Minggu, 03 April 2016

MATC 8100 Tower: Menara ATC Mobile Untuk Dukungan Operasi Taktis TNI AU

MATC 8100

Dalam situasi peperangan, pangkalan udara (lanud) dipastikan jadi target utama serangan lawan, dan boleh jadi TNI AU saat itu membutuhkan gelar pangkalan udara taktis temporer. Dalam kondisi yang menuntut aksi serba cepat, komponen untuk menyiapkan sebuah lanud tetap harus dipikirkan secara matang, termasuk elemen vital dalam menunjang kendali dan keselamatan penerbangan, yakni menara ATC (Air Traffic Control).

Mengingat situasi yang menuntut kecepatan respon, pastinya sulit untuk ‘mendapatkan’ menara ATC yang ideal layaknya di Bandar udara. Dalam simulasi, bisa jadi di lanud ‘dadakan’ tidak tersedia menara ATC, atau lebih ekstrim lagi TNI AU harus membangun lanud dari basis jalan raya (jalan toll), tentu perangkat yang berkaitan dalam misi taktis dapat mengambil peran penting. Dan disinilah hadir MATC 8100, jenis menara ATC mobile yang dapat digelar dimana saja, dan dapat dipindahkan dengan mudah lewat jalur darat, laut, dan udara.

2014-03-12-15_59_39

BSS-Holland_TMT-8100

Tidak diketahui persis kapan TNI AU mendatangkan ATC mobile ini, namun penampakan perdana MATC 8100 diperlihatkan ke publik saat parade HUT TNI Ke-69 di Dermaga Ujung, Surabaya, Jawa Timur. Bentuknya yang asing disela-sela alutsista TNI lainnya, menjadikan publik banyak dibuat penasaran dengan MATC 8100 yang dalam mobilitasnya dirangkai dalam platform trailer dan ditarik truk Iveco.

MATC 8100 diproduksi oleh BSS Defence and Security Solutuions, perusahaan yang berbasis di Amsterdam, Belanda. Dalam situsnya, selain dapat dengan mudah dipindahkan lewat jalur darat, MATC 8100 juga dapat digotong lewat udara dengan pesawat angkut sekelas C-130 Hercules. Atau bisa juga dengan helikopter sekelas CH-47 Chinook lewat sling cargo. Sedangkan lewat jalur laut, minimal dibutuhkan kapal angkut dengan ukuran deck cargo 40 feet.

2014-03-12-18.39.43

maxresdefault

Untuk menggelar MATC 8100 hingga siap pakai, cukup dibutuhkan dua personel selama waktu kurang dari dua jam. Tentu bila MATC 8100 akann diintegrasikan dengan radar diperlukan tambahan personel lagi untuk instalasi. Seperti halnya ATC konvensional, MATC 8100 juga sarat perangkat dukungan komunikasi dan navigasi penerbangan, sebut saja ada radio VHF, UHF, V/UHF, HF transceiver, timing system GPS, dan sistem perekaman hingga 100 ribu jam menggunakan piringan cakram atau digital tape. MATC 8100 juga dilengkapi perangkat meteorologi AWOS yang menampilkan data arah angin, kecepatan, tekanan, suhu, kelembaban, dan titik embun.

Sebagai perlengkapan tambahan, mobile ATC ini dapat pulan diintegrasikan dengan radar ADS-B, Tactical VHF (30/88 Mhz), Satcom, dan emergency landing lighting beacon system. Yang terakhir disebut sangat berperan dalam membantu pendaratan pesawat dalam kondisi cuaca buruk dan minim visual.
Secara keseluruhan, dimensi unit MATC 8100 punya panjang 10,4 meter, lebar 2,5 meter, tinggi 2,5 meter, dan berat 12,5 ton. Dan yang pasti sudut pandang 360 derajat. Untuk ketinggian menara dapat disesuaikan, maksimal 8,75 meter.

IMG-1273

IMG-1315-(1)

Dalam ruang kabinnya, dapat dimuati sampai tujuh personel, termasuk operator pemantau radar. Namun bila tanpa petugas radar, kru MATC umumnya tiga orang saja. Untuk menunjang kenyamanan, ruang kabin telah dilengkapi dengan pendingan udara (AC).

