Sabtu, 25 Januari 2014

Rheinmetall Rh202 20mm: Kanon PSU Yang Ditakuti Perompak

Awak KRI Ki Hajar Dewantara sedang berlatih menembakkan Rheinmetall Rh202
Awak KRI Ki Hajar Dewantara sedang berlatih menembakkan Rheinmetall Rh202

Ragam dan tipe senjata untuk kapal perang di lingkungan TNI AL tentu berbeda, bicara seputar kanon misalnya, kalibernya jelas disesuaikan pada ukuran kapal dan peran dari kapal perang itu sendiri. Uniknya meski kaliber kanon di kapal perang TNI AL berlainan, tapi ada jenis kaliber yang menyatukan diantara beragam tipe kapal perang tersebut, yaitu pada platform kanon kaliber 20 mm.
Bila di frigat/korvet dan LST (landing ship tank), keberadaan kanon kaliber 20 mm menjelma sebagai senjata pendukung untuk target jarak dekat – sedang, termasuk pada peran PSU (Penangkis Serangan Udara). Maka lain hal untuk armada Satrol (Satuan Patroli) TNI AL, dengan basis kapal cepat dan bertonase ringan, sosok kanon kaliber 20 mm menjadi senjata utama, seperti dicontohkan pada kapal tipe PC-36 dan PC-40 yang mengusung kanon lawas Oerlikon 20mm/70 MK4. Dengan minimal menggotong kanon kaliber 20mm, diharapkan paling tidak kapal patroli TNI AL masih percaya diri dan mampu memberi efek deteren untuk malawan target sekelas perompak konvensional yang kerap menenteng senapan mesin.
38
KRI Pulau Rupat dan KRI Pulau Rengat, penyapu ranjau kelas Tripartite mengusung Rheinmetall 20 mm pada sisi haluan.
KRI Pulau Rupat dan KRI Pulau Rengat, penyapu ranjau kelas Tripartite mengusung Rheinmetall 20 mm pada sisi haluan.

TNI AL pun hingga kini punya beragam tipe senjata dengan basis kaliber 20mm. Selain generasi lawas Oerlikon 20mm/70 MK4, ada lagi kanon yang lebih baru, seperti Vektor G12 yang dipasang pada korvet SIGMA class dan KRI Clurit 641. Tapi ternyata yang populasinya paling banyak saat ini adalah tipe Rheinmetall Rh202 buatan Jerman.
Sejatinya Rheinmetall 20mm dirancang untuk menggasak sasaran udara yang terbang rendah, meski demikian kanon ini juga lumayan sangar untuk melibas sasaran di permukaan. Penempatan Rheinmetall 20mm Rh202 pada armada kapal perang TNI AL terlihat di LST KRI Teluk Banten, KRI Ki Hajar Dewantara 364, Penyapu Ranjau KRI Pulau Rupat 712, KRI Pulau Rengat 711, dan seri FPB-57.
af96d1efe3
Kanon ini sejatinya mulai dikembangkan sejak tahun 1968, dan pada 1969 mulai digunakan untuk memperkuat arhanud AU Jerman Barat pada masa Perang Dingin. Apa saja kebolehan kanon ini? Dari segi jangkauan tembak, Rheinmetall 20 mm mampu mengenai target hingga jarak maksimum 7.000 meter. Namun untuk efektivitas daya hancur hitungannya lain lagi, untuk sasaran udara, jarak tembak efektif hanya 1.600 meter, sedangkan untuk sasaran di permukaan, jarak tembak efektivnya 2.500 meter.
Untuk kecepatan memuntahkan amunisi, Rheinmetall 20 mm sanggup menembakkan mulai dari 880 hingga 1.030 peluru per menit. Lebih dalam lagi, kecepatan luncur peluru sanggup mencapai 1.050 meter per detik dengan amunisi tipe HE-T, dan 1.100 meter per detik dengan amunisi tipe AP-T. Amunisi disalurkan lewat sistem belt ke laras, dimana tiap belt dapat dirangkai hingga 200 peluru. Bila TNI AL menggunakan Rheinmetall Rh202 dengan laras tunggal, maka versi laras ganda (twin gun) kanon ini juga telah lama digunakan oleh satuan Arhanud TNI AD sejak era-90an.
Secara umum, kanon kaliber 20mm menjadi pilihan ideal untuk menghadapi ancaman konvesional bersenjata di lautan. Tentu tidak pas bila menghadapi perompak yang melaju dengan speed boat bermanuver tinggi dengan kanon kaliber berat. Sementara bila dihadapi dengan SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7mm seperti M2HB atau DShk-38 yang juga banyak terpasang di kapal TNI AL, jarak jangkauan tembaknya cenderung terbatas. (Haryo Adjie Nogo Seno)

