Kesibukan
yang tak biasa terlihat di kawasan PT.PAL di Surabaya Jawa Timur.
Selain menyiapkan kapal, sejumlah tenda juga tengah dibangun. Tak heran,
pasalnya pada Senin pagi, PT.PAL akan meluncurkan 2 kapal sekaligus,
yaitu PKR10514 pesanan Kementrian Pertahanan serta Kapal SSV pesanan
Filipina.
Dari pantauan ARCinc di lapangan, tampak PKR10514 sudah gagah
terlihat berhadapan dengan kapal SSV. Di Kapal PKR juga sudah terlihat
meriam 76mm, namun Millenium Gun yang seharusnya berada di belakang
meriam utama tampak belum terpasang. Untuk Kapal SSV juga sudah terlihat
utuh. Sekilas kapal ini mirip dengan LPD yang telah dibuat PT.PAL
sebelumnya dengan kapasitas 2 helipad serta hangar.
Dengan bobot 2300 ton, Kapal perang PKR 10514 ini bisa dibilang
sekelas Light Fregat. Kapal sekelas ini sangat dibutuhkan oleh TNI-AL
mengingat luasnya lautan yang harus dijaga, sekaligus mampu memberikan
efek gentar. Seperti umumnya Light Fregate, PKR10514 akan dilengkapi
sejumlah persenjataan mematikan. Sejauh ini belum ada rilis resmi
mengenai jenis dan jumlah persenjataan PKR10514. Hanya saja disebutkan
kapal ini nantinya memiliki kemampuan peperangan 3 dimensi, yaitu
permukaan, udara dan bawah permukaan.
Untuk peluru kendali, kemungkinan besar masih menggunakan keluarga
besar Exocet. Namun, yang menarik, di belakang meriam utama, terdapat
sejumlah peluncur rudal dengan sistem Vertical Launch. Kapal sepanjang
105 meter ini juga memiliki helideck dengan kapasitas heli mencapai 10
ton. Bahkan, menilik dari rancangan yang ada, PKR nantinya akan memiliki
hangar khusus helikopter. Suatu hal yang tak dimiliki oleh kapal perang
kelas Sigma TNI-AL sebelumnya.
Yang menarik juga, ketika ARCinc mendatangi PT.PAL tampak satu modul
telah tiba dari Belanda. Modul ini nantinya akan dipasang pada kapal
perang PKR10514 kedua.
Masih
soal sepak terjang Central Intelligence Agency (CIA) di Indonesia. Pada
Pilpres 2014 lalu, pihak-pihak tak bertanggung jawab menuding lawannya
dibekingi CIA atau pihak asing. Mereka menebar kampanye hitam tanpa
bukti yang valid untuk menjatuhkan lawan politik mereka.
CIA
memang pernah menyuap para politikus Indonesia dalam pemilihan umum.
Kisah ini terjadi dalam Pemilu 1955. Saat itu CIA ingin menggulingkan Soekarno lewat pemilihan umum pertama di Indonesia.
CIA khawatir Soekarno
tak bisa dikendalikan Amerika Serikat. Apalagi Soekarno baru saja
menggelar Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 18-24 April 1955.
Soekarno mengumpulkan para pemimpin dari negara dunia ketiga yang
kebanyakan baru saja merdeka. Dia menggagas sebuah gerakan baru yang tak
memihak Blok Timur Uni Soviet dan Komunis serta Blok Barat Amerika
Serikat dan para sekutunya.
CIA menjawab langkah Soekarno itu
dengan sebuah perintah rahasia yang dikirimkan 19 hari setelah
Konferensi Asia Afrika berakhir.
Hal tersebut ditulis dalam Buku
Membongkar Kegagalan CIA yang ditulis Tim Weiner dan diterbitkan PT
Gramedia Pustaka Utama tahun 2008.
Perintah rahasia itu dikirim
dari Gedung Putih dengan nomor NSC 5518. Isinya menginstruksikan agar
CIA bergerak mempengaruhi para pemilih di Indonesia untuk tak memilih
Partai Nasional Indonesia (PNI) atau Partai Komunis Indonesia (PKI) yang
dianggap pro-Soekarno.
Gedung Putih memberikan wewenang CIA
untuk melakukan segala cara, termasuk memberikan uang suap untuk membeli
para pemilih dan politikus Indonesia. Melakukan peperangan politik
untuk mendapatkan kawan dan merongrong calon-calon musuh. CIA juga
diizinkan membentuk pasukan paramiliter untuk menjaga Indonesia tak
jatuh ke tangan komunis.
"CIA memompakan USD 1 juta ke kantong
musuh politik paling kuat Soekarno, Partai Masjumi, pada pemilihan umum
parlemen pertama yang dilakukan di Indonesia," tulis Weiner.
Sementara
mantan agen CIA Joseph B Smith mengaku agar tak ketahuan, uang USD 1
juta diberikan begitu saja tanpa harus ada laporan pertanggungjawaban.
Sama sekali tak ada bukti tertulis, atau laporan apa-apa mengenai uang
yang jumlahnya sangat besar waktu itu.
"Saya tidak tahu bagaimana Masyumi menggunakan uang tersebut," aku Smith.
Namun
rupanya rencana CIA tak sesuai harapan. Partai Nasional Indonesia (PNI)
masih menjadi juara umum dengan 8.434.653 suara atau 22,32 persen.
Sementara Masyumi berada di posisi kedua dengan 7.903.886 suara atau
sekitar 20,92 persen. Yang paling mengkhawatirkan AS, PKI bercokol di
posisi keempat dengan 6 juta suara.
Upaya CIA untuk mendongkel Soekarno lewat Pemilu pun gagal.
Kelak
tahun 1958, sejumlah petinggi Masyumi mendukung pemberontakan
Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera. PRRI
diawali dengan kekecewaan sejumlah daerah pada pemerintah pusat. Mereka
menilai seharusnya daerah diberi otonomi seluas-luasnya. Pemerintah
pusat pun seharusnya lebih peduli mensejahterakan daerah-daerah. Para
tokoh PRRI juga marah melihat Soekarno semakin merangkul PKI.
Akhirnya
PRRI jadi gerakan bersenjata. Kembali CIA dapat celah masuk. Mereka
menyuplai persenjataan dan uang pada para pemberontak Soekarno ini.
Namun
dalam waktu singkat, pasukan TNI kembali merebut Sumatera dan
mengakhiri pemberontakan tersebut. Soekarno akhirnya membubarkan Masyumi
tahun 1960.
Central
Intelligence Agency (CIA) terkenal usil turut campur dalam mengurusi
masalah dalam negeri orang lain. Indonesia tak luput dari
operasi-operasi rahasia mereka.
Tahun 1955-1965, CIA menggelar sejumlah operasi untuk menggulingkan Presiden Soekarno. Mereka menuding Soekarno akan membawa Indonesia menjadi negara komunis dan masuk poros Timur dan Uni Soviet.
CIA
pun memberi bantuan peralatan militer dan persenjataan pada pemberontak
Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera dan
Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) di Sulawesi. Mereka juga mengirim
sejumlah besar uang ke sana.