Meski belum dilibatkan dalam operasi tempur, MATC 8100 TNI AU sudah digelar dalam menunjang hajatan yang melibatkan demo aerobatik dan flying pass pesawat udara. Sebut saja pada momen HUT TNI Ke-70 di Cilegon, Banten, tahun 2015 silam, kemudian MATC 8100 juga pernah ditempatkan di area lapangan Monas, kala itu ATC ini diperlukan sebagai pemandu flypass jet tempur TNI saat HUT RI ke-70 diatas Istana Negara.

MATC 8100 saat digelar di area Monas, Jakarta.
MATC 8100 saat digelar di area Monas, Jakarta.

Guna menunjang keselamatan dalam pertujunkan udara, model ATC Mobile kerap jadi solusi.
Guna menunjang keselamatan dalam pertujunkan udara, model ATC Mobile kerap jadi solusi.

Saat ini TNI AU baru memiliki satu unit MATC 8100, idealnya minimal TNI mempunya dua unit MATC 8100, yang masing-masing ditempatkan di Komando Operasi Udara (Koopsau) I dan II, sehingga jika terjadi sesuau yang urgent, mobile ATC dapat cepat digelar disisi Indonesia Barat dan Indonesia Timur.

MATC 8100 Singapura Beraksi di Aceh
1426660005437DSC02241

Masih ingat musibah gempa yang diikuti tsunami di NAD (Nanggroe Aceh Darussalam) pada 26 Desember 2004? Sebagai dampak dari gempa dahsyat ikut merusak beberapa fasilitas di bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh. Selain landasan, salah satu yang rusak berat adalah fasilitas menara ATC. Padahal ATC sangat diperlukan guna memandu lalu lintas udara untuk dukungan logistik pasca bencana. Sebagai wujud solidaritas ASEAN, kala itu AU Singapura (RSAF) berhasil menggelar MATC 8100 di Banda Aceh. MATC AU Singapura dibawa dengan pesawat C-130 Hercules. (Bayu Pamungkas)

Laut Cina Selatan Memanas, TNI AU Gelar Garnisun Udara dari Natuna

25laut-china-selatan

Insiden kapal patroli Penjaga Pantai Cina yang menerobos wilayah Perairan Natuna pada 19 Maret lalu menjadi pertanda bahwa Indonesia dapat terseret ke pusaran konflik Laut Cina Selatan. Saat itu kapal Penjaga Pantai Cina nekad merangsek masuk teritori RI untuk mencegah upaya penangkapan KM Kway Fey yang melakukan illegal fishing oleh pihak Satgas KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) dan TNI AL. Dan sangat diyakini bila meletus peperangan di kawasan yang disengketakan enam negara tersebut, maka Indonesia akan terimbas langsung.

Menjawab potensi ancaman serius, terutama yang dihadapi adalah kekuatan ekspansi militer raksasa Negeri Tirai Bambu, sejak awal era Orde Baru TNI telah menaruh perhatian serius kepada Natuna. Kepulauan Natuna merupakan daerah terdepan karena terletak paling utara di wilayah NKRI (pulau Sekatung) dan wilayah yang sangat strategis, karena satu-satunya pulau yang berada pada lintasan jalur perhubungan di Asia baik jalur perhubungan laut (sea lines of communication/SLOC) dan jalur perhubungan udara (air lines of communications/ALOC) dari wilayah Asia Tenggara, Asia Selatan, Arab dan Afrika ke wilayah Asia Tengah, Asia Timur, Pasifik dan Amerika atau sebaliknya.

Dengan latar belakang diatas, maka wajar jika TNI mengkonsentasikan kekuatan matra udara dan laut di Natuna. Dalam wujud penggelaran pangkalan militer dengan ribuan prajurit. Dan dipicu dengan insiden 19 Maret lalu, gugus tempur laut di Natuna langsung mendapat penguatan. Sementara dari unsur udara, keberadaan Lanud Ranai di Natuna juga menjadi elemen vital, baik perannya sebagai jalur penerima logistik dan basis operasi pertahanan udara.

p1070589sejarah-ranai

Screenshot_2016-03-27-14-51-05

Melihat potensi konflik besar yang bersinggungan dengan kekuatan negara agresor, sebelum gesekan dengan militer Cina, pada bulan Januari 2016 Lanud Ranai telah dinaikkan kelasnya, dari Lanud kelas C ke Lanud kelas C, dan saat ini dipimpin komandan berpangkat kolonel. Meningkatnya status lanud tentu diikuti dengan penambahan fasiltas dan prasarana, termasuk mendukung gelar operasi pesawat tempur.