Spesifikasi Rheinmetall Rh202 20 mm
Negara asal : Jerman
Kaliber : 20 mm
Jangkauan tembak maksimum : 7.000 meter
Jangkauan tembak efektif : 2.500 meter
Laras : Tunggal
Berat kanon : 76 kg

Indomil.

Thales MW08: Radar Intai Korvet SIGMA Class TNI AL

diponegoro24
Hingga kini, korvet SIGMA (Ship Integrated Geometrical Modularity Approach) masih menjadi flagship bagi armada kapal perang TNI AL. Selain datang dengan kondisi beli baru, 4 korvet SIGMA yang terdiri dari KRI Diponegoro 365, KRI Sultan Hasanuddin 366, KRI Sultan Iskandar Muda 367 dan KRI Frans Kaisiepo 368, memang punya bekas sistem senjata dan seabreg perangkat elektronik yang paling maju diantara kapal perang TNI AL lainnya.
Seperti sudah banyak disinggung, sista andalan korvet ini tak lain kanon reaksi cepat OTO Melara, rudal anti kapal MM-40 Exocet, rudal anti anti serangan udara (SAM) Mistral dengan peluncur Tetral, hingga torpedo A244-S. Sementara untuk perangkat elektronik penunjang misi tempur pun juga hadir lengkap. Semisal untuk combat system mengusung TACTICOS dari Thales Group, kemudian radar navigasi Sperry Marine BridgeMasterE ARPA, radar pengendali tembakan LIROD Mk 2, dan radar intai (surveillance radar) yakni MW08 3D multibeam.
Tampilan close up MW08
Tampilan close up MW08
MW-08_Radar_POS_Corte_Real_(F332)_2009-07-10
Bila di tulisan sebelumnya, kami mengupas Terma SCANTER 4100 sebagai radar intai terbaru untuk KRI Fatahillah 361. Nah, di tulisan ini kami singgung radar intai yang digunakan pada SIGMA Class TNI AL, yaitu MW08 buatan Thales Nederland (Belanda). Bagi Anda pemerhati alutsista, tidak sulit untuk ‘mencari’ dan ‘melihat’ sosok radar ini pada foto-foto SIGMA Class TNI AL, pasalnya inilah hardware yang ditempatkan paling tinggi di dudukan menara korvet.
Jika dibandingkan dengan SCANTER 4100 yang 2D (dua dimensi), maka MW08 sifatnya sudah 3D (tiga dimensi) multi beam dengan peran untuk pengintaian pada area permukaan dan udara. Dirunut dari spesifikasinya, MW08 termasuk dalam radar intai dengan short hingga medium range. Kebisaannya mencakup fungsi tracking, intai, dan akuisisi sasaran. Radar ini dirancang mampu mendeteksi secara otomatis hadirnya setiap ancaman dari pesawat tempur dan rudal yang melesat dengan kecepatan tinggi pada ketinggian sangat rendah dari permukaan laut (sea skimming). Dalam simulasi pertempuran, MW08 dapat men-track secara simultan 160 sasaran di udara dan 40 sasaran di permukaan. Keseluruhan pola kerja radar ini terintegrasi penuh dengan TACTICOS combat management system dan telah di dukung fitur IFF (identification friend or foe). Menurut informasi dari pihak Thales, radar ini dapat mendeteksi pesawat tempur yang melesat hingga kecepatan 4 Mach.
MW08 dapat dikenali sebagai perangkat yang ditempatkan paling atas dari menara kapal perang SIGMA Class TNI AL
MW08 dapat dikenali sebagai perangkat yang ditempatkan paling atas dari menara kapal perang SIGMA Class TNI AL
KRI Sultan Iskandar Muda 367
KRI Sultan Iskandar Muda 367
MW08 dilihat dari bawah menara pada KRI Diponegoro 365
MW08 dilihat dari bawah menara pada KRI Diponegoro 365
25022012_060318_3551_KILIC
MW08 berjalan di frekuensi G-band dengan power (peak) 50 kW dan mampu beroperasi penuh di segala cuaca. Stabilisasi antena menggunakan sistem hidrolik, untuk mendeteksi sasaran, kecepatan rotasi radar mencapai 27 rpm. Bagaimana dengan jangkauan deteksi radar canggih ini? Belum ada informasi yang pasti soal jangkauan, tapi merujuk ke tipe radar SMART-S yang punya spesifikasi serupa MW08, besar kemungkinan untuk medium range jangkauan deteksi sasaran bisa mencapai 150 km.
Selain Indonesia, MW08 juga digunakan untuk memperkuat frigat/korvet hingga kapal perusak di beragam negara, seperti AL Korea Selatan, Yunani, Portugal, Turki, dan Oman. (Bayu Pamungkas)

