Sabtu, 22 Maret 2014

Kisah Kapal Selam RI Pasopati - 410 yang membuat panik TLD Malaysia

Tahun 1974 GUSPURLA (Gugus Tempur Laut) ALRI mendapat perintah dari Mabes ABRI untuk operasi pengamanan Selat Malaka bekerja sama dengan TLDM (Tentera Laut Diraja Malaysia), dalam Gugus Tempur tersebut terdapat KS (Kapal Selam) RI Pasopati dengan komandan Kapten (P) Soentoro dengan Komandan Guspurla Laksamana Pertama Mardiono.  


 

Pada saat pembicaraan Rencana Operasi dengan perwira TLDM di Belawan, Medan mereka sudah tidak suka ada unsur Kapal Selam yang ikut dalam operasi itu "untuk apa...!?"kata mereka.

Mungkin mereka khawatir KS kita bisa dengan mudah menyelinap kedaerah mereka karena dalam rencana operasi tsb setiap armada tempur masing-masing negara berpatroli di wilayahnya masing masing setelah itu baru berkumpul disuatu titik kumpul dan berkonvomasuk ke Penang, Malaysia pada etape I dan Sabang, Indonesia pada etape II.  

Dengan penolakan secara tidak etis tersebut komandan KS RI Pasopati dengan nomer lambung 410 merasa panas, tetapi 
diredakan oleh Dan Guspurla demi persahabatan kedua negara, tapi diam - diam Komandan KS ingin memberi pelajaran kepada TLDM.

Pada etape I setelah selesai berpatroli maka semua kapal perang berkumpul di titik kumpul 
dan berkonvoi menuju Penang ... dan menjelang pintu masuk pelabuhan Penang, tiba - tiba KS RI Pasopati sudah muncul dulu disana dan membuat panik rombongan konvoi yang dipimpin oleh TLDM. Hal tersebut membuat kesal Panglima TLDM Kolonel Laut Sidiq dan berkata KS tidak usah ikut campur urusan patroli dan agar keluar dari formasi dan area patroli.


Pada etape II KS KRI Pasopati kelakukan free hunting (tidak mengikuti) pola patroli tetapi bebas menentukan sasaran sendiri dan setelah selesai seluruh kapal berpatroli masuk ke pelabuhan Sabang. Di sini awak KS KRI Pasopati ingin memberikan kejutan dan sekedar pamer kepada TLDM.

Dengan ketelitian yang tinggi KS masuk alur pelabuhan dengan cara menyelam padahal kedalam alur pelabuhan hanya 20 m, dari periskop terlihat awak Kapal TLDM jenis LST yang menjadi kapal komando tidak menyadari disekati oleh KS secara diam diam dan setelah tinggal jarak beberapa meter dari lambung kapal mereka, maka muncullah dengan tiba-tiba KS RI Pasopati dan membunyikan gauk (sirine) tanda kedatangan mereka, sehingga gemparlah pelabuhan Sabang terutama awak kapal TLDM yang kapalnya sudah ditempel sama KS RI Pasopati. 
 
Malamnya Komandan Guspurla datang kepada Komandan KS RI Pasopati dan menyalaminya sambil tersenyum dan berkata "Jangan Sembrono lagi ya", dijawab "Siap Laksamana".
 

Kisah RPKAD pernah pecundangi Serdadu SAS Inggris

Ini adalah cerita tentang pertempuran antara pasukan khusus Inggris yg diwakili oleh SAS dan pasukan khusus Indonesia yg tentu saja diwakili oleh prajurit dari RPKAD/Kopassus. Setting ceritanya adalah bulan April tahun 1965, ketika Indonesia sedang berkonfrontasi dengan Malaysia. Lokasi pertempuran di desa Mapu, Long Bawan, perbatasan Kalimantan Barat dan Sabah.


Saat itu batalion 2 RPKAD (sekarang Grup 2 Kopassus) baru saja terbentuk. batalion baru ini segera dikirim untuk misi khusus ke kalimantan barat. Mereka mendarat di Pontianak bulan Februari 1965, dan segera setelah itu mereka berjalan kaki menuju posnya di Balai Karangan yang jaraknya puluhan kilometer dari lapangan terbang.

