Minggu, 20 April 2014

Blunder Singapura Jilid Dua

Drama jurnalistik berjudul KRI Usman Harun terjadi sepanjang tiga hari menjelang Paskah 18 April 2014. Kali ini  lakon utamanya adalah sebuah saluran televisi Channel News Asia Singapura yang menghadirkan pria berbintang empat dan ganteng, orang nomor satu di jajaran militer Indonesia, Jenderal Moeldoko. Panglima militer RI itu tiba-tiba jadi bintang pemberitaan dan “divonis” lewat terjemahan bahasa Inggris yang tak sesuai, bahwa Indonesia meminta maaf atas penamaan KRI Usman Harun kepada Singapura.
Wawancara salah terjemahan yang ditayangkan tanggal 15 April 2014 itu lalu direspons oleh Menhan Singapura Ng Eng Hen dalam hitungan jam.  Dia bilang, Singapura menyambut baik permintaan maaf Indonesia dan bersedia memulai kembali kerjasama militer kedua negara. Sambutan positif Singapura itu adalah keterkecohan April Mop dan menjadi blunder lanjutan.  Respon cepat ini menunjukkan sikap ketergesaan Menhannya pada sebuah pemberitaan media setempat.
Rudal anti kapal Yakhont yang dimiliki TNI AL
Beberapa waktu lalu Menlu Singapura K. Shanmugam telah membuka front keangkuhan negaranya dan merasa keberatan dengan penamaan sebuah kapal perang pemukul Indonesia yang baru yaitu KRI Usman Harun.  Karena menurut mereka 2 orang KKO Indonesia itu dianggap teroris di negaranya, melakukan sabotase di Orchard 10 Maret 1965.  Indonesia telah memberikan penghargaan pahlawan langsung kepada keduanya manakala jenazahnya tiba di Jakarta tanggal 20 Oktober 1968. Dan PM Singapura waktu itu Lee Kuan Yew telah pula menziarahinya tahun 1973 sebagai bentuk pengakuan kepahlawanan mereka.  Artinya persoalan emosi nasional kedua bangsa selesai.
Pernyataan Menlu Shanmugam itu kita anggap blunder diplomatik karena tidak memahami persepsi kebangsaan yang dimiliki tiap bangsa di muka bumi ini. Lebih penting dari itu dia tidak paham dengan jalan cerita sejarah dalam konteks “waktu itu”.  Negeri mungil yang sejahtera itu berupaya mendikte Indonesia tetapi sekali ini mendapat perlawanan total football dari seluruh jajaran pemerintahan, parlemen dan rakyat Indonesia. 
Seorang Menlu yang membawahi seluruh diplomatnya dan cermin wajah kecerdasan diplomatik Singapura mesti memahami persepsi kebangsaan pada apa yang disebut nilai-nilai kepahlawanan. Tapi ketika kita bicara sejarah Singapura kita pun baru “paham” karena memang mereka memang tak punya pahlawan patriotik dan taman makam pahlawan.
Akurasi pemberitaan seorang reporter dalam menulis atau menyampaikan sesuatu haruslah dicermati lebih dulu sebelum ditayangkan atau diterbitkan. Banyak reporter kita hanya berlomba mengejar “terbitnya berita” tanpa kedalaman kecermatan isi berita. Beberapa wartawan kita yang meliput Kemhan dan TNI ada yang tak paham dengan “istilah militer”  ketika dia ikut merekam atau bertanya kepada figur petinggi Kemhan dan militer RI. 
Masih ingat nama pesawat tempur Super Tucano disebut Super Volcano dan menjadi running text layar kaca. Lalu ditulis pula bahwa Indonesia telah memiliki kapal selam Scorten padahal maksudnya yang punya kapal selam Scorpene itu Malaysia. Sudah salah tulis nama kapal selam, nama yang mempunyai kapal selam salah pula. Benar-benar konyol. Ada juga yang tidak bisa membedakan jet tempur A4 Skyhawk dengan Hawk.  Pernah juga presenter berita sebuah TV swasta menganggap Sucad itu adalah senjata Sukhoi, padahal itu istilah singkatan dari kata suku cadang.  Lebih parah lagi kata itu dibaca “Sukad” dan diulang berkali-kali.
3 KRI "Bung Tomo Class" yang sedang didandani.
Wawancara Panglima TNI dengan Channel News Asia dilakukan dengan bahasa Indonesia baru diterjemahkan dalam bahasa Inggris.  Orang Indonesia kan kalau bicara selalu mengedepankan suasana rendah hati.  Jadi kalimat “mohon maaf” atau “maaf ya” selalu mendahului dari maksud kalimat utama. Ada juga beberapa makna kata dalam bahasa Indonesia atau bahasa daerah selalu memiliki makna tak selaras.  Dalam bahasa Jawa yang sekarang sedang hot dibicarakan “aku rak popo” kalau diartikan tersurat artinya aku tak apa-apa.  Tapi dalam kultur Jawa kalimat ini merupakan ungkapan kepedihan dan bertentangan dari maksud yang terucap.
Blunder media dan respon pemerintah Singapura terhadap wawancara TV itu tidak perlu jua kita tanggapi secara berlebihan. Cukup saja bilang: “aku rak popo”  atau “oh ndak papa”.  Kalimat ini pun kalau dia paham pasti merupakan kalimat sindiran yang artinya “ makanya jangan merasa hebat, jago mendikte akhirnya isin dewe”.  Kalau diterjemahkan dalam bahasa Inggris bisa jadi gak karuan.  Itulah kekayaan bahasa Indonesia dan kultur pendukungnya.
Singapura itu sejatinya sedang gelisah pada jati diri dan eksistensinya yang selalu merasa terancam terutama pada dua jirannya Indonesia dan Malaysia.  Jadi orang yang gelisah itu pasti sensitif.  Kegelisahan dia boleh jadi karena militer Indonesia mulai menggeliat, ekonomi tumbuh pasti, kekuatan ekonomi dalam sebutan PDB kita menjulang di 15 besar dunia jauh mengungguli Singapura dan negara ASEAN lainnya.
Dia lalu membayangkan Indonesia 10 sd 20 tahun ke depan, militernya jadi macan, ekonominya jadi beruang, rakyatnya makin sejahtera dalam bingkai nasionalis yang kuat.  Tiga indikator ini yang membuat negeri itu galau meski pun kesejahteraan mereka masih tetap menjulang tak tertandingi di rantau ASEAN.  Kehadiran batalyon Marinir di Batam menambah was-was itu. Apalagi misalnya kita letakkan MLRS Astross dan Caesar Nexter di Batam.
Jadi, tetaplah kita berjalan tegak.  Isian alutsista terus kita perbanyak.  Kalau nanti kafilah 3 kapal perang “Bung Tomo Class” yang salah satunya bernama KRI Usman Harun tiba di tanah air Juli tahun ini kita sambut dengan pekik kebangsaan tapi tak usah berteriak berlebihan. Dan kalau pun tetangga sebelah Batam itu bertanya mengapa kita berteriak  kita jawab saja : Aku rak popo.
****
 

KRI Banjarmasin tiba di pelabuhan Qingdao, Tiongkok

KRI Banjarmasin tiba di pelabuhan Qingdao, Tiongkok
Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Banjarmasin, tiba di Pelabuhan Qingdao, Provinsi Shandong, Tiongkok, pada Minggu untuk mengikuti latihan maritim multilateral pada 20--15 April 2014.

