Patut diduga ada misi khusus, terutama bidang politik dan perdagangan, setelah pemulangan pengemplang dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) Samadikun Hartono dari China.
Sinyalemen itu disampaikan mantan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana (Purn) Slamet Soebijanto (25/04).
“Dibantu China, penangkapan pengemplang BLBI Samadikun, patut diduga untuk menyenangkan hati rakyat Indonesia dan untuk membuktikan bahwa China teman baik Indonesia,” ungkap Slamet Soebijanto.
Slamet Subijanto mencurigai ada sandiwara di balik pemulangan pengemplang BLBI Samadikun. “Ada perlakuan yang di luar kebiasaan terhadap Samadikun. Sandiwara apa yang sedang diperankan,” tanya Slamet.
Terkait dugaan adanya sandiwara tersebut, Slamet meminta semua pihak untuk mewaspadai sepak terjang China di Indonesia dalam upaya ‘mengambil’ kekayaan alam. “Mungkin masih banyak lagi yang lain yang terlewatkan, dan semuanya bagian dari strategi besar China dalam rangka memperoleh sumber daya untuk kepentingan negaranya,” pungkas Slamet.
Sebelumnya, jagat sosial media diramaikan dengan polemik soal foto penjemputan Samadikun Hartono yang terksean tidak seperti penangkapan buronan yang lain. Samadikun terlihat tak mendapatkan pengawalan ketat, dan tidak diborgol.
Tampak dalam foto Kepala BIN Sutiyoso, Deputi I BIN Sumiharjo Pakpahan mengawal Samadikun Hartono sesaat setelah tiba di Bandara Halim Perdanakusuma (21/04). Selain itu tampak Jaksa Agung HM Prasetyo.
Menyikapi hal itu, Ketua Komisi III DPR Bambang Soesatyo menyayangkan perlakuan penegak hukum yang terkesan memberi keistimewaan kepada buronan BLBI Samadikun Hartono.
Menurut Bambang, Samadikun seharusnya diperlakukan sama seperti para pelaku kejahatan lainnya. “Itulah anomali hukum kita. Komisi III prihatin dan menyesalkan bagaimana bisa buronan yang diburu puluhan tahun diperlakukan istimewa,” ujar Bambang seperti dikutip aktual (22/04).