Pos Balai Karangan merupakan pos terdepan TNI yang sebelum kedatangan RPKAD dijaga oleh infanteri dari batalion asal Jatim. Sekitar 1 km di depan pos Balai Karangan adalah pos terdepan tentara Inggris di desa Mapu yang dijaga oleh satu kompi British paratrooper dan beberapa orang SAS. Menyerang pos inilah yang menjadi misi khusus batalion RPKAD. Pos Mapu tersebut sering digunakan sebagai transit bagi personel SAS yang akan menyusup ke wilayah Indonesia. TNI ingin hal ini dihentikan dengan langsung melenyapkan pos tersebut.

Pos Inggris di Mapu tersebut terletak di puncak sebuah bukit kecil yang dikelilingi lembah, sehingga pos ini sangat mudah diamati dari jarak jauh. Selain itu, pos tersebut juga cukup jauh dari pasukan induknya yang kira-kira terpisah sejauh 32 km.

Pasukan RPKAD yang baru datang segera mempersiapkan setiap detail untuk melakukan penyerangan. Prajurit RPKAD yang terpilih kemudian ditugaskan untuk melakukan misi reconnaisance untuk memastikan kondisi medan secara lebih jelas. Mereka juga memetakan pos tersebut dengan detail sehingga bisa menjadi panduan bagi penyusunan strategi penyerangan, termasuk detail jalur keluar masuknya.

Tugas recon ini sangat berbahaya, mengingat SAS juga secara rutin melakukan pengamatan ke posisi-posisi TNI. Jika kedua recon tersebut berpapasan tanpa sengaja, bisa jadi akan terjadi kotak tembak yang akan membuyarkan rencana penyerangan. Oleh karena itu, recon RPKAD sangat berhati-hati dalam menjalankan misinya. Bahkan mereka menggunakan seragam milik prajurit zeni TNI AD untuk mengelabui musuh apabila terjadi kemungkinan mereka tertangkap atau tertembak dalam misi recon tersebut.

Setelah sebulan mempersiapkan penyerangan, pada 25 April 1965 gladi bersih dilakukan. Dari tiga kompi RPKAD yang ada di pos Balai Karangan. Komandan batalion, Mayor Sri Tamigen, akhirnya memutuskan hanya kompi B (Ben Hur) yang akan melakukan penyerangan. Sementara 2 kompi lainnya tetap berada di wilayah Indonesia untuk berjaga-jaga bila terjadi sesuatu.

Dalam penyerangan ini, kompi B diharuskan membawa persenjataan lengkap. Mulai dari senapan serbu AK-47, senapan mesin Bren, peluncur roket buatan Yugoslavia, dan Bangalore torpedoes, mainan terbaru RPKAD waktu itu, yang biasanya digunakan untuk menyingkirkan kawat berduri atau ranjau.

Selesai mengatur perbekalan, Ben Hur mulai bergerak melintasi perbatasan selepas Maghrib. Karena sangat berhati-hati, mereka baru sampai di desa Mapu pada pukul 0200 dini hari. Setelah itu mereka segera mengatur posisi seperti strategi yang telah disusun dan dilatih sebelumnya.

Pos Mapu berbentuk lingkaran yang dibagi ke dalam empat bagian yang masing-masing terdapat sarang senapan mesin. Perimeter luar dilindungi oleh kawat berduri, punji, dan ranjau claymore. Satu-satunya cara untuk merebut pos ini adalah dengan merangsek masuk kedalam perimeter tersebut dan bertarung jarak dekat. Menghujani pos ini dengan peluru dari luar perimeter tidak akan menghasilkan apa-apa karena didalam pos tersedia lubang-ubang perlindungan yang sangat kuat.

Beruntung, malam itu hujan turun dengan deras seolah alam merestui penyerangan tersebut, karena bunyi hujan menyamarkan langkah kaki dan gerakan puluhan prajurit komando RPKAD yang mengatur posisi di sekitar pos tersebut.

