Jumat, 28 Agustus 2015

Tripartite Class, Andalan TNI AL dalam Latma Buru Ranjau 6th WP MCMEX 2015

25aug15_nr3
Indonesia dan Singapura kali ini menjadi tuan rumah dalam latma (latihan bersama) tingkat multilateral WP MCMEX (Western Pacific Mine Counter Measure Exercise) 2015. Latihan perang dengan fokus penyapuan ranjau ini mengambil lokasi di Selat Singapura dan perairan Pulau Bintan, Kepulauan Riau. Latma yang berlangsung mulai 25 hingga 31 Agustus 2015 ini, melibatkan 13 kapal perang, 5 under vehicle team, serta 800 personel yang berasal dari 16 negara.
WP MCMEX 2015 yang dibuka Wakil KSAL Laksamana Madya TNI Widodo dan di dampingi Singapore’s Chief of Navy, Rear-Admiral Lai Chung Han, menyoroti pentingnya kerjasama multilateral dalam menjaga kebebasan navigasi di jalur komunikasi laut, serta kebutuhan untuk tetap waspada dan siap untuk menanggapi ancaman. Dari ketiga belas kapal perang yang bersandar di Lanal Changi, yang jadi andalan TNI AL adalah KRI Pulau Rengat 711, salah satu dari dua kapal buru ranjau dari Tripartite Class. KRI Pulau Rengat 711 juga di dampingi pemburu ranjau lain, yakni KRI Pulang Rangsang 727, kapal ini berasal dari Kondor Class buatan Jerman Timur. Sementara untuk dukungan logistik, disertakan LST (Landing Ship Tank) KRI Teluk Cirebon, salah satu dari LST Frosch Class.
OLYMPUS DIGITAL CAMERA
KRI Pulau Rengat tengah menurunkan Side Scan Sonar
KRI Pulau Rengat tengah menurunkan Side Scan Sonar
Tripartite Class dibangun oleh galangan GNM (Van der Gessen de Noord Marinebouw BV ) di Albasserdam, Belanda. Tripartite class TNI AL adalah barang baru, alias bukan alutsista second dan resmi memperkuat armada Satran (Satuan Kapal Penyapu Ranjau) TNI AL pada bulan Maret 1988. Sedangkan Kondor Class dibangun oleh galangan VEB Peenewerft, Wolgast di Jerman Timur pada tahun 1971. Ada sembilan unit Kondor Class yang dibeli second pada periode tahun 1992 – 1993. Karena kesulitan suku cadang dan usia yang sudah tua, beberapa Kondor Class dialihfungsikan sebagai kapal patroli. Untuk KRI Pulau Rangsang 727 telah mengalami repowering pada tahun 2012.
KRI-727-Pulau-Rangsang
KRI Pulau Rangsang 727
Operasi buru ranjau atau juga disebut TPR (Tindak Perlawanan Ranjau) dilaksanakan setiap tahun oleh 21 negara yang tergabung dalam Western Pacific Naval Symposium (WPNS). Adapun Latihan Multilateral ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan kerjasama dalam TPR oleh unsur-unsur Mine Hunter (MH) dan Mine Sweeper (MS). Tahun sebelumnya, WP MCMEX 2014 diadakan di Qingdao, China dihadiri seluruh Kepala Staf Angkatan Laut negara peserta WPNS, saat itu LPD (Landing Platform Dock) KRI Banjarmasin-592 turut terlibat menjadi duta Indonesia dalam latihan tersebut.
Selain Indonesia dan Singapura, negara- negara yang ikut mengirimkan kapal buru ranjau di WP MCMEX 2015 yakni Australia, Bangladesh, Brunei Darussalam, Canada, Chile, Jepang, Malaysia, New Zealand, Peru, Philippines, Republic of Korea, Thailand, Amerika Serikat, dan Vietnam. Sebagai tuan rumah, AL Singapura saat ini mengoperasikan empat unit kapal penyapu ranjau Bedok Class. Sementara AL Malaysia juga mengoperasikan empat unit kapal penyapu ranjau Mahamiru Class. (Gilang Perdana)

