Senin, 25 April 2016

Hino Ranger 500 FM285 JD: Mengenal Truk “Penggendong” Kanon Oerlikon Skyshield Paskhas TNI AU

yes

Truk ini aslinya tak menyandang gelar sebagai kendaraan taktis (rantis) , namun ketika dipercaya sebagai kuda tunggangan kanon reaksi cepat Oerlikon Skyshield Paskhas TNI AU, maka sosok Hino Ranger 500 FM285 JD ini sontak berubah sebagai wahana yang terlihat sangar. Meski dari basis truk sipil, mobilitas operasi alutsista super canggih di Indonesia sangat bergantung pada kinerja truk ini. Urusan pindah memindahkan kanon, berikut paket baterai PSU (Penangkis Serangan Udara), semua ditangani truk yang diberi label Crusing Ranger ini.

1551209_20140905102208image22

Sejak sistem Oerlikon Skyshield diterima TNI AU pada September 2014, armada truk Hino Ranger memang sudah siap membawa paket Skyshield setibanya di Bandara Soekarno Hatta. Setiap unit truk dirancang untuk bisa membawa dua komponen, dengan kombinasi kanon dan radar, atau kanon dan shelter FCU (Fire Control Unit/Command Post). Untuk mendukung mobilitas loading dan unloading, pada bagian belakang truk dilengkapi mini crane. Sementara untuk menjaga keseimbangan saat crane diaktifkan, truk Hino ini dilengkapi outrigger.

1551209_201409051022027074177_201408270855247074177_20140827085511

Meski punya tongkrongan sangar, tapi sistem Skyshield di truk Hino tidak dirancang untuk bisa memberi tembakkan langsung, pasalnya tidak ada konektivtas antara sistem senjata dan truk. Atau bisa disebut truk Hino Hino Ranger 500 FM285 JD disini berperan hanya sebagai truk gendong, bukan titisan dari Oerlikon mobile version. Dikutip dari berbagai sumber, truk Hino Ranger 500 terpilih dalam proyek Skyshield dikarenakan truk Hino telah memiliki kandungan lokal yang cukup besar, mencapai 60% lebih. Karena dipesan khusus untuk kebutuhan Paskhas, logo Hino pada bagian depan kini diganti dengan logo Paskhas.

Oerlikon Skyshield dipasang pada IFV Marder.
Oerlikon Skyshield dipasang pada IFV Marder.

Hadirnya Hino Range 500 sebagai truk gendong pada kanon PSU ini tak lepas dari paket pesanan Kementerian Pertananan atas pengadaan enam baterai Oerlikon Skyshield senilai 113 juta euro pada pertengahan tahun 2013. Sebagai wujud ToT (Transfer of Technology) dan penyertaan dukungan industri lokal, kemudian PT Alam Indonesia Utama (AIU) mendapat kepercayaan dari Rheinmetall Defence untuk mempersiapkan paket truk Hino, perangkat crane, dan sistem pendukung senjata lainnya.

image19image20

Dalam gelarannya, satu baterai Skyshield Paskhas terdiri dari dua Firing Unit (FU). Satu FU Skyshield terdiri dari dua kanon Oerlikon Skyshield 35 mm, satu unit radar, dan satu shelter Fire Control Unit (Command Post). Jadi untuk mengggelar satu FU, maka dibutuhkan dua truk Hino Ranger 500. Sementara bila dihitung dalam konsep baterai (kompi) , maka satu baterai Skyshield didukung oleh empat truk Hino. Jika dilalkukasi ada total enam baterai Skyshield, maka populasi truk gendong ini mencapai 24 unit.

Hino-New-Gen-Ranger-iLustrasi-2

Hino Ranger 500 FM 285 JD
Truk ini adalah varian baru keluarga Hino Ranger dengan mesin diesel common rail. Oleh pabrikanya dirancang sebagai truk yang punya kinerja tinggi dan irit bahan bakar. Dengan penggerak 6×4, Hino Ranger 500 FM285 JD masih bisa meladeni medan off road secara terbatas. Disokong mesin diesel common raill Turbo Intercooler type J08E-VT dapat dihasilkan tenaga 285 PS Torsi 91 KG, menjadikan truk ini punya tenaga besar dan tekanan lebih konstan, membuat pembakaran solar menjadi lebih jauh efisien sehingga lebih hemat bahan bakar.

Spesifikasi-Hino-FM-285-JD


Indomil.