Tetap Jadi Pangkalan Aju
Meski peran Lanud Ranai terbilang strategis, namun belum ada rencana untuk menjadikan Lanud Ranai sebagai home base dari skadron tempur. Mengutip pernyataan Panglima Komando Operasi Angkatan Udara (Pangkoopsau) I Marsma TNI, Yuyu Sutisna di Keprinet.com (13/1/2016), belum perlu di bangun skadron udara khusus di markas Lanud Ranai. Menurut dia, untuk menempatkan skadron harus terlebih dahulu melihat efisiensi serta biaya yang akan dikeluarkan. Karena setelah dibangun, skadron harus di dukung dengan sarana dan dan fasilitas perbaikan pesawat seperti penyiapan suku cadang dan lainnya.

Screenshot_2016-03-27-14-48-16Screenshot_2016-03-27-14-49-24

Screenshot_2016-03-27-14-49-5620140826180741-menelusuri-kepulauan-natuna-yang-sempat-jadi-sengketa-ri-china-011-nfi

“Natuna masih belum memadai dalam hal ini, makanya masih kita datangkan pesawat tempur dari skadron terdekat untuk melalukan patroli pengawasan dan pengamanan dari udara,” ujar Yuyu Sutisna. Selain itu, dalam rencana strategi (renstra) kedepan, skadron udara di Natuna memang tidak termasuk dalam pembentukan. Keterbatasan anggaran juga menjadi pertimbangan pimpinan TNI AU belum membangun skuadron pesawat tempur secara permanen di Ranai.

Dengan konsep mendatangkan pesawat tempur secara bergiliran dari skadron tempur terdekat, maka model operasinya menjadi garnisun patroli udara. Mirip dengan yang berlaku di Lanud Halim Perdanakusuma, meski menyandang Lanud kelas A, di Lanuma (Pangkalan Udara Utama) Halim Perdanakusuma tidak terdapat home base skadron tempur. Namun guna melindungi obyek vital di Ibukota Jakarta, secara bergiliran jet-jet tempur dari luar Halim melakukan misi CAP (Combat Air Patrol) ditempatkan di Lanud Halim.

EMB-314 Super Tucano saat standby di Lanud Ranai.
EMB-314 Super Tucano saat standby di Lanud Ranai.

Hawk 209 melintas diatas Lanud Ranai.
Hawk 209 melintas diatas Lanud Ranai.

Untuk kasus di Lanud Ranai, bisa disebut masih akan menjadi pangkalan aju. Tidak seperti Lanud Halim Perdanakusuma, di Lanud Ranai tak semua pesawat tempur TNI AU bisa mendarat. Sampai saat ini pesawat tempur yang bisa mendarat di Ranai adalah jenis Hawk 109/209 dan EMB-314 Super Tucano. Sedangkan pesawat tempur yang punya daya deteren tinggi, seperti Sukhoi Su-27/Su-30 Flanker dan F-16 Fighting Falcon belum bisa melakukan pendaratan di Lanud Ranai. Mengapa belum bisa?

Jawabannya terletak dari kondisi landas pacu yang belum memadai, atau semisal dipaksakan dapat membayakan keselamatan penerbang dan pesawatnya. Dengan landasan pacu yang dilapisi aspal hotmix, panjang landasan pacu Lanud Ranai 2.550 meter dan lebar 30 meter. Konon pesawat sekelas C-130 Hercules untuk melakukan pendaratan harus ekstra ngerem. Ini artinya bila ada kondisi darurat, Hawk 109/209 dari Skadron Udara 1 Lanud Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat yang terpakir di aprom akan beraksi lebih dulu.

Meski tak melakukan pendaaratan di Ranai, Sukhoi Su-27/Su-30 Skadron Udara 11 yang mengambil posisi di Lanud Hang Nadim, Batam dapat menjangkau Natuna dalam tempo tidak terlalu lama. Masih ada bala bantuan lain, F-16 C/D dari Skadron Udara 16 dan Hawk 109/209 dari Skadron Udara 12 Lanud Lanud Roesmin Nurjadin dipercaya dapat memberi andil dalam operasi udara di Natuna. Terkait potensi agresi di batas teritori laut, harus diakui duo Sukhoi Su-27/Su-30 yang paling letal jika menghadapi eskalasi peperangan di lautan, pasalnya TNI AU telah memiliki rudal anti kapal Kh-59ME.

Terkait dengan peningkatan status Lanud Ranai dipercaya membawa pengaruh pada jenis pesawat tempur yang bisa mendarat. Pada bulan September tahun 2015, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu pernah menyebut landas pacu Lanud Ranai akan ditingkatkan kemampuannya agar bisa didarati Sukhoi Su-27/Su-30.

Kedepan Lanud Ranai memang bakal ramai, tak hanya karena keberadaan shelter jet tempur, tapi Lanud Ranai juga akan dijadikan basis pangkalan drone/UAV (Unmanned Aerial Vehicle).

F-16 Lebih Repot
F-16 C/D Fighting Falcon yang ber-home base di Lanud Roesmin Nurjadin akan kesulitan untuk mendarat di Ranai, sebab F-16 C/D yang dibeli secara refurbish dari AS ini tak dilengkapi dengan rem parasut, beda dengan F-16 A/B Skadron Udara 3 yang home base di Lanud Iswahjudi. Karena tak dilengkapi dengan drag chute, maka F-16 C/D bila nantinya digelar di Lanud Ranai harus menyertakan arresting cable, kabel baja penahan laju pesawat saat mendarat. Saat ini perangkat arresting cable F-16 berada di Lanud Iswahjudi dan Lanud Roesmin Nurjadin.

Kelebihan lain dari Lanud Ranai, adanya dukungan Satuan Radar 212 yang mengoperasikan Radar Thomson TRS 2215. Radar buatan Perancis ini punya jangkauan deteksi hingga 510 km dan ketinggian deteksi 30.500 meter dengan data renewal rate per 10 detik. Lebih jauh tentang radar ini telah kami kupas di link dibawah ini.

Satrad-212satrad--212

Radar Thomson TRS 2215.
Radar Thomson TRS 2215.

Anda mau berkunjung ke Lanud Ranai? Bisa saja pasalnya Lanud Ranai juga menyandang label Bandara Ranai, artinya juga digunakan untuk melayani penerbangan sipil. Mengutip dari Wikipedia.com, saat ini maskapai Sriwijaya Air, Wings Air dan Nusantara Air Charter telah melayani penerbangan domestik dari dan ke Ranai.

Pangkalan TNI AU (Lanud) Ranai terletak di Pulau Natuna yang termasuk gugusan kepulauan Natuna Utara tepatnya di Kelurahan Ranai Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten Natuna, memiliki areal seluas 450,5 hektar. Pangkalan ini mulai digunakan sejak tahun 1955. (Haryo Adjie)
 

Perkuat Program Pelatihan Pilot, TNI AU Datangkan Simulator C-130H Hercules dari Australia

20160309raaf8558864_066.t56f1b28f.m800.x5dd1303a

Dengan anggaran yang terbatas dan kesiapan operasional yang belum maksimal, keberadaan simulator jelas sangat diperlukan dalam program pelatihan dan pendidikan penerbang, tak terkecuali bagi penerbang TNI AU yang mengawaki pesawat angkut berat C-130 Hercules. Simulator C-130 di lingkup TNI AU bukan barang baru, sejak tahun 2000, di Wing 1 Lanud Halim Perdanakusuma sudah ada simulator C-130. Dan kabar terbaru, akan segera datang tambahan simulator untuk C-130 dari Australia.

Simulator C-130H Hercules TNI AU yang kini eksisting di Lanud Halim Perdanakusuma.
Simulator C-130H Hercules TNI AU yang kini eksisting di Lanud Halim Perdanakusuma.

Seremoni serah terima C-130H Hercules A-1334 dari RAAF ke TNI AU pada 8 Februari 2016.
Seremoni serah terima C-130H Hercules A-1334 dari RAAF ke TNI AU pada 8 Februari 2016.