Setelah dibagi ke dalam tiga kelompok, prajurit komando RPKAD berpencar ke tiga arah yang telah ditetapkan. Peleton pertama akan menjadi pembuka serangan sekaligus penarik perhatian. Kedua peleton lainnya akan bergerak dari samping/rusuk dan akan menjebol perimeter dengan bagalore torpedoes agar para prajurit RPKAD bisa masuk ke dalam dan melakukan close combat.

Pada jam 04.30 saat yang dinanti-nanti tiba, peleton tengah membuka serangan dengan menembakkan senapan mesin Bren ke posisi pertahanan musuh. Segera setelah itu, dua peleton lainnya meledakkan bangalore torpedoes mereka dan terbukalah perimeter di kedua rusuk pertahanan pos tersebut. Puluhan prajurit RPKAD dengan gagah berani masuk menerjang ke dalam pos untuk mencari musuh.

Prajurit Inggris berada pada posisi yang tidak menguntungkan karena tidak siap dan sangat terkejut karena mereka tidak menduga akan diserang pada jarak dekat. Apalagi saat itu sebagian rekan mereka sedang keluar dari pos untuk berpatroli. Yang tersisa adalah 34 prajurit Inggris. Hal ini memang telah dipelajari recon RPKAD, bahwa ada hari-hari tertentu dimana 2/3 kekuatan di pos tersebut keluar untuk melakukan patroli atau misi lainnya. Dan hari itulah yang dipilih untuk hari penyerangan.

Dengan susah payah, akhirnya ke-34 orang tersebut berhasil menyusun pertahanan. Beberapa prajurit RPKAD yang sudah masuk ke pos harus melakukan pertempuran jarak dekat yang menegangkan. Dua prajurit RPKAD terkena tembakan dan gugur. Namun rekan mereka terus merangsek masuk dan berhasil menewaskan beberapa tentara Inggris dan melukai sebagian besar lainnya. Tentara Inggris yang tersisa hanya bisa bertahan sampai peluru terakhir mereka habis karena mereka telah terkepung.

Diantara yang terbunuh dalam pertempuran jarak dekat yang brutal tersebut adalah seorang anggota SAS. Ini adalah korban SAS pertama yang tewas ditangan tentara dari ASEAN. Namun sayangnya Inggris membantah hal ini. Bahkan dalam buku karangan Peter Harclerode berjudul "Para! Fifty Years of the Parachute Regiment halaman 261 pemerintah Inggris malah mengklaim mereka berhasil menewaskan 300 prajurit RPKAD dalam pertempuran brutal tersebut. Lucunya klaim pemerintah Inggris ini kemudian dibantah sendiri oleh penulis buku tersebut di halaman 265, ia menyebutkan bahwa casualties RPKAD hanya 2 orang. 
Secara logis memang angka 300 tidak mungkin karena pasukan yang menyerang hanya satu kompi. Pemerintah Inggris melakukan hal tersebut untuk menutupi rasa malu mereka karena dipecundangi tentara dari dunia ketiga, bahkan salah satu prajurit dari kesatuan terbaik mereka ikut terbunuh dalam pertempuran tersebut.
Pertempuran itu sendiri berakhir saat matahari mulai meninggi. Prajurit RPKAD yang sudah menguasai sepenuhnya pos Mapu segera menyingkir karena mereka mengetahui pasukan Inggris yang berpatroli sudah kembali beserta bala bantuan Inggris yang diturunkan dari helikopter. Mereka tidak sempat mengambil tawanan karena dikhawatirkan akan menghambat gerak laju mereka.

Sekembali di pos Balai Karangan, kompi Ben Hur disambut dengan suka cita oleh rekan-rekannya. Para prajurit yang terlibat dalam pertempuran mendapatkan promosi kenaikan pangkat luar biasa. Mereka juga diberi hadiah pemotongan masa tugas dan diberi kehormatan berbaris di depan Presiden Soekarno pada upacara peringatan kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1965.

Itulah cerita heroik batalion 2 RPKAD, cikal bakal Grup 2 Kopassus.
 