Wamenhan Arab Saudi Ingin Kerjasama Pertahanan Indonesia-Arab Saudi Meningkat

Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Kerajaan Arab Saudi Pangeran Salman bin Sultan bin Abdul Aziz, dalam kunjungannya ke Indonesia menyatakan harapannya hubungan kerjasama antara Indonesia dengan Arab Saudi khususnya kerjasama di bidang pertahanan yang sudah terjalin dengan baik selama ini terus meningkat.
“Saya berharap dan sangat berharap hubungan Indonesia – Arab Saudi akan selalu maju, untuk kepentingan kedua negara dan rakyatnya. Kami sangat dekat dan menghargai Indonesia, dan kami berharap Indonesia selalu maju”, ungkap Wamenhan Arab Saudi dalam kunjungannya di Mako Kopassus, Kamis (23/1) di Cijantung, Jakarta Timur.
Dalam kunjungan ke Mako Kopassus tersebut, Wamenhan Arab Saudi diterima Wakil Kepala Staff Angkatan Darat Letnan Jenderal TNI Munir dan Komandan Jenderal Kopassus Mayor Jenderal TNI Agus Sutomo didampingi jajaran Kopassus.
Kunjungan tersebut merupakan bagian dari serangkaian kunjungan ke Indonesia dalam rangka memenuhi undangan Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro dan Wamenhan RI Sjafrie Sjamsoeddin berkunjung ke Kemhan RI.
Selama di Mako Kopassus, Wamehan Arab Saudi menyaksikan secara langsung kesigapan dan uji latihan pasukan Penanggulangan Teror (Gultor) dalam pembebasan sandera. Selain itu, juga melihat kemampuan kendaraan tempur panser Anoa dan berkesempatan mencoba senjata-senjata buatan industri pertahanan dalam negeri, PT. Pindad. 
Usai kunjungan ke Mako Kopassus, dalam sela-sela kunjungan singkatnya ke Indonesia, Wamenhan Arab Saudi juga berkesempatan meninjau Statis Display Pesawat TNI Angkatan Udara produksi dalam negeri PT. DI antara lain pesawat CN 235, CN 295 dan helikopter Bell 412 di Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta.
Sebelumnya, Wamenhan Arab Saudi juga telah bertemu dengan Menhan RI Purnomo Yusgiantoro dan Wamenhan RI Sjafrie Sjamsoeddin serta menandatangani Defense Coorporation Agreement (DCA) atau Persetujuan Kerjasama Pertahanan antara Kementerian Pertahanan RI dan Arab Saudi di kantor Kemhan RI.
Kunjungan Wamenhan Arab Saudi ke Indonesia yang mewakili Kementerian Pertahanan Arab Saudi ini merupakan yang pertama sejak tahun 1950. Arab Saudi juga merupakan negara pertama di Timur Tengah yang menandatangani perjanjian kerjasama pertahanan dengan Indonesia.
Hal ini menjadikan kunjungan tersebut sebagai suatu tonggak sejarah bagi hubungan kedua negara dalam aspek pertahanan. Perjanjian kerjasama pertahanan yang telah ditandatangani kedua negara juga menjadi fondasi bagi implementasi kerjasama pertahanan, agar lebih erat, produktif dan konstruktif sebagai tindakan meningkatkan kapasitas bagi pertahanan Indonesia – Arab Saudi kearah yang lebih konkrit.