PRRI/Permesta sebenarnya hanya ingin
mengkritik pemerintah pusat yang dinilai terlalu sentralistik. Daerah
tak merasakan pembangunan ekonomi. Mereka juga minta otonomi
seluas-luasnya. Salah satu alasan lainnya adalah mereka khawatir dengan
berkembangnya komunis di bawah kepemimpinan Soekarno.
Keadaan memburuk saat Wapres Mohammad Hatta mengundurkan diri. Hubungan pusat dan daerah makin memburuk.
Soekarno
menjawab ultimatum PRRI/Permesta ini dengan operasi militer. Kolonel
Nasution menugaskan Letkol Ahmad Yani memimpin operasi gabungan TNI
darat, laut dan udara yang pertama kali digelar.
Para agen CIA
bekerja keras mengirimkan suplai persenjataan ke Sumatera. Mereka
merekrut sejumlah veteran Perang Korea. Total senjata yang dikirimkan
cukup untuk mempersenjatai 8.000 orang serdadu. CIA mengaku tujuan utama
membantu para pejuang di Sumatera untuk melawan komunis.
"Ahmad
Yani sebenarnya termasuk perwira antikomunis yang lebih proBarat. Dia
lulusan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat AS di Port Leavenworth.
Yani, pun berkawan akrab dengan Mayor George Benson, atase militer
Kedubes AS di Jakarta," demikian ditulis Tim Weiner dalam buku Membongkar Kegagalan CIA yang diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama tahun 2008.
Lucunya,
Yani yang sedang mempersiapkan serangan ke Sumatera meminta bantuan
Benson untuk menyediakan peta-peta. Benson yang tak tahu ada operasi CIA
di Sumatera pun dengan senang hati membantu Yani.
Jadi perwira AD AS sendiri turut membantu Indonesia menggagalkan operasi rahasia CIA di Sumatera.
Kisah
lain juga diceritakan dalam memoar Jenderal Ahmad Yani. Saat itu dia
menghadap Nasution dengan seragam tempur lengkap dengan pistol sebelum
operasi militer.
Biasanya perwira TNI AD mengenakan pistol di pinggang. Namun Yani bergaya lain, dia mengenakan pistol di samping tubuhnya.
Nasution
tertawa melihat Yani. Dia menanyakan gaya apa itu, Yani menjawab itu
gaya detektif Amerika. Hubungan mereka pada saat itu memang erat.
Peperangan di Sumatera tak lama dipadamkan. Para pemberontak berperang setengah hati. Misi CIA pun gagal.
Kelak justru Yani yang jadi korban sejumlah perwira yang disusupi PKI. Dia tewas dini hari tanggal 1 Oktober 1965.
Di Indonesia untuk industri tambang (gold, coal, nickel dkk) juga dikenal istilah Big4 yang terdiri dari: Freeport Indonesia,Newmont Indonesia, International Nickel Indonesia (INCO) dan Kaltim Prima Coal (KPC).
Sejarah
PT Freeport Indonesia (PTFI) bermula saat seorang manajer eksplorasi
Freeport Minerals Company; Forbes Wilson, melakukan ekspedisi pada tahun
1960 ke Papua setelah membaca sebuah laporan tentang ditemukannya
Ertsberg atau Gunung Bijih; sebuah cadangan mineral, oleh seorang geolog
Belanda; Jean Jacques Dozy, pada tahun 1936.
Setelah ditandatanganinya Kontrak Karya
pertama dengan Pemerintah Indonesia bulan April 1967, PTFI memulai
kegiatan eksplorasi di Ertsberg pada Desember 1967. Konstruksi skala
besar dimulai bulan Mei 1970, dilanjutkan dengan ekspor perdana
konsentrat tembaga pada bulan Desember 1972.
Setelah para geolog menemukan cadangan
kelas dunia Grasberg pada tahun 1988, operasi PTFI menjadi salah satu
proyek tambang tembaga/emas terbesar di dunia. Di akhir tahun 1991,
Kontrak Karya kedua ditandatangani dan PTFI diberikan hak oleh
Pemerintah Indonesia untuk meneruskan operasinya selama 30 tahun (artinya beroperasi sampai 2021). (1)
Freeport Negara dalam Negara
Direktur Eksekutif Nasional Wahana
Lingkungan Hidup Indonesia, Berry Nahdian Forqan menyatakan,
”Kekerasan, pengrusakan lingkungan dan ketidakadilan sosial telah
menjadi melekat dalam sejarah operasi PT.Freeport Indonesia di Papua.
Pemerintah harus lebih konkrit dalam mewujudkan pemenuhan HAM, keadilan
sosial dan keadilan ekologis bagi warga negara. Pemerintah tidak boleh
kalah dengan inisiatif Dana Pensiun Norwegia yang menarik sahamnya dari
PT.Freeport Indonesia. Salah satu langkah penting mewujudkan restorasi
ekologi, HAM dan sosial adalah dengan menghentikan operasi PT. Freeport
Indonesia tanpa merugikan kepentingan pekerja”.
Selanjutnya, Arkilaus Arnesius Baho dari
Liga Perjuangan Nasional Rakyat Papua Barat mengatakan, ”Dinamika
kehancuran tatanan hukum, peradaban komunitas adalah akibat perlakukan
khusus secara berlebihan terhadap kehadiran perusahaan emas dan tembaga
PT. Freeport Indonesia di tanah Papua. Kekerasan yang begitu meningkat
akhir-akhir ini di wilayah pertambangan semakin kuat dugaan bahwa
kekerasan sistematik yang terus berlalu di areal tambang tidak pernah
diselesaikan secara komprehensif. Maka tak bisa dibendung lagi, saatnya
berpihak kepada keadilan ekologis dan sosial adalah tutup PT. Freeport
Indonesia. Penutupan PT. Freeport mengakhiri akar masalah rakyat Papua”.