Kisah Pasukan Gabungan Kopassus-Marinir-Paskhas menyerbu Hotel Wijaya II Ambon

Tanggal 5 januari 2001 tim Kopassus, bersama-sama Marinir dan Paskhas dalam satuan tugas gabungan Komando Sektor (Kosektor)-1/gabungan TNI Maluku/Maluku Utara yang dipimpin Asisten Intelejen Danjen Kopassus Kolonel N.G Sugihartha, berangkat ke Ambon setelah mendapat perintah tugas mendadak pada tanggal 1 januari 2001.
Wakil Asisten Intelejen Danjen Kopassus Letkol I Nyoman Cantiasa (waktu itu berpangkat kapten) yang menjadi anggota tim Kosektor-1 melihat bagaimana warga kehilangan nyawa saat berjalan diruangg terbuka akibat gangguan para “sniper” yang disebar oleh pihak bertikai digedung2 kosong untuk menteror kota ambon. Ambon Manise sejenak menjadi Sarajevo.

Setiap hari ada laporan warga dari dua komunitas yang mengadukan kerabatnya menjadi korban sniper terus masuk.Situasi bertambah parah setelah kelompok separatis Republik Maluku Selatan (RMS) dan milisi luar ambon terutama dari pulau jawa ikut memperkeruh suasana disertai pasokan senjata dan bahan peledak yang juga membanjiri dari luar maluku dan dari luar negeri.
Maraknya peredaran senjata organic dipicu oleh pembobolan gudang senjata Polri di desa Tantui semasa konflik tahun 1999-2000. Kelompok bertikai menjebol lalu menjarah gudang senjata beserta amunisinya. Sekurangnya 900 pucuk senapan dan pistol serta granat tangan raib dari gudang. Yang lebih mengerikan lagi, saat sweeping ke daerah perusuh, ditemukan bom rakitan seukuran televise 17 inch. Bayangkan bila bom digunakan untuk menyerang keramaian masyarakat.

Para perusuh langsung menguji nyali aparat gabungan yang baru tiba dari Jakarta dengan serangang sporadis. Tembakan sporadic dan serangan bom rakitan silih berganti menghantam pos-pos aparat untuk memancing kerusuhan antar warga.