DMC. 

Kogabwilhan TNI dan Ancaman Luar Negeri


Tank Leopard 2A4 TNI AD
Tank Leopard 2A4 TNI AD

Tentara Nasional Indonesia (TNI) mulai mendaptkan ancaman yang meningkat dari negara lain, sehingga TNI mempercepat usahanya dalam memperkuat daya tangkal dengan merombak struktur agar bisa lebih cepat menggelar dan menempatkan pasukan, termasuk mengembangkan korps marinir serta pengadaan persenjataan ofensif jarak jauh.
Tindakan ini akan menjadi salah satu terobosan kebijakan militer Presiden Susilo Yudhoyono, yang aturannya akan diterapkan Juni 2014, untuk pembentukan formasi komando gabungan wilayah pertahanan regional yang disingkat Kogabwilhan.
Rencana ini akan mengintegrasikan kekuatan regional: Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara ke dalam kelompok pertahanan terpadu, yang akan diposisikan di flashpoint pertahanan tertentu, untuk menjaga integritas teritorial dan kedaulatan negara.
“Tapi fungsi Kogabwilhan tidak sebatas hal itu. Kogabwilhan juga berfungsi memberikan deterrence/ daya gentar terhadap negara-negara lain karena perintah komandonya fleksibel, dan memiliki sumber daya untuk dengan cepat menggerakkan pasukan”, ujar Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.
Setiap kelompok Kogabwilhan akan dilengkapi armada kapal perang sendiri, skuadron jet tempur dan unit Angkatan Darat. Komandan setiap kelompok, seorang jenderal bintang tiga, akan diberikan wewenang untuk merespon tanpa harus melalui birokrasi dari markas TNI di Jakarta .
Dalam struktur yang ada saat ini, TNI tidak bisa langsung menanggapi sebuah insiden, misalnya ada serangan asing ke wilayah timur, sampai komando pusat menugaskan seorang perwira bintang tiga sebagai commanding officer dan menyusun penempatan pasukan dan perintah pengadaan logistik.
“Kami selalu waspada atas ancaman di masa depan dari negara lain. Tapi struktur dan Komando yang ada, tidak cukup untuk melakukan respon dengan segera. Kogabwilhan akan menambal lubang tersebut,” ujar Dirjen Renhan, Kementerian Pertahanan Marsda TNI FX Bambang Sulistyo.
Pemerintah berencana memiliki empat kelompok Kogabwilhan mencakup beberapa Flashpoint, yang menurut pejabat kementerian adalah: Aceh, Natuna Kepulauan Riau, Papua dan Attambua Nusa Tenggara Timur.
Aceh termasuk dalam rencana, karena kekhawatiran munculnya gerakan separatis lain, dan juga karena letaknya yang strategis di mulut Selat Malaka yang super sibuk .
Sementara itu, Natuna terletak dekat Laut Cina Selatan, di mana negara China sengketa perbatasan dengan beberapa negara ASEAN yang sebagian besar didukung Amerika Serikat. Indonesia tidak terlibat dalam sengketa teritorial. Papua dipilih karena adanya konflik separatis dan Attambua karena kedekatan wilayahnya dengan Timor Timur (Timor Leste) dan Australia.
Rudal Krypton Kh-31 diusung Fighter Sukhoi Indonesia (photo: FB Jiwa Merah Putih)
Rudal Krypton Kh-31 diusung Fighter Sukhoi Indonesia (photo: FB Jiwa Merah Putih)