Boeing Akhirnya Berikan Offset Untuk Pengadaan Empat Unit CH-47 Chinook

Boeing-CH-47-Chinook-Wallpa
Tarik ulur pemberian ToT (transfer of technology) dalam proses pembelian alutsista umumnya terkait dengan beberapa prinsip, mulai dari urusan politik dan pastinya nilai total pembelian tersebut. Ada yang menarik dari rencana pengadaan helikopter angkut berat CH-47 Chinook buatan Boeing. Pasalnya Indonesia hanya membeli empat unit dan tetap mensyaratkan ToT dalam skema offset.
Seperti mengutip pernyataan dari mantan Panglima TNI Jenderal Moeldoko di Janes.com (15/6/2015), disebutkan pengadaan CH-47 Chinook akan menggunakan anggaran tahun 2016, dengan anggaran pengadaan per unit helikopter mencapai US$30 juta. Lewat beberapa kali pembahasan dan negosiasi antara pihak Boeing dan Kemenhan RI, akhirnya pada Selasa lalu (25/8/2015), Regional Director South East Asia Boeing, Young Tae Pak menyampaikan kepada Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu bahwa Boeing siap memberikan dan memenuhi persyaratan skema offset yang diinginkan Indonesia.
f882d6de744ac1c0225038eaf70
Defence offset dalam teorinya dibagi menjadi dua pilihan, yakni direct offset dan indirect offset. Direct offset yaitu kompensasi yang langsung berhubungan dengan traksaksi pembelian. Indirect offset sering juga disebut offset komersial bentuknya biasanya buyback, bantuan pemasaran/pembelian alutsista yang sudah diproduksi oleh negara berkembang tersebut, produksi lisensi, transfer teknologi, sampai pertukaran offset bahkan imbal beli.
Mengutip sumber dari Kemhan.go.id (27/8/2015), sebagai tindak lanjut, pihak Regional Boeing Asia Tenggara telah mengirimkan tim ke PT Dirgantara Indonesia untuk pembicaraan teknis lebih lanjut. Sebagaimana diketahui, Kemhan berencana membeli empat Helikopter Chinook untuk memperkuat Alutsista di jajaran TNI AD. Pembelian ini disesuaikan dengan ancaman nyata yang dihadapi Indonesia, terutama masalah penanganan bencana alam.
Selain Indonesia, di Asia Tenggara Chinook sudah lama dimiliki Singapura. Negeri Jiran ini merangkum armada CH-47 Chinook di dalam Skadron 127. AU Singapura tercatat punya enam unit CH-47D dan dua belas unit CH-47SD Chinook. Selain itu, AD Thailand juga ikut menggunakan CH-47 Chinook. Saat berkecamuknya Perang Vietnam, Chinook juga menjadi etalease kelengakapan udara di pihak Vietnam Selatan.
Meski Chinook yang dibeli Indonesia jumlahnya minim, namun secara keseluruhan kontrak Boeing untuk pengadaan alutsista TNI cukup menggiurkan. Selain memasok empat unit CH-47 Chinook, Boeing juga telah mendapat kontrak pengadaan delapan unit helikopter serbu AH-64 Apache dengan nilai sekitar US$295 juta.
Helikopter Chinook merupakan salah satu jenis helikopter yang memiliki keunggulan multifungsi. Selain dapat mengangkut personil militer dalam jumlah banyak, helikopter ini juga mampu mengangkut logistik dalam jumlah banyak. Selain itu, helikopter ini didesain untuk bisa mengangkut (sling) pesawat tempur, kapal tempur, kendaraan tempur (Ranpur), hingga tank tempur kelas ringan. Tidak hanya itu, dengan kemampuan daya angkut yang besar, helikopter ini banyak diturunkan untuk mendukung kebutuhan nasional, seperti evakuasi bencana alam dan kegiatan Search and Rescue. (Tyas)