Kapal bernomor lambung 592 itu tiba di perairan Tiongkok pada pukul 06.00 waktu setempat dan setelah beberapa saat, pandu pelabuhan membawa KRI Banjarmasin merapat ke dermaga 2 Pelabuhan Qingdao.

Sesaat sebelum merapat ke dermaga komando peran muka, belakang dan tengah mengumandang meminta seluruh kru dan awak kapal termasuk 89 taruna Akademi Angkatan Laut peserta Kartika Jala Krida 2014, mengambil posisi di pos masing-masing.

Disambut lagu "Selamat Datang di Tiongkok" yang dibawakan korps musik Angkatan Laut Tiongkok, perlahan KRI Banjarmasin akhirnya merapat di dermaga dan personel Angkatan Laut Tiongkok membantu mengkaitkan tali "tross" ke tonggak-tonggak dermaga.

Setelah berada pada posisi yang sempurna, Komandan KRI Banjarmasin Letkol Laut (P) Jales Jamca Jayamahe menuruni tangga kapal disambut perwakilan Angkatan Laut Qingdao dan Asisten Atase Pertahanan RI di Beijing Mayor (sus) Adi Triady.

Komandan kapal Letkol Laut (P) Jales Jamca Jayamahe kepada ANTARA News mengatakan selain mengikuti Multilateral Exercise in The Non Traditional Security Field di lokasi yang sama, kehadiran kapal jenis LPD buatan PT PAL itu, di Qingdao juga dalam rangka menjalankan kegiatan Kartika Jala Krida (KJK) 2014 yang diikuti taruna Akademi Angkatan Laut (AAL) tingkat II Angkatan 61 berjumlah 89 orang.

Lazimnya muhibah ke beberapa negara, para taruna AAL itu akan mempromosikan Indonesia melalui kirab budaya dan "drumband" dalam rangkaian kunjungannya di Qingdao, Tiongkok.

KRI Banjarmasin diawaki 132 personel serta 10 personel pengasuh taruna Akademi Angkatan Laut.

KRI Banjarmasin merupakan salah satu kapal yang dirancang sebagai kapal pendukung operasi amfibi, yang memiliki kemampuan mengangkut pasukan pendarat berikut kendaraan tempur beserta kelengkapannya.

Kapal tersebut juga mampu mengangkut lima helikopter (tiga unit di geladak heli, dua unit di hanggar).

Selain sebagai kapal tempur, kapal berteknologi desain semi-siluman ini juga berfungsi untuk mendukung operasi kemanusiaan serta penanggulangan bencana alam.

KRI Banjarmasin akan tampil dalam latihan maritim multilateral dengan beberapa kapal perang lainnya dari beberapa negara seperti Malaysia, Bangladesh, India, Brunei Darussalam dan lainnya.

Terbang Perdana NC-212-400 Buatan PT.DI

Tanpa banyak publikasi, PT. Dirgantara Indonesia ternyata telah mencetak lagi sebuah prestasi. Pabrik pesawat asal kota Bandung ini ternyata menyelesaikan sebuah pesawat NC-212-400, pesanan pemerintah Thailand. Pesawat yang masih bercat dasar ini kini tengah menjalani uji terbang.

(photo: Noviarli Wahyudi)

Terbang perdana pesawat jenis angkut ringan ini berlangsung pada pertengahan april lalu. Bertugas sebagai pilot uji adalah crew Airbus Military yang sebelumnya membawa C295 ferry flight dari Madrid. Mereka yaitu Pilot Capt. Alejandro Grande dan Capt.Rafaelde Diego Coppen, serta  Flight Test Engineer Eduardo Mayo Avila. Pesawat Take off  pada pukul 10:05 dan kemudian mendarat dengan selamat pada pukul 13:05 wib. Selama 3 jam pesawat dibawa terbang ke Pelabuhan Ratu serta area Bandung sekitarnya.

PT DI sendiri secara resmi sekarang hanya punya 1 pilot tes karyawan tetap yaitu Esther Gayatri Saleh. Pilot uji perempuan ini tidak ikut karena belum punya lisensi C212-400. Namun saat ini Esther dan FTE PT DI sedang menjalani pelatihan di Bandung oleh instruktur Airbus Military untuk mendapatkan lisensi. Untuk penerbangan selanjutnya, dan setelah pemasangan lavatory, sistem avionik baru serta optional lain desain PT DI, uji terbang akan dilakukan oleh pilot & FTE PT DI.
NC212-400 dapat dijadikan pilot project untuk program N219 karena konfigurasinya hampir sama. Perbedaan terdapat hanya pada ramp door, flaperon, horizontal fin lebih tinggi, pilot door seperti Cessna Grand Caravan & sistem avionik terbaru atau mungkin powerful engine. Produksi C-212-400 sendiri kini memang telah dialihkan ke Bandung, sementara Airbus sendiri lebih berkonsentrasi pada produksi pesawat yang lebih besar.


ARC. 

Seribu Pertanyaan di Balik Misteri MH370


Pengungkapan misteri hilangnya B777-200ER Malaysia Airlines yang lenyap dalam penerbangan Kuala Lumpur-Beijing, 8 Maret 2014, seperti dikejar waktu. Pemerintah Malaysia telah mengembangkan pencarian ke berbagai kemungkinan. Temuan puing yang tertangkap satelit DigitalGlobe yang diumumkan Pemerintah Australia, 20 Maret lalu, diharapkan bisa memberi titik terang.  Jika pesawat benar-benar mengalami kecelakaan, berarti tim pencari yang melibatkan 26 negara tinggal memiliki waktu kurang dari dua minggu. Hal ini didasarkan pada daya pancar sinyal “ping” kotak hitam yang hanya bertahan sebulan. Peliputan media internasional yang bertubi-tubi, tak ayal, menjadikan kasus hilangnya pesawat dengan kode penerbangan MH370 ini peristiwa yang mendunia. Berbagai pertanyaan besar pun mengemuka, tapi belum satu pun terjawab. Di antaranya, kenapa pesawat memutuskan berbelok ke selatan, melintas daratan Malaysia? Benarkah pesawat dibajak oleh awaknya sendiri? Berikut  laporan  Reni Rohmawati, Dudi Sudibyo, dan A. Darmawan. Di dalamnya Angkasa juga menghadirkan pandangan pilot Boeing B-777 dan sistem pelatihan yang ditempuh, agar kupasan peristiwa terbuka dari berbagai sisi.
-------

                Foto satelit berupa temuan dua puing yang diumumkan Perdana Menteri Australia Tony Abbott di hadapan Parlemen Australia, Kamis siang, 20 Maret 2014, terbilang menggembirakan sekaligus mengagetkan. Dikatakan menggembirakan, karena puing tersebut boleh jadi merupakan bagian dari MH370 dan ini berarti jejak pertama yang berhasil didapat dalam dua minggu pencarian. Tapi juga mengagetkan, karena – lagi-lagi jika puing ini benar merupakan bagian dari MH370  -- atas alasan apa dan bagaimana bisa pesawat tersebut terbang sampai sejauh itu?

