Rabu, 06 Januari 2016
Manuver Panser Anoa Amfibi PT Pindad
Tidak ada keraguan. Itulah yang terjadi saat panser Anoa amfibi buatan PT Pindad terjun ke air di Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat, saat melakukan maneuver di air. Setelah lompat ke air, Panser Anoa ini dengan cepat melaju lalu bermanuver putar ke kanan dengan cepat. Ujicoba ini dilakukan pada tanggal 3/12/2015 dan baru diupload oleh PT Pindad, tanggal 4/1/2016.
Panser Anoa amfibi ini dilengkapi dengan armored steel plate di bagian depan kendaraan tempur 6×6 buatan PT Pindad.
JKGR.
Canon 90mm dan M134D Gattling Gun
PT Pindad terus tingkatkan kemampuan bermanuver Panser Kanon Badak 90 mm. Uji coba ini termasuk akselerasi panser saat berjalan zig zak.
Uji akselerasi Panser Badak 90mm
TNI berencana membeli M134D Minigun dari Amerika Serikat. Dillon M134D merupakan gatling gun ‘the finest small caliber, defense suppression weapon available’. Senjata ini mempunyai enam laras dengan sistem penembakan elektronik.
Senjata ini menembakkan peluru 7,62 mm standar NATO 3000 butir/ menit, (50 peluru per/detik) dan bisa ditembakkan hingga 30.000 peluru. Setelah jeda satu menit (panas), senjata dapat beroperasi kembali.
M134 berbahan titanium sehingga lebih ringan 20%. Dari berat sekitar 30 kg menjadi 25 kg. Senjata ini bisa dipasang pada hellicopter, kendaraan tempur, kapal maupun pesawat. Menurut majalah militer Commando, TNI AD berniat membeli senjata ini.
Defence.pk
Kombinasi Maut Rudal Baru KH-59ME dan Rudal Yakhont Indonesia
Indonesia akan mengakusisi rudal udara ke permukaan Kh-31P, rudal anti kapal Kh-59ME dan rudal udara ke udara AIM-120. Suatu lompatan kemajuan yang luar biasa bagi Angkatan Bersenjata Indonesia. Setelah sebelumnya jauh tertinggal dari tetangganya karena ketiadaan memiliki rudal-rudal canggih, terutama rudal anti kapal sistem peluncuran dari pesawat tempur.
Kali ini penulis lebih menyoroti rudal anti kapal KH-59ME, yang ibaratnya “adiknya” Brahmos, baik dari segi bobot, kecepatan maupun jangkauannya. Brahmos sendiri sampai saat ini belum siap operasional dan belum juga di uji coba.
Dengan pembelian rudal anti kapal ini, maka pesawat tempur Su-27 dan Su-30 TNI AU tidak hanya akan berfungsi sebagai pesawat superioritas udara ataupun pesawat tempur garis depan tapi juga akan difungsikan sebagai “pembantai” kapal perang musuh.
Kh-59ME menurut penulis lebih mobile daripada Yakhont. Rudal Yakhont yang beratnya hampir 3 ton hanya dapat diangkut kapal fregat yang posisinya lebih mudah diketahui musuh, sedangkan rudal KH-59ME lebih fleksibel karena diangkut dengan pesawat tempur, maka posisinya akan lebih sulit diprediksi lawan. Dalam perang Malvinas, membuktikan rudal anti kapal yang diluncurkan dari pesawat tempur Argentina lebih berbahaya dan lebih berhasil menenggelamkan kapal –kapal perang Inggris bila dibandingkan diluncurkan dari kapal perang.
Kh-59ME meluncur dengan satu mesin utama dan mesin kombinasi turbofan dibawah body, melaju dengan kecepatan 0,8 mach dengan jangkauan 115 km. Terbang sea skimming 7 m diatas permukaan laut untuk menghindari deteksi radar, bahkan sekitar 11 km sebelum mencapai sasaran , rudal terbang setinggi 2-3 meter diatas permukaan laut sehingga menyulitkan sistem pertahanan kapal perang lawan untuk mendeteksi dan menghadang serangan rudal Kh-59ME.
Dengan kombinasi rudal Yakhont yang sudah lama dimiliki Angkatan Laut Indonesia dan rudal KH-59ME yang baru dibeli Angkatan Udara Indonesia, maka kemampuan peperangan laut Indonesia akan lebih mematikan, dan akan membuat musuh berpikir ulang bila ingin menyerang Indonesia dari Laut.
Memang tetangga Indonesia seperti Malaysia dan Vietnam sudah memiliki rudal KH-59ME, tapi mereka tidak memiliki rudal Yakhont (versi peluncuran kapal perang karena Vietnam memiliki rudal Bastion P alias rudal Yakhont penjaga pantai).
