“TRUE STORY”
Secuil Kisah-kisah Awak “Hiu Kencana” yang tidak terpublikasikan Jilid 3
Secuil Kisah-kisah Awak “Hiu Kencana” yang tidak terpublikasikan Jilid 3
Seperti kata pepatah “tidak kenal maka tidak sayang”, setelah jilid 1 dan jilid 2
saya menceritakan beberapa kisah-kisah yang pernah terjadi dan dialami
oleh awak “Hiu Kencana” kita, kok ya kurang pas rasanya kalau saya tidak
membeberkan kemampuan KS Whiskey Class arsenal andalan TNI AL saat itu.
Nah dikarenakan juga ada beberapa permintaan dari Warjagers yang
meminta ulasan kemampuan dari KS Whiskey Class ini, maka dijilid 3 ini
saya khususkan mengulas sedikit tentang kemampuan KS ini yang di kita
sudah sangat melegenda. Oke ?
Kapal Selam Whiskey class.
Kapal selam tipe Whiskey class yang dibuat di Soviet pada sekitar tahun 1950-an, konon kabarnya adalah suatu KS yang didesain berdasarkan desain KS Jerman “tipe XXI” dari masa Perang Dunia ke Dua. Kapal ini memiliki bobot di atas air sebesar 1.100 ton sedangkan displacement (Wasserverdrangung/ volume pemindahan air) nya pada saat menyelam menjadi sebesar 1.300 ton. Panjang 75 meter, lebar 7,5 meter, tinggi dari lunas sampai ke garis air 4,3 meter.
Kapal selam tipe Whiskey class yang dibuat di Soviet pada sekitar tahun 1950-an, konon kabarnya adalah suatu KS yang didesain berdasarkan desain KS Jerman “tipe XXI” dari masa Perang Dunia ke Dua. Kapal ini memiliki bobot di atas air sebesar 1.100 ton sedangkan displacement (Wasserverdrangung/ volume pemindahan air) nya pada saat menyelam menjadi sebesar 1.300 ton. Panjang 75 meter, lebar 7,5 meter, tinggi dari lunas sampai ke garis air 4,3 meter.
Sistem pendorongannya alias propulsinya menggunakan tiga macam mesin
pendorong, jenis pertama dua buah Diesel tipe 37D masing-masing dengan
daya sebesar 4000 PK untuk pendorongan di atas air serta pengisian
baterai yang mampu mendorongnya untuk mencapai kecepatan sekitar 14 knot
di atas air.
Selain itu ada dua buah motor listrik pokok tipe PG 101 yang juga
dapat berfungsi sebagai generator pengisian baterai yang masing-masing
berkekuatan 5000 PK yang akan memberikan kecepatan setinggi 15 knot saat
menyelam.
Di samping itu juga masih ada motor listrik ekonomis tipe PG 103 yang
dipergunakan untuk “leisefahrt” alias menyelam di bawah air dengan
kecepatan amat rendah, 2 knot, yang noiseless, hampir tidak menimbulkan
suara, di mana strategi ini dilakukan saat kita dikejar-kejar kapal atas
air lawan. Dengan menggunakan motor ekonomis ini kapal bisa bertahan
hampir 200 jam di bawah air. Sistem pendorongannya menggunakan sistem
Mechanical transfer of power alias tenaga yang dihasilkan mesin
diteruskan kebaling-baling dengan poros fisik melalui beberapa kopling
angin.
Pada saat berlayar di atas air, dan pada saat berlayar dengan Rezim
DBA/RDP KS dapat melakukan beberapa macam rezim pendorongan. Antara lain
KS dapat berlayar dengan dua diesel terhubung ke poros dan dua-duanya
memutar generator untuk pengisisan baterai. Rezim ini disebut rezim
diesel. Atau pilihan lainnya KS dapat berlayar dengan satu diesel
terhubung ke poros baling-baling sambil memutar generator sedangkan pada
sisi poros yang lain arus listrik yang diperoleh dari diesel/ generator
tersebut dipergunakan untuk memutar motor guna menggerakkan baling
baling. Rezim ini disebut rezim pendorongan campuran, atau rezim diesel
generator. Rezim ini dilakukan bila baterai sudah penuh atau disebut
juga rezim buffer, karena dalam hal ini kita membiarkan baterai floating
dan beban arus listrik disangga langsung oleh diesel.
