Minggu, 22 Desember 2013

Sukarno, Duta Besar AS, dan Majalah `Playboy`

Sukarno, Duta Besar AS, dan Majalah `Playboy`
Bung Karno (Istimewa)

Marshall Green menyerahkan surat kepercayaan sebagai Duta Besar Amerika Serikat kepada Presiden Sukarno, 26 Juli 1965, di Istana Merdeka, Jakarta. Hanya 5 hari sejak kedatangannya di Indonesia. Para duta besar lain harus menunggu beberapa minggu untuk tiba di momen tersebut.
Hubungan AS dan Indonesia buruk sejak akhir 1950-an. Pemicunya beberapa: konfrontasi Indonesia dengan Malaysia, ancaman nasionalisasi perusahaan AS di Indonesia, serangan ke kantor perwakilan AS di Indonesia, juga dugaan keterlibatan AS dalam pemberontakan PRRI/Permesta.
Dalam suasana politik semacam itu, Green menyampaikan pidato. Datar dan normatif. Lalu, giliran Sukarno diberi kesempatan bicara.
Setelah memberikan jawaban atas surat kepercayaan itu, Sukarno menyerang kebijakan luar negeri AS. Green pun 'terbakar' tapi bisa menahan diri.
"Meski kebiasaan diplomatik akan membenarkan jika saya meninggalkan ruangan, saya tidak punya pilