Sabtu, 09 Januari 2016

Lanud dan Lanal TNI di Pulau Saumlaki, Ambon

  Pulau Saumlaki Maluku
Pulau Saumlaki Maluku

TNI tampaknya akan menjadikan Pulau Saumlaki Ambon, seperti Pulau Natuna, yang kuat baik di Armada Laut dan Udara. Jika di Pulau Natuna, Kepri, Indonesia kaya dengan gas dan minyak bumi, maka di Pulau Saumlaki, kaya dengan ikan dan hasil laut.

TNI Angkatan Laut sedang menyiapkan peningkatan status dari Pangkalan TNI AL (Lanal) Saumlaki, Ambon, sebagai upaya meningkatkan pengamanan perbatasan dan wilayah terluar di wilayah timur Indonesia, khususnya yang berada di Maluku Tenggara dan berbatasan langsung dengan Australia.

Kepala Staff Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Ade Supandi, mengakui berencana meningkatkan status Lanal Saumlaki, yang berada di bawah komando Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) IX Ambon, jajaran Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim).

Diresmikan pada 2011 silam, Lanal Saumlaki berada di Ibukota Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Saumlaki berada di Kepulauan Tanimbar, yang berbatasan langsung dengan Australia. Saat ini, Lanal Saumlaki bertipe C dan dipimpin oleh Letnan Kolonel.

“Nantinya, Lanal di Saumlaki kami kembangkan, paling tidak menjadi tipe B, yang dipimpin Kolonel. Selain itu, akan lengkapi dermaga yang bisa menampung empat kapal patroli ataupun kombatan”, ujar KSAL di Mabes TNI AL, Jakarta, 7/1/2016.

Peningkatan status Lanal Saumlaki untuk meningkatkan pengawasan yang maksimal di sekitar Laut Timur dan Laut Aru. Pengawasan ini juga terkait dengan tingginya potensi perikanan di wilayah Laut Aru.


“Daerah-daerah di Saumlaki dan sekitarnya memiliki potensi perikanan yang sangat tinggi, karena itu pengawasan perikanan juga jadi bagian dari kegiatan patroli TNI AL”, kata mantan Pangarmatim tersebut.

Peningkatan status Lanal Saumlaki ini juga menjadi salah satu upaya dalam memperkuat gelar kekuatan dan kemampuan TNI di wilayah terluar, khususnya di wilayah timur dan tenggara, yang berbatasan langsung dengan Australia.

pangllima tni-2

Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo telah berkunjung ke Pulau Saumlaki, Ambon, 4/1/2015. Panglima TNI mengatakan di wilayah Saumlaki akan dibuat Lanud (Pangkalan Udara) dengan panjang lintasan 1500 m. Tapi ada opsi untuk menambah panjangnya hingga 3000 m, agar dapat menampung pesawat yang lebih besar.

Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, memutuskan untuk meningkatkan gelar kemampuan dan kekuatan personel TNI di wilayah tersebut. Hal ini berdasarkan kunjungan yang dilakukan Panglima TNI ke daerah-daerah terluar di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Ambon.

Sumber: Republika.co.id

Kendaraan Militer War V1 Concept, BDLTech

  BDLtech

BDLtech-2

Putera puteri Indonesia terus berkarya dalam membuat kendaraan militer TNI baik jenis lapis Baja maupun kendaraan taktis atau rantis. Kali ini BDLtech mencoba tampil dengan membuat konstruksi prototipe kendaraan taktis yang diberinama War V1 Concept, BDLtech.


Kendaraan militer ini berdeda dengan yang telah ada di jajaran TNI, karena menggunakan rantai sebeagai penggerak kendaraan. Turretnya, tampaknya bias dipasang camera pengintai atau remote control weapon system. Melihat bentuknya, kendaraan ini tampaknya akan digunakan sebagai kendaraan pengintai / reconnaissance.

BDLtech merupakan rintisan perusahaan yang bergerak di bidang keteknikan (kelistrikan, elektronika, instrumentasi, mekanik, dan otomasi). BDLtech akan mencakup bidang usaha riset teknologi dengan sasaran lingkup Pendidikan serta Pertahanan dan Keamanan). Lokasi perusahaan ini berada di Balikpapan, Kalimantan Timur.

pr1v4t33r – Defence.pk

5 Jet Tempur F-16, Tiba Maret 2016

  F16CD52ID

Jakarta – TNI terus menambah kekuatan militernya di Natuna, Kepulauan Riau dan sedang membangun Pangkalan Udara (Lanud) tipe B sebagai basis kekuatan angkatan udara.

Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal Agus Supriatna mengatakan, pengembangan Lanud menjadi tipe B sejalan dengan rencana penambahan pasukan khusus angkutan udara (Paskhas).

“Rencana akan ada (penambahan) batalyon Paskhas, tapi lihat dulu pembangunan (Lanud) di Natuna, mungkin awalnya tidak satu batalyon” ujar KSAU di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, 5 Januari 2016.