Akar
dari persoalan sekitar lokasi PT. Freepot Indonesia adalah
ketidakadilan, pengrusakan lingkungan dan penyingkiran masyarakat
setempat, sementara itu operasi PT.Freeport Indonesia seperti negara
dalam negara dimana tidak ada ruang bagi pengawasan pihak independen dan
media secara secara luas.(2)
Mengingat Yang Lupa ditahun 2006
Ini sebuah “rekam jejak” Catatan Harian Tentang Dinamika Dampak MNC di Tanah Papua dari ‘anak papua’ (sumber)
Tanggal 08 Februari 2006, Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro di Kantor Presiden
RI, Jakarta menyatakan bahwa Pemerintah Pusat akan mengkaji ulang
Kontrak Kerja (KK) PT Freeport Indonesia di Papua. Pelaksanaannya
dilakukan tim gabungan sejumlah deartemen yang segera dibentuk. Hal itu
menyusul maraknya laporan negatif tentang Freeport dan rencana
pembentukkan panitia kerja Freeport di DPR. Tim tersebut akan dipimpin
Dirjen Pertambangan Umum Departemen ESDM. Mereka menilai berdasar empat
aspek perusahaan tambang asal Amerika Serikat tersebut. Yakni,
pembayaran pajak, jumlah produksi, isu pencemaran lingkungan, dan
keamanan
Tanggal 14 Februari 2006, Tim
Investigasi Kementerian Lingkungan Hidup menemukan indikasi awal adanya
pencemaran lingkungan di wilayah kerja pertambangan PT Freeport
Indonesia. Indikasi tersebut akan diperdalam dengan investigasi lanjutan
dua pekan mmendatang. Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoler
mengatakan, tim yang dikirim ke Papua menemukan limbah tailing yang
mencemari lingkungan pertambangan emas dan tembaga tersebut. ”Itu temuan awal. Kalau kecurigaan nggak enak banget. Nanti belum apa-apa sudah salah,” kata Rachmat
Tanggal 14 Februari 2006,
Pemerintah Pusat Tidak Transparan Bagi Hasil Freeport. Kadispenda
Provinsi Papua, Drs. Frans R. Kristantus menilai Pemerintah Pusat tidak
transparan dalam mengungkap dana bagi hasil yang menjadi royalty
freeport bagi Provinsi Papua. Ia menduga Pemerintah Pusat sengaja
bungkam dan terkesan menutup-nutupi hasil pendapan Freeport. ”Sampai
sekarang ini dana bagi hasil freeport masih misterius. Semua orang
mengakui Freeport adalah salah satu perusahaan terbesar di dunia. Kenapa
kita didaerah yang diambil hasilnya Cuma mendapat sekian. Apakah itu
seimbang?
Tanggal 16 Februari 2006, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro mengatakan, tim
antara departemen yang mengkaji PT. Freeport Indonesia tidak bertugas
mengevaluasi kontrak karya pertambangannya, melainkan hanya menghitung
pendapatan negara yang diperoleh dari perusahaan itu.
”Tim hanya bertugas menghitung berapa besar pendapatan yang diperoleh
negara dari Freeport,” katanya di sela raker RUU Mineral dan Batubara
(Minerba) dengan Komisi VII DPR di Jakarta. Menurut dia, saat ini memang
ada tiga isu besar terkait Freeport yakni lingkungan, produksi dan
pendapatan. Namun, tim yang dibentuk pemerintah hanya memprioritaskan
pada pendapatan Freeport. Purnomo mengatakan, pendapatan negara dari
Freeport bisa berasal dari royalty, retribusi, iuran, dan pajak seperti
pajak penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai (PPN)
Tanggal 21 Februari 2006, Aksi
pemalangan tersebut terjadi menyusul bentrokan antara sejumlah pendulang
emas liar yang beroperasi di sekitar Mile 71 Tembaga Pura, dengan
aparat keamanan perusahaan. Akibat bentrokan tersebut, dua anggota
keamanan PT. Freeport terluka dan tiga orang warga masyarakat cidera.
Sementara itu, sumber wartawan menyebutkan, selama dua tahun terakhir
ini, tercatat sedikitnya 60 orang penambang emas liar di kawasan
penambangan PT.Freeport tewas akibat terseret air kali. PT. Freeport
Indonesia merupakan bagian dari Freeport-McMoran Copper & Gold Inc.
(FCX), salah satu produsen emas dan tembaga terbesar di dunia. Selain PT
Freeport Indonesia, operasional FCX juga dilakukan perusahaan lain
seperti PT Irja Eastern Minerals dan Atlantiic Copper, S.A.
Tanggal 22 Februari 2006, PT.
Freeport Indonesia, perusahaan penambangan emas dan tembaga Amerika
Serikat (AS) yang beroperasi di kawasan Tembaga Pura, Kabupaten Mimika,
Provinsi Papua, menghentikan operasinya. Humas PT. Freeport, Sidharta
Mursyid, kepada wartawan di Jayapura, mengatakan, penghentian sementara
itu dilakukan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan
akibat aksi penutupan jalan oleh sejumlah warga di sekitar ruas jalan
Mile 72-74. ”Kami belum mengetahui secara pasti besar kerugian yang
dialami perusahaan akibat penghentian sementara kegiatan penambangan
ini,” katanya.
Freeport Ditutup, Pendapatan Negara
Berkurang USD 2,7 Juta per Hari. Penerimaan negara dari PT Freeport
Indonesia diperkirakan berkurang USD 2,7 juta/hari menyusul penutupan
kegitatan operasi tambang akibat aksi warga setempat di dekat lokasi
tambang emas dan tembaga. Dirjen Mineral, Batubara, dan Panas Bumi
Departemen ESDM Simon Sembiring usai mengikuti raker Pansus RUU Mineral
dan Batubara Komisi VII DPR dengan Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro di
Jakarta, Kamis mengatakan, perkiraan itu jika melihat rata-rata
penerimaan negara dari Freeport yang mencapai satu miliar dolar per
tahun. ”Jadi, bisa dihitung berapa kehilangan pendapatan negara dari
Freeport per harinya,”ujarnya.
Jum’at, 31 Maret 2006 ; PT.
Freeport Indonesia diminta meningkatkan satuan pengamanan internalnya
untuk menjaga keamanan di lokasi tambang di Tembagapura, Papua. “Investor atau perusahaan-perusahaan itu harus menciptakan pengamanannya sendiri,” kata
Panglima TNI, Marsekal Djoko Suyanto, kepada Tempo di Jakarta kemarin.
Ia menjelaskan, peningkatan penjagaan itu salah satu bahan pembicaraan
pemerintah dengan PT. Freeport dalam pertemuan Selasa lalu di
Tembagapura. Tapi Freeport belum mampu menangani dengan satuan
pengamanan internal karena lokasi sangat luas dan masalahnya kompleks.
Sejumlah pejabat yang hadir yakni Menteri Koordinator bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan Widodo A.S., Menteri Lingkungan Hidup Rahmat
Witoelar, Menteri Dalam Negeri Muhammad Ma’ruf, Panglima TNI Djoko
Suyanto, dan Kepala Polri Jenderal Sutanto.
———————— Meski banyak demonstrasi menuntut ditutupnya PT Freeport pemerintah tetap membuka PT Freeport. PT
Freeport dianggap banyak menyumbang devisa. “Kalau kita total dari
1991-2005 pemerintah mendapat US$ 3,8 miliar untuk manfaat langsung, US$
2,2 juta dikembalikan ke PT Freeport. Jadi penerimaan negara cukup
besar,” kata Meneg ESDM Purnomo Yusgiantoro.
Hal
ini diungkapkan Purnomo usai mengikuti Rapat Koordinasi Politik Hukum
dan Keamanan (Polhukam ) di kantor Menko Polhukan, Jalan Medan Merdeka
Barat, Minggu (19/3/2006). Purnomo menjelaskan untuk tahun 2005 saja
pemerintah mendapatkan dana sebesar US$ 880 juta. Dari total dana
tersebut, terdapat royalti sebesar US$ 82 juta. “Sesuai UU Otsus sekitar
80 persen royalti itu dikembalikan ke daerah, 32 persen jatuh ke
Kabupaten Timika, 32 persen ke Kabupaten Papua dan 15 persen ke
provinsi,” jelas Purnomo. Disamping itu, lajut Purnomo, ada manfaat yang
tidak langsung berupa dana sebesar US$ 740 juta. Dari dana itu, Rp 400
miliar untuk community development, Rp 5 Miliar untuk Suku Amungme, dan
Rp 5 milar untuk Suku Komoro.