Berikut spesifikasi rudal KH-59ME :
Panjang : 570 cm
Berat : 930 kg
Diameter : 38 cm
Hulu ledak : 320 kg
Speed : 0.8 mach
Range : 115 km (Vietnam, KH 59MK : 280 km)
Sistem
Penjejak : Inersia dan penjejak TV (Vietnam, KH59MK: active radar seeker / fire and forget)
Batalyon Paskhas di Natuna dalam Pengkajian KSAU
Jakarta – Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Agus Supriatna berencana membentuk Batalyon Pasukan Khas (Paskhas) di Pulau Natuna, Kepulauan Riau.
Saat ini TNI AU masih menunggu proses penyelesaian pembangunan pangkalan udara di wilayah tersebut.
“Batalyon Paskhas itu kita lihat dulu, sekarang lagi pembangunan Pangkalan Udara Natuna,” ujar Marsekal Agus Supriatna di Makoopsau 1, Halim Perdanakusuma, Jakarta, (5/1/2016).
Saat ini Pangkalan Udara Natuna juga sudah ditingkatkan menjadi tipe B yang dipimpin oleh seorang kolonel. Ke depan, KSAU memastikan akan memindahkan radar ke wilayah yang lebih strategis, untuk mendeteksi pelanggaran udara di pulau terluar.
“Di situ pangkalan sudah tipe B, dan dipimpin seorang kolonel. Radar yang ada di situ akan kita pindahkan ke tempat yang lebih strategis,” ujar Marsekal Agus Supriatna.
Jika kajian sudah dilakukan, KSAU juga berencana memindahkan pesawat tempur ke Pangkalan Udara Natuna. Namun, pihaknya masih menimbang penempatan satu Batalion Paskhas di kawasan Natuna. “Begitu juga pesawat tempur. Awalnya tidak langsung satu batalyon. Sedangkan di pangkalan utama tipe A, kita sudah lakukan,” ujarnya.
Okezone.com
S-8 Kom: Roket Penggempur Sasaran Darat Sukhoi Su-27/Su-30 dan Heli Tempur Mi-35P
Duo Sukhoi Su-27/Su-30 Skadron Udara 11 kini bisa disebut sebagai varian jet tempur TNI AU yang paling lengkap ornamen persenjataannya. Meski pengadaan beragam rudalnya tertunda hingga tujuh tahun, namun Sukhoi Su-27/Su-30 TNI AU relatif mumpuni dengan bekal rudal udara ke udara jarak pendek dan menengah, plus sederet nama rudal udara ke permukaan, dan yang paling gress rudal anti kapal Kh-59ME.
Meski tampil sangar dan jadi jet tempur dengan efek deteren tertinggi untuk TNI AU, duo Sukhoi TNI AU tak bisa dilepaskan dari perannya sebagai CAS (Close Air Support), karena basis Sukhoi Su-27/Su-30 adalah multirole fighter. Nah, mendukung elemen BTU (Bantuan Tembakan Udara) bisa banyak racikan senjata yang bisa ditawarkan ke sasaran. Untuk sasaran yang sifatnya low hingga medium priority, maka kombinasi tembakan dari kanon, roket, dan bom konvensional (dumb bomb) bisa jadi pilihan yang efektif dan efisien dari segi ongkos operasi.
Peluncur roket S-8 pada Sukhoi Su-30MK2 TNI AU. Foto: Formil.kaskus
Lebih detai, untuk kanon Su-27/Su-30 menggunakan tipe GSh-30-1 kaliber 30 mm, dan bom yang dipilih TNI AU adalah jenis P-100L, bom buatan produksi dalam negeri. Kedua elemen senjata diatas telah dikupas tuntas Indomiliter pada artikel terdahulu.
Dan kini yang menarik bahasan adalah sosok roket S-8 buata Rusia. Roket ini belum lama telah diuji tembak dalam Operasi Serangan Udara Strategis (OSUS) di kawasan Air Weapon Range (AWR) Pandanwangi, Lumajang, Jawa Timur. Pada hari “H” dilaksanakan OSUS (4/12/2015), diawali dengan serangan udara oleh satu flight Sukhoi Su-27/Su-30 menggunakan roket S-8 Kom mm. Sebanyak 160 roket ditembakkan, serangan ini bertujuan untuk melemahkan sistem pertahanan udara musuh.
Roket S-80 3,1 inchi kaliber 80 mm prinsip kerjanya serupa dengan roket FFAR (Folding Fin Aerial Rocket) 2,75 inchi kaliber 70 mm yang masif digunakan TNI AD dan TNI AU. Jenis roket ini memang dirancang awal untuk dilepaskan dari wahana udara, dan punya rancangan berupa sirip lipat yang akan mengembang saat ditembakkan. Tentang roket FFAR 2,75 inchi lebih detail telah kami kupas di artikel terdahulu.