(Catatan buat Warjagers: rezim semacam ini hanya akan terdapat
pada KS konvensional yang masih menggunakan sistem “mechanical transfer
of power”, dalam artian baling-baling digerakkan oleh diesel prime mover
secara langsung melalui kopeling penghubung. Pada KS Diesel elektrik
yang lebih modern sistem ini disempurnakan dengan “electrical transfer
of power”, di mana diesel tidak terhubung langsung ke baling-baling
tetapi harus memutar generator untuk menghasilkan arus listrik, arus
listrik yang dihasilkan disimpan kedalam baterai, lalu baru dipergunakan
untuk memutar motor listrik yang akan memutar baling-baling).
Pada saat menyelam KS akan menggunakan motor listrik PG 101 nya untuk
melaksanakan pendorongan, dengan sumber tenaganya berupa lead cell
baterai CY 47 sebanyak 440 sel yang ditata dalam dua ruang baterai,
yaitu ruang baterai grup I dan grup II. Masing-masing grup baterai
memiliki tegangan sekitar 180 volt (saat batere kosong) sampai 240 volt
DC (saat baterai penuh) dan tenaga sebesar sekitar 12.000 AH. Kedua grup
batere ini dapat dihubungkan secara seri melalui kontak-kontak dalam
stasiun penjalan motor pokok, sehingga tegangan yang akan masuk ke motor
listrik pokok akan naik menjadi 480 volt DC.
Untuk dapat berlayar dan melasanakan tugas tempurnya dengan baik,
kapal ini diperlengkapi dengan berbagai peralatan navigasi dan
elektronika yang saat itu sudah cukup canggih. Guna mengintai lawannya
sambil menyelam KS menggunakan dua buah periskop, satu periskop navigasi
yang berfungsi sesuai namanya dan satu lagi periskop serang yang
terutama dipergunakan saat melaksanakan serangan torpedo terhadap kapal
lawan. Untuk mengetahui posisinya dengan tepat kapal ini menggunakan
Giro kompas KURS 3 yang setara dengan Anschutz (Standard) 3 buatan
Jerman. (Sebagai catatan, Giro Kompas yang terpasang di KS tipe
U-209 kita saat pertama kali tiba adalah Giro kompas Anschutz Standard 4
sebagai giro utama, dan Standard 6 sebagai giro dublir).
Sebagai layaknya kapal perang maka KS Whiskey class ini juga merasa
perlu untuk menyandang beberapa senjata penghancur. Senjata sampingannya
berupa meriam otomatis laras ganda kaliber 20 mm yang dipasang dikubah
depan anjungan. (Hanya pada klas Nagarangsang 404 ). Senjata utamanya
berupa torpedo dengan kaliber sebesar 21,5 inch (53 cm) dengan berat
sekitar dua ton dan mampu meluncur dengan kecepatan sekitar 40 knot/jam
atau sekitar 60 km/jam, dengan muatan peledaknya yang beratnya sekitar
400 kg high explosive. Torpedo yang disandangnya ada beberapa jenis,
pada empat peluncur torpedo yang berada di haluan jenis torpedonya
adalah torpedo steam gas ET 80. Di geladak Ruang Satu atau dikenal juga
dengan Ruang Torpedo Depan terdapat lagi delapan torpedo cadangan. Pada
dua peluncur yang terletak di buritan, torpedonya biasanya berupa SA-ET
40, suatu versi torpedo kendali yang berkepala pelacak (homing head)
akustik. Penggunaan torpedo ini khususnya dilakukan pada saat kita
melaksanakan manuver penghindaran setelah selesai menembak sasaran dan
kebetulan lagi apes ketahuan musuh terus dikejar-kejar oleh kapal atas
air maupun bawah air musuh.