Alasan lain untuk tidak menutup PT
Freeport adalah keinginan pemerintah untuk memberikan jaminan hukum dan
investasi di Indonesia. “Kontrak itu adalah kontrak antara pemerintah RI
bukan hanya pemerintahan saat ini saja,” imbuhnya. Pemerintah juga
telah melakuakan audit lima tahunan terhadap PT Freeport. Audit terakhir
dilakukan pada tahun 2000. Pada saat itu Menko Perekonomian dijabat
oleh Kwik Kian Gie. “Dalam audit itu tidak ditemukan adanya masalah,”
cetusnya Sedangkan pada tahun 2005 telah dilakukan audit kembali pada PT
Freeport meliputi empat aspek yaitu aspek lingkungan, penerimaan
negara, produksi dan perkembangan situasi keamanan. “Jadi saat ini kita
dalam tahapan audit lima tahunan, dan dengan audit ini akan lengkap,”
tandas Purnomo (sumber)
Freeport Jelang Pengumuman KIB jilid 2
Suara dari Papua, 31 Juli 2009. DPP LPNR-PB ;Arkilaus Arnesius Baho
mengeluarkan pernyataan sikap untuk menutup operasi PT Freeport sebagai
solusi bagi Papua; “Untuk itulah, kami menegaskan kepada pemerintah
bahwa:1. Tutup PT. Freeport Indonesia. Penutupan Freeport adalah solusi
terbaik untuk membentuk suatu system tatanan pengelolaan tambang yang
mengedepankan kedaulatan ekonomi nasional dan tentunya dengan pembenahan
instrument pertambangan inilah, awal bagi pemenuhan ekologis, penegakan
HAM, keadilan ekonomi yang mandiri menuju tatanan masyarakat Papua
dapat tentram dan bermartabat didalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia. 2. Kolaborasi kepentingan militer organic maupun non organic
dengan penempatan sejumlah satuan di areal tambang bahkan di
perkampungan hanyalah proyek Negara yang sia-sia. Sebab, ulah ketidak
efisiensi aparatur Negara di Papua terbukti menimbulkan implikasi adanya
tragedy kemanusiaan. Sebagian sandi operasi militer digelar tanpa
keputusan undang-undang resmi Negara. Banyak sandi operasi militer di
Papua yang digelar secara illegal bahkan melecehkan konstitusi NKRI.
Sudah saatnya dikurangi keberadaan militer dengan aktifitas tidak jelas.
Dan juga pengurangan aktifitas militer di Tanah Papua juga mengurangi
penggunaan dana Negara dan tentunya kontradiksi perlawanan bersenjata
semakin mengecil. 3. Negara haru mengedepankan sanksi terkait
kesewenangan siapapun, terutama para pemodal yang se-enaknya merusak
tatanan ekologis, hingga pemenuhan HAM yang terkubur akibat dominasi
pemdal. Freeport haru di usut kejahatanya terhadap lingkungan hidup dan
Hak Asasi Manusia. 4. Liga Perjuangan Nasional Rakyat Papua Barat
mendukung penuh pemenuhan kedaulatan rakyat semesta, Rakyat Papua harus
berdaulat diatas negerinya untuk menuju kemandirian bangsa yang adil dan
bermartabat.
27 Agustus 2009
; Sistem pengamanan transport karyawan PT Freeport Indonesia dan
pengiriman barang ke Tembagapura semakin diperketat. Mulai hari ini
setiap lima kendaraan yang akan ke Tembagapura akan di kawal sebuah
panser. Selain itu setiap supir mulai dilengkapi rompi dan helm anti
peluru.Kebijakan ini ditempuh karena sekalipun sudah dijaga seribu
pasukan gabungan dan tujuh penduduk asli Mimika yang dituduh turut serta
penembakan sudah ditangkap, tetapi aksi penembakan dari teroris
bersenjata di jalan Timika-Tembagapura tetap terjadi hingga pertengahan
Agustus 2009. Supir bis dan kargo PT Freeport yang mulai resah, pada
Kamis (27/8) pagi menggelar rapat tertutup bersama manajemen PT Freeport
Indonesia. “Kami baru selesai rapat, membahas jaminan keamanan bagi
para supir,” kata seorang supir, Markus Toto. Dalam rapat yang dihadiri
Ketua Dewan Pimpinan Cabang SPSI Mimika Agus Krei, Industrial Relation
PT Freeport Indonesia John Rumainum, dan Pimpinan PT Kuala Pelabuhan
Indonesia (KPI) Djuarsa, disampaikan bahwa telah diberlakukan sistem
pengaman baru. “Menurut pimpinan Pak Djuarsa, sistem pengamanan Freeport
sudah diubah, setiap lima kendaraan akan dikawal sebuah panser,” kata
Markus. Tetapi Djuarsa meminta seluruh karyawan tetap waspada karena
sekalipun dilengkapi panser, penembakan tetap bisa terjadi. “Pak Djuarsa
meminta kami untuk tetap berhati-hati dan waspada,” kata Markus. Dalam
pertemuan ini, Industrial Realtion PT Freeport Indonesia, John
Rumainum, menyampaikan bahwa sudah dilakukan pertemuan antara petinggi
Freeport dengan Kepolisian mengevaluasi situasi keamanan di areal
Freeport. Selain itu, CEO PT Freeport Indonesia Armando Mahler
dan Kapolda Papua Irjen Bagus Ekodanto sudah melaporkan hasil evaluasi
keamanan kepada Menteri Pertambangan dan Menteri Politik Hukum dan
Keamanan di Jakarta beberapa waktu lalu. Sistem Pengamanan Baru Untuk Freeport
: Dan dalam sistem pengamanan baru ini dilakukan pembagian tugas antara
TNI dan Polri. TNI menjaga wilayah disepanjang jalan
Timika-Tembagapura, Polisi menjaga keamanan secara umum. “Sistem
keamanan baru ini diharapkan, mulai besok mobilisasi karyawan ke
Tembagapura atau sebaliknya dapat dilakukan,” kata Markus.
Purnomo dari Menteri Negara ESDM ke Menteri Pertahanan : Apa yang akan di “Pertahankan” dari Freeport ??
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. (mungkin butuh waktu tuk menjawabnya)
Catatan
Mengingatkan kita tentang sejarah pahit
di negeri Indonesia, bahwa orientasi politik terselubung Negara-negara
para industrialisasi ini mengakibatkan Penderitaan yang dialami rakyat
Papua sangat kompleks. Mulai dari penghilangan kemerdekaan politik,
penindasan atas system ekonomi bangsa, rapuhnya peradaban penduduk
pribumi Papua. Bagi masyarakat Papua, nasib Bangsa Papua Barat kemudian
di eksekusi dengan amunisi kehadiran PT. Freeport. Dimana disatu sisi,
Integrasi Bangsa Papua Barat kedalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
terjadi dengan kehadiran PT. Freeport ( Indonesia ). Amerika dan
Negara-negara Kapitalisme lainnya dengan keinginan kuat untuk mengambil
sumber alam rakyat Papua dimasa lalu membuat nasib Bangsa Papua sampai
hari ini berada dalam denyut kehidupan yang tak menentu. Dasar status
rakyat Papua hanya di tentukan oleh kemauan para pemodal semata.