B-8 Launcher pod.
Berisi 20 roket.
Roket S-80 dirancang sejak era Uni Soviet, khususnya untuk memenuhi kebutuhan angkatan udara. Pengembangan awal dilakukan pada tahun 1970. Seperti halnya roket FFAR, di udara S-80 juga dirancang untuk dapat dilepaskan dari pesawat tempur dan helikopter. S-8 resmi mulai memasuki masa produksi pada tahun 1984 dengan berbagai tipe hulu ledak. Diantara hulu ledak yang ditawarkan mencakup jenis HEAT anti armor,high-explosive fragmentation, smoke, dan incendiary (pembakar). Bahkan S-8 juga dikembangkan hingga tipe hulu ledak penghancur landasan (S-8BM) dan hulu ledak thermobaric (S-8DM). Yang terakhir disebut menjadi momok menakutkan dalam Perang Afghanistan, pasalnya thermobaric akan semakin berkobar efek ledaknya saat terkena udara bebas.
Dimensi S-8 bergantung pada penggunaan jenis hulu ledak dan pemicunya. Panjangnya ada di pilihan 1,5 meter dan 1,7 meter, sementara bobotnya ada di pilihan 11,3 kg dan 15,2 kg. Bagaimana dengan jangkauan tembaknya? S-8 disebut-sebut mampu melesat sejauh 2 – 4 km. Sebagai perbandingan roket FFAR buatan PT Dirgantara Indonesia punya daya tembak sejauh 6 km. Salah satu yang digunakan TNI AU dan TNI AD adalah jenis S-80 Kom. Roket ini punya kecepatan luncur 610 meter per detik. Tak ingin kalah jangkauan tembak dari FFAR, terakhir Rusia mengembangkan varian S-8OFP, punya panjang 1,4 meter da berat kurang dari 17 kg, serta punya jangkauan tembak hingga 6 km.
Peluncur roket B8V20-A di helikopter Mi-35P TNI AD.
Dalam aplikasinya, roket S-8 dipasang pada pod peluncur jenis B-8 untuk jet tempur Sukhoi. Sementara untuk dipasang pada helikopter menggunakan pod peluncur jenis B8V20-A, seperti yang dipasang pada helikopter tempur M-35P Puspenerbad TNI AD. Kedua jenis peluncur sama-sama dapat dimuati hingga 20 roket, perbedaannya lebih kepada desain, dimana B-8 untuk jet tempur dirancang streamline. (Gilang Perdana)
Panglima TNI : Jangan Pakai Lagi Tank Saracen dan Ferret
Kunjungan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo ke Ambon
Sebelum bertolak dari Kota Ambon menuju Pulau Saumlaki, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo meninjau tiga satuan prajurit dalam rangka mendengarkan secara langsung kehidupan serta kebutuhan prajurit TNI di Ambon.
Satuan yang dikunjungi Panglima TNI adalah :
Detasemen Kavaleri 5/Birgus Latro Cakti
Detasemen Kavaleri 5/Birgus Latro Cakti (Denkav 5/BLC) yang berada satu kompleks dengan Cagar Budaya Benteng Victoria. Denkav 5/BLC sebagai satuan setingkat Detasemen, dengan luas sekitar 6 hektar, didirikan pada tahun 2005, kemudian pada tahun 2011 mulai dilengkapi dengan sarana prasarananya. Saat ini Denkav 5/BLC memiliki 4 unit Anoa, 12 unit Saracen dan 6 unit Ferret, kendaraan ini menjadi kekuatan utama dari Denkav 5/BLC.
Saracen
“Denkav 5/BLC ini memang sebagai embrio yang nantinya dikembangkan menjadi Batalyon Kavaleri (Yonkav). Nantinya akan ada Kompi BS (Berdiri Sendiri) yang ada di Ternate. Pengembangan menjadi Yonkav juga akan dipertimbangkan pemindahan tempat yang lebih luas. Dan atas kepindahan tersebut, lokasi Denkav 5/BLC ini tetap dipertahankan sebagai cagar budaya,” ujar Panglima TNI.
“Kepindahan nanti dengan catatan, apabila tempat ini dijadikan mall atau tempat usaha atau perkantoran maka kita akan kembali ke sini. Tapi karena di sini sebagai tempat umum dan Cagar Budaya maka akan kita bantu,” kata Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
Panglima TNI juga menyarankan untuk tidak lagi mengoperasikan kendaraan Ferret dan Saracen. Menurutnya, kedua kendaraan tersebut cukup dipanasi secara rutin, sebab sudah tidak tersedia lagi sparepartnya.