(Torpedo SA-ET 40 ini merupakan perkembangan lanjut dari jenis
torpedo Jerman tipe “LUT”, Lage Unabhangiger Torpedo, yaitu torpedo yang
dapat ditembakkan tanpa memperdulikan arah baringan lawan, karena
torpedo ini akan melacak sendiri kapal lawan yang harus
ditenggelamkannya dengan hanya “mendengarkan” suara baling-balingnya
saja)
Sebagaimana juga pada KS Jerman tipe XXI yang dijadikan patronnya, KS
Whiskey class ini sebenarnya juga memiliki senjata pengelabuan yang
setara dengan “Pillenwerfer”, suatu tabung logam yang permukaannya
dibuat sedemikian rupa sehingga memiliki “sonar signature” yang hampir
sama dengan KS ini sendiri yang dilontarkan melalui peluncur diruang
enam.
Pillenwerfer ini akan berfungsi memantulkan pancaran sonar lawan
sedemikian rupa sehingga kapal atas air yang mengejarnya akan terkecoh
dan memusatkan perhatiannya pada tabung logam ini, sedangkan KS nya
sendiri secara diam-diam menyelinap dengan menyelam cepat kekedalaman
yang lebih dalam lagi di mana akan ada layer negatif (maupun positif)
yang akan lebih melindungi kita dengan mengganggu propagasi sonar mereka
yang akan membantu kita meloloskan diri dari deteksi. Ini akan lebih
mempersulit lawan untuk mendeteksi KS kita.
(Pillenwerfer bekerja sesuai dengan prinsip kerja Irvin Replica
yang dimiliki Angkatan Laut Inggris, hanya kalau pada Replica, yang
dipantulkan oleh pelampung yang memiliki radar signature tinggi adalah
pancaran radar lawan, pada pillenwerfer yang dipantulkan adalah pancaran
sonar)
Di samping senjata aktifnya yang dipergunakan untuk menyerang KS tipe
Whiskey class ini juga memiliki senjata pasif yaitu senjata
pengelabuan/decoy berupa semacam patron penimbul busa yang biasanya
ditembakkan dari ruang enam (ruang motor listrik pokok) melalui
“peluncur ruang enam”. Bold adalah juga sejenis senjata pengelabuan tapi
berlainan jenis dengan Pillenwerfer, Bold ini bersifat pasif yaitu
merupakan cartridge Kalium Hidroksida yang dalam perkenaannya dengan air
laut akan membentuk suatu kelompok besar busa yang terdiri dari
gelembung gas hidrogen, yang kecuali dapat menyelimuti KS kita,
gelembungnya juga dapat menyerap pancaran sonar lawan, sehingga pancaran
sonar lawan akan seolah olah tidak kena sasaran dan tidak memantul
balik ke pesawat penerimanya.
(sekedar catatan : baik Bold maupun Pillenwerfer dipergunakan
oleh KS Jerman pada saat Perang Dunia ke II. Bold dipergunakan untuk
pertama kalinya pada bulan Juni tahun 1941 oleh Korvettenkapitan (Mayor)
Korth, Komandan U-93).
Saat ini pun sebenarnya Angkatan Laut Jerman masih menggunakan
peralatan ini tetapi tidak mau mengajarkannya kepada kita walau kita
udah membeli KS dari mereka. Yang mereka ajarkan kepada kita hanya cara
menggunakan peluncur yang biasa dipergunakan untuk menembakkan peralatan
decoy tersebut yang kita kenal dengan sebutan peluncur kesembilan
tetapi kita hanya pakai untuk menembakkan signal suar, sebagai peralatan
komunikasi bantu saat latihan (atau tanda bahaya / kedaruratan di bawah
air, meminta bantun kapal atas air partner dalam latihan dengan peluru
signal warna merah). Untung saja awak KS kita punya jiwa militan dan
kita bisa mempelajarinya sendiri.
Untuk menjamin kemampuan KS Whisley class dalam berkomunikasi
terdapat beberapa macam antena, yaitu satu antena WAN yang dapat tetap
dipergunakan juga walau kapal sedang menyelam pada kedalaman periskop,
sedangkan lainnya antena Stick yang hanya dapat dipergunakan untuk
transmisi pada saat kapal berada di atas air saja dan Antena Lier yang
membentang dari belakang anjungan keburitan kapal dan juga hanya dapat
dipergunakan saat kapal berada di atas air. Di samping itu masih
terdapat juga antenna Radio Direction Finder yang dikenal dengan nama
“Quad Loop”.
