masalah Papua.

Dalam sebuah wawancara yang dilakukan dalam YouTube pada 14 Desember 2013, Chomsky menilai perlawanan di Papua Barat akan terus terjadi. Bapak Linguistik Modern tersebut menyebutkan pihak Barat harus bertanggungjawab atas kondisi yang terjadi.

"Saya pikir perlawanan di Papua Barat akan terus terjadi namun sepertinya hal tersebut tidak akan berhasil. Bisa negara Barat (Australia dan AS) bersedia untuk mengambil tanggungjawab dan tindakan, perlawanan itu bisa diatasi," ujar Chomsky dalam wawancara di YouTube.

"Perampokan sumber daya alam yang dilakukan oleh Australia dan kekuatan Barat (AS) lainnya, adalah sebuah skandal besar," lanjutnya.

Baginya, Indonesia adalah negara yang digunakan oleh Amerika Serikat untuk melakukan skandal ini. Kondisi serupa dilakukan Australia, dalam kasus Timor Leste.

"Apa yang terjadi di Timor Leste adalah sebuah genosida. Butuh waktu lama (hingga 1999) untuk mengatasi masalah ini.  25 tahun AS mendukung yang terjadi di Timor Leste, seharusnya mereka bisa menghentikan itu dalam waktu singkat tanpa melakukan penyerangan, sanksi," jelasnya.

Noam Chomksy selama ini dikenal sebagai pengkritik keras dari kebijakan luar negeri AS. Baginya, Negeri Paman Sam selalu melakukan standar ganda dalam kebijakan luar negerinya.

Chomksy selalu mengecam ulah AS yang terus melakukan intervensi terhadap negara lain. Ini termasuk bantuan rahasia yang akan diberikan. Menurutnya hal tersebut sama seperti sebuah terorisme.

PT DI Serah Terimakan Enam Helikopter Serbu Bell 412 EP



PT Dirgantara Indonesia (DI) menyerahkan sebanyak enam unit helikopter serbu Bell 412 EP dan tiga unit pesawat CN 295 kepada Kementerian Pertahanan (Kemhan).
Berita acara serah terima pesawat ditandatangani langsung Direktur Utama PT DI, Budi Santoso dan Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemhan, Laksamana Muda TNI Rahmat Lubis di Kawasan Produksi II PT DI, Bandung, Selasa (17/12).
Kontrak pengadaan pesawat CN 295 itu sendiri dilakukan pada 14 Februari 2012 lalu. Untuk pesawat CN 295, selanjutnya akan dioperasikan oleh TNI AU dan Helikopter serbu Bell 412 EP dioperasikan jajaran TNI AD.
Satu unit Helikopter angkut sedang Bell 412 EP juga diserahkan PT DI kepada Polisi Udara Republik Indonesia. Khusus untuk pengadaan helikopter jenis itu, kontrak pemesanan ditandatangani pada 1 Juli 2013.
Dalam kesempatan tersebut, Direktur PT DI juga menyerahkan dua unit Helikopter SAR AS365 N3+ Dauphin dan diterima oleh pejabat pembuat komitmen Basarnas. Penandatanganan kontrak jual beli dua helikopter jenis ini dilakukan pada 28 November 2012 lalu.
Dirut PT DI, Budi Santoso mengakui, selain mendapatkan bantuan modal, PTDI juga mendapatkan pesanan pembuatan pesawat cukup banyak dari pemerintah. "Kami harap semakin banyak pesawat buatan dalam negeri yang terbang di angkasa Indonesia," kata Budi.
Menurut Budi, dengan diserahkannya seluruh pesawat kepada tiga institusi (TNI, Kepolisian dan Basarnas) merupakan sesuatu hal yang membanggakan. Di satu sisi menunjukkan komitmen PT DI untuk dapat memenuhi kebutuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista), di sisi lain instansi pemerintah sudah mulai memakai produk PT DI.