Elang Recon Vehicle 4×4: Rantis Intai Merek Dalam Negeri Citarasa Perancis

sam0261saa
Bila PT DI (Dirgantara Indonesia) menjadikan Airbus sebagai mitra strategis bagi pengembangan produk pesawat dan helikopter. Maka PT Pindad juga punya mitra strategis untuk bisnisnya, yakni dengan Renault Trucks Defense, sebagai penyuplai berbagai perangkat keras dan dukungan alih teknologi bagi rantis 4×4 dan panser Anoa 6×6. Meski panser Anoa adalah produksi dalam negeri, namun elemen powerpacks yang terdiri dari mesin, transmisi, sistem pendingin, dan drop box masih mencomot teknologi VAB 320 dari Renault.
Elang Recon Vehicle
Elang Recon Vehicle
Renault Sherpa Light Scout
Renault Sherpa Light Scout
Serupa dan nyaris sama, hanya beda pada logo merek.
Sherpa Scout, serupa dan nyaris sama dengan Elang, hanya beda pada logo merek.
Dapat dipasangi senapan mesin dengan RCWS.
Dapat dipasangi senapan mesin dengan RCWS.
Sherpa pernah ditampilkan dalam ajang Indo Defence 2008
Sherpa pernah ditampilkan dalam ajang Indo Defence 2008
Dalam skema ToT (transfer of technology), selain penggarapan Anoa, Renault Trucks juga berpartisipasi dalam pengembangan rantis 4×4 yang dipoduksi Pindad, yaitu Komodo Intai 4×4 yang dibangun menggunakan rolling chassis Renault Sherpa. Kemudian ada lagi Elang Recon Vehicle 4×4. Kedua rantis lapis baja ini sama-sama digunakan pada Yonif Mekanis TNI AD, Komodo Intai 4×4 saat ini melengkapi Yonif Mekanis 203/AK, maka Elang Recon juga sudah dioperasikan oleh Yonif Mekanis 201 dan 202.
Beda antara Komodo dan Elang pun nyatanya tak jauh, bila Komodo mengusung rancangan bodi asli dari Pindad, sementara Elang asli mengambil dari desain Sherpa Light Scout 4×4 yang dirakit oleh PT Pindad. Sherpa Light juga bukan nama yang asing bagi turunan rantis TNI AD, tercatat Sherpa Light dalam varian Station Wagon digunakan oleh Arhanud TNI AD sebagai platform peluncur rudal Mistral. Secara teknis, tak ada perbedaan signifikan antara varian Sherpa Light Scout dan Light Station Wagon, hanya saja pada varian Scout pada bagian belakang mengusung model hard top cargo. Payload untuk cargo sanggup dimuati kapasitas hingga satu ton.
Sherpa-Scout-mer4_productSlmy5stqab
Sherpa_Kompas
Untuk kapasitas penumpang, berikut juru mudi, adalah 5 orang. Keluarga Sherpa Light juga dirancang full mobility untuk diangkut menggunakan pesawat angkut berat sekelas C-130 Hercules dan Airbus A400M Atlas. Rantis ini dibangun dengan bodi monokok, serta punya berat kosong 9 ton dan berat tempur 10 ton. Untuk dapur pacu, Sherpa Scout disokong mesin diesel 4 silinder 215 HP Turbo Charger dengan pendingin air. Bicara transmisi, menganut model automatic 6 forward/1 reverse. Punya kapasitas bahan bakarnya mencapai 190 liter yang dapat menjelajah hingga maksimum 850 km. Mengenai kecepatan, Elang bisa dikebut hingga 90 km per jam, sementara Sherpa Scout dalam websitenya disebut mampu melaju sampai 110 km per jam.
Untuk perlindungan, sekujur bodi Elang dapat menahan terjangan proyektil 7,62 mm (STANAG III). Bahkan lapisan baja dapat diperkuat dengan sistem add on keramik lapis baja. Sementara untuk lapisan kaca, punya ketebalan 38 mm, dibuat standar dengan mampu menahan proyektil 7,62 mm.
Sebagai kelengkapan standar, Komodo Intai dilengkapi winch dengan kemampuan tarik sampai 6 ton. Lainnya ada pioneer set, alat pemadam kebakaran, penyejuk udara, tookit , sampai jaring kamuflase. Sebagai fitur tambahan, ada perangkat komunikasi AM, FM Radio dan Intercom Set; 2x12V-100 Amp baterai) , GPS, dan NVG. Untuk persenjataan, bila pilihannya senapan mesin GPMG kaliber 7,62 mm, maka dapat disokong teknologi RCWS (Remote Control Weapon System). (Gilang Perdana)