                Kedua puing persisnya tertangkap kamera resolusi tinggi satelit DigitalGlobe  pada tanggal 16 Maret 2014 di tengah Samudera Hindia, sekitar 2.500 km sebelah Barat Daya Kota  Perth, Australia Barat. DigitalGlobe Co. yang bermarkas di Colorado, AS adalah satu-satunya perusahaan jasa penyedia citra digital satelit yang bersedia mengerahkan asetnya untuk ikut mencari jejak MH370. Puing terbesar diperkirakan selebar 24 meter, sementara yang lebih kecil hanya sekitar 5 meter.

Meski disebut sahih oleh PM Tony Abbott, foto kedua obyek masih tampak buram untuk bisa dipastikan sebagai bagian pesawat Malaysia Air yang hilang. Itu sebab, untuk verifikasi, sejumlah pesawat terbang dan kapal perang telah dikerahkan ke lokasi. Kapal barang Hoegh St, Petersburg asal Norwegia  tujuan Australia yang kebetulan lewat situ juga sudah diminta mendekat. Namun, sampai laporan ini turun cetak pada 23 Maret 2014, kedua puing tersebut belum berhasil ditemukan.

Lokasi tempat kedua obyek tertangkap kamera satelit DigitalGlobe  memang terpencil di tengah, susah dijangkau dan kerap dilanda cuaca buruk dan ombak tinggi. Seperti dikatakan Menteri Pertahanan Malaysia yang juga pejabat Menteri Transportasi Malaysia, Hishammuddin Hussein, jika saja temuan itu bisa diverifikasi sebagai bagian dari MH370, pencarian pesawat yang hilang ini akan menemukan titik terang.

Seperti diberitakan, pesawat badan besar yang ditumpangi 227 penumpang dan 12 awak tersebut, putus kontak dan dinyatakan hilang sekitar dua jam setelah lepas landas dari Bandara Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu (8/3) pukul 00.41 dini hari waktu setempat.  Ketika itu MH370 sudah terbang di ketinggian jelajah 35.000 kaki, di atas Laut China Selatan – perairan kaya sumber daya alam yang kerap diperebutkan negara-negara Asia .

Otoritas Malaysia menaruh kecurigaan pesawat dibajak orang yang mengerti benar cara menerbangkan B777-200ER karena sesaat sebelum kontak terputus, transponder yang biasa mengirim sinyal arah, kecepatan dan ketinggian juga mati. Juga tak ada sinyal distress yang menandakan pesawat dalam keadaan bahaya.

Mengapa ke Samudera Hindia?
Menindaklanjuti adanya unsur pembajakan  tersebut, Badan Intelijen Federal AS (FBI) dan dinas kontra-intelijen AS pun ikut merespon. Keterlibatan mereka mencuatkan berbagai spekulasi sehingga proses pencarian yang melibatkan puluhan kapal dan pesawat dari 14 negara ini pun kisruh. Terlebih karena isu pembajakan dikaitkan dengan keseharian Kapten Pilot Zaharie Ahmad Shah (53 tahun) yang kerap berlatih simulator pesawat dan merupakan simpatisan tokoh oposisi Ibrahim Anwar.



Titik-titik Terang Itu

Memasuki minggu kedua hilangnya B777-200ER Malaysia Airlines Flight MH370, ditemukan titik-titik terang mengarah ke tempat hilangnya MH370. Operasi pencarian multi-nasional besar-besaran di daerah 59.000 km2 di Samudera Hindia bagian selatan, belum menemukan obyek yang diduga bagian dari MH370 terekam oleh satelit Australia, China, dan terakhir Perancis. Terakhir, 23 Maret sebuah pesawat sipil melihat palet kayu terapung di area pencarian, di sekitarnya ada benda lain yang diperkirakan adalah sabuk pengaman.

                Meski belum dapat dipastikan dua benda mengambang di atas Samudera Hindia tersebut berkaitan dengan Flight MH370, karena belum berhasil diangkat dari laut untuk memastikannya, setidaknya rekaman satelit dan temuan palet kayu dan sabuk pengaman ini jadi titik terang mengarah lokasi hilangnya pesawat badan lebar Boeing 777-200ER yang lenyap di angkasa, 8 Maret 2014 di atas Laut China Selatan. 

                Berbagai analisa bermunculan, tapi belum bisa menjawab lenyapnya B777 yang sedang mengangkut 239 orang enroute ke Beijing, China dari Kuala Lumpur. Awalnya pihak Malaysia menyebutkan pesawat hilang pada sekitar titik Flight MH370 akan memasuki ruang udara yang dikontrol oleh Vietnam --- atau sekitar perbatasan FIR (Flight Information Region) yang dikontrol Singapura dan Vietnam.

                Sekitar seminggu Laut China Selatan ditelusuri oleh SAR Vietnam dan Filipina membantu Malaysia mencari Boeing 777 yang hilang tersebut. Hasilnya nihil, kemudian setelah sebelumnya membantah keterangan bahwa pesawat berbelok U-turn kembali ke wilayah Malaysia, tiba-tiba saja mengakui data AS yang menyebutkan pesawat ubah rutenya dan kemungkinan dibajak terbang mengarah ke Samudera Hindia.

                Dengan data baru tersebut, pencarian dialihkan ke koridor utara dan selatan samudera maha luas tersebut. Ada spekulasi pesawat dibajak oleh captain pilotnya sendiri, kemudian diarahkan menuju Turkmenistan atau ke salah satu negara tetangganya. Dari sinyal yang ditangkap satelit, dketahui pesawat masih terbang lima jam setelah Flight MH370 dinyatakan hilang di atas Laut China Selatan. Diperkirakan pesawat yang diisi bahan bakar untuk tujuh jam penerbangan, kehabisan bahan bakar kemudian diduga hilang di Samudera Hindia.

                Radar Thailand sempat menangkap jejaknya setelah lepas dari titik U-turn, diketahui menanjak dari 35.000 kaki ke 45.000 kaki, yakni ambang batas ketinggian 777 saat kembali menuju wilayah Malaysia. Pesawat kemudian diturunkan dratis ke ketinggian 25.000 kaki, disusul ketinggian lebih rendah lagi 5.000 kaki –mungkin menghindari deteksi radar saat terbang sekitar Pulau Langkawi menuju kota Butterworth di pantai barat Malaysia. Dari kota ini terbang ke Kuala Lumpur hanya hitungan puluhan menit terbang, bila pembajak misalnya ingin melaksanakan repetisi peristiwa 911 World Trade Center New York, AS, menabrakkan 777 ke ikon Menara Kembar Kuala Lumpur.