TNI AU jujur akui belum optimal awasi perairan Indonesia

TNI AU jujur akui belum optimal awasi perairan Indonesia
Sukhoi Su-27 Flanker dari Skuadron Udara 11 TNI AU dalam tahap persiapan lepas landas di landas parkir Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa. Sukhoi Su-27 ini tanpa konfigurasi sistem persenjataannya karena dipersiapkan untuk terbang lintas di atas Istana Merdeka pada 17 Agustus. Pesawat-pesawat tempur TNI AU juga sering dilibatkan dalam aktivitas seremonial dan gelaran kekuatan kepada publik. (Penerangan Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta).
... kita berpikir ideal, kita bisa membayangkan berapa luas wilayah kita? ALKI I saja sudah luas...
Mabes TNI AU mengakui secara jujur belum optimal untuk mengawasi perairan Indonesia yang sangat luas karena jumlah arsenalnya minim. Luas keseluruhan ruang udara nasional sekitar 5,5 juta kilometer persegi, baik luas daratan dan lautnya.

"Pengawasan laut, jujur, belum optimal karena peralatan alutsista yang dimiliki tidak sebanding dengan luas wilayah yang diawasi," kata Kepala Staf TNI AU, Marsekal TNI Agus Supriatna, pada Seminar Nasional tentang Penguatan TNI AU dalam Mendukung Poros Maritim Dunia, di Persada Purnawira Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin.

Pada satu sisi, Indonesia membuka koridor pelayaran di laut kedaulatannya untuk kepentingan layar damai internasional, baik itu untuk kapal-kapal sipil ataupun militer negara lain yang telah mengantungi ijin dari Indonesia sebelumnya. Ini dinamakan alur laut kepulauan Indonesia.

"Untuk mendukung poros maritim dunia dengan ALKI I, ALKI II, dan ALKI III, harus ada kekuatan udara yang bisa cepat hadir di mana saja," katanya.

Dia memberi contoh, untuk menjaga perairan ALKI I yang melingkupi Laut China Selatan, Selat Karimata, Laut Jawa, dan Selat Sunda, paling tidak dibutuhkan empat pesawat tempur dalam status siap tempur untuk misi patroli udara dan pengawasan ruang udara.

"Kalau kita berpikir ideal, kita bisa membayangkan berapa luas wilayah kita? ALKI I saja sudah luas," katanya.

Dengan tiga ALKI itu, kata dia, paling tidak diperlukan 12 unit pesawat tempur dalam status siap tempur. Ini sama dengan kekuatan satu skuadron pesawat tempur. Untuk membiayai operasionalisasi dan perawatan semua kekuatan udara itu secara baik dan benar sesuai prosedur, tentu diperlukan biaya jauh dari murah.

Urusan pengadaan dan pembelian arsenal militer, kata dia, adalah urusan Kementerian Pertahanan. Sebagai unsur pembina dan penyedia kekuatan, dia katakan, TNI AU hanya memberi spesifikasi teknis sesuai keperluan prajurit matra udara TNI AU.

Dia menyinggung pesawat terbang amfibi yang pernah dimiliki TNI AU saat masih bernama AURI. Unutk kepentingan masa kini, pesawat amfibi ini sangat pas dengan keperluan nasional untuk banyak misi.

"Masalah hasilnya pesawatnya apa, nanti tanyakan ke Kementerian Pertahanan. Kalau kami hanya spesidikasi teknisnya. Kalau kami membutuhkan seperti ini maka kebutuhannya seperti ini. Kami pernah punya pesawat amfibi," tuturnya.

"Sejarah membuktikan pada 1950-1960, kami punya Albatros, PBY-5 Catalina. Digunakan seperti pada SAR KM Tampomas II pada 1980," tuturnya.

Tentang seminar itu, dia katakan menjadi ajang mendiskusikan dan menganalisa kekuatan dan posisi TNI AU, sehingga dapat dilihat batas kekuatannya dalam mendukung tujuan poros maritim dunia.

Sistem pertahanan maritim, katanya, mampu menentukan TNI AL yang kuat dan juga perlu kekuatan TNI AU yang kapabel," ujarnya.

Oleh karena itu, TNI AU harus dapat melingkupi semua aktivitas TNI AL. "Dengan seminar ini, nantinya semua peserta dapat menganalisa, dapatkah kekuatan yang ada sekarang ini mendukung atau bagaimana peran TNI AU mewujudkan poros maritim dunia ini?," katanya.
 