Spesifikasi Elang Recon Vehicle 4×4:
– Konfigurasi: 4×4
– Dimensi: 5,5 x 2,25 x 2,5 meter
– Wheelbase: 3.450 mm
– Berat kosong: 9.500 kg
– Berat penuh: 10.000 kg
– Ground clearance: 330 mm
– Mesin: Diesel Sherpa MD-5 Euro 3 dengan empat silinder Turbo Charge Inter Cooler
– Transmisi: Allison S2500 automatic – 5 forward/1 reserve
– Pendingin mesin: Hydraulic Drive Cooling Fan
– Jenis ban: Runflat R 22.5
– Brake system: Hyrdopneumatic Control Disk Brake
– Kecepatan maks: 90 km per jam
– Radius putar: 10 meter
– Kapasitas bahan bakar: 190 liter
– Jarak jelajah maks: 850 km

Kamis, 27 Agustus 2015

Ajaib, Terkena Granat Bung Karno Cuma Lecet

Ajaib, Terkena Granat Bung Karno Cuma Lecet
Bung Karno menaiki mobil kepresidenan (VIVA.co.id / Dody Handoko)
Siapa yang tidak tahu kejadian besar pada 1957 tepatnya di kawasan Cikini, Jakarta Pusat? Di sana, nyawa Presiden Sukarno nyaris hilang sia-sia akibat ledakan granat.

Dalam sebuah buku Soekarno, Bapakku, Kawanku, Guruku, Guntur, anak Bung Karno begitu sapaan Soekarno, berkisah.
Yayasan Perguruan Cikini tempat di mana Guntur bersekolah mengadakan perayaan hari ulang tahunnya, orangtua murid diundang untuk menghadirinya, termasuk bapaknya, Bung Karno.

“Pak, Bapak jadi datang ke bazar di sekolahku enggak?”

“Yo ... Insya Allah. Apa acaranya di sana ... Kau punya lukisan dipamerkan ndak?”

Waktu pergi ke bazaar, Bung karno mengendarai mobil kepresidenan Chrysler Crown Imperial, Indonesia 1, hadiah dari Raja Saudi Arabia lbnu Saud, dengan iringan konvoi kepresidenan yang terdiri dari sepeda motor polisi lalu lintas, jeep pengawal dari Corps Polisi Militer, jeep pengawal dari Detasemen Kawal Pribadi Presiden dan mobil-mobil rombongan lainnya.

Bung Karno langsung melihat-lihat stand di bazar. Guntur yang kurang tertarik pada urusan pamer memamer  langsung ngacir mencari stand-stand yang berisi permainan ketangkasan. Kak Ngatijo yaitu kakak pengawal yang bertugas mengawal Guntur saat itu, benar-benar kewalahan dalam mendampingnya.

Dari atas ia melihat rombongan Bung Karno yang sedang bersiap-siap untuk pulang. Ketika ia sedang menghirup sebotol limun terdengar derum suara motor dari pengawal. Tak lama kemudian tiba-tiba kudengar ledakan yang cukup dahsyat.  Bledeeeerrrr!

Sekilas ia berpikir, ini tentunya suara knalpot motor dari kakak-kakak polisi. maklum waktu itu motor-motor yang digunakan adalah Harley Davidson model ”tuek”! Tetapi beberapa detik kemudian ... Bledeeerr! ... Bledeeerrl Terdengar 3-4 kali ledakan lagi.