“Kami terkejut karena mendengar jenis letusan senjata yang digunakan sangat bervariasi. Peluru ukuran 9mm, 5,56mm, rentetan senapan mesin 7,62mm dan mortar terdengar bersautan. Belum lagi serangan panah,tombak,parang,golok,klewang hingga letupan letupan bom Molotov. Perusuh juga menggunakan alat polontar bom yang bias menjangkau jarak 250 meter,” kata Nyoman.
Tim Kosektor-1 segera menganalisa situasi untuk dapat meredakan konflik secepat mungkin berbekal pengalaman tugas di Timor Timur, Aceh dan Papua. Malam hari tanggal 19 januari saat tim berpatroli menggunakan panser tua Saraccen dan Saladin di deket pos keamanan Hotel Aman, tiba-tiba serangan bom dan tembakan muncuk kembali. Melalui komunikasi HT diketahui posisi musuh berada disekitar Hotel Wijaya II. Beberapa pos aparat yang diserang segera mendapat bantuan pada saat bersamaan.
Naluri seorang Prajurit Kopassus mendorong Nyoman untuk menganalisa sepat situasi lapangan. Sepuluh prajurit diperintahkan untuk naik ke gedung-gedung untuk memantau asal pancaran senjata api ditengah kegelapan. Setelah posisi diketahui, perintah serangan diberikan dan tembakan gencar aparat selama 5 menit menghantam posisi perusuh berhasil membungkam mereka untuk smementara waktu. Tiba-tiba disaluran HT terdengar makian perusuh, “arjuna-2, Arjuna-2, anjing, babi kamu!!”Rupanya saluran komunikasi TNI-Polri telah disadap oleh perusuh. (Arjuna-2 : Panggilan sandi Nyoman Cantasiana sebagai Kepala Seksi Operasi Kosektor-1).
Situasi kemudian mereda selama dua hari yang ternyata digunakan perusuh untuk menggalang kekuatan kembali. Menjelang malam 21 januari 2010, mereka menyerang lagi pos-pos dari berbagai arah. Dari hasil observasi para perusuh menempati gedung-gedung kosong yang telah rusak dikoyak kerusuhan.
Aparat setempat yang pada umumnya lebih mengedepankan kegiatan pembinaan warga, belum menguasai teknik perang kota. Tetapi, rapat tetap segera digelar Kosektor-1 dengan aparat setempat untuk menyerang perusuh di gedung-gedung kosong.
Tanggal 22 januari 2001, pukul 02.00 dini hari Nyoman Cantiasa segera menghadap Panglima Kodam XVI Pattimura Mayor Jenderal M Yasa untuk melaporkan perkembangan situasi terakhir karena perusuh semakin berani dan brutal. Ketika itu Kodam sedang mendapat bantuan Batalyon Gabungan (Yongab) Kopassus-Marinir-Paskhas di bawah pimpinan perwira Kopassus Mayor Ricky Samuel. Kosektor-1 segera mendapat bantuan satu kompi Yon Gab dengan unsur utama Kopassus dibantu Marinir dan Paskhas. 
Sasaran utama Hotel Wijaya II yang menjadi sarang perusuh dan sniper. Batalyon Pemukul Sektor juga diperbantukan untuk mengamankan lingkaran luar hotel yang akan diserbu. (Mayor Ricky Samuel: telah gugur dalam tugas medio tahun 2009 akibat kecelakaan helicopter saat menjabat Komandan Pusdikpassus Batujajar, Bandung).
Setelah Pangdam memberi lampu hijau untuk menyerang perusuh, pukul 05.00 WIT pasukan langsung bergerak kearah Hotel Wijaya II. Serangan pembukan dilakukan dengan granat kejut dan rentetan tembakan. Dengan cepat pasukan masuk dan menyerbu ruangan demi ruangan. Ledakan granat kejut dan rentetan tembakan terdengar dimana-mana. Sungguh pertempuran kota seperti pertempuran Stalinggrad di uni Soviet semasa perang dunia II. Pada saat bersamaan, patroli kapal Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Ambon berpatroli memblokir laut mencegah kaburnya perusuh atau datangnya bantuan dari laut.
Pembersihan hotel berlangsung hingga pukul 07.00. Aparat bertekad menangkap mereka hidup-hidup. Beberapa mencoba lari tapi berhasil dikejar disekitar hotel dan banyak juga yang menyerah tanpa syarat. Para perusuh sudah setahun menempati hotel wijaya II itu dan tidak pernah mengira aparat akan berani masuk menyerbu. Banyak dari mereka yang ditangkap ternyata dalam keadaan mabuk dan sisa-sisa pesta ditemukan didalam hotel. Tak disangka bahwa disaat masyarakat ambon dicekam ketakutan, ternyata para perusuh justru berpesta pora. Sebagian dari perusuh yang ditangkap adalah warga sipil, mantan tentara dan polisi yang ditangkap atau desersi.
Tim gabungan di lokasi juga menyita revolver, pistol FN 46, Colt 38, serta beragam senapan seperti AK 101, AK 102, Lee Enfield (LE), SKS, MK-1, MK-3, SS-1, M-16, SPR, US Carabine 30mm, Ruger mini, Mauser, senapan dan bom rakitan disertai dokumen berisi catatan serangan dan rencana serangan.
 