Tambahan simulator C-130 TNI AU berasal dari bekas pakai AU Australia. Lebih tepatnya adalah jenis FFMS (Full Flight Mission Simulator) untuk jenis C-130H Hercules. Dari tipenya sejenis dengan yang sudah digunakan TNI AU, yakni simulator jenis C-130H Hercules. Kedatangan simulator ini menjadi bagian dari paket pembelian lima unit C-130H Hercules bekas pakai AU Australia (RAAF). Dari lima pesawat yang dibeli, saat ini empat unit pesawat sudah diserahkan ke Indonesia. Sebagai informasi, RAAF mengoperasikan 12 unit C-130H Hercules pada periode 1978 – 2012. Sebagai gantinya, AU Australia kini menggunakan C-130J Hercules.

Dengan memaksimalkan simulator diharapkan dapat menekan terjadinya kecelakaan pada C-130 Hercules TNI AU.
Dengan memaksimalkan simulator diharapkan dapat menekan terjadinya kecelakaan pada C-130 Hercules TNI AU.

Suasana di kokpit simulator C-130H Hercules TNI AU.
Suasana di kokpit simulator C-130H Hercules TNI AU.

Untuk simulator FFMS yang akan dikapalkan ke Indonesia, berasal dari Skadron 285 yang bermarkas di Lanud Richmond. Lanud ini adalah salah satu pangakalan udara terbesar dan tertua RAAF yang berlokasi di negara bagian NSW (New South Wales). Dikutip dari defence.gov.au, proses pembongkaran dan pengiriman simulator sudah dilakukan sejak 9 – 11 Maret 2016. Meski berstatus bekas pakai, simulator C-130H Hercules Australia sudah mendapat upgrade TTCU (Tactical Training Capability Upgrade).

Simulator C-130H Hercules, baik yang digunakan Wing 1 TNI AU dan yang akan datang dari Australia, merupakan produksi CAE Electronics Ltd, Kanada. Adanya simulator ini sangat membantu para awak pesawat untuk bisa meningkatkan kemampuan mereka, karena semua prosedur latihan yang ada dapat dilaksanakan, terutama yang berkaitan dengan emergency procedure. Meski dengan jam terbang dan kesiapan pesawat yang terbatas, semuanya bisa dimaksimalkan karena latihan bisa tetap dilaksanakan lewat simulator, bahkan untuk latihan-latihan yang tak mungkin dilaksanakan di pesawat sebenarnya. Salah satu sasaran terbang simulator adalah melatih crew coordination/crew resource management (CRM), terutama dalam menghadapi situasi emergency.

Berikut beberapa foto dari defence.gov.au yang memperlihatkan proses pemindahan simulator dari basisnya di Lanud Richmond, NSW.

20160309raaf8558864_045.t56f1b285.m800.xa0ccd4ec20160321raaf8558864_050.t56f1b2ac.m800.xd6e27674

20160321raaf8558864_027.t56f1b297.m800.x6d96c57a20160321raaf8558864_031.t56f1b2a0.m800.xaaf98e51

Unit simulator C-130H TNI AU yang terpasang di Wing 1 Halim Perdanakusuma adalah buatan tahun 1999, dan resmi digunakan sejak 21 Februari 2000. (Gilang Perdana)

Spesifikasi Simulator C-130H Hercules TNI AU
– Vendor: CAE Electronics Ltd., Canada
– A/C Type: C-130 / H-30 (based on A/C tail number A-1321)
– Launching: February 21st 2000
– Fabrication: 1999
– Movement: Full motion, 6 Degree of Freedom Power by Hydraulic system of 1,800 Psi capable of delivering the most actual Response during very difficult flight situation such as pressure drop, lightning strike, etc
– Flight deck: Closed area with latest equipment and modern Indicators
– Visualisation: 5 Projectors to provide wider area
– Processor: Dual processors RISC6000 on IBM PowerPC 604E providing a’high standard of real time response
– Seats: Pilot, co-pilot, flight engineer, instructor and observer
– Real time software backed by IBM dual processors Air Fields Covering around 90 airfields troughout the regions
– Normal flight; Air refueling; Flight in Formation (using SKE – Station Keeping Equipment); Night and day dropping including LAPES (Low Altitude Parachute Extraction System); Many more
 

JK : Jika TIdak Mau Kerjasama, Filipina Harus Bisa Bebaskan 10 WNI

philippine-troops

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengharapkan ada kerjasama militer antara Filipina dan Indonesia dalam upaya pembebasan 10 WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf. JK ingin mencontoh pengalaman saat operasi Woyla pada tahun 1981 yang bekerja sama dengan pemerintah Thailand.