Tetapi yang dilakukan MH370 mengubah lagi arahnya seolah re-track penerbangan menuju utara di Selat Malaka mengarah ke Pulau Andaman di Samudera Hindia. Nelayan Aceh sempat menyatakan melihat pesawat besar terbang rendah sebelum hilang dari pemandangannya. Bila memang dibajak, siapa pun yang bertanggungjawab atas pembajakannya, ingin memperlihatkan ke dunia bahwa dia lebih hebat.

Ditching di Samudera Hindia?
                Menurut analisa Angkasa, yang tentunya harus verifikasi dengan data kotak hitam MH370 bila sudah ditemukan, ada dua kemungkinan --- setelah bahan bakar habis, pesawat setelah beberapa menit meluncur ibarat pesawat glider raksasa, terus nyemplung ke laut, saat impak dengan permukaan air pesawat pecah, pecahannya ikut tersedot dengan sisa badannya ke dasar samudera. Bila ini terjadi, tentunya serpihan pesawat serta benda-benda ringan lainnya tak lama kemudian mengapung di permukaan air laut, seperti yang terjadi pada kecelakaan Airbus A330 Air France tak lama setelah lepas landas dari Rio de Janeiro, Brasil tahun 2009.

Atau kasus Boeing 737-400 AdamAir Flight 574  yang jatuh di perairan lepas pantai Majene, Sulawesi Selatan 1 Januari 2007, 10 hari kemudian horizontal stabilizer pesawat ditemukan nelayan di selatan Pare-Pare, ditemukan juga kursi, jaket keselamatan dan KTP penumpangnya.




Sejumlah Kejanggalan di Mata Pilot

                Berita hilangnya Boeing B777-200ER Malaysia Airlines tak luput dari perhatian penerbang, terlebih dari pilot pesawat sejenis. Mereka mencermati banyak hal, mulai dari aspek operasional penerbangan, sistem tanggap darurat, hingga berbagai analisa terkait peristiwa hilangnya pesawat ini. Di mata mereka, pesawat terbang adalah moda transportasi yang kompleks, rawan kesalahan, namun tetap (masih) paling aman dibanding moda transportasi lain.

                Insiden bisa terjadi dimana saja dan kapan saja, namun hal ini bisa dihindari dengan mematuhi semua prosedur dan regulasi. Semua penerbang telah dilatih untuk mengikuti aturan dan selalu menempatkan keselamatan penerbangan sebagai prioritas utama. Tanggung jawab dan etika keprofesian tak ayal menggiring mereka ke sejumlah kejanggalan atau setidaknya masalah yang mungkin dihadapi pilot pesawat berkode penerbangan MH370 itu.

                Capt. Novianto Herupratomo, Direktur Operasi Garuda Indonesia, misalnya, menyatakan MH370 tak bisa begitu saja keluar jalur. Setiap penerbang pasti tahu ada banyak penerbangan point to point di sekitar situ dengan jalur yang sempit, sehingga keluar jalur tanpa memberi tahu ATC (Air Traffic Control) bisa membahayakan penerbangan lain. Di lain pihak, pihak Malaysia Airlines semestinya juga tahu, karena mereka seharusnya juga memantau pergerakan setiap pesawatnya, termasuk MH370.

                Seperti diberitakan berbagai media, berbagai pertanyaan muncul ketika komunikasi dari pesawat terputus dan radar sekunder penerbangan sipil  tiba-tiba kehilangan jejak pesawat yang ditumpangi 227 penumpang dan 12 awak ini. Katakan jika benar last contact dengan radar militer Malaysia terjadi pada pukul 02.40 (Sabtu, 8 Maret 2014), dan lost contact dengan ATC Malaysia pada 01.30. “Pertanyaannya yang paling mendasar adalah apa yang terjadi di pesawat selama satu jam sepuluh menit itu?” ungkap Capt. Novianto kepada Angkasa.

                Menurutnya, lost contact sendiri tidak selalu berarti kecelakaan atau telah terjadi katastropi di pesawat. Lost contact juga bisa terjadi jika radar pemantau rusak, atau sebaliknya: transponder di pesawat mati atau dimatikan untuk alasan yang tidak kita tahu. Lost contact juga bisa terjadi jika pesawat terbang di luar jangkauan radar.

                Akan tetapi layaknya sistem penerbangan masa kini yang telah didukung berbagai back-up systemslost contact bisa dihindari jika bagian operasi Malaysia Airlines memiliki Flight Operation Quality Assurance (FOQA) atau Flight Data Monitoring (FDM). Dengan sistem yang terhubung via satelit ini, di ruang operasional, mereka masih bisa memantau pergerakan pesawat  lewat layar monitor. Pesawat akan secara otomatis mengirim sinyal ke perangkat ini dan operator bisa mengikuti kemana pesawat itu bergerak, bahkan sejak start engine.

                “Maka agak aneh jika bagian operasi Malaysia Airlines tidak memiliki data pergerakan MH370 sejak last contact?” timpal Capt. Lucky Luksmono, Chief Pilot B777-200ER Garuda Indonesia coba menanggapi. FOQA sendiri tidak dirancang untuk “menguntit” ke mana pilot akan membawa pesawat, tetapi semata-mata dibuat untuk memantau kondisi pesawat selama penerbangan. Jika saja ada potensi kerusakan atau hazard, awak darat akan langsung menanganinya segera setelah pesawat mendarat.

Human center
                Tentang B777 sendiri, Capt. Lucky Luksmono menjelaskan pesawat telah menggunakan kemudian fly-by-wire dan telah dilengkapi berbagai fitur penjamin keselamatan terbang. Perlengkapan ini disediakan untuk mempertinggi toleransi terhadap kesalahan atau error. Tak hanya Boeing, pabrik pesawat komersial badan lebar lain juga berupaya menyediakannya karena “beban kerja” pesawat masa kini yang kian kompleks. Pesawat masa kini harus terbang lebih jauh dalam kondisi lalu-lintas udara yang makin padat, dan selalu dibayangi cuaca ekstrem.


Dituntun Sinyal “Ping”
                Kalau saja ada  teknologi penerbangan  yang dalam dua minggu belakangan ini mendadak terkenal, itu pastilah Aircraft Communications Addressing and Reporting System atau ACARS. Sistem satelit pemantau data teknis  antara pesawat dengan stasiun darat ini sebenarnya sudah jadul, telah digunakan sejak 1978. Namun, dalam pencarian pesawat Malaysia Air yang hilang, ia tiba-tiba  jadi tumpuan gara-gara telah menangkap satu sinyal “ping” yang diyakini sebagai jejak pembuka.