Antena Wan maupun antena stick kedua-duanya merupakan antena yang
dibutuhkan untuk memancarkan dan menerima signal gelombang radio
komunikasi, sebagaimana pada radio pemancar (Tx) dan penerima (RX) pada
umumnya. Hanya bedanya antena stick merupakan antena yang dipasang pada
geladak anjungan sehingga akan terendam air saat kapal menyelam sehingga
tidak dapat dipergunakan untuk mengirimkan ataupun menerima pancaran
gelombang radio. Antena Wan dipasang pada suatu tabung alat angkat yang
pada saat KS menyelam dapat dinaikkan sampai keatas permukaan air
sehingga tetap berada di udara sekitar setengah meter dan tetap kering,
karena itu akan tetap dapat dipergunakan untuk mengirim maupun menerima
signal gelombang radio, juga pada saat kapal menyelam pada kedalaman
periskop.
Radio pemancar dan penerima yang dipergunakannya adalah KW 1 yang
bertenaga 1 Kw dan UKW. Dengan KW 1 maka komunikasi antara Surabaya
sebagai basis KS ex Rusia di Indonesia dengan Wladiwostok sebagai home
base dari mana kapal kita berasal walaupun jaraknya ribuan mil
kedengarannya seperti kita berkomunikasi lewat telpon rumah biasa amat
jelas dan jernih hehehe…
Sedangkan Antena lier lain lagi, antena ini merupakan seutas kabel
yang direntangkan dari bagian belakang anjungan ke arah ekor kapal dan
juga dipergunakan untuk memancarkan dan menerima signal gelombang radio
yang menggunakan frekuensi umum. Antena Lier sebagaimana juga dengan
Antena Stick tidak dapat dipergunakan pada saat kapal menyelam karena
akan berada di bawah permukaan air.
Untuk mampu mendeteksi lawan secara aktif dengan menggunakan pancaran
gelombang elektro magnet di KS Whiskey Class terdapat peralatan radar
tipe FLAG, sedangkan dalam rangka peringatan dini akan adanya bahaya
pancaran radar lawan terdapat Radar Pasif ANKER (dikenal di lingkungan
NATO dengan codename “Snoop Plate”), atau bahkan Radar Jamming System
tipe NAKAD (yang dikenal dengan codename “Stop Light”). Terdapat pula
antenna Radio Direction Finder yang dikenal dengan nama “Quad Loop”.
Untuk bernavigasi di bawah air dimana pancaran gelombang
electromagnet tidak berdaya, masih terdapat peralatan akustik berupa
Sonar Aktif tipe FENIX dan Sonar Pasif tipe TAMIR L3. Prinsip kerja
sonar tepat sama dengan prinsip kerja radar, bedanya hanya terletak pada
medium yang dipancarkan. Kalau radar memancarkan gelombang elektro
magnetik maka sonar memancarkan gelombang akustik. Cara penentuan letak
sasaran dan jarak sasaran pun tepat sama seperti pada radar.
Sejarah Singkat Whiskey Class
Pada saat kita berusaha memebebaskan Irian Barat dari cengkeraman Belanda, hampir semua usaha sudah kita lakukan mulai dari kegiatan diplomatis sampai usaha fisik yaitu mempersiapkan perang untuk memerdekakan wilayah kita yang masih dalam penjajahan Belanda itu. Hal ini terpaksa dilakukan karena alih-alih Belanda tetap ngotot mempertahankan Irian Barat dengan menambah kekuatannya antara lain yang paling menonjol adalah dengan mengirimkan kekuatan Angkatan Lautnya yang terdiri dari beberapa detroyer, seperti Tjerk de Hydes dan puncaknya kapal induk Karel Dorman. (target yang paling diincar Pembom Strategis TU. 16 nya TNI AU sama KS Whiskey Class nya TNI AL).