Please, Indonesia “darurat” Helikopter AKS

Eurocopter AS565 Panther. photo: wiki

Luasnya wilayah perairan Indonesia membutuhkan perhatian tersendiri. Utamanya menyangkut pertahanan dan kedaulatan negara. Hanya saja, jumlah kapal perang yang dimiliki TNI Angkatan Laut untuk menjaga seluruh perairan, masih jauh dari ideal. Realitas pepereangan modern menuntut bahwa sebuah kapal perang mampu untuk bertarung sendiri di tengah lautan menghadapi segala ancaman yang ada.
Saat ini Negara kita masih mengandalkan Van Speijk Class dan Sigma Class untuk menghadapi tuntutan tersebut. Pemerintah pun melakukan kerjasama dengan Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS) Belanda untuk pembuatan 2 Kapal PKR/Fregate. Dalam kerjasama ini akan disertakan dengan Transfer Of Technology kedepan Negara kita sudah bisa membangun Kapal perang besar secara mandiri.
Kembali lagi ke perang modern, untuk memenuhi kualitas kapal perang tersebut diperlukan radar yang mampu mendeteksi kapal dalam radius tertentu, rudal SSM, dan SAM. Dan jangan lupa, dalam filosofi TNI AL helikopter juga penting untuk kepanjangan mata dan telinga KRI.
Saat ini negara-negara tetangga mulai menambah armada kapal selam mereka. Seperti Australia yang berencana menambah 12 kapal selam dan Singapura dengan tipe 218SG buatan Jerman. Untuk menjaga KRI kita jika terjadi ancaman maka diperlukan Helikopter ASW/AKS (Anti Kapal Selam).
Pada pagelaran demo alutsista Koarmatim TNI AL pada beberapa waktu lalu, Skadron 400  Anti Kapal Selam Penerbal menunjukan atraksi memburu kapal selam menggunakan helikopter Dauphin buatan Eurocopter. Padahal sejak era 90-an kita sudah tidak memiliki lagi helicopter AKS.
Pada tahun 1960-an, negara kita memiliki helicopter pemburu kapal selam seperti MI-4 buatan Mil OKB, Uni Soviet (sekarang Rusia) dan Westland Wasp HAS MK1 buatan Inggris. Melalui pertunjukan kemarin bisa diartikan bahwa saat ini negara kita darurat helicopter AKS.
Dalam MEF pertama direncanakan Kemenhan akan membeli 11 helikopter AKS untuk Puspenerbal. Berbagai tipe sudah menyebar di media seperti AW 159 buatan Lynx Wildcat Inggris atau AS-565 Panther Eurocopter adalah calon kandidat alutsista Skadron 100 yang akan dihidupkan kembali. KSAL, Laksamana Marsetio pada 22 Februari 2013 menargetkan Helikopter AKS akan meramaikan HUT TNI pada bulan Oktober 2014 ini.
SONY DSC
Aksi Satkopaska Koarmatim
Aksi Satkopaska Koarmatim

“Kami harapkan helikopter anti kapal selam tersebut sudah bisa menjadi kebanggan pada saat peringatan hari jadi TNI tahun 2014,” kata Marsetio di Sidoarjo.
Sayangnya, pada beberapa hari lalu, melalui juru bicaranya, Laksamana Pertama Untung Suropati mengatakan bahwa pengadaan Helikopter AKS terkendala masalah anggaran karena mahalnya peralatan dan persenjataan. Namun, Untung menuturkan Helikopter AKS mutlak atau wajib mengisi TNI AL.
“Karena apapun kita ini negara maritim yang begitu luas. Laut kita bayangin aja 5.8 juta kilometer, ini bukan pekerjaan mudah untuk angkatan laut, untuk mengawal sekaligus melindungi lautnya.  Padahal filosofi kita khususnya pesawat udara dalam hal ini helikopter AKS sebagai kepanjangan mata dan telinga dari KRI,” ungkap Untung.
Pada beberapa hari lalu, penulis bertemu dengan orang nomer dua di Kemenhan. Saat ditanya masalah helicopter AKS, bapak ini pun mengatakan bahwa hingga kini belum ada bentuk permintaan dari Mabes TNI. Namun, rencana pengadaan helicopter AKS tetap berjalan.
“Sampai sekarang belum masuk, prosedurnya itu dari tim analisa dan evaluasi pengadaan membawa proposal spesifikasinya ke Mabes TNI lalu dari Mabes TNI dibawa ke Kemenhan. Nah disini kita akan mencocokan dengan kebutuhan dan anggaran yang ada,” tuturnya.
Negara-negara tetangga Indonesia pun telah melengkapi helikopter AKS di kapal perangnya seperti Singapura menggunakan Sikorsky S-70B Seahawk, Australia Sikorsky MH-60R dan Malaysia dengan Super Lynx. Filipina sendiri berencana membeli Helikopter AKS AgustaWestland 159 (AW-159). (By Jalo)