                Di awal pencarian, ACARS sempat disinggung. Namun hanya sebatas penerima data ketinggian, kecepatan, dan arah pesawat yang disampaikan secara otomatis dari pesawat ke pabrik mesin Rolls Royce di Derby, Inggris. Data rutin ini dikatakan terakhir dikirim pada pukul 01.07, dan setelah itu tak pernah ada lagi karena transponder MH370 mati. Duabelas menit sebelum radar sekunder ATC Subang, Malaysia hilang kontak dengan pesawat ini.

                ACARS tiba-tiba dibicarakan kembali, ketika di tengah kebingungan yang dialami tim pencari, ia dilaporkan telah menangkap sebuah sinyal yang diduga berasal dari MH370. Sinyal yang ditangkap tidak berisi informasi kecepatan, ketinggian, dan arah pesawat, melainkan hanya berupa bunyi “ping”.  Begitu pun, di tengah gulita misteri yang menyelimuti MH370 dan tak kunjung munculnya sinyal Kotak Hitam pesawat, sinyal sederhana tersebut bak pelita yang menjanjikan misteri ini terbuka.

                Sinyal tersebut dirilis ke media oleh stasiun televisi CNN mengutip laporan terbatas yang dimiliki pemerintah Malaysia dan AS. Tak diketahui secara jelas, mengapa mereka menyimpannya. Namun, yang jelas, sinyal itu tertangkap tujuh jam 31 menit setelah MH370 lepas landas dari Bandara Kuala Lumpur. Persisnya yakni pada pukul  8.11 waktu Malaysia.

Dari waktu dan posisi satelit, posisi pancaran sinyal itu akhirnya bisa diekstrapolasi. Layaknya sapuan antena satelit, bentuknya berupa lingkaran. Tak heran, jika kemudian dinyatakan ada dua kemungkinan koridor yang boleh jadi merupakan perlintasan pesawat asing ini. Koridor pertama ke arah utara, menuju Khazakhtan. Sedang yang kedua, ke arah Selatan, menuju Samudera Hindia.

Tak heran, jika kemudian Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional, Indonesia, dimintai keterangan apakah radarnya menangkap adanya penerbangan asing kala itu, TNI AU menjawabnya dengan tegas tidak ada. 
Sejumlah negara di sekitar Malaysia juga dimintai konfirmasi atas pertanyaan yang sama, dan jawabannya pun sama. Tentang penelusuran yang seolah tertutup ini, Menteri Pertahanan Malaysia yang juga merangkap Menteri Transportasi, Hishammuddin Hussein akhirnya mengungkap, tak mudah mengungkap informasi yang berkaitan dengan radar pertahanan udara.

Dari berbagai temuan, termasuk dua obyek yang tertangkap satelit DigitalGlobe pada  Minggu, 16 Maret 2014 tengah terapung-apung di Samudera Hindia, Otoritas Keselamatan Maritim Australia pun coba membuat pola irisan geometri antara asal pesawat yang tertangkap radar militer Malaysia dengan koridor selatan yang dibuat berdasar teori “ping”.  Rupanya, lokasi temuan obyek yang tertangkap kamera satelit DigitalGlobe itu dinilai masuk akal.

Demikianlah, kira-kira dasar analisa yang melatari pengumuman yang disampaikan PM Australia Tony Abbott dalam jumpa pers, Kamis, 20 Maret di Carnberra. “Lokasinya memang sangat jauh, ekstrem dan sulit dijangkau. Tetapi ini adalah data yang sangat dipercaya.”

Pengumuman tersebut selanjutnya ditimpali Presiden AS Barack Obama dengan kata-kata: “Pencarian pesawat Malaysia  Airlines yang hilang adalah prioritas utama.”

Itu sebabnya mengapa selanjutnya sejumlah pesawat intai dan kapal perang milik Angkatan Bersenjata  Australia, AS, Jepang, New Zealand, dan China seolah tumplek-blek di posisi  2.500 kilometer sebelah Barat Daya kota Perth, Australia Barat. Terlebih karena belum lama ini satelit milik China dan Perancis menemukan obyek serupa di lokasi yang hampir sama.

 Para pelaut dan penerbang pencari dari berbagai negara itu seolah tak mengenal lagi bahaya yang diam-diam juga mengincar oleh karena ganasnya cuaca dan ombak ekstrem di tengah lautan yang amat sepi. Apa pun itu, kita tentu sama-sama berharap semoga pencarian ini menemukan titik yang lebih terang sehingga kesedihan keluarga yang ditinggalkan bisa berkurang.

MH370 the Art of Impossible

Ayman-al-Zawahiri
Pimpinan Al Qaeda, Ayman al-Zawahiri (telegraph.co.uk)

Menyelidiki dan menganalisis kasus MH370, nampaknya sulit apabila kita hanya bertumpu kepada sisi standard pengetahuan penerbangan dengan hanya mencari black box. Kasus ini adalah peristiwa yang langka dan sangat sulit,  dimana pesawat dicuri dan kemudian dengan sengaja dihilangkan. Dapat disimpulkan bahwa penyebabnya adalah sesuatu yang ekstrim.
Penulis baru bertemu dengan seorang teman yang baru kembali dari  Kuala Lumpur, dan dia  menyampaikan bisik-bisik informasi  tentang latar belakang pembajakan dari sisi politik yang beredar. Penulis mencoba kembali meneliti dan menganalisis dari dua sisi, teror dengan back ground  ideologis dan politis.
 Menyelidiki sesuatu dengan penyebab ektrim, terlebih sebuah kasus yang berhubungan dengan kejadian besar, menyangkut nyawa manusia, bersentuhan dengan teknologi serta adanya unsur-unsur yang berbau dengan tindak kriminalitas tingkat tinggi dalam sebuah negara, sebaiknya lebih ideal apabila dipergunakan ilmu intelijen. Kasus pembajakan MH370 bisa dikaitkan dengan lingkup politik dan terorisme, oleh karena itu pemerintah AS menurunkan tim FBI, CIA dan Inggris menerjunkan MI6.
Dalam dunia intelijen dikenal intelijen taktis dan Intelijen strategis. Untuk memenangkan sebuah pertempuran, maka yang dipergunakan adalah intelijen taktis. Demikian juga untuk menyelidiki sebuah kasus kriminal, intelijen taktis akan bermula dari TKP (Tempat Kejadian Perkara) dan baru melebar mengumpulkan bukti-bukti yang lebih lengkap. Sementara intelijen strategis adalah ilmu yang dipergunakan untuk memenangkan peperangan, terdiri dari sembilan komponen intelstrat (komponen ideologi, politik, ekonomi, sosial,  budaya, hankam, biografi, demografi dan sejarah) kemudian mengerucut kearah TKP.
 Dari sisi Intelstrat, menilai sebuah kasus saat bermain dalam dunia politik,  nafas gerakannya dikenal sebagai "the art of possible", dimana kepentingan menjadi muara dari segala gerakan. Selama kepentingannya sama, semua bisa diatur. Tetapi apabila kepentingan berbeda semua bisa saling bermusuhan.
 Dilain sisi, dalam dunia terorisme, nafasnya adalah "the art of impossible". Sebelum kasus 911, tak seorangpun pernah berpikir akan ada segelintir orang yang  nekad menerbangkan dan menubrukan pesawat ke WTC hingga runtuh. Semua pihak awalnya  akan berpikir "impossible", tapi nyatanya "possible".