Minggu, 24 April 2016

TNI 'Ngebet' Serbu Abu Sayyaf, Filipina Belum Boleh

TNI 'Ngebet' Serbu Abu Sayyaf, Filipina Belum Boleh
Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo memeriksa kesiapan PPRC di Tarakan (Puspen TNI)
Sudah satu bulan untuk 10 Anak Buah Kapal (ABK) dan dua pekan untuk empat ABK, yang ke semuanya asal Indonesia, belum diketahui nasibnya.
Namun, Pemerintah Filipina belum juga memberikan izin bagi TNI masuk ke wilayahnya hingga kini untuk menyelamatkan seluruh sandera WNI.
Meski begitu, Tentara Nasional Indonesia (TNI) sudah menyiapkan pasukan jika sewaktu-waktu diperintahkan masuk wilayah Filipina.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, menegaskan, ratusan personel TNI tiba di Dermaga Pelindo Malundung, Tarakan, Kalimantan Utara, untuk mendukung pasukan yang sebelumnya sudah ada di sana.
"Kami sudah mengirim ratusan personel untuk mendukung Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) untuk mengikuti latihan pembebasan sandera. Tapi mohon maaf, kami tidak bisa memberikan informasi di mana lokasinya demi keselamatan personel. Intinya, kapan pun kami diperintah untuk berangkat (ke Filipina) kami siap (berangkat)," kata Gatot, kepada tvOne, Minggu, 24 April 2016.

Viva. 

Keluarga dan Negara, Kisah di Balik Kehidupan Seorang Pilot Militer Wanita

Keluarga dan Negara, Kisah di Balik Kehidupan Seorang Pilot Militer Wanita 
Kapten Ambar (Foto: dok pribadi) 
 
Penerbang pesawat CN-235 wanita, Kapten Pnb Sekti Ambarwaty, kerap meninggalkan buah hatinya saat bertugas. Tak ayal, puteranya sesekali ngambek dan itu menjadi duka dalam pekerjaannya.
"Karena saya seorang ibu, mau nggak mau dengan profesi yang sekarang sering kali meninggalkan anak," ungkap perempuan yang akrab disapa Ambar itu saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (23/4/2016) malam.
Tugas dan risiko pekerjaannya itu memaksa Ambar harus mempekerjakan seorang asisten rumah tangga untuk membantunya menjaga putera semata wayangnya, Atha Pratama Sudi Ambara yang baru berusia 3,5 tahun. Apalagi suami Ambar juga sama-sama prajurit TNI AU yang bekerja sebagai navigator pesawat Hercules di Skadron 31 Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur.
Lalu hal berat apa yang paling terasa oleh Ambar saat harus meninggalkan anaknya?
"Kondisi suami juga terbang. Dulu pernah kita masih berusaha gantian, tapi sekarang kondisi sudah nggak bisa gitu. Maka kita minta bantuan asisten rumah tangga. Sekarang anak sudah bisa mulai protes, pas malam nggak mau dikeloni bundanya," cerita Ambar.
Kapten Ambar
Kondisi seperti ini terjadi jika perempuan asal Malang tersebut agak lama meninggalkan sang buah hati. Tapi kalau Ambar lalu sudah cukup lama berada di rumahnya dan menghabiskan waktu bersama, maka puteranya akan kembali biasa.
"Kalau sudah sering ditunggui mau lagi. Makanya kalau pas lagi libur, tapi ayah nya lagi terbang saya disuruh jalan sama anak," ucapnya.
Ambar yang bertugas di Skadron 2 Lanud Halim Perdana Kusuma mengawali kariernya sebagai Wara dari jalur bintara. Baru bertugas selama 8 bulan, pada tahun 2005 ia diminta atasannya untuk mengikuti pendidikan di sekolah penerbang TNI AU.
Kapten Ambar dan keluarga
Meski sebagai wanita Ambar memiliki posisi yang cukup tinggi sebagai penerbang, itu tidak menciptakan ada 'gap' dengan suaminya, Kapten Nav Prasetyo Sudi Wicaksono. Sama-sama memiliki tugas yang berat dengan suami, diakui ibu satu anak itu, sudah diputuskan keduanya sejak awal sebelum menikah.
"Kita sering ngobrol, memang berat. Tapi sudah konsekuensi. Sebelum nikah sudah tahu, makanya aku nyarinya sama-sama dari TNI AU, biar nggak susah memberi pengertian," tutur Ambar sambil tertawa.
Awalnya ia memang tidak pernah bercita-cita menjadi seorang penerbang. Namun bukan berarti karirnya tidak membuat Ambar bersyukur. Apalagi keluarga semuanya memberikan dukungan. Sebab support dari orangtua, adalah modal utamanya dalam meniti karirnya itu.
"Orangtua support, makanya setiap saya sebelum mau terbang, saya selalu hubungi ibu, ibu mertua, minta doanya," kata Ambar.
Memang diakuinya bahwa pekerjaannya memiliki tingkat risiko tinggi. Maka tak heran keluarga kerap khawatir, sehingga jika ada berita kecelakaan pesawat, otomatis keluarga langsung segera menghubunginya.
"Kalau ada berita-berita insiden, mereka akan langsung telepon saya, maka sebisanya begitu mau terbang atau selesai terbang sayang langsung beri kabar, supaya mereka tidak khawatir," terang lulusan tahun 2007 Sekolah Penerbang TNI AU tersebut.
Bekerja di bidang yang rata-rata didominasi pria, tak membuat Ambar kecil hati. Ia justru bersyukur dapat menjadi bagian dari emansipasi wanita. Sebagai Kartini era modern, Ambar punya pesan bagi wanita-wanita di Indonesia.
"Sekarang sudah banyak sekali pekerjaan yang dulu jarang, sekarang sudah digeluti perempuan. Tapi yang penting, kita tidak lupa akan kodratnya sebagai perempuan. Mampu manage waktu. Menjalani tugas seorang ibu, istri, sekaligus pforesi, walau saya akui itu memang sangat berat," terang Ambar.
Namun ia yakin, bahwa wanita super akan mampu menjalaninya sebab perempuan dianugerahi memiliki kemampuan multitasking. Satu pesan Ambar lagi, bahwa meski mampu menjalani tugas dan tanggung jawab sekaligus, tetap pimpinan adalah suami sebagai kepala keluarga.
"Tidak mendominasi. Kita punya suami, mereka punya tanggung jawab yang lebih besar. Makanya kita harus melakukan hal-hal yang bisa support," ungkap Ambar. 