Jumat, 21 Maret 2014

Prajurit Indonesia Berpartisipasi Dalam Serah Terima Jabatan Force Commander MINUSTAH

Prajurit Indonesia Berpartisipasi Dalam Serah Terima Jabatan Force Commander MINUSTAH
Force Commander yang merupakan pucuk pimpinan  tertinggi seluruh kontingen Militer yang tergabung dalam MINUSTAH (United Nations Stabilization Mission In Haiti), melakukan serah terima jabatan. Letnan Jenderal Edson Leal Puyol yang telah menjabat sebagai Force Commander MINUSTAH di Haiti selama lebih kurang 1 tahun, pada beberapa waktu lalu menyerahkan komando pimpinannya kepada penggantinya Letnan Jendral Jose Luiz Jaborandy Junior, bertempat di Markas Brasil Batalyon di Charlie Camp, Port au Prince.
Satgas Kizi TNI Kontingen Garuda XXXII-C/Minustah Haiti yang merupakan kontingen militer wakil Indonesia, turut berpartisipasi dalam Upacara baik parade maupun defile yang diikuti oleh 20 Negara yang tergabung di dalam misi MINUSTAH.
Dalam sambutannya mewakili SRSG (Special Representative of Secretary General) Sandra Honore, Deputy SRSG Carl Alexandre dan juga dalam sambutan terakhir Force Commander Lt. Gen Edson Leal Pujol, kedua pejabat tersebut saling memberikan pujian serta ucapan terima kasih, apresiasi yang tinggi atas kerjasama yang telah diberikan baik kepada komponen sipil maupun komponen militer yang tergabung dalam misi pemulihan stabilitas di Haiti Pasca Gempa pada tahun 2010 lalu. Diharapkan seluruh komponen tetap memelihara kerjasama dan kordinasi yang erat, saling bahu membahu untuk kemanuasiaan yang selama ini telah ditunjukkan dengan baik oleh seluruh individu yang tergabung dalam MINUSTAH.
Dalam acara ramah tamah, ditampilkan pagelaran kesenian oleh beberapa perwakilan kontingen serta menampilkan kuliner dari berbagai Kontingen termasuk Kontingen Militer Indonesia yang menampilkan beberapa jenis jajanan pasar karya dan kreasi para prajurit seperti diantaranya lemper, bakwan, kue lapis, kelepon yang begitu diminati oleh para tamu hadirin. Kuliner khas Indonesia tersebut disajikan dengan sentuhan keramahtamahan Indonesia yang ditampilkan beberapa prajurit dengan berpakaian tradisional khas Indonesia.

TNI. 

TNI AD Kembangkan Tekonologi Nano Satelit dan Solar Cell

Kepala TNI Angkatan Darat (KASAD) Jenderal TNI Budiman (tengah) yang hadir bersama Kadispenad Brigjen TNI Andika Perkasa (kedua dari kiri)  sedang memberi keterangan kepada Redaksi BeritaSatu Media Holdings dalam acara Media Visit TNI Angkatan Darat di BeritaSatu Plaza, Jakarta, Rabu (19/3) Kedatangan (KASAD) Jenderal TNI Budiman ke Redaksi BeritaSatu Media Holdings menyampaikan bahwa Pihak TNI siap untuk mengamankan dan menciptakan suasana damai  PEMILU 2014 di Indonesia.

Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD) telah mengembangkan teknologi Nano Satelit. Selain itu, AD juga mengembangkan teknologi Solar Cell.
"Saya sudah kembangkan dengan Universitas Surya untuk riset. Sudah 16 riset yang akan dibuka ke media tanggal 30 Maret nanti. Antar lain Nano Satelit, Surveillance sebesar Capung, ada sebesar Burung Garuda dan Kelelawar," kata Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Budiman saat berkunjung ke redaksi Beritasatu Media Holding (BSMH) di Jakarta, Rabu (19/3).
Dia menjelaskan pihaknya juga sedang membangun Peluncur Roket yang murah, Sollar Cell, satelit Base Transceiver Station (BTS), dan Radio CNI. Total anggaran untuk 16 riset tersebut mencapai Rp 30 miliar.
"Semua dibuat dari bahan yang sangat murah. Peluncur Roket sangat murah. Solar Cell akan menjadi yang termurah di dunia. Kami harapkan Solar Cell untuk rakyat karena costnya masih mahal. Tinggal buat mencari bateri yang tahan lama dan murah," tuturnya.
Mengenai pembangunan BTS, dia tegaskan kedepan tidak lagi komunikasi melalui satelit. BTS itu pemakaiannya gratis dan dijamin keamanannya.
Menurutnya, kebijakan melakukan riset-riset tersebut untuk mendorong industri pertahanan di tanah air. Di sisi lain, agar bangsa ini tidak bergantung pada produk-produk dari luar negeri. Padahal anak-anak bangsa ini bisa memproduksinya.
"Di Kementerian Pertahanan (Kemhan), Cybermedia, 96 persen komponen lokal yang buat oleh mereka yang di bawah 30. Ada 35 hecker. Mereka ditakuti dunia," tuturnya.

KSAU: Pesawat F-16 Hibah Amerika Serikat Tiba Oktober


F 16
F 16
 
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI IB Putu Dunia mengatakan pesawat tempur F-16 hibah dari pemerintah Amerika Serikat dijadwalkan tiba pada Oktober 2014.
"Direncanakan F-16 sudah datang sebelum 5 Oktober peringatan Hari TNI," kata Marsekal TNI IB Putu Dunia kepada Antara saat meninjau persiapan fasiltias di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Rabu (19/3).

Ia mengatakan, jet tempur tersebut akan tiba secara bertahap ke Indonesia. "Untuk tahap awal, ada delapan pesawat yang akan datang," ujarnya.

Dalam kunjungannya, IB Putu Dunia meninjau persiapan fasilitas untuk F-16 yang akan ditempatkan di Lanud Pekanbaru. Kasau dalam kunjungan tersebut didampingi oleh Panglima Komando Operasi I TNI AU Marsekal Muda TNI M Syaugi dan Komandan Lanud Roesmin Nurjadi Kolonel Pnb Andyawan.

"Kita memantau langsung pembangunan skuadron 16, dan sejauh ini sangat memuaskan. Semua peralatan lengkap, dan kedepan kita berharap, Skuadron F-16 ini sebagai pilar terdepan kita untuk mengamankan kawasan kedaulatan NKRI," ujarnya.

Menurut dia, direncanakan akan ada 16 pesawat tempur F-16 di Lanud Pekanbaru. Komandan Lanud Roesmin Nurjadin Kolonel Pnb Andyawan mengatakan fasilitas untuk skuadron F-16 berdiri di lahan seluas sekitar 7 hektare. Fasilitas tersebut meliputi hanggar, hanggar perawatan, arena parkir pesawat terbang dan naungannya, gudang amunisi, asrama dan rumah tinggal pilot dan awak darat, perkantoran, dan lain-lain.

Ia mengatakan Mabes TNI memilih Pekanbaru sebagai lokasi jet tempur itu karena dinilai sebagai daerah strategis di Sumatra, untuk pengamanan wilayah barat Indonesia terutama di Selat Malaka. Sebab, selama ini pesawat-pesawat tempur Angkatan Udara Singapura hanya memerlukan waktu kurang dari satu menit untuk bisa berpapasan dengan garis batas wilayah kedaulatan Indonesia di Selat Philips dan Selat Singapura.

TNI AU mendatangkan F-16 Fighting Falcon blok 25 bekas Perang Irak, yang direncanakan akan ditingkatkan kapasitasnya (upgrade) ke blok 52+. Meskipun hibah dari Amerika Serikat, pemerintah tetap mengeluarkan biaya upgrade dengan biaya total sekitar 400 juta dolar AS memakai skema pembayaran foreign military sales.

Jika berjalan lancar, maka akan ada dua skuadron udara di Lanud Pekanbaru, yang kini sudah memiliki Skuadron Udara 12 berintikan Hawk 109 dan Hawk 209 buatan British Aerospace.