“Itu bisa terjadi. Kita punya pengalaman dulu dengan Woyla,” ujar JK di sela-sela kunjungannya pada KTT Keamanan Nuklir di Washington DC, Amerika Serikat (AS), Jumat (1/4/2016).

Operasi pembebasan bukan hal baru bagi militer Indonesia. JK juga meminta ada lobi yang dilakukan dengan kelompok Abu Sayyaf untuk memastikan pembebasan 10 WNI yang disandera.

“Kirim orang yang mengenal mereka untuk dicari jalan keluarnya,” ujarnya

Ada perbedaan operasi pembebasan yang dilakukan di Somalia dan Filipina. Saat penyanderaan kapal MV Sinar Kudus di Somalia, pendekatan yang dilakukan militer Indonesia berbeda karena lokasi penyanderaan berada di lautan bebas.

“Sekarang menurut informasi, sandera telah sampai ke dataran Filipina. Sehingga Filipina sendiri tidak ingin ada kekuatan militer sendiri (Indonesia),” ucapnya.

“Tapi Filipina sendiri harus berjanji bisa menanganinya. Tapi kalau pun perlu militer ya harus. Namun dengan kerjasama Filipina,” ujar JK.

Operasi Woyla adalah operasi pembebasan penumpang dan kru Pesawat Garuda DC-9 di Thailand, Bangkok pada bulan Maret 1981. Operasi pembebasan ituberhasil dan hanya dalam tempo 10 menit, kelompok teroris berhasil dilumpuhkan.

Operasi kontra terorisme pertama Indonesia tersebut dipimpin Asisten Operasi Kopassandha, Letkol Sintong Pandjaitan. Atas keberhasilan operasi Woyla itu, Indonesia mendapatkan banyak pujian dari dunia internasional.

Menlu RI ke Filipina

Demi mengintensifkan komunikasi, pada Jumat pagi (1/4/2016), Menteri Luar Negeri Retno Marsudi bertolak ke Manila, Filipina. Di Manila, Retno bertemu dengan Menlu Filipina, Jose Rene D Almendras.

“Menteri Luar Negeri Indonesia dan Filipina di Manila (1/4) mengintensifkan komunikasi dan koordinasi terkait penyanderaan 10 WNI,” ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir, Sabtu (2/4/2016).

Sumber : Detik.com

Jika Buntu, Opsi Operasi Militer Pilihan untuk Bebaskan 10 WNI

abu sayyaf
Kepala Staf TNI-AD (KSAD) Jenderal TNI Mulyono menegaskan operasi militer terhadap kelompok Abu Sayyaf di Filipina, menjadi pilihan terakhir jika upaya negosiasi membebaskan 10 WNI yang disandera mengalami jalan buntu.

“Berbagai langkah negosiasi telah dilakukan untuk membebaskan 10 WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina. Jika tidak ada kesepakatan yang dicapai langkah terakhir adalah melakukan operasi militer,” ujarnya di Atambua, ibu kota Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, Jumat (1/4/2016).

Jenderal TNI Mulyono berada di perbatasan RI-Timor Leste sejak Rabu (30/3/2016) untuk melihat dari dekat kondisi prajurit TNI yang bertugas di tapal batas negara, serta meninjau beberapa pos pengamanan dan meninjau pasukan di Pulau Ndana Rote. Pulau kecil di wilayah paling selatan Indonesia yang berbatasan dengan Australia itu, merupakan bagian dari wilayah pemerintahan Kabupaten Rote Ndao, NTT.

Tentara Filipina Latihan Militer
Tentara Filipina Latihan Militer

Pulau ini dijaga prajurit TNI dari Yonif 743/PSY (pasukan organik Korem 161/Wirasakti Kupang) dan satu batalyon dari Marinir. KSAD tidak mau bicara lebih detail soal operasi militer yang dimaksud, karena Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmatyo telah menyampaikan semuanya kepada media tentang upaya pembebasan 10 WNI yang disandera Abu Sayyaf.

“Panglima TNI telah memberikan komentar dan telah memberikan gambaran kepada semua media, sehingga saya merasa tidak perlu menjelaskan lagi. Saya pikir, kita sampai di sini saja,” ujarnya.