Prajurit KRI Bung Tomo-357 terima penghargaan PBB

Prajurit KRI  Bung Tomo-357 terima penghargaan PBB
foto pada 18 Agustus 2015 - Sejumlah kerabat dari prajurit TNI AL yang tergabung dalam Satgas Maritime Task Force (MTF) TNI Kontingen Garuda XXVIII-H/UNIFIL (United Nation Interm Force In Lebanon) 2015 melambaikan tangan kearah KRI Bung Tomo-357 di Dermaga Ujung, Koarmatim, Surabaya, Jawa Timur (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat).
 
Prajurit KRI Bung Tomo-357 yang tergabung dalam Maritim TNI Kontingen Garuda XXVIII-H/UNIFIL atau "United Nations Interim Force in Lebanon" menerima penghargaan atau tanda jasa dari PBB.

Komandan KRI Bung Tomo-357 Kolonel Laut (P) Yayan Sofiyan dalam surat elektronika yang diterima Antara di Surabaya, akhir pekan ini, menjelaskan penghargaan itu diterima dalam Medal Parade, yakni upacara seremonial penganugerahan dan penyematan UN Medal atau Tanda Jasa PBB pada 18 April 2016.

"Penghargaan ini diberikan atas prestasi yang telah diraih dalam pelaksanaan operasi tanpa cacat serta partisipasi aktifnya dalam keikutsertaan menjaga perdamaian dunia," kata Dansatgas Maritim TNI Kontingen Garuda XXVIII-H/UNIFIL-2015 itu.

KRI Bung Tomo-357 telah bergabung dengan UNIFIL sejak bulan Oktober 2015 untuk melaksanakan operasi menjaga stabilitas keamanan sesuai Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1701.

Upacara "Medal Parade" itu dilaksanakan di dermaga 3 Port of Beirut pada 18 April 2016 pukul 10.00 Local Time (GMT+3) dengan Inspektur Upacara, Maritime Task Force (MTF) Commander, Rear Admiral (RADM) Claudio Henrique Mello De Almeida.

Sejak berdirinya pada tahun 2006, MTF telah dibantu oleh kapal perang dari Angkatan Laut berbagai negara, Kontingen Indonesia bisa berbangga karena melanjutkan tradisi sebelumnya sebagai partisipan sejak tahun 2009.

Turut hadir dalam upacara adalah Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur Laksamana Muda TNI Darwanto besertai Ketua Daerah Jalasenastri Armada Timur Ny. Ina Darwanto, dan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) RI untuk Lebanon, Achmad Chozin Khumaidy.