Realitas politik masa lalu itulah, kembali kami memberikan kenyataan
bahwa PT. Freeport Indonesia hanyalah label dalam membungkus keinginan
para pemodal internasional untuk melegitimasi status politik rakyat
Papua sampai hari.
Terbukti sudah, selama beroperasi di
Timika, per hari, penghasilan perusahaan AS ini diperkirakan mencapai 27
juta dollar. Dari sejak beroperasi, pemerintah dan pemilik hak ulayat
baru diberi status pembayaran wajib investasi pada tahun 1996 pasca
kontrak karya ke-dua. Sedangkan sebelumnya sejak tahun 1967, Freeport
belum diwajibkan dalam pembayaran kepada pemilik hak ulayat dan
pemerintah. Fakta keberadaan Freeport selama 39 tahun ( 1967-2009)
sebuah niscaya ketidakadilan terjadi. Aspek politik Papua final kedalam
Negara kesatuan republic Indonesia masih berlanjut pada tahun 1969
dengan proses penentuan pendapat rakyat. Namun, sudah benar bahwa
rekayasa pemodal sudah ada dua tahun sebelum status de jure integrasi
Papua kedalam RI. Rekayasa pemasukan Papua kedalam bingkai NKRI inilah,
mengakibatkan masalah yang terjadi di Tanah Papua pemerintah Indonesia
cenderung mengedepankan hubungan arbitrase dan diplomasi politik semata
dengan menjaga integritas Negara adidaya diutamakan Negara daripada
rakyat di Papua.
Pemerintah harus memberi ruang politik
dan ekonomi baru bagi rakyat Indonesia dan khususnya rakyat Papua. Akar
konflik politik pencaplokan tanah Papua harus disikapi hari ini dengan
satu jalan terbaik, menutup Tambang bermasalah di Papua ini. Penutupan
PT. Freeport Indonesia juga sebagai langkah maju sebab disinilah pola
penataan ekonomi dan kedaulatan bangsa terbebasakan dari upaya cengraman
yang telah ditanam neo-imperialisme Negara-negara kapitalisme global.
Freeport sebagai akar kolaborasi usaha-usaha politik lahirnya jajahan
diatas bumi Papua.
Ekspansi
Freeport di ikutsertakan juga ekspansi para militer. Adalah konflik
hari ini di Areal PT. Freeport Indonesia niscaya bukan kekuatan militer
pengguna senjata. Keberadaan Freeport melegitimasi militer resmi dan
tidak resmi bercokol. Kolaborasi kekerasan pun tak bisa di hindari. Dari
tahun ke tahun, pasti tragedy kemanusiaan berlaku di Freeport. Bencana
alam ( longsor ) menimbun para karyawan, penembakan terhadap penduduk
sipil dengan dalih mengganggu keamanan infestasi dibenarkan dalam
operasi militer di areal tambang. Kekangangan bedil militer dalam
investasi asing di Papua begitu kompleks dan saatnya dirubah, bahwa
kedaulatan rakyat panglima dari segala kepentingan diatas bumi Papua.
Menurut
Amien Rais, apa yang dikeruk Freeport di wilayah paling timur Indonesia
itu sebenarnya bisa menutup utang luar negeri Indonesia. Tapi nyatanya
utang kita tambah membengkak dan negeri ini mengalami kebangkrutan.
Menteri Kesehatan terpilih Endang Rahayu
Setyaningsih adalah staf Departemen Kesehatan, yang paling ‘dekat’
dengan Namru (The US Naval Medical Reseach Unit Two) atau Unit 2
Pelayanan Medis Angkatan Laut.
Endang
adalah seorang dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
tahun 1979, dan memperoleh gelar master dan dokter dari Harvard School
of Public Health, Boston, masing-masing tahun 1992 dan 1997. Ia
menjalani karier di bidang kesehatan dengan menjadi dokter puskesmas di
NTT dan pernah menjadi dokter di Rumah Sakit Pusat Pertamina. Ia juga
pernah ditugaskan di Kanwil Departemen Kesehatan DKI Jakarta menjadi
seorang peneliti, dan pernah menjabat Kepala Litbang Biomedik dan
Farmasi Departemen Kesehatan.
“Dia (Endang) adalah mantan pegawai
Namru. Dia memang sekarang ini tidak mempunyai jabatan khusus sebagai
peneliti biasa,” kata Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari dalam
perbincangan dengan TvOne, Rabu, 21 Oktober 2009.
Dipilihnya Endang Rahayu Sedyaningsih
sebagai menteri kesehatan dalam Kabinet Indonesia Bersatu II membuat
kaget Siti Fadilah Supari. Siti yang masih menjabat Menkes hingga
pelantikan menteri baru Kamis besok, tidak habis pikir, kenapa Endang
yang terpilih.
“Semua juga kaget, ternyata, kok bisa dia. Dia itu eselon II dan tidak punya jabatan,” kata Siti dalam perbincangan dengan tvOne setelah Yudhoyono mengumumkan susunan KIB II, Rabu 21 Oktober 2009.
Menurut Siti Fadilah, Endang memang
lulusan dari Amerika Serikat. Siti melanjutkan, Endang dikenal sebagai
staf Departemen Kesehatan yang ‘dekat’ dengan Namru.
“Ibu Endang ini adalah orang yang paling dekat dengan Namru diantara dengan semua pegawai Depkes,” ujar Siti Fadilah.
Meski pun bekerja di Depkes, kata dia,
pekerjaan sehari-hari Endang hanya di laboratorium. “Tapi disertasinya
di masyarakat. Dia tidak punya pengalaman di puskermas. Tapi saya
melihat kecerdasannya,” kata Siti.
Maka itu, Siti Fadilah berharap untuk
periode mendatang, Endang Setyaningsih dapat mengikuti kebijakan yang
sudah diambil sebelumnya.
“Dimana Namru, sudah secara resmi sudah tutup. dan saya mohon, ini jangan dibuka lagi,” ujar dia. (sumber berita)
Munculnya nama Endang Rahayu Sedyaningsih
di jajaran Kabinet Indonesia Bersatu II, Rabu (21/10), memunculkan
tudingan dia terlalu pro Amerika Serikat. Tetapi hal itu dibantah oleh
mantan staf peneliti Namru 2 itu.
Endang mengakui bahwa semasa Menkes Siti
Fadhilah Supari, dia sempat diskors karena dianggap berpihak kepada AS
dalam soal virus flu burung. “Bagi saya ini persoalan yang tidak
penting-penting amat. Dan ini wajar kalau atasan tidak senang kemudian
menskors bawahannya,” kata Endang dalam wawancara dengan Media
Indonesia, Rabu (21/10) malam. (sumber)
Ada apa dengan NAMRU 2 ?