Selain itu, sejumlah pesawat tempur juga akan disiagakan di Kepulauan Natuna. Sedangkan tambahan jet tempur F16 yang rencana akan tiba awal Maret 2016, akan ditempatkan di Lanud tipe A, Riau.


f16

“Radar di Natuna juga kita geser ke tempat strategis. Begitu juga pesawat tempur yang standby di sana. Untuk pesawat F 16 harusnya sudah datang lima pesawat. Tapi ada sesuatu hal, mundur akhir Februari atau awal Maret, dan diletakkan di Riau,” ujar Marsekal Agus Supriatna.

Wilayah Kepulauan Natuna terletak di perairan selat Malaka yang berbatasan langsung dengan wilayah Laut China Selatan. Ketegangan di Natuna meningkat setelah Tiongkok sempat mengklaim wilayah Natuna masuk kedalam teritorialnya.

TNI terus menyiagakan beberapa armada tempur di Natuna, untuk menjaga kedaulatan Indonesia. Kepulauan Natuna nantinya akan sangat kuat, karena dilengkapi Armada Angkatan Laut dan juga Angkatan Udara. Blok Natuna diketahui kaya akan kandungan minyak bumi.

Sumber : Viva.co.id

Dana Pembelian Arsenal Terbaru TNI AL

 

Pasukan Taifib dan Denjaka
Pasukan Taifib dan Denjaka

TNI AL menandatangani kontrak pengadaan barang dan jasa senilai Rp 1,19 triliun, untuk tahun 2016. Sebagian besar kontrak untuk pengadaan arsenal senilai Rp 902,9 miliar dan penandatanganan dilakukan secara “massal” untuk 154 surat kontrak.

Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Ade Supandi, bersama pimpinan TNI AL, menyaksikan penandatangan, di Markas Besar TNI AL, Cilangkap, Jakarta, Kamis, 7/1/2016.

Perincian kasar nilai kontrak itu adalah Rp 902,9 miliar untuk arsenal, Rp 167,8 miliar untuk infrastruktur, dan Rp 121,6 miliar untuk perlengkapan personel.

Semua kontrak itu, sesuai amanat Perpres Nomor 70/2012 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah dan telah dilelang sebelumnya.

Pelaksanaan penyerapan dana secara dini, secara otomatis akan mempercepat daya serap anggaran TNI AL dan dapat menghindari penganggaran lintas tahun.

Jika ini selalu terjadi maka memberikan kontribusi nyata bagi perbaikan ekonomi di Indonesia secara umum dan bagi pembangunan kekuatan dan kemampuan TNI AL pada khususnya.

“Dengan kontrak ini nanti tidak ada lagi alasan program dan kegiatan belum terealisasi karena kontrak terlambat”, ujar KSAL Laksamana Ade Supandi.

Antaranews.com

Kementerian Pertahanan Targetkan Dua Skadron Pesawat KFX, untuk Awal

  1. kfx-korea
    Kementerian Pertahanan menandatangani kontrak perjanjian bagi ongkos (cost share agreement) dengan Korea Aerospace Industries (KAI), Korea Selatan, di Jakarta, Kamis, 7/1/2016.

    Perjanjian tahap dua proyek pengembangan pesawat tempur KF-X/IF-X ini, mewajibkan pemerintah Indonesia mengucurkan dana Rp18 triliun untuk membangun lima prototipe pesawat.

    Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menjelaskan Indonesia sudah sepatutnya mengeluarkan dana sebesar itu untuk memperkuat pertahanan udara nasional. “Kalau beli pesawat tempur, semua negara bisa. Tapi kalau membuat, tidak semua bisa,” ujarnya.

    Pembuatan lima prototipe KF-X/IF-X segera dimulai usai penandatangan perjanjian bagi ongkos. Kementerian Pertahanan dan KAI menargetkan kelima prototype selesai pada tahun 2020.


    Empat prototipe akan dirakit di Korsel, sementara sisanya bakal dikembangkan di Indonesia. Ryamizard berkata, meskipun rancangan empat pesawat dikembangkan di Korsel, insinyur Indonesia tetap akan terlibat.

    Menteri Pertahanan Bidang Pengadaan Korsel, Chang Myoungjin, mengatakan proyek KF-X/IF-X ini metupakan proyek dengan dana terbesar yang pernah ditangani Korea Selatan.

    “Proyek KFX-IFX ini memakan biaya terbesar dari apa yang pernah Korsel lalukan selama ini. Oleh karena itu kami tidak menghemat kapasitas kami, baik secara lembaga maupun akademik untuk menyukseskan proyek ini,” ujarnya.

    Ryamizard menyampaikan setelah pengembangan rancangan selesai, Kemhan berharap produksi dua skadron KF-X/IF-X dapat segera dikebut. Ia yakin, apabila berjalan sesuai rencana, pesawat tempur generasi 4,5 ini akan menjadi jet paling muktahir yang dimiliki TNI Angkatan Udara.