Selain itu, 14 Duta Besar RI Negara Sahabat di antaranya Dubes RI untuk Suriah, Malaysia, Austria, Yunani, Bangladesh, Pakistan, Palestina, Chad, India, Yaman, Korea Selatan, Maladewa, Australia, dan Kuwait.

ADRI-L TNI AD: Landing Craft Utility Pembawa MBT Leopard 2A4

adri-2

Karena punya dimensi dan bobot yang ekstra berat (60 ton) dibanding ranpur tank TNI pada umumnya, MBT (Main Battle Tank) Leopard 2A4 Kavaleri TNI AD perlu perlakuan khusus dalam menunjang transportasinya, khusus untuk operasi lintas laut, bahkan TNI AL menghadirkan LST (Landing Ship Tank) terbesar, KRI Teluk Bintuni 520. Kini, meski tak sebesar KRI Teluk Bintuni, Dinas Pembekalan Angkutan Angkatan Darat (Ditbekangad) bakal diperkuat armada kapal jenis LCU (Landing Craft Utility) yang didapuk sanggup membawa tank Leopard.

Galangan pembuatnya adalah PT Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero) Cabang Batam, dengan produk yang diluncurkan berupa kapal LCU 1200 DWT yang diberi nama Angkatan Darat Republik Indonesia-50 (ADRI-L). Dikutip dari radarsolo.co.id (21/4/2016), prosesi peluncuran dilakukan di di Kabil.

24841_42956_JAGA-NKRI_CECEP-MULYANABATAM-POS_Batam-Pos

Adapun spesifikasi kapal LCU 1200 DWT memiliki panjang 79,50 meter, lebar kapal 14.00 meter, tinggi geladak utama 7,80 meter, tinggi sarat air 2,90, mesin penggerak 2×1500 horse power, kecepatan maksimum 12 knot, total beban 2.400 ton, dengan kapasitas 43 awak kapal, tangki bahan bakar 250.000 liter, dan jarak jelajah 2.880 NM. Kegunaan kapal ini nantinya dapat membawa tank Leopard 2A4 sebanyak enam unit dan transporter sebanyak satu unit.

Kapal LCU 1200 DWT ini dibangun dengan menelan biaya Rp 53 miliar dan sesuai kontrak jual beli, pembangunan kapal ini dimulai dari 2013 hingga 2015.Terkait adanya gangguan operasional kapal, peluncuran LCU 1200 baru dapat diluncurkan pada tahun 2016.Rencananya kapal ini akan diserahkan ke pihak TNI AD pada bulan Mei mendatang di Jakarta. Tentang nama ADRI-L, identitas L dalam bahasa romawi berarti 50, karena ini kapal yang ke-50 dipesan Perbekalan Angkatan Darat yang tersebar di Indonesia.

maxresdefault

Sebelumnya pada bulan Februari 2015, Ditbekangad TNI AD juga telah menerima dua unit LCT (Landing Craft Tank). Kapal mini LST ini diberi kode KM ADRI XLVIII dan ADRI XLIX ini akan menggantikan dua kapal pendarat logistik (LCL) dengan nomor lambung yang sama. Kapal ini mampu mengangkut sampai 300 orang pasukan beserta perlengkapannya, 22 unit kendaraan truk seberat masing-masing 5 ton, 12 unit kendaraan tempur roda ban/rantai, atau bekal/materiil seberat 500 ton. (Sam)
 

Lockheed Martin AN/TPS-77 (AN/FPS-117) : Mengenal Radar Intai Jarak Jauh Kohanudnas

1400863375395

Meski tak seriuh kompetisi pengadaan jet tempur pengganti F-5 E/F Tiger II, modernisasi alutsista pada sistem radar militer cukup menarik dicermati, mengingat rencana program penambahan 12 unit radar baru untuk memperkuat Kohanudnas (Komando Pertahanan Udana Nasional) yang digadang untuk dipenuhi dalam tiga periode MEF (Minimum Essential Force).