 Mengukur keterkaitan kasus MH370
 Menyelidiki apa yang ada dibelakang hilangnya pesawat, terdapat dua cara, yaitu pesawat dicari hingga ketemu untuk menemukan black box yang berisi rekaman dari data komunikasi serta segala sesuatu yang terkait dengan teknis penerbangan. Jalan lain dengan menggunakan intelijen strategis, mengumpulkan fakta-fakta yang terkait dengan info intelijen the past dan the present untuk kepentingan the future.
Dari sembilan komponen intelstrat tadi, penulis mencoba mengaitkan kepada komponen ideologi, politik, ekonomi, hankam, biografi dan sejarah.
 Dari sisi ideologis dan hankam, bukan rahasia umum bahwa di Malaysia masih terdapat faham radikal yang dipengaruhi dan terkait dengan jaringan teroris internasional Al-Qaeda. Dua tokoh teror asal Malaysia yang beroperasi di Indonesia selama lebih kurang 8 tahun, DR Azharie dan Noordin M Top adalah pimpinan Al Qaeda Asia Tenggara,  jaringan Al Qaeda yang anti Amerika Serikat. Mereka merekrut pembom bunuh diri asal Indonesia dan membom beberapa obyek simbol AS dan sekutu (Australia) antara 2002-2009. Dengan manipulasi serta kemampuan motivator Noordin, beberapa pelaku suicide bombing berhasil mereka rekrut.
 Fakta lain yang menjadi acuan adalah fatwa pimpinan tertinggi Al-Qaeda, Ayman al-Zawahiri pada peringatan ke 12 serangan 911, dirilis tanggal 13 September 2013,  yang memerintahkan umat muslim menyerang Amerika Serikat seperti serangan yang dilakukan pada 11 September 2001. Serangan bisa dilakukan perorangan (lone wolf) maupun oleh kelompok. Sasaran utamanya adaah perekonomian AS.
Empat hari setelah MH370 dinyatakan hilang pada tanggal 8 Maret 2014, Direktur CIA John Brennan meyatakan ada sejumlah anomali yang sangat ingin diketahui tentang semua ini. Mantan penasihat kontra-terorisme untuk Presiden Barack Obama itu menyatakan bahwa ia tidak akan mengesampingkan kemungkinan adanya tindakan bunuh diri dan juga tidak mengesampingkan kemungkinan terkait dengan teroris. Brennan menyampaikan komentarnya pada sebuah acara pada hari Rabu (12/3/2014)  di Washington yang diselenggarakan Council on Foreign Relations, sebuah lembaga think tank.  Ditegaskannya, “Pihak berwenang terus menyelidiki kemungkinan bahwa pilot dari pesawat Malaysia Airlines MH370 melakukan tindak bunuh diri,” katanya.
 Oleh karena itu, dalam menyelidiki kasus MH370 dari sudut pandang terorisme, semua kemungkinan harus dibuka dengan berbasis "the art of impossible".
 Apakah target dari pencurian/pembajakan pesawat? MAS MH370 dioperasikan oleh perusahaan Malaysia Airlines System, mengunakan Boeing777 buatan Amerika. Oleh karena itu target bisa menyerang AS dengan simbol Boeing atau Malaysia Airlines sebagai kendaraan dan Pemerintah Malaysia sebagai tujuan akhir? Bila ini benar, ini merupakan sebuah “grand design” yang sangat sempurna.
 Dari sisi penyerangan ditujukan kepada pihak AS, maka ini merupakan pesan sebagai bagian dari fatwa pimpinan Al-Qaeda. Pelaku adalah pilot pesawat yang telah direkrut sehingga siap melakukan aksi bunuh diri, tenggelam bersama pesawat serta penumpangnya. Dalam teori terorisme, pembajakan adalah sebuah aksi yang spektakuler, karena akan diberitakan terus menerus oleh media. Itulah yang mereka harapkan, menimbulkan rasa takut yang diperbesar oleh media. Arahan pimpinan Al Qaeda agar para penyerang terus meningkatkan ketegangan negara Amerika Serikat, berfikir ulang untuk tidak takut kepada aksi teror.

 Serangan dari Sisi Politik
Kita ketahui, Malaysian Airlines bila tidak salah, merupakan maskapai yang hanya mempekerjakan pilot lokal dan tidak memakai tenaga asing. Jadi bila, suatu saat (entah sebentar lagi atau masih lama) black box ditemukan dan hasilnya membuktikan bahwa  pilot terlibat, akan hancurlah Malaysian Airlines sebagai sebuah korporasi, karena publik (calon penumpang) akan berpikir bahwa tidak ada yang menjamin bahwa pilot  MH 370 adalah kasus terakhir. MAS adalah national flag carrier, jatuhnya MAS akan berakibat jatuhnya citra pemerintah Malaysia.
 Jadi, bila menggunakan pola pikir terorisme, pola gerakan MH 370 yang sebelum ini tidak terpikir atau "impossible" seperti tidak adanya tuntutan, pesawat sipil dengan manuver tempur dan lain-lain, terbukti sudah "possible". Andaikata ini benar, maka siapapun dalang dan "handler" yang terlibat, sangat pantas diacungi jempol, karena bisa membuat "chaotic condition" dalam beberapa tahapan, dengan daya ledak akhir yang amat dahsyat:

Tahap Pertama, yaitu proses, sebelum black box diketemukan:
1. Perlu puluhan hari untuk mendeteksi pesawat,
2. Melibatkan puluhan negara besar dan kecil,
3. Menggunakan teknologi mutakhir.
4. Menghabiskan jutaan dollar.
5. Menciptakan kekisruhan diantara keluarga penumpang.

Tahap kedua, yaitu hasil akhir dengan efek ledakan yang dahsyat, setelah black box diketemukan:
1. Malaysian Airlines bisa bangkrut.
2. Kedatangan turis ke Malaysia akan sangat menurun..
3. Citra Pemerintah Malaysia akan hancur.