Ferret (photo : Kopraldjono)
“Jadi sudah pas kalian tinggal di lokasi Cagar Budaya, karena kalian juga memelihara Kendaraan Tempur Cagar Budaya. Kepada para prajurit juga akan direncanakan pembangunan Rusunawa. Tercatat sebanyak 44 prajurit masih tinggal mengontrak di luar Markas,” ujar Panglima TNI.
Denzipur 5/CMG
Kunjungan kedua yang dilakukan oleh Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo bersama rombongan adalah Detasemen Zeni Tempur 5/Chakti Mandra Guna (Denzipur 5/CMG).
Dalam kesempatan tersebut Panglima TNI langsung mendengarkan keluhan anggota prajurit. Beberapa hal yang disampaikan para prajurit adalah perbaikan 100 unit atap dan plafon rumah, pengaspalan jalan di bagian belakang Detasemen, penambahan Truk dan peremajaan Kendaraan Alat Berat Zeni.
“Kenapa saya kasih ? Kamu (Zeni) selama ini kerja yang bangun rumah orang, maka dari itu kewajiban saya agar kamu (juga) memperbaiki rumahmu. Truk nanti dilihat kalau perlu diganti. Untuk alat berat akan disediakan sparepart, serta juga akan dilakukan pengaspalan,” ucap Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
Lanud Ambon
Pada kunjungan ketiga, Panglima TNI tiba di Lanud Ambon. Prajurit menyampaikan kekurangan personel untuk mengoptimalkan operasi kerja. “Ijin, untuk mencapai pelaksanaan tugas yang lebih optimal di Lanud Ambon, mohon Panglima TNI bila berkenan menambahkan personel lagi,” ucap seorang anggota Lanud Pattimura.
“Kamu bilang tadi kinerjanya sudah optimal ?. Tapi nanti akan dipertimbangkan lagi. Bagian mana yang jadi prioritas ?”, pungkas Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
Selama mungunjungi ketiga tempat satuan TNI tersebut, ditemukan berbagai saran usul bahkan permintaan dari Satuan Denkav 5/BLC, Denzipur 5/CMG dan Lanud Ambon kepada Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, yaitu permasalahan Tunjangan kemahalan untuk wilayah Maluku. Karena di Wilayah Maluku harga BBM tinggi, Sembako mahal, sementara gaji yang diterima prajurit di wilayah terluar dan terdepan sama dengan yang di kota besar.
Puspen TNI
TNI AU Imbau Dua Kementerian Tanggalkan Seragam Ala Militer
KSAU Marsekal Agus Supriatna (Photo: Liputan6.com)
Penggunaan seragam mirip militer yang dipakai Kementerian Perhubungan dan Kementerian Hukum dan HAM, bisa menimbulkan salah persepsi dan disalahgunakan oknum yang tidak bertanggung jawab.
Jika ada oknum yang nakal, maka TNI AU bisa menjadi sasaran tembak, padahal pelakunya bukan TNI AU. Begitu juga sebaliknya, jika ada anggota TNI AU yang nakal, maka pegawai Kementerian yang kena sasaran. Dan ini merupakan persoalan yang serius.
Untuk itu KSAU Marsekal Agus Supriatna menyurati Kementerian Perhubungan dan Kementerian Hukum dan HAM terkait seragam dinas yang mirip seragam militer Angkatan Udara.
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan
Marsekal Agus Supriatna memberikan pemahaman bahwa sebaiknya seragam dinas tidak sama seperti seragam yang dipakai oleh militer. Segala sesuatu ada seragam sendiri-sendiri. Namun keputusannya tergantung pada pemerintah.
“Secara kehidupan mungkin ada kebanggaan menggunakan seragam militer,” ujar Marsekal TNI Agus Supriatna, usai memimpin upacara serah terima jabatan Panglima Komando Operasi Angkatan Udara I dari Marsekal Muda TNI A Dwi Putranto kepada Marsekal Pertama TNI Yuyu Yutisna, di Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, (05/01/2016).
KSAU Marsekal Agus Supriatna (Photo: Liputan6.com)
Sementara Kadispenau Marsekal Pertama Dwi Badarmanto, mengatakan untuk menghindari masyarakat sipil menjadi sasaran kekerasan dalam konflik militer, sudah saatnya penggunaan seragam dan atribut militer oleh masyarakat sipil dihentikan.
Selain melanggar hukum, penggunaan seragam dan atribut militer oleh masyarakat sipil, sangat membahayakan penggunanya, karena bila terjadi konflik militer, mereka dapat menjadi sasaran tembak kelompok militer dalam konflik bersenjata.
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan dan Jajarannya
“Penghentian pemakaian, harus dipahami bersama, baik oleh ‘combatan’ dan ‘civilian’ sebagai gerakan moral dalam rangka melindungi civilian dari tindak kekerasan oleh militer dalam konflik bersenjata”, ujar Kadispenau Marsekal Pertama Dwi Badarmanto.
Antara
Langganan:
Postingan (Atom)