Seperti diketahui, saat ini Kohanudnas memiliki radar militer organik dengan jumlah 20 unit yang tersebar di unit Satrad (Satuan Radar). Sementara dari hasil analisa kebutuhan minimum, seharusnya untuk meng-cover pengawasan ruang udara NKRI dibutuhkan 32 unit radar, di luar radar yang dikelola sipil. Berangkat dari kebutuhan Kohanudnas, dan mengingat harga radar yang sangat mahal, Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI berupaya memenuhi kebutuhan radar dalam tiga tahap rencana strategis (renstra).

maxresdefault

Pada tahap pertama Kemhan akan membeli empat radar, tahap kedua membeli empat radar, dan tahap ketiga juga empat radar.Renstra MEF tahap pertama berlangsung pada 2010 hingga 2014, tahap dua 2015-2019, dan tahap tiga 2020-2024. Beberapa jenis radar surveillance baru di MEF I memang telah hadir di Tanah Air, sebut saja dua unit radar Weibel dari Denmark, radar MSSR 2000-I dari Perancis, dan radar MLAAD-SR dari Cina.

Radar AN/TPS-77 Australia.
Radar AN/TPS-77 Australia.

Radar AN/FPS-117.
Radar AN/FPS-117.

Nah, kelanjutan delapan unit radar intai yang masuk MEF II dan MEF II kini tengah masuk dalam finalisasi, meski palu belum diketok oleh Kemhan, karena ada persyaratan ToT (Transfer of Technology) yang ketat. Namun salah satu pemasok radar yang santer akan memperkuat sistem radar Kohanudnas adalah Lockheed Martin dari Amerika Serikat.

Sejak tahun 2010 Radar Surveillance System Lockheed Martin Corporation telah melakukan beberapa pembicaraan dengan TNI AU, dan telah melalui pengkajian dari KKIP mengenai kemungkinan alih teknologi. Sehingga radar ini nantinya dapat dibangun sendiri di Industri Pertahanan dalam negeri dalam hal ini CMI. Saat ini Lockheed Martin Corporation telah bekerjasama dengan PT CMI Teknologi dalam pembuatan suku cadang untuk dipasarkan ke negara lain. Lockheed Martin Corporation juga telah mendapatkan izin dari Pemerintah AS untuk bekerjasama dalam ToT dengan Indonesia dalam hal membangun serta menjual produk suku cadang itu ke negara lain yang membutuhkan.

Tentang jenis radar yang ditawarkan untuk Kohanudnas adalah tipe AN/TPS-77 (AN/FPS-117), yaitu radar yang punya peran sebagai long range air surveillance. Dari segi desain, AN/TPS-77 dirancang bisa mobile dan portable, termasuk ditempatkan dalam platform truk, mobilitas radar ini juga dapat dipindahkan dengan pesawat angkut sekelas C-130 Hercules. Sementara AN/FPS-117 adalah versi AN/TPS-77 yang dirancang sebagai sebagai fixed radar dan ditempatkan pada satu titik tertentu.

Radar AN/TPS-77 di platform truk.
Radar AN/TPS-77 di platform truk.

Instalasi radar FPS-117 pada radome (kubah) pelindung.
Instalasi radar FPS-117 pada radome (kubah) pelindung.

Operator radar FPS-117.
Operator radar FPS-117.

AN/TPS-77 mengadopsi teknologi AESA (Active Electronic Elevation Scanning Array) dengan frekuensi 1215 – 1400 Mhz. Transmsinya menggunakan jenis solid state dengan power frekuensi radio 19,9 Kw. Antena bekerja dengan dual scan rate, 5/10 atau 6/12 RPM. Bagaimana dengan jangkauan deteksi, radar AN/TPS-77 dengan search elevation -6 sampai 20 derajat dan track elevation -6 sampai 50 derajat, dapat mengendus sasaran pada jarak 300 – 470 Km, dan ketinggian deteksi maksimum 30,5 Km.

Dari sisi performa, radar ini dapat beroperasi secara maksimal dengan akurasi 99,5%, sementara masa penggunaan radar ini hingga 2.000 jam. Untuk proses penggantian dan perbaikan komponen yang aus, pihak Lockheed Martin dalam rilis menyebut hanya dibutuhkan waktu kurang dari 45 menit.

anfps-117-1

Selain digunakan di Indonesia, sistem radar ini juga sudah diadopsi oleh Australia, Belgia, Brazil, Kroasia, Denmark, Estonia, Jerman, Hungaria, Islandia, Irak, Italia, Yordania, Kuwait, Latvia, Pakistan, Romania, Saudi Arabia, Singapore, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Yunani dan Inggris. Radar ini pertama kali diluncurkan pada tahun 1980, dikutip dari Wikipedia.com, Australia sudah mengoperasikan AN/TPS-77 sejak tahun 2007. (Gilang Perdana)