Pada saat kita berusaha memebebaskan Irian Barat dari cengkeraman Belanda, hampir semua usaha sudah kita lakukan mulai dari kegiatan diplomatis sampai usaha fisik yaitu mempersiapkan perang untuk memerdekakan wilayah kita yang masih dalam penjajahan Belanda itu. Hal ini terpaksa dilakukan karena alih-alih Belanda tetap ngotot mempertahankan Irian Barat dengan menambah kekuatannya antara lain yang paling menonjol adalah dengan mengirimkan kekuatan Angkatan Lautnya yang terdiri dari beberapa detroyer, seperti Tjerk de Hydes dan puncaknya kapal induk Karel Dorman. (target yang paling diincar Pembom Strategis TU. 16 nya TNI AU sama KS Whiskey Class nya TNI AL).
Usaha usaha fisik yang kita lakukan antara lain adalah memperkuat
kesenjataan Angkatan Perang kita, baik Angkatan Udara, Angkatan Darat
dan tidak ketinggalan pula Angkatan Laut. Gambaran yang jelas dari
perkuatan Angkatan Laut kita saat itu adalah hadirnya kapal perang,
mulai dari River Gunboat (yang diberi nama Ular, seperti Ular Senduk,
Ular Sanca dan lainnya), Motor Torpedo Boat Jerman (yang diberi nama
nama binatang buas, kayak Macan Kumbang, Macan Tutul dan lainnya),
Raketni Kater / kapal cepat strategis berpeluru kendali P-51 klas Osa
(yang diberi nama keris sakti milik para tokoh pewayangan, seperti
Pulanggeni, Sarpawi sesa, Kelaplintah, Hardadedali dan lainnya.) dan
Motor Torpedo Boat Rusia (yang diberi nama Angin, seperti Angin Gending,
Angin Mamiri, Angin Bahorok dan lainnya) serta Fregat klas Riga dan
Destroyer klas Skoryy ( yang diberi nama dengan nama para Pahlawan kita,
seperti Sultan Iskandar Muda, Nuku,Kaki Ali, Siliwangi, Diponegoro dan
lainnya).
Disamping kekuatan atas air yang tersebut, Angkatan Laut kita juga
diperkuat dengan kekuatan yang “enggak kelihatan” alias kekuatan bawah
air yaitu berupa kekuatan kapal selam. KS Angkatan Laut kita saat itu
adalah dari tipe “Whiskey Class”, baik kapal dari jenis yang memiliki
senjata meriam laras ganda kaliber 20 mm, yang dipasang di kubah meriam
didepan anjungan (kapal bersenjata semacam ini dikenal dengan istilah
kelas Nagarangsang / 404) atau pengadaan KS tahap I dan II, dan juga
jenis kapal yang tidak memiliki senjata dianjungan (yang dikenal dengan
istilah kelas Bramastra / 412).
Pengadaan KS tahap III.
Nama nama yang dipersiapkan bagi KS ini, sesuai dengan kemampuannya
sebagai senjata yang bersifat strategis adalah nama senjata ampuh yang
dimiliki oleh para tokoh pewayangan, seperti KRI Cakra (401), KRI
Nanggala (402), datang dalam pengadaan tahap I datang Bulan September
tahun 1959.
Tahap II pada Bulan Desember 1961 datang lagi 4 KS Whiskey Class
yaitu : KRI Nagabanda (403), KRI Nagarangsang (404), KRI Trisula (405),
KRI Candrasa (406).
Tahap III pada Bulan Desember 1962 datang lagi 6 KS Whiskey Class
yaitu : KRI Alugoro (407), KRI Cundamani (408), KRI Wijayadanu (409),
KRI Pasopati (410), KRI Hendrajala (411) dan KRI Bramastra (412).
Hingga total ada dua belas Kapal Selam (KS) yang diterima oleh
Angkatan Laut kita pada masa masa itu yang membuat Angkatan Laut kita
menjadi Armada Kekuatan Bawah Air yang terbesar di Belahan Bumi Selatan.
Saat ini sayangnya hampir tidak ada satupun dari KS Whiskey Class di
atas yang masih secara fisik berada di lingkungan Angkatan Laut karena
usianya yang sudah sepuh. Bersambung…
“Wira Ananta Rudhiro”
“Jalesveva Jayamahe”
“Jalesveva Jayamahe”
“NKRI harga mati!”
by: Pocong Syereem