Dalam Lembar Fakta tentang NAMRU-2 yang ada di situs Kedubes Amerika Serikat
dinyatakan bahwa Naval Medical Research Unit No. 2 (NAMRU-2) adalah
sebuah laboratorium penelitian biomedis yang meneliti penyakit menular
demi kepentingan bersama Amerika Serikat, Departemen Kesehatan RI, dan
komunitas kesehatan umum internasional. NAMRU-2 didirikan pada tahun
1970 sesuai permintaan Departemen Kesehatan RI.
Kegiatan penelitian bersama ini
menitikberatkan pada malaria, penyakit akibat virus seperti demam
berdarah, infeksi usus yang mengakibatkan diare dan penyakit menular
lainnya termasuk flu burung. Penelitian NAMRU-2 hanya berhubungan dengan
penyakit-penyakit tropis yang terjadi secara alamiah.
Laboratorium Namru berada di kompleks
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan di
Jalan Percetakan Negara, Jakarta.
Kenapa NAMRU bisa bercokol begitu lama di
Indonesia ? Apa yang mereka cari di negara kepulauan ini, dan apa
manfaat kehadiran mereka bagi Indonesia ? Dan, kenapa lembaga dari
Amerika Serikat ini terkesan begitu misterius ? Banyak sekali pertanyaan
yang tak terjawab mengenai lembaga riset ini. Dan aku berani
memastikan, tak satu pun wartawan di Indonesia memiliki akses ke lembaga
ini; malahan mungkin mereka pun tak pernah tahu keberadaan NAMRU.
Siti Fadilah Supari telah melarang semua
rumah sakit di Indonesia untuk mengirimkan sampel virus flu burung ke
laboratorium Namru. Sebab, kontrak kerjasama dengan Namru telah berakhir
sejak Desember 2005.
Pakar intelijen Laksamana Muda (Purn)
Subardo tetap meyakini keberadaan laboratorium medis milik angkatan laut
AS, The U.S. Naval Medical Research Unit Two (NAMRU-2) merupakan alat
intelijen AS. Hal ini diyakini Subardo berdasarkan penilaiannya selama
lebih dari 30 tahun bekerja di bidang intelijen serta pernah menjabat
sebagai Kepala Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) tahun 1986-1998.
“Kalau
saya pribadi yakin itu ada motif intelijen dari Amerika. Saya kan kerja
di bidang intelijen ini sejak Letnan hingga Bintang Dua (laksmana
muda). Lebih dari 30 tahun,” kata Subardo di sela-sela Seminar Hari Kesadaran Keamanan Informasi (HKKI) di Fakultas MIPA UGM, Yogyakarta, Jumat (25/4/2008).
Meski meyakini keberadaan NAMRU-2 terkait
operasi intelijen milik AS, Subardo, mengaku dirinya tidak lagi
mempunyai wewenang menangani persoalan tersebut. Dirinya menyerahkan
sepenuhnya kepada pemerintah khususnya melalui Badan Intelijen Negara
(BIN).
“Saya tidak punya wewenang lagi. Itu
urusannya pemerintah dan BIN. Saya hanya mengungkapkan ini agar kita
lebih waspada, sebab penyadapan informasi melalui intelijen ada di
mana-mana,” tegasnya.
Menurut dia kesadaran akan keamanan
informasi di Indonesia sampai saat ini masih cukup lemah. Hal ini
terbukti dari laporan Lemsaneg beberapa waktu lalu yang menemukan bukti
dari 28 kantor Kedubes Indonesia di Luar Negeri, sebanyak 16 diantaranya
telah disadap sehingga harus dilakukan pembersihan dan pembenahan.
Kasus ini menurutnya sebagai preseden buruk bagi Indonesia untuk lebih
berhati-hati dalam menjaga keamanan informasi.
“Sekitar 16 kedubes yang disadap di luar
negeri. Jelas hal itu sebagai preseden buruk agar kita lebih
berhati-hati melakukan pengamanan, khususnya informasi,” imbuhnya. (sumber detiknews)
Kontroversi keberadaan Naval Medical
Research Unit 2 (Namru-2) di Indonesia rampung sudah. Tercatat sejak 16
Oktober 2009, Namru-2 sudah tidak beroperasi lagi.
“Surat resmi penghentian kerjasama dengan
Namru resmi dilayangkan dubes AS di Indonesia tanggal 16 Oktober
kemarin. Jadi perjanjian yang diawali 16 Januari 1970 sudah resmi
berakhir 16 Oktober kemarin,” ujar mantan Menkes Siti Fadilah Supari
kepada wartawan di Jakarta, Rabu (21/10/2009)
Siti Fadilah mengatakan dirinya
keberadaan Namru-2 mengganggu kedaulatan Indonesia. Sebab, pusat
penelitian itu meneliti virus yang dilakukan Angkatan Laut AS.
“Saya
tidak akan rela kalau di wilayah yang berdaulat ini ada penelitian tapi
ada militernya, tapi kok tidak jelas. Mudah-mudahan tidak terjadi
lagi,” harapnya..
Oleh karena itu Siti Fadilah berharap
pada penerusnya, Endang Rahayu Edyaningsih, agar tidak membuka lagi
Namru-2. Dia yakin Endang bisa melanjutkan kebijakannya tersebut. “Saya
kira Ibu Endang bisa mengikuti langkah-langkah yang telah kita ambil
pada periode ini, di mana Namru sudah secara resmi ditutup, dan saya
mohon jangan dibuka lagi,” katanya. (sumber)
Saatnya Dunia Berubah
Bagi
Anda yang masih percaya akan adanya nasionalisme dan keadilan global
dalam hubungan internasional maka wajib hukumnya untuk membeli buku ini.
Buku ini sebenarnya catatan harian dari Ibu Menteri Siti Fadilah Supari
ketika memperjuangkan transparansi dan keadilan dalam organisasi
kesehatan dunia, WHO (World Health Organization). Ceritanya berawal
ketika banyak negara (termasuk Indonesia) dilanda bencana virus Flu
Burung. WHO mewajibkan negara-negara yang menderita virus Flu Burung
untuk menyerahkan virusnya ke laboratorium mereka. Namun anehnya, hasil
penelitian dari virus tidak diberikan kepada negara penderita (affected
countries). Tiba-tiba vaksinnya sudah ada dan dijual secara komersial.
Vietnam, contohnya, memiliki banyak penderita penyakit Flu Burung.
Vietnam pun memberikan sampel virusnya ke WHO. Tidak ada vaksin yang
didapat malah terpaksa untuk membeli vaksin Flu Burung dari salah satu
perusahaan farmasi AS dengan harga mahal. Darimana vaksin itu berasal
kalau bukan dari sampel virus flu burung Vietnam?
Ibu Menteri mencium aroma kapitalistik
dari negara-negara maju, sebut saja, Amerika Serikat. Jelas saja ini
akan sangat merugikan Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya
apabila memberikan virus Flu Burung namun tidak mendapatkan vaksinnya.