Andaikata benar, lalu siapakah "master mind" dibelakang ini? Dari sisi anti teror, hal ini bisa dijadikan pintu masuk ke investigasi yang lebih dalam, dengan mengerucutkan ke pihak-pihak yang tidak senang dengan Pemerintah Malaysia, bisa oposisi, bisa tangan asing dan bisa juga jaringan teror global. Kejahatan tidak selalu sempurna, pasti ada jejak yang ditinggalkan.
 Dari pembahasan  tersebut, penulis lebih mengarah bahwa serangan ini terkait dengan jaringan Al-Qaeda kepada Amerika Serikat dan sekutunya,  karena faktor pendukungnya berupa fakta lebih kuat dibandingkan kemungkinan latar belakang politik. Dari komponen sejarah, belum pernah  terjadi kasus serangan berupa pembajakan dan bunuh diri oleh warga Malaysia dengan target operasi (TO) pemerintah Malaysia. Dari komponen biografi nampaknya memang Capt Pilot sangat mungkin menjadi pelaku pembajakan. Dari komponen ideologis, kemungkinan aksi bunuh diri dalam rangka urusan politik, menurut penulis, pelaku akan berfikir ulang,  mengingat penumpang pesawat mayoritas adalah warga negara asing bukan warga Malaysia.
 Selain itu, kemauan bunuh diri pada para anggota teroris pada umumnya dilakukan karena sebuah alasan ideologis, dengan keyakinan mati syahid dalam berjihad. Seperti yang terjadi pada beberapa kasus bom bunuh diri di Indonesia. Apakah dalam kasus ini pilot juga bersedia mati dengan alasan berjihad hanya karena sakit hati demi membela kepentingan politik seseorang tokoh? Menurut penulis masih meragukan, walau dalam terminologi intelijen dikenal istilah ‘bukan tidak mungkin.’
 Pada  intinya, manusia akan takut dengan sesuatu yang tidak difahami, ada apa dibelakang hilangnya Boeing 777 itu? MH370 oleh penyerang (lone wolf)  dibuat menjadi sebuah misteri, agar semuanya terus was-was, tegang dan khawatir. Menurut Zawahiri state tension itu adalah AS.  Itulah terorisme yang semakin canggih.

Oleh : Marsda (Pur) PrayitnoRamelan, www.ramalanintelijen.net

Perkembangan Senjata Serbu Bawah Air (SSBA)

 
Perkembangan teknologi mengakibatkan berlanjutnya perubahan dimensi suatu konsepsi pertempuran, baik ditinjau dari segi sasaran, ruang maupun waktu. Kemajuan teknologi yang berkembang meskipun memiliki keuntungan-keuntungan teknis, namun tidaklah dengan sendirinya dapat menjamin keberhasilan dalam melaksanakan tugas operasi tanpa suatu latihan secara berkesinambungan.
Untuk meningkatkan kemampuan personil dalam menguasai medan pertempuran bawah air, prajurit Komando Pasukan Katak (Kopaska), Detasemen Jala Mangkara (Denjaka), Pasukan Intai Amphibi (Taifib) TNI AL serta pasukan khusus dilingkup TNI AD dan TNI AU yang bergerak sebagai penyelam (combat diver) membutuhkan kelengkapan Senjata  Serbu Bawah Air (SSBA).
Kopaska dengan APS

Salah satu peperangan bawah air yang perlu diwaspadai yaitu; ancaman penyelam tempur  (combat diver) pihak lawan berupa infiltrasi ancaman sabotase yang sangat potensial bagi kapal-kapal perang maupun personil, yang sulit terdeteksi sehingga dapat mengakibatkan tekanan psikologis. Sehubungan dengan hal tersebut untuk menghindari bahaya sabotase, pihak Labinbair melaksanakan kegiatan penelitian pembuatan SSBA, sebagai wujud kepedulian serta pembekalan kelengkapan senjata Kopaska. TNI AL bekerjasama dengan PT Pindad  (Persero) sesuai bidang dan tugas yang diembannya berperan mengembangkan senjata sehingga tidak terjadi ketergantungan pihak luar sejak beberapa tahun lalu.
APS Russian
Avtomat Podvodnyj Spetsialnyj (APS) Russia

Pembuatan senjata perorangan bawah air dengan mereverse engineering senjata bawah air jenis APS.  APS merupakan singkatan dari Avtomat Podvodnyj Spetsialnyj(Bahasa Rusia) = Special Underwater Assault Rifle. Senjata ini digunakan untuk menembak musuh dalam ancaman infiltrasi, sabotase dan pengamanan tiap personil pasukan penyelam (combat diver)  serta pembelaan diri melawan binatang buas. Prototype SSBA telah disempurnakan dan mempunyai banyak persamaan dengan senjata Senapan Serbu buatan PT. Pindad jenis varian satu (SS1) maupun varian dua (SS2) dengan model kombinasi.
Part SSBA
Persyaratan Produk Senjata.
Persyaratan produk dari SSBA dibuat berdasarkan dari hasil kajian operational requerement (Opsreq)  dari senjata tersebut.  Persyaratan produk SSBA meliputi:
  • Senjata tahan terhadap air laut
  • Bisa berfungsi di darat maupun di dalam air
  • Aman dan mudah dioperasikan
  • Mudah dalam perawatan
Desain
Desain SSBA
Data spesifikasi akan dikombinasikan dengan spesifikasi teknis digunakan untuk penentuan pembuatan prototype SSBA, sehingga dapat ditentukan spesifikasi teknik, sebagai berikut:

Kaliber:5,66 mm x 150 mm

Berat senapan tanpa magasen:3,5   kg

Berat dengan magazen kosong:3,60  s.d 4,50 kg

Kapasitas Magasen:26 butir

Panjang senjata


  1)      Popor terentang:641 mm

  2)      Popor tertutup:600 mm





Lebar:40 mm

Tinggi:20 mm

Sistem Penembakan:Manual 1-1 (tahap ini)

Sistem Operated:Gas Operated

Alat bidik:Visir Pejera

Jarak tembak efektif di bawah air


  1)      Kedalaman 5 meter:Capaian tahap 2

  2)      Kedalaman 20 meter:Capaian tahap 2

  3)      Kedalaman 40 meter:Capaian tahap 2

Jarak tembak di udara:± 100 Meter

Cepat tembak (rate of fire):± 600 m/ butir

Kecepatan awal Vo:± 340-365 m/s

Contoh prototipe SSBA (Belum Final)

Hasil akhir tahun 2013 kemarin –> Berdasarkan kegiatan yang dilakukan ini dapat kami sampaikan kesimpulan sebagai berikut:
  1. Kegiatan penelitian pembuatan Senjata Serbu Bawah Air (SSBA), tahap 1 ini sesuai dengan jadwal yang direncanakan, dengan sasaran berupa prototipe senjata bawah air.
  2. Penelitian pembuatan SSBA telah berhasil dilaksanakan dan telah berhasil diuji coba didarat dengan tembakan manual.
Peluru SSBA
Amunis APS atau biasa disebut peluru paku buatan dalam negeri

UJICOBA AMUNISI SENJATA BAWAH AIR JENIS APS
Pada 16 Desember 2008, telah dilakukan uji coba Amunisi Senjata bawah air Jenis APS (Avtomat Podvodnyj Spetsialnyj) hasil penelitian Labinbair Dislitbang TNI AL bekerja sama dengan PT Pindad yang telah dibiayai dari  Program Insentif Terapan  Kementerian Negara Riset dan Teknologi Tahun anggaran 2008. Amunisi ini merupakan jenis amunisi untuk senjata bawah air yang merupakan satu jenis persenjataan Pasukan Khusus TNI AL.