Kemudian suasana benar-benar jadi panik dan semrawut sungsang-sumbel. Setelah Guntur dapat menguasai lagi rasa takutku dan emosi, cepat-cepat ia melompat masuk di antara sela-sela tumpukan peti botol limun di kolong meja.

“Kak ... saya di sini!”

“Aduuuh! Kakak cari ke mana-mana jebulnya di sini. Ayo Mas, cepat pulang! Cepat pulang.”

“Bapak di mana Kak?”

“Belum tahu juga Mas! Tugas Kakak menyelamatkan Mas dulu ke rumah.”

Ia ”diseret” secepat kilat ke mobilnya B-5353.

“Ya Allah ...Hayo buruan masuk mobil, kita berangkat dah!”

“Eh Pak Ro’i enggak apa-apa?”

“Alhamdulilah Mas! Gatotkoco mah enggak mempan pelor.  Mas lebih baik tiduran saja di belakang, tiarap saja dah, nggak usah lihat jalanan. Biar pak Ro’i geber ini mobil, biar larinya kayak setaaann!”

Sesampainya di istana, begitu turun dari mobil, ia cepat ngibrit ke kamar bapaknya. Ternyata Bung Karno tidak ada di situ. “Jangan-jangan Bapak tewas kena granat dan aku sekarang jadi anak yatim," kata Guntur.
Tiba-tiba dari kejauhan seseorang berteriak ”Saiinnn ... Saiinnn ... kadieu (ke mari)”

“Lho itu kan suara Bapak!”

Secepat kilat ia kabur ke kamar Bung Karno. “Bapak enggak apa-apa?”

“Alhumdulillah. Tuhan masih melindungi Bapak. Syukur, Adis gimana? Apa Bapak kena?”

“Ini apa (sambil menunjuk lukanya di lengan). Tapi bukan kena granat, tapi kawat duri. hahaha.... Waktu nerobos pager rumah di depan sekolahmu, aku kecantol kawat durinya. Bapak disembunyikan oleh Kak Dijo dan Oding. Mereka melindungi bapak dengan badannya. Oding ternyata kena granat di pahanya. Bapak kembali ke Istana dengan naik mobil lain, karena ternyata Chrysler yang dari Pak Ibnu Saud kena granat dan mogok.”

“Bapak takut enggak?”

“Bapak pasrah terserah kehendak Tuhan. Kasihan mereka-mereka yang tak berdosa ikut jadi korban. Sudahlah, hayo Tok, Bapak musti siap-siap untuk pers conference. Kapan-kapan kau tengok Kak Ngatijono, sampaikan terima kasih dari Bapak.”

Viva.

Di Tengah Hutan, Kostrad Ajari Tentara AS Kuliti & Minum Darah Kobra

Tentara AS minum darah ular. ©2015 Handout/Penskostrad
Tentara AS minum darah ular. ©2015 Handout/Penskostrad

Setelah menjalani latihan perang kota, prajurit Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) dan tentara AS berlatih cara hidup di tengah hutan atau jungle survival. Seluruh latihan ini dilaksanakan di Daerah Latihan Kostrad, Gunung Cakra, Sukabumi. Dalam siaran pers yang diterima merdeka.com, Kamis (27/8), latihan ini dipimpin Danyonif Linud-328 Kostrad Letkol Inf Ade Rony Wijaya, sedangkan prajurit Angkatan Darat Amerika Serikat dipimpin Ltc Hackenberry.
Selain belajar untuk bertahan hidup di dalam hutan, para prajurit Amerika Serikat yang tergabung dalam US Army Pacific (Usarpac) ini juga diajari cara menjinakkan hewan liar, termasuk ular. Tak hanya itu, mereka juga diminta menguliti dan meminum darah kobra.
Tanpa segan, mereka langsung mendekati pelatih dari Kostrad dan menjulurkan lidahnya. Darah segar langsung dikeluarkan dan diteteskan ke mulut masing-masing prajurit.
Selain itu, mereka juga dibekali beberapa pengetahuan dan wawasan terkait cara bertahan hidup di dalam hutan dengan memanfaatkan sumber makanan di alam sekitarnya baik dari daun-daunan, buah-buahan, binatang yang bisa dikonsumsi baik cara dimasak atau langsung dimakan. Serta cara mengatasi tantangan alam, seperti rasa sakit, ketakutan, kedinginan, kebosanan, kesunyian, kehausan, dan kelaparan.