Ada dugaan kalau WHO justru menjual kembali virus itu kepada perusahaan
farmasi AS untuk dibuatkan vaksinnya yang akan dijual secara komersial
kepada negara-negara yang menderita pandemi Flu Burung. Hal ini semakin
jelas ketika pihak WHO yang diwakili Dr. Heyman mendatangi Ibu Menteri
Kesehatan memaksa Ibu Siti Fadilah untuk memberikan sampel virus Flu
Burung Indonesia kepada WHO. Dari hasil sebuah penelitian, virus Flu
Burung ala Indonesia memiliki tingkat keganasan yang sangat tinggi.
Vaksin flu burung yang sudah ada waktu itu tidak mampu mengatasi virus
Flu Burung ala Indonesia. Ibu Menteri Kesehatan menyadari bahwa virus
Flu Burung ala Indonesia yang sangat dibutuhkan WHO adalah sebuah
bargaining power untuk mereformasi WHO yang tidak adil dan menguntungkan
AS saja.
Dimulailah pertarungan antara Daud dan
Goliat. Daud yang diwakili Menteri Kesehatan RI melawan Goliat yang
diwakili WHO dan AS. Sangat seru membaca bagaimana Ibu Menteri Kesehatan
berjuang menghadapi perwakilan WHO yang sangat ngotot meminta RI
memberikan virus Flu Burung tanpa syarat. Meskipun berlatar belakang
dokter, Ibu Menteri berusaha belajar bagaimana berdiplomasi multilateral
di tingkat organisasi internasional. Untunglah DEPLU RI bersedia
membantu Ibu Siti Fadilah dalam menggalang dukungan dari negara lain
untuk proposal Indonesia. Bu Siti Fadilah pun cukup lihai dalam
menggunakan media internasional untuk menyudutkan WHO dan AS. Beberapa
kali media internasional seperti The Economist, Guardian mendukung dan
memuji perjuangan Ibu Siti Fadilah. Anehnya, media nasional dan anggota
DPR justru mencaci maki gerakan ini (mungkin karena keterbatasan
informasi dan sibuk buat “UUD“).
Sangat seru membaca dialog-dialog antara
Ibu Siti Fadilah dengan pejabat-pejabat WHO seperti David Heyman dan
Margareth Chan. Terjadi beberapa kali pertemuan menegangkan antara Ibu
Siti Fadilah Supari dengan WHO. Bahkan, pejabat-pejabat senior AS
sendiri sempat bertemu dua kali dengan Ibu Siti Fadilah membujuk Ibu
Siti Fadilah membatalkan niat Indonesia untuk mereformasi WHO. Meskipun
berdarah Jawa, bagi saya Ibu Siti Fadilah ini orang Batak tulen. Tidak
ada basa-basi, langsung menusuk ke inti persoalan. Bahkan ketika
memberikan pidato di depan majelis sidang World Health Assembly, Ibu
Siti Fadilah tidak sungkan menuduh pabrik farmasi AS dapat membuat
senjata biologi melalui virus Flu Burung ini. Telinga pejabat AS pun
panas mendengar hal ini. Ibu Siti Fadilah pun sangat tegar dalam prinsip
dengan cerdas mencari solusi permasalahan. Dalam beberapa sidang,
deadlock hampir terjadi. Pak Makarim Wibisono, duta besar Indonesia
untuk PBB pun sempat menyerah terhadap situasi sidang. Tetapi Ibu Siti
Fadilah tetap tegar dengan mencari berbagai senjata ampuh untuk
menaklukkan AS. Dan akhirnya ketemu satu senjata ampuh untuk tidak
terjadi deadlock!
Menarik juga untuk mengikuti sisi
religius dari perjuangan reformasi WHO ini. Ketika ketika terjadi
keterlambatan penerbangan dari Iran ke Jenewa, Ibu Siti Fadilah hampir
tidak bisa mengikuti proses sidang World Health Assembly yang menentukan
apakah agenda Indonesia diluluskan atau tidak. Tapi untungnya, sidang
WHA pun terlambat sehingga Ibu Siti Fadilah dapat menyampaikan pidatonya
untuk meyakinkan proposal Indonesia. Ada satu kejadian seru lagi dimana
ketika memasuki persidangan, agenda Indonesia tidak mendapat satupun
dukungan (co-sponsorship) dari negara-negara anggota WHO. Namun
menjelang detik-detik akhir, Iran datang dan menandatangi co-sponsorship
dan membantu mencarikan dukungan dari negara-negara muslim dan
sosialis. Indonesia akhirnya didukung oleh semua negara anggota WHO dan
tidak ada yang mendukung AS. Luar biasa! Ibu Siti Fadilah sangat yakin
kalau Tuhan yang Maha Kuasa berada di balik perjuangannya.
Bagi yang penasaran dan ingin mengetahui
bagaimana AS melalui WHO berupaya membujuk Indonesia membatalkan rencana
reformasi WHO, segeralah membeli buku ini. Akan terlihat sangat nyata
bahwa AS di berbagai arena internasional memiliki segudang pengaruh
untuk merealisasikan kepentingan negaranya. Entah melalui pemberian
uang, bantuan atau bahkan sanksi. Saya sungguh menikmati buku ini,
bahkan beberapa kali saya merinding ketika membaca buku ini. Rupanya
masih ada satu kejadian dimana kapitalisme egoistik global yang biasanya
memangsa negara berkembang bisa dipadamkan oleh seorang pejabat senior
di Republik Indonesia. Terima kasih Ibu Siti Fadilah Supari atas
perjuangannya! (sumber artikel)
Berikut adalah kutipan dari berbagai pihak dan media terhadap buku dan perjuangan yang dilakukan oleh Siti Fadilah :
“Keberhasilan Menteri Kesehatan
Siti Fadilah Supari mereformasi WHO adalah contoh sangat bagus
keberhasilan perjuangan berdiplomasi kelas dunia secara modern.” Prof. Dr. Juwono Soedarsono, Menteri Pertahanan Indonesia.
“For the sake of basic human
interests, the Indonesian government declares that genomic data on bird
flu viruses can be accessed bu anyone”. With those words, spoken on
August, 3rd, Siti Fadilah Supari started a revolution that could yet
save the world from the ravages of a pandemic disease. That is because
Indonesia’s health minister has chosen a weapon that may prove more
useful than todays best vaccines in tackling such emerging threats as
avian flu: transparency. The Economist, London (UK), August 10th, 2006 (sumber)
Apa yang dikhawatirkan Oleh Menkes lama?
Ceritanya
bermula dari paksaan WHO terhadap Indonesia agar mengirimkan virus flu
burung H5N1 strain Indonesia yang melanda negeri ini dua tahun lalu ke
WHO Collaborating Center (CC) untuk dilakukan risk assesement,
diagnosis, dan kemudian dibuatkan seed virus. Entah bagaimana caranya,
virus asal Indonesia itu berpindah tangan ke Medimmune dan diolah
menjadi seed virus. Hebatnya, seed virus ini diakui sebagai miliknya
karena diolah dengan teknologi yang sudah mereka patenkan. Indonesia,
yang memiliki virusnya tidak punya hak apa-apa. Padahal, dengan seed
virus inilah perusahaan swasta itu membuat vaksin yang dijual ke seluruh
dunia dengan harga mahal.