Markas (HQ) dari masing-masing kelompok Kogabwilhan tidak harus berada di lokasi penempatan pasukan/deployment. Misalnya, untuk mengkover Natuna, Komandonya bisa saja dibentuk di ibukota Kalimantan Barat, Pontianak atau di ibukota Riau Pekanbaru.
“Kami belum memutuskan apakah akan memiliki tiga atau empat kelompok Kogabwilhan. Jika kita memiliki empat maka harus mencakup bidang timur, barat dan tengah Indonesia. Komando untuk pulau Jawa akan berdiri sendiri, ” ujar Menteri Pertahanan.
Untuk mendukung kebijakan tersebut kementerian sedang melakukan apa yang disebut “right-sizing” dalam penugasan personilnya, di mana prioritas ditujukan bagi pasukan pemukul daripada pasukan pendukung.
“Tidak akan ada penambahan jumlah pasukan. Apa yang kita lakukan adalah memilih dan menugaskan kembali prajurit ke dalam divisi-divisi yang prioritas,” ujar Purnomo. Pada tahun 2013, Indonesia memiliki sekitar 460.000 personil dan setiap tahun ada 13000 yang pensiun.
Sebagai bagian dari restrukturisasi, Kementerian Pertahanan sedang melakukan proses pengembangan satuan Marinir, dengan penambahan terbaru, Batalyon Marinir ke-10 di Pulau Setokok, sekitar 4 kilometer sebelah tenggara dari Pulau Batam, Kepulauan Riau. Presiden Yudhoyono dijadwalkan meresmikan batalion yang ditugaskan dengan 600 personil, pada bulan Maret 2014.
Tanda-tanda bahwa TNI serius dalam menyusun cara memandang dunia luar, baru-baru ini disetujui pembelian selusin kapal selam Kilo Class Rusia. Sebuah tim dijadwalkan terbang ke Moskow pada akhir bulan untuk memproses pembelian melalui fasilitas kredit ekspor Rusia, yang disertai suku bunga rendah.
“Apa yang akan menjadi game changer bukanlah kapal selam kilo, tetapi rudal jelajah Club- S yang diangkut kapal selam tersebut,” ujar Purnomo. Ia menambahkan bahwa rudal itu bisa mencapai target sejauh 400 km.
Indonesia ini juga sedang menunggu pengiriman 30 pesawat tempur F-16 yang diperbaharui (refurbished) dan selusin helikopter serang Apache dari AS, yang dimulai tahun ini, serta 103 Tank Tempur Utama Leopard refurbished dari Jerman.
Anggota DPR Komisi Pertahanan, intelijen dan urusan luar negeri Susaningtyas Handayani Kertopati mengatakan, TNI harus memperkuat pendekatan “outward looking” pada saat tanda-tanda ancaman meningkat.
“Ancaman terbesar jelas akan berasal dari Australia, ” katanya.
Baru-baru ini, Australia meminta maaf kepada Indonesia setelah kapal patroli perbatasan mereka, memasuki perairan Indonesia tanpa izin dalam upaya menghentikan migran/ manusia perahu.
Seorang pejabat Departemen Pertahanan telah memperingatkan bahwa kebijakan “tow-back” Australia akan menyulut konflik. Kebijakan tersebut mencakup tindakan Angkatan Laut Australia yang mencegat kapal manusia perahu menuju Australia dan memaksanya kembali ke perairan Indonesia.
“Sekarang kami memiliki tiga frigat di perbatasan, bentrokan bisa saja terjadi ketika Angkatan Laut kita mencegah towing- back yang dilakukan Australia”, ujar pejabat yang tidak mau disebutkan namanya, terkait isu sensitif tersebut .
Selama empat dekade TNI telah berhasil memadamkan ancaman dalam negeri -terutama, konflik separatis di Aceh dan Papua, serta kekerasan komunal dan sektarian di Kalimantan dan Maluku. Sumber daya pasukan dan struktur komandonya sebagian besar disesuaikan dengan kondisi yang ada.
Tapi setelah ancaman dalam negeri surut dalam delapan tahun terakhir, TNI secara bertahap mengalihkan fokusnya untuk membangun kemampuan daya tangkal/ deterrent dan mulai mengambil pendekatan yang lebih serius terhadap ancaman dari pihak asing. (thejakartapost.com).