(Merdeka)

Panglima TNI: Kita Tak Akan Krisis Jika Manfaatkan Sektor Agraris

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo bertandang ke Gedung DPR RI untuk memenuhi undangan sebagai pembicara dalam Seminar Kebangsaan ‘Refleksi 70 Tahun Indonesia Merdeka’ yang digelar oleh Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Dalam seminar tersebut, mantan Kasad ini menyebut Indonesia tidak akan pernah mengalami krisis apabila pemerintah dan masyarakatnya mampu memanfaatkan sektor agraris dengan baik. Diketahui saat ini Indonesia terancam krisis ekonomi karena dampak dari krisis global.
“Negara kita ini memiliki daratan dan lautan. Kalau kita bisa memanfaatkan daratan menjadi sektor agraris, saya yakin negara ini tidak akan krisis,” kata Gatot di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (26/8).
Dia pun menceritakan pengalamannya selama tinggal di Papua pada tahun 1998. Menurutnya, basis agraris yang kuat di Papua membuat orang-orang di sana tidak pernah mengalami krisis. Karena itu, kata dia, disaat orang di Jakarta mengalami krisis pada tahun tersebut, di Papua malah aman-aman saja.
“Pada tahun 1998, saat terjadi krisis saya di Papua. Di Jakarta terjadi krisis, kami di sana aman-aman saja, karena bertumpu pada agraris,” katanya.
Namun, untuk mewujudkan hal tersebut, kata dia, cukup sulit karena masih ada kebijakan yang memuluskan impor dibidang pertanian seperti sapi dan beras. Menurutnya, kebijakan tersebut tidak akan bisa membangun perekonomian bangsa, karena usaha yang dihasilkan dari dunia agraris dalam negeri tidak bisa bersaing dengan barang impor.
“Tapi ini memang hal yang berat, karena disaat yang lain ingin membangun ekonomi dari sektor agraris, tapi malah yang lain seenaknya saja bicara impor beras, impor sapi, dan seterusnya,” tandasnya.(Merdeka)

Rabu, 26 Agustus 2015

Menangkal Penjajahan Siber Indonesia

Menangkal Penjajahan Siber Indonesia
Ilustrasi siber (iStock)
Badan Cyber Nasional (BCN) memang cukup menyita perhatian besar dari masyarakat Indonesia. Meski secara resmi badan ini belum lahir, BCN sudah menimbulkan pro-kontra di kalangan masyarakat.

Pro-kontra sudah muncul saat pemerintah, melalui Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenkopolhukam) akhir tahun lalu, pertama kali mewacanakan badan ini ke publik. Kontroversi awal yang mengemuka terkait BCN ini adalah perlu dan tidaknya BCN.

Namun, setelah beberapa bulan bergulir, tampaknya pemerintah, dengan koordinator Kemenpolhukam sudah bulat ingin segera melahirkan BCN. Pertimbangannya jelas, melindungi aset penting Indonesia dari potensi serangan siber. Bila tak segera disikapi, serangan siber sangat berpotensi merugikan perekonomian di Indonesia.

Belakangan, isu yang membetot perhatian publik seputar BCN, yaitu adanya kabar keterlibatan badan intelijen asing dalam pembentukan BCN. Kabar yang merebak, Kemenkopolhukam akan meminta bantuan Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA).
Sontak hal ini membuat semua kalangan bereaksi. Alasannya jelas, unsur asing sangat ditakuti bisa merugikan pertahanan Indonesia.


Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi, menilai, pemerintah tak perlu melibatkan pihak asing dalam pembentukan BCN. Menurut dia, Indonesia sudah mampu berdiri secara mandiri, terlebih dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni.