Keterbatasan amunisi yang tersedia di lingkungan TNI AL saat ini serta tugas yang diemban oleh pasukan khusus, merupakan hal yang melatarbelakangi penelitian pembuatan amunisi senjata bawah air jenis APS sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan material dibidang amunisi yang dapat dioperasikan di lapangan. 

Amunisi senjata bawah air kaliber 5,66 mm jenis APS merupakan sarana yang sangat penting bagi TNI AL, khususnya bagi pasukan khusus seperti Pasukan Katak (Paska), untuk meningkatkan kesiapan prajurit dalam operasi seperti infiltrasi, sabotase dan serangan pendadakan melalui bawah air. 

Pengujian di lapangan merupakan tahapan akhir setelah  kegiatan pengujian fisik dan laboratorium yang meliputi : Visual Test, Dimension test, Kekerasan proyektil amunisi kaliber 5,66 mm, Kekerasan kelongsong Amunisi kaliber 5,66 mm dan pengujian laboratorium. 

Pengujian di lapangan untuk Uji coba amunisi ini yang pertama telah dilakukan di PT Pindad, Turen Malang, kedua dilakukan di Pulau Madura dan ketiga di Pulau Untung Jawa yang dihadiri oleh Wakil dari Kementerian Negara Riset dan Teknologi, PT Pindad (Persero) dan Jajaran Labinbair Dislitbang TNI AL yang diketuai oleh Kolonel Laut  Muharam Ibrahim, ST (Kepala Labinbair ).

Pada uji coba amunisi APS di pulau Untung Jawa Kepulauan Seribu telah dilakukan penembakan di udara terbuka dengan perkenaan melintang dan di dalam air dengan perkenaan menusuk, serta tembakan sempurna dengan Velocity test (Vo) 370 m/dt lebih bagus dari produksi luar negeri.
Perbedaan peluru paku APS dengan kaliber lainnya

Kegiatan pengujian/ujicoba ini berhasil dengan baik, aman dan lancar baik terhadap personil maupun material peralatan yang digunakan dan waktu sesuai dengan jadwal yang direncanakan. 

Kegiatan ini masih perlu penyempurnaan lanjutan, untuk peningkatan fungsi amunisi APS sehingga betul-betul siap diproduksi dan memenuhi spesifikasi operasional di lingkungan TNI dan siap untuk mendapatkan sertifikasi. Disamping itu tentu diperlukan kajian keekonomiannya. (sugeng-depIV/ humasristek)

Diharapkan hasil kegiatan pembuatan prototype SSBA ini mampu menyediakan senjata perorangan penyelam tempur dengan mempertimbangkan suku cadang material bahan yang mudah diperoleh dan tersedia di dalam negeri. Semoga ditahun ini SSBA sudah bisa diproduksi massal dan melengkapi alutsista pasukan-pasukan khusus kebanggan kita, Amieen… Jaya terus untuk tim Litbang AL dan PT. Pindad….
(Berbagai Sumber)

Jumat, 18 April 2014

Soal Usman-Harun, Channel News Asia salah tafsirkan kutipan

Soal Usman-Harun, Channel News Asia salah tafsirkan kutipan
Replika KRI Usman Harun-359 dipajang di gerai TNI AL arena pameran seusai pembukaan Jakarta International Defence Dialogue IV, di Balai Sidang Senayan, Jakarta, Rabu (19/3/14). Perdana Menteri Singapura (saat itu), Lee Kuan Yew, telah menabur bunga secara resmi di makam Usman dan Harun, di TMP Kalibata, Jakarta, pada 1970, sebagai bagian simbol normalisasi hubungan Singapura kepada Indonesia. (ANTARA FOTO/Andika Wahyu)
 
Hasil wawancara khusus Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko dengan Channel News Asia soal Usman-Harun menimbulkan polemik, yang ditegaskan Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal TNI Fuad Basya terjadi karena koresponden stasiun televisi Singapura itu salah menafsirkan materi wawancara.

Berita Channel News Asia itu muncul mula-mula dalam bahasa Inggris, berjudul Indonesian Armed Forces Chief Expresses Regret Over Naming of Warship, pada Selasa lalu (15/4).

Basya menyatakan berita berbahasa Inggris itu juga dikutip sejumlah media massa nasional ke dalam bahasa Indonesia, Panglima TNI: Permintaan maaf ke Singapura atau Panglima TNI minta maaf soal Usman Harun, di teks berjalan sejumlah televisi nasional.
 
Untuk menegaskan salah tafsir itu, Pusat Penerangan TNI, di Jakarta, Kamis petang, melansir penggalan transkrip wawancara Moeldoko dengan koresponden Channel News Asia tentang Usman-Harun itu, yang seluruhnya dilakukan dalam bahasa Indonesia. 

Di bawah ini penggalan hasil wawancara di rumah dinas Moeldoko, Jakarta Pusat itu, seturut keterangan Pusat Penerangan TNI (dalam huruf italik).

Koresponden Channel News Asia: Soal yang  terakhir bapak, saya kembali pada bilateral tadi, jadi ke depan masih juga Indonesia (TNI) penamaan kapal itu diteruskan juga dan dua SAF dan TNI sudah ada komunikasi? Dan low intensity situation ini tidak akan keluar dari jalur yang sewajarnya.
 
Moeldoko: Saya pikir itu sebuah keputusan kami bahwa Usman-Harun tetap penamaan itu dan sekali lagi mohon maaf bahwa apa yang telah kami pikirkan tidak sama sekali berkaitan dengan membangun emosi kembali, tidak. 

Yang kedua bahwa hubungan kedua negara telah ada recovery pendekatan-pendekatan antara pimpinan, antar leader, antara saya dengan Panglima SAF dan kondisi sekarang sudah menuju ke low intensity emosi.

Saya kira ini harus dijaga, tidak perlu lagi dari rekan rekan dari Singapura melakukan hal hal yang tidak produktif, kami juga seperti itu, Saya kira kita pada posisi yang saling menjaga, saling menghormati dan saling percaya.
 
Menurut Basya, pernyataan panglima TNI itu ditafsirkan reporter Channel News Asia bahwa atasannya itu meminta maaf atas penamaan KRI Usman-Harun-359 kepada pemerintah Singapura. 

"Padahal maksud dari pernyataan panglima TNI tersebut adalah permohonan maaf atas tidak dipenuhinya permohonan penangguhan penamaan KRI Usman-Harun yang sudah final dan tidak akan berubah," kata dia. 

"Sekali lagi bukan permohonan maaf panglima TNI kepada pemerintah Singapura atas penamaan KRI (Usman Harun-359) itu," kata Basya.  

Oleh Singapura, berita seolah "permintaan maaf" dari Moeldoko itu disambut hangat namun sebaliknya, menimbulkan kontroversi di Tanah Air yang sedang menuju putaran Pemilu Presiden 2014 setelah selesai melangsungkan Pemilu Legislatif 2014 ini.