Bagi Siti Fadilah, hal ini aneh. Yang
memiliki teknologi mendapatkan hak amat banyak. Sebaliknya, yang
memiliki virus tidak dapat apa-apa. “Sehebat apapun teknologi
Medimmune, jika ditempelkan di jidatnya kan tidak akan menghasilkan seed
virus H5N1 strain Indonesia,” kata lulusan kedokteran Universitas
Gadjah Mada yang juga lulus program doktor di Universitas Indonesia itu
dalam bukunya yang berjudul Saatnya Dunia Berubah – Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung
Siti Fadilah melihat ketidakadilan itu —
yang ternyata sudah berlangsung selama 60 (enam puluh) tahun dilakukan
oleh WHO. Tergeraklah nuraninya. Ia sadar, dirinya hanyalah seorang
Menteri Kesehatan dari negara bukan super power. Namun, ia berpikir dan
bergerak cepat. Nalurinya mengatakan, kalau bahwa pemaksaan pengiriman
virus ke WHO adalah salah satu kunci lingkaran setan. Maka kalau ia
enggan mengirimkan virus itu, dunia akan bereaksi. Intuisinya benar.
Dunia bereaksi. Negara barat — terutama pemerintah dari negara penghasil
vaksin — geger. Mereka takut virus tersebut menyebar ke seluruh dunia
dan terjadi pandemi.(sumber)
Indonesia dan WHO telah menjalin
kesepakatan tentang pengiriman virus dengan cara baru, yang memberikan
akses vaksin terhadap negara pengirim virus. Siti Fadillah Supari
berharap Menteri Kesehatan yang baru, Endang Sedyaningsih, tidak
mengubah kesepakatan itu.
“Saya khawatir kalau policy tentang virus yang ditandatangani WHO. Jangan sampai diubah!” kata Siti di rumah dinasnya, Jl Denpasar, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (21/10/2009).
Dikatakan Siti, persoalan virus sangat
penting karena menyangkut ketahanan nasional. Dia berharap penggantinya
mempunyai jiwa nasionalisme yang tinggi.
“Saya kira dia yang bisa mengerti. Saya
harap dia punya jiwa nasionalis sehingga bisa meneruskan apa-apa yang
bisa dicapai di WHO,” kata perempuan asal Solo, Jawa Tengah itu.
Jika ternyata tidak? “Saya akan berteriak. Saya harap semua ikut mengawal,” pungkasnya. (sumber)
Catatan : Sepertinya memang terlalu dini untuk menilai kemana arah esbeye jilid dua
hanya saja ada kata kunci yang dikhawatirkan oleh Siti Fadillah Supari
tentang WHO, Amerika Serikat dengan NAMRU-2 dan Virus. Kenapa pejabat
eselon II yang jadi Menteri Kesehatan? Kenapa Endang Rahayu Setyaningsih
baru muncul saat detik-detik menjelang pengumuman KIB jilid 2? TITIPAN
SIAPAKAH BELIAU ???
Pemerintah dan kepolisian
menolak jika disebut kecolongan dalam teror bom Sarinah, Thamrin,
Jakarta Pusat, Kamis (14/1/2016). Isu intelijen Indonesia kecolongan
menyeruak di media sosial setelah beredar gambar screenshoot peringatan
sejak Kamis pagi agar warga Amerika Serikat (AS) menjauhi kawasan
Sarinah dan Sari Pan Pacific, Thamrin, hari ini (Kamis, 14/1/2016).
Di gambar yang telah beredar luas di media sosial tersebut, pihak
Kedubes AS di Jakarta mengirim pesan berjudul Emergency Message for U.S.
Citizens: Avoid Area Around Sari Pan Pacific Hotel and Sarinah Plaza on
Jalan Sudirman Thamrin, Jakarta (Pesan Darurat untuk Warga AS: Jauhi
Daerah Sekitar Sari Pan Pacific Hotel dan Sarinah Plaza di Jl.
Sudirman-Thamrin).
Pesan tertanggal 14 January 14 2016 itu berbunyi sebagai berikut:
“This emergency message is being issued to advise all U.S. citizens to
avoid the area around Sari Pan Pacific Hotel and Sarinah Plaza on Jalan
Sudirman Thamrin, in downtown Jakarta. Preliminary reports indicate an
explosion and gunfire has occurred in the general vicinity and situation
continues to unfold (Pesan darurat ini diterbitkan untuk mengimbau
seluruh warga AS untuk menghindari kawasan sekitar Sari Pan Pacific
Hotel dan Sarinah Plaza di Jl. Sudirman Thamrin, jantung Jakarta.
Laporan awal mengindikasikan ledakan dan baku tembak terjadi di kawasan
sekitarnya dan situasi masih berkembang).”
..
Dalam screenshoot itu, terdapat keterangan waktu pukul 06.55 WIB,
atau Kamis pagi sebelum terjadinya teror bom. Hal inilah yang menjadi
viral dan memicu spekulasi liar. Kedutaan Besar (Kedubes AS) untuk
Indonesia di Jakarta pun memberikan klarifikasi. Berikut isi klarifikasi
yang disampaikan di laman jakarta.usembassy.gov tersebut
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu
menyatakan bahwa masyarakat perlu waspada terhadap suatu gerakan yang
bertujuan untuk membelokkan hati terhadap keutuhan ideologi Pancasila.
"Kita
menyatakan perang terhadap gerakan yang ingin membelokkan hati
seseorang untuk melemahkan ideologi Pancasila. Keutuhan Pancasila harus
dipertahankan dengan meningkatkan wawasan kebangsaan," katanya di
Pekalongan, Sabtu.
Pada acara "Silaturahmi Nasional Ulama
Mursyidi, Tarikah, TNI, Polri Dalam Urgensi Bela Negara Demi Menjaga
Keutuhan NKRI", Menhan Ryamizard mengatakan saat ini banyak tindakan
kekerasan dengan mengatasnamakan agama sehingga hal itu menimbulkan
kerawanan disintegrasi.
"Peristiwa Kamis (Peledakan bom di
kawasan Sarinah Jalan Thamrin, Jakarta, red) merupakan suatu bukti
sehingga hal itu perlu kita waspadai agar tidak terulang lagi," katanya.
Ia
mengatakan untuk menghadapi tantangan Bangsa Indonesia yang semakin
kompleks maka perlu adanya peran para ulama dalam upaya menjaga keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Menhan juga berpesan
pada rakyat Indonesia dalam pelaksanaan demokrasi agar lebih
mengedepankan musyawarah dan mufakat karena hal ini bisa menciptakan
situasi yang kondusif.
Islam, kata dia, mengajarkan pada pemeluknya untuk saling bersilaturahmi dengan sesama manusia.
"Oleh karena, jangan coba-coba kita memutus tali silaturahmi karena hal ini bisa menimbulkan petaka," katanya.