Pemerintah Indonesia saat ini sedang berupaya menyelamatkan ke 10 WNI yang di sandera kelompok teroris Abu Sayaf di perairan Filipina. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan pemerintah sedang mengupayakan pembebasan 10 Anak Buah Kapal (ABK) asal Indonesia yang disandera kelompok Abu Sayyaf.

Sumber : Republika.co.id

Arahan Pangkostrad dalam Latgab PPRC TNI

DJH_4757
Latihan Gabungan (Latgab) Pasukan Khusus PPRC TNI merupakan latihan yang dilaksanakan berdasarkan kontijensi yang memiliki tujuan multi fungsi terhadap sasaran strategis terpilih, diantaranya penguasaan kembali Obyek Vital Nasional seperti kilang minyak dan kawasan industri strategis yang telah dikuasai lawan, pembebasan sandera, penanganan terorisme dan sebagainya.

tni
Pangkostrad Letjen TNI Edy Rahmayadi

Hal tersebut dikemukakan oleh Panglima Komando Cadangan Startegis Angkatan Darat (Pangkostrad) Letjen TNI Edy Rahmayadi yang didampingi oleh Pangdam VI/Mulawarman Mayjen TNI Benny Indra Pujihastono, S.IP., Danlantamal XIII Laksma TNI Wahyudi H. Dwiyono, M.M., Danguspurlatim Laksma TNI I.N.G. Ariawan, SE., MM., Danlanud Tarakan Kolonel Pnb Umar Fathurrohman, S.IP., M.Si. saat meninjau kesiapan Latgab PPRC (Pasukan Pemukul Reaksi Cepat) TNI tahun 2016 di Tarakan, Kalimantan Utara, Jum’at (1/4/2016).

tni

“Dipilihnya lokasi Tarakan, Kalimantan Utara menjadi lokasi Latgab Pasukan Khusus PPRC TNI merupakan wewenang Pangkostrad selaku Panglima Komando Operasi (Pangkoops) PPRC TNI atas persetujuan Panglima TNI, dengan mempertimbangkan berbagai aspek kepentingan operasi TNI,” kata Pangkostrad.

Letjen TNI Edy Rahmayadi juga menuturkan bahwa, Latihan Gabungan Pasukan Khusus PPRC TNI adalah sebagai konsinyer PPRC TNI atau standby force agar lebih siap dan mampu efektif digerakan ke seluruh wilayah kedaulatan NKRI. Menurutnya, dalam kondisi standby force tersebut perlu disiapkan latihan-latihan untuk meningkatkan profesionalisme prajurit, naluri tempur dan kesiapan unsur dari masing-masing matra pasukan khusus yang terlibat. “Sasaran akhirnya secara integratif merupakan wujud kesiapan operasi khusus secara gabungan yang melibatkan berbagai unsur Pasukan Khusus PPRC TNI,” ujarnya.

tni

Sementara itu, Kapendam VI/Mulawarman Kolonel Inf Andi Gunawan mengatakan bahwa, PPRC TNI adalah pasukan gabungan pemukul TNI untuk menghadapi kondisi darurat atau trouble spot yang bersifat strategis di seluruh wilayah NKRI, sedangkan gabungan pasukan khusus PPRC TNI melaksanakan operasi khusus disasaran strategis terpilih dimana pengerahannya tentu atas perintah Panglima TNI.

tni

“PPRC TNI merupakan pasukan gabungan yang terdiri beberapa unsur satuan pemukul, termasuk didalamnya gabungan pasukan khusus dari tiga matra yaitu TNI AD, TNI AL dan TNI AU yang dipimpin oleh seorang Perwira Tinggi TNI yang ditunjuk oleh Panglima TNI,” kata Kapendam VI/Mulawarman.

tni

Gabungan Pasukan Khusus PPRC TNI yang melaksanakan latihan operasi khusus di Tarakan ini merupakan pasukan yang sebelumnya telah melaksanakan Alih Kodal, dan telah diberangkatkan oleh Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo pada hari Kamis (3/3/2016) dari Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.

Puspen TNI

Kita Bikin Ramai di Natuna

f16

Indonesia akan mengerahkan jet tempur F-16 ke pulau-pulau Natuna untuk menangkal “pencuri”, kata Menteri Pertahanan Indonesia, kurang dari dua minggu setelah kapal penjaga pantai Cina, bentrok dengan perahu Indonesia di wilayah tersebut.