Heru mengatakan, masalah yang dihadapi oleh Indonesia itu bagaimana caranya mengamankan data dalam negeri dari serangan luar yang berusaha untuk mencuri data-data Indonesia.

"Memang, ini yang belum ada di Indonesia. Seperti waktu itu kita perang cyber dengan negara (lain), kan pemerintah nggak berdaya, malah anak-anak muda yang berjibaku hingga malam dan pagi hari meruntuhkan situs-situs penting," ujarnya kepada VIVA.co.id, Selasa 25 Agustus 2015.

Terlebih lagi, kata dia, saat ini Indonesia tak memiliki tentara siber. Untuk itu, fokus BCN, menurut dia, adalah mempertahankan dari serangan siber luar negeri, bukan diperuntukkan lainnya. Apalagi, bekerja sama dengan negara asing, sebab ujungnya akan terjadi penyadapan.

"Karena, ujungnya kita yang disadap, digali informasinya dengan teknologi seperti big data yang sedang ramai," kata Heru.

Kabar pelibatan badan intelijen asing itu juga menimbulkan reaksi dari Senayan. Komisi I DPR, yang membidangi pertahanan, luar negeri, komunikasi dan informatika serta intelijen, turut gusar dengan kabar tersebut.

Anggota Komisi I, Sukamta, mengatakan, komisinya segera menjadwalkan pemanggilan Menkopolhukam dan Panglima TNI, guna mengonfirmasi kabar campur tangan intelijen asing tersebut.

"Saya juga mendapat info di media sosial seperti itu bahwa pembentukan Badan Cyber Nasional ini akan dilakukan melalui kerja sama dengan Amerika Serikat. Badan ini nanti kewenangannya juga bisa masuk ke wilayah privasi warga negara seperti yang dilakukan National Security Agency (NSA) di Amerika Serikat," ujar Sukamta, dalam keterangnnya kepada VIVA.co.id, Selasa 25 Agustus 2015.

Anggota DPR dari daerah pemilihan DI Yogyakarta itu mengatakan, Komisi I juga akan menanyakan apakah nantinya BCN akan bekerja sama dengan NSA dalam memantau percakapan privasi masyarakat.

Hal tersebut, menurut dia, perlu dipertegas. Sebab beberapa waktu lalu perusahaan BUMN telekomunikasi, Telkom, telah menjalin kerja sama e-goverment dengan perusahaan telekomunikasi asing, Singtel Singapura. Kerja sama itu dikhawatirkan akan menyedot data pemerintahan.

Sukamta mengatakan, alasan lebih jauh untuk menghindari campur tangan negara asing dalam BCN yaitu potensi penjajahan siber. Kekhawatiran ini, menurut dia, sangat logis melihat kekuatan siber antara Indonesia dan Amerika Serikat sangat jomplang.

"Kemampuan siber kita dengan Amerika jelas tidak seimbang. Kan malah repot kalau seperti itu (penjajahan siber) nantinya," kata Sukamta.

Terkait infrastruktur telekomunikasi, internet sampai satelit yang dikuasai asing, bagi Sukamta, bukan menjadi halangan Indonesia untuk berdaulat dalam pengelolaan siber nasional. Sebab, menurut dia, kemampuan SDM Indonesia secara teknis sudah mumpuni untuk mengelola siber nasional.

Bantahan pemerintah


Terkait hal ini, Menkopolhukam Luhut B Panjaitan membantah dengan tegas rencana pemerintah akan bekerja sama dengan Amerika Serikat dalam pembentukan BCN dan membuat sistem keamanan siber. Luhut justru mengatakan sistem keamanan siber bertujuan untuk memperkuat kedaulatan bangsa.

“Sistem cyber yang akan dibentuk bukan malah untuk memata-matai warga negara sendiri,” kata Luhut dikutip dari situs Kepala Staf Presiden, ksp.go.id. Luhut pun saat ini tercatat masih menjabat kepala Kantor Staf Kepresidenan.
Luhut mengakui, untuk membentuk sistem dan BCN tersebut memang tidak bisa hanya Kemenpolhukam. Kementeriannya perlu menggandeng berbagai lembaga informasi pemerintah, semisal, Lembaga Sandi Negara, deputi siber di berbagai kementerian lembaga, serta Kementerian Komunikasi dan Informatika maupun pakar IT.