Jumat, 24 Januari 2014

DUA ELANG MUDA KHATULISTIWA CAPAI TERBANG SOLO PERTAMA


 Komandan Lanud Supadio Kolonel Pnb Ir. Novyan Samyoga memberikan ucapan selamat kepada para penerbang yang meraih terbang solo pesawat Hawk 100/200.

Komandan Lanud Supadio Kolonel Pnb Ir. Novyan Samyoga menyiramkan air kembang di kepala dua Elang Muda Khatulistiwa yaitu Letda Pnb Yasrul Ardya Nugraha,S.S.T.Han dan Letda Pnb M. Teguh E.P,S.S.T.Han dalam upacara tradisi setelah melaksanakan terbang solo pertama dalam fase General Flight dengan pesawat Hawk 100/200 di Skadron Udara 1, Jumat (24/1).
Danlanud Supadio dalam sambutannya mengatakan, dengan adanya acara tradisi ini akan memberikan kebanggaan tersendiri bagi pribadi, keluarga maupun satuan. Pencapaian tersebut bagi seorang penerbang merupakan prestasi yang gemilang dan tentunya dinanti - nantikan oleh setiap penerbang serta menjadi bekal motivasi kepada para siswa agar dapat melaksanakan pendidikan lanjutan lebih baik dan lebih confident.
Sedangkan sasaran yang dicapai agar para siswa dapat melaksanakan seluruh program pendidikan dengan baik dan lancar dengan mengutamakan zero accident. Disamping itu juga agar para siswa bisa belajar, berlatih sebaik mungkin mengikuti apa yang disampaikan oleh para instruktur dan harus berprestasi dengan baik.
Upacara tradisi terbang solo ini menandai bertambahnya kekuatan jajaran penerbang di Skadron Udara 1 Lanud Supadio yaitu Elang 44 dan Elang 45. Terbang solo sendiri merupakan tahapan pertama yang harus dilalui oleh para penerbang dari rangkaian Pendidikan Transisi XIII penerbang Hawk 100/200 Skadron Udara 1.
Letda Pnb M. Teguh E.P,S.S.T.Han merupakan anak semata wayang yang lahir di Jakarta, 28 September 1988 sedangkan Letda Pnb Yasrul Ardya Nugraha,S.S.T.Han lahir di Malang, 20 Mei 1989. Keduanya merupakan lulusan Akademi TNI Angkatan Udara tahun 2011 dan Sekolah Penerbang Angkatan Ke-83 Lanud Adi Sucipto tahun 2013.
”Dalam menjalani fase transisi sesuai dengan Silabi Pendidikan Transisi XIII seorang penerbang baru wajib melaksanakan 132 jam ground school (bina kelas), latihan terbang pre transisi (pengenalan pesawat Hawk 100/200) sebanyak 10 jam, latihan simulator 33 jam dan 18 fase latihan penerbangan” jelas Letda Pnb M. Teguh E.P disela – sela temu dengan wartawan. Kedua penerbang ini dibina langsung oleh Komandan Skadron Udara 1 Letkol Pnb Radar Suharsono dan Instruktur Penerbang dari Skadron Udara 1.