    Sumber : CNN Indonesia

    300 Ilmuwan Indonesia Membuat Pesawat Tempur KF-X / IF-X

     

    KFX (photo: Chosun)
    KFX (photo: Chosun)

    Meski Indonesia hanya memiliki 20 persen share development, tapi semua knowledge development pesawat tempur KF-X / IF-X didapat Indonesia, 100 persen.

    Untuk itu 300 ilmuwan dan teknisi pembuat pesawat tempur dari Indonesia akan dikirim ke Korea Selatan untuk mempelajari pembuatan pesawat tempur KF-X/IF-X.

    “Kami akan mengirim 200 sampai 300 orang ke Korea Selatan,” ujar Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso di Jakarta, Kamis. 7/1/2015.

    Pengiriman 300 tenaga ahli Indonesia ini bagian dari kesepakatan Indonesia dengan Korea Selatan dalam kontrak pengembangan pesawat tempur KF-X/IF-X yang dikerjakan oleh kedua negara.

    Dalam kerja sama pengembangan pesawat tempur KFX / IFX, Indonesia-Korea Selatan sepakat membagi biaya pembuatan pesawat dalam skema 20 persen dana dari Indonesia dan 80 persen dibiayai Korea Selatan.

    Pemerintah Indonesia mengeluarkan dana Rp 18 triliun untuk proyek ini sebagai investasi transfer teknologi dan pembuatan prototype pesawat KF-X/IF-X.


    “Meski kita hanya punya 20 persen share development, tapi untuk semuaknowledge development pesawat ini kita dapat 100 persen. Transfer teknologinya semua kita tahu, bukan cuma 20 persen tapi 100 persen,” ujar Budi.

    Para teknisi yang dikirim PT DI akan mempelajari seluruh program pengembangan KF-X/IF-X selama tiga hingga empat tahun di Korea Selatan, namun jumlah yang terlibat dalam pembuatan pesawat berbeda-beda pada tiap unit.

    Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan hanya 20 persen orang Indonesia yang dilibatkan dalam pembuatan pesawat unit pertama dan 50 persen pada unit kedua yang dikerjakan di Korea Selatan. Sedangkan satu unit KF-X/IF-X yang dibuat di Indonesia akan melibatkan 80 persen SDM Indonesia.

    Pemerintah Indonesia telah menyiapkan infrastruktur untuk merakit pesawat tempur generasi 4,5 KF-X/IF-X di Indonesia dengan membuat hanggar di PT DI, Bandung, Jawa Barat.

    Hal ini berbeda dengan rencana pembuatan kapal selam yang seharusnya dikerjakan di Indonesia pada 2015, namun harus kembali dibuat di Korea Selatan lantaran infrastruktur belum siap.

    Antaranews.com

    Kamis, 07 Januari 2016

    Pulau Terluar Hanya Dijaga 4 TNI, Jenderal Gatot Akan Tambah Anggota

    Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo
    Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo

    Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengakui minimnya jumlah personel yang menjaga di perbatasan wilayah Indonesia. Sejumlah pulau terluar yang berada di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Maluku hanya dijaga oleh empat anggota TNI.

    “Sekarang pulau terdepan adalah pulau Lirang (Kabupaten Maluku Barat Daya), Pulau Wetar (Kab Maluku Barat Daya), Pulau Kisar (Kab Maluku Barat Daya) Pulau Leti
    (Kab Maluku Barat Daya) dan Pulau Alor (NTT) Ini yang terlupakan, khususnya TNI. Di wilayah itu cuma ada dua TNI AL, dan dua Babinsa saja,” kata Gatot di Mabes TNI, Jakarta, Kamis (7/1).

    Gatot menjelaskan, selama ini dalam paradigma TNI, pulau terluar dan perbatasan RI Timor-Timur kini sudah menjadi Timur Leste telah diubah. Maka dari itu lanjut Gatot perlu kekuatan TNI di sana harus ditingkatkan. Baik itu pasukan maupun sarana dan prasarana serta alat utama sistem persenjataan (Alutsista).

    “Gelar kemampuan di sana perlu ditingkatkan,” ujarnya.

    Hasil kunjungan di perbatasan beberapa waktu lalu, pihaknya telah mengevaluasi terhadap kekuatan TNI di pulau-pulau perbatasan RI tersebut. Salah satunya di Pulau Selaru, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku rencana akan dibangun Bandara Udara untuk pesawat militer bisa mendarat di sana.

    “Gelar kekuatan dan kemampuan disebarkan lagi, ada peluang di Pulau Selaru ada bandara nanti dipanjangkan. Kepala Desa di sana mengakui 1.500 meter lagi dibuat bandara, realisasi segera mungkin tentunya dengan DPR dan Pemerintah,” terangnya. (Merdeka)