Tekad itu sekaligus menampik isu yang beredar bahwa Indonesia bekerja sama dengan Amerika Serikat untuk membuat sistem keamanan siber. Masyarakat sudah telanjur diresahkan dengan kabar Kantor Staf Presiden akan menggandeng CIA, dalam mengawasi arus komunikasi warga lewat sistem Big Data.
Sistem itu dirumorkan bakal mampu menyedot pembicaraan pribadi di aplikasi WhatsApp, BlackBerrry Messenger, dan program jejaring sosial lain.


“Justru, pembangunan cyber security nasional ini dimaksudkan untuk menangkis serangan, khususnya dari luar yang bisa memperlemah bangsa,” kata Luhut.

Masyarakat, kata Luhut, tak perlu khawatir jika melalui sistem big data, akan dipakai untuk memantau percakapan masyarakat dalam aplikasi sosial. Sebab, big data merupakan istilah umum untuk himpunan data dalam jumlah besar, rumit, dan tak terstruktur. Untuk itu, sulit ditangani kalau hanya menggunakan manajemen basis data.

“Jadi, tidak nyambung dengan isu sedot data,” kata Luhut.

Bantahan yang sama juga diungkapkan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara. Menurut dia, memang banyak yang dilibatkan untuk membentuk sistem siber ini.

"Bukan cuma pemerintah, tapi multistakeholder lokal, termasuk di dalamnya Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (Pandi). Tidak ada kerja sama dengan CIA," kata dia usai acara Cyber Security Summit (ICSS) 2015 dan Indonesia Chief Information (id.CIO) Forum, Senin 24 Agustus 2015 di Jakarta.
 

Jangan ada cek kosong

Meski ditegaskan tak akan melibatkan asing dalam pembentukan BCN dan sistem keamanan siber Indonesia, tak lantas menjamin absennya penyadapan asing.

Pengamat dari Indotelko Forum, Doni Darwin, mengatakan, jika campur tangan itu bisa saja ditiadakan. Namun, tetap tidak bisa mencegah kemungkinan adanya penyadapan pihak asing terhadap data siber di Indonesia.

"Permasalahan penggunaan teknologi asing seharusnya bisa ditolak oleh pemerintah. Tapi, ya, kemungkinan disadap pasti ada lah," kata Doni kepada VIVA.co.id, Selasa, 25 Agustus 2015.

Lebih lanjut, Doni meminta masyarakat lebih kritis melihat sejauh mana BCN bisa menjamin keamanan dan perlindungan data warga Indonesia.

Ia mengatakan, masyarakat juga perlu fokus untuk melihat apakah nantinya BCN akan mewujud seperti NSA dan dipakai untuk menyadap warga Indonesia.

"Ini yang harus dikritisi," kata dia.

Dia meyakini jika permasalahan di arsitektur teknologi informasi terletak tidak hanya pada teknologi, namun pada sumber daya manusia. Disebutkannya, SDM atau operator IT sangat berbahaya bagi keamanan siber.

Dia mencontohkan ulah pembocor dokumen rahasia pemerintah AS, Edward Snowden. Pria yang kini berlindung di Rusia itu telah membuat AS meradang, karena membocorkan rahasia NSA kepada publik.

"Jadi, masalahnya, harus diatur wewenang Badan Cyber Nasional. Jangan dikasih cek kosong. Lindungi juga keamanan data pribadi warga lewat pengesahan RUU Perlindungan Data Pribadi, minimal dalam bentuk peraturan menteri," kata dia.

Peraturan perlindungan data pribadi itu, kata dia, bisa menjadi payung hukum bagi warga agar tidak menjadi bulan-bulanan Badan Cyber Nasional yang nantinya bisa melakukan penyadapan dengan seenaknya.


Viva.