Tatap Muka Pangdam XVII/Cenderawasih Dengan Daniel Kogoya


Tatap Muka Pangdam XVII/Cenderawasih Dengan Daniel Kogoya

Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Drs. Christian Zebua MM melakukan tatap muka dengan Daniel Kogoya yang merupakan salah satu tokoh sentral Tentara Perjuangan Nasional Organisasi Papua Merdeka Papua Barat (TPN OPM PB),  dengan  jabatan terakhir  Kepala Staf (TPN OPM PB) Pimpinan Kelly Kwalik, bertempat di ruang Cycloop Kodam XVII/Cenderawasih. Rabu (22/01)
Kegiatan tatap muka tersebut merupakan bentuk jalinan hubungan yang baik antara Kodam dengan tokoh masyarakat di papua. Dalam pertemuan itu, Pangdam  menyampaikan agar Daniel Kogoya dapat mengajak rekan-rekan yang masih berada di hutan untuk turun dan bersama-sama membangun Papua.
Pangdam juga menyampaikan bahwa setiap kebijakan yang diambil oleh Kodam selalu didasari dengan hati dan untuk kepentingan seluruh masyarakat.  Pangdam akan menindak tegas terhadap setiap masyarakat sipil yang bersenjata dan selalu meresahkan masyarakat di Papua. Seperti yang terjadi disekitar area freeport diamana dua orang kelompok kriminal bersenjata tewas dalam operasi pengamanan.
Dalam tanggapannya, Daniel Kogoya menyatakan dirinya bersedia mengajak rekan-rekanya yang masih berada di hutan untuk turun dan membangun Papua seperti yang menjadi harapan kita semua. Daniel akan berupaya melakukan komunikasi secara perlahan untuk memberikan pengertian kepada mereka sehingga mereka turun dan kembali ke pangkuan NKRI. Daniel Kogoya selanjutnya mengatakan bahwa dia telah melihat dan merasakan langsung hasil pembangunan yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk mensejahterakan rakyat Papua. Selanjutnya dia akan mengajak masyarakat yang lain  yang masih bersenjata untuk menyerahkan senjata dan menciptakan kedamaian sehingga semua orang dapat merasakan hasil pembangunan yang semakin meningkat di Papua.
Pertermuan antara Pangdam dan Daniel Kogoya dilanjutkan makan siang bersama di ruang makan Cycloop Makodam XVII/Cenderawasih. Turut hadir dalam pertemuan tersebut Asops Kodam Kol Inf Frengky dan Waaster Kodam Letkol Kav Edward.

Pasukan Serbia dan Pasukan Kontingen Garuda Perkuat Amankan di Blue Line Lebanon

Panglima Angkatan Bersenjata Serbia Jenderal Dikovic didampingi Brigjen Glisovic beserta Staff mengunjungi Sektor Timur UNIFIL (United Nation Interim Force in Lebanon). Dalam kunjungan tersebut beliau diterima langsung oleh Komandan Sektor Timur (Dansektor Timur) Brigjen Fransisco Jose Dacoba Cervinho, Wakil Komandan Sektor Timur (Wadansektor Timur) Kolonel Inf Kemal Hendrayadi dan Kepala Staff Sektor Timur Kolonel Fernando Rosa Lamora beserta Staff terkait berkaitan rotasi pergantian pasukan bertempat di UN 7-2, Blate, Lebanon, Jumat (24/1/2014).
Keberadaan Pasukan Serbia dalam UN Mission ini, baik secara administrasi ataupun komando pengendalian berada di bawah kendali langsung Pasukan Spanyol sebagai Main Body Sector East HQ.
Pada kesempatan tersebut juga, Beliau berkesempatan meninjau gelar Pasukan Serbia di lapangan baik yang berupa Permanent Check Point dan Temporary Check Point yang berada di sepanjang sektor tanggung jawabnya Area Of Responsibility (AOR), termasuk meninjau Panorama Point yang berada dalam wilayah tanggung jawab Kontingen Garuda sebagai pasukan tetangga terdekat .
Wilayah tanggung jawab Indonesia yang terletak satu poros dengan Serbia, membuat kedekatan koordinasi pada level taktis di lapangan untuk menghindari duplikasi tugas dan tanggung jawab masing-masing, Oleh karena itu diawali pada koordinasi level atas, maka pengaturan deployment pasukan di tata sedemikian rupa di staff Seceast HQ, baik dari segi waktu, tempat dan jenis kegiatan di lapangan.

TNI.