Langkah ini merupakan bagian dari penumpukan militer di pulau-pulau yang menghadap ke Laut Cina Selatan, yang akan melihat landasan pacu diperbaharui dan pelabuhan baru dibangun, ujar Ryamizard Ryacudu dalam sebuah wawancara pada hari Kamis, 31/3/2016 dengan Bloomberg News. Hal ini juga melibatkan penyebaran marinir, unit pasukan khusus angkatan udara, batalyon tentara, tiga frigat, sistem radar baru dan drone, katanya.

Penempatan yang direncanakan adalah lima pesawat F-16 yang mencerminkan tingkat baru keprihatinan Indonesia tentang sengketa teritorial di Laut Cina Selatan yang mengadu Beijing dengan beberapa tetangga di Asia Tenggara. Indonesia tidak menjadi penuntut dalam sengketa itu, tapi bentrokan dengan penjaga pantai Cina bulan lalu atas penahanan kapal nelayan China, menunjukkan potensi Indonesia ditarik ke dalam konflik tersebut.

“Natuna merupakan pintu, jika pintu tidak dijaga maka pencuri akan masuk,” kata mantan Kepala Staf Angkatan Darat, Ryacudu. “Semua ribut-ribut ini karena sampai saat ini belum dijaga. Ini adalah tentang rasa hormat dari negara.”

Menteri Pertahanan Indonesia juga mengatakan ia sedang mempertimbangkan memperkenalkan wajib militer di Natuna dan daerah terpencil lainnya dari kepulauan 17.000 pulau, “jadi jika sesuatu terjadi orang tidak akan takut dan tahu apa yang harus dilakukan.”

China mengklaim lebih dari 80 persen dari Laut Cina Selatan, membawanya ke dalam sengketa dengan Filipina, Brunei, Malaysia, Vietnam dan Taiwan. klaim Beijing telah menekan lebih tegas dalam beberapa tahun terakhir, didasarkan pada apa yang disebut garis sembilan-terputus yang tidak memberikan koordinat yang tepat. Dalam paspor yang diterbitkan pada tahun 2012, garis China itu digerogoti zona ekonomi eksklusif Indonesia di pulau-pulau Natuna.

f-16

Kedatangan kapal-kapal nelayan Cina dan kapal penjaga pantai ke wilayah negara-negara lain di ASEAN juga telah menyebabkan kegelisahan di Malaysia. Kementerian Luar Negeri negara itu memanggil duta besar China Huang Huikangdan menyampaikan keprihatinan atas dugaan perambahan kapal berbendera Cina di Laut Cina Selatan, yang disampaikan Kamis malam.

Aaron Connelly, seorang peneliti di Lowy Institute for International Policy di Sydney, mempertanyakan arti penempatan F-16 di wilayah Natuna, jika hendak ditujukan sebagai banyak jera atau berguna memerangi illegal fishing.

“Ini terlihat seperti unjuk kekuatan, tetapi itu adalah salah satu yang tidak berarti,” katanya. “Indonesia memiliki kartu diplomatik untuk bermain, tapi tidak dengan kekuatan militernya. Ini tidak akan menakut-nakuti militer Cina dengan menempatkan beberapa pesawat F-16 di Natuna. Ini adalah barang yang tidak cukup bisa digunakan untuk survei kegiatan maritim. ”

Ryacudu juga mengatakan ia berharap untuk menyelesaikan kesepakatan pembelian antara 8 dan 10 jet tempur Rusia Sukhoi Su-35 dalam perjalanan ke Rusia pada awal April. pemerintah juga telah mempertimbangkan untuk membeli F-16V Lockheed Martin Corp, Eurofighter Typhoon BAE Systems atau Saab AB Gripen.

Ketika ditanya apakah itu dimaksudkan Indonesia akan membeli F-16Vs selain jet Su-35, Ryacudu mengatakan “tidak, milik kami yang ada sudah cukup.” Namun, ia mengatakan, Indonesia akan terus mencari ke berbagai negara untuk pengadaan.

“Kami akan membeli dari Eropa dan Amerika, dan juga dari Rusia,” katanya. “Kami tidak memiliki prioritas. Yang penting, jika kita membutuhkan mereka, dan ada transefer teknologi, kami akan membeli. Kami mengganti pesawat tua, tidak menambahkan yang baru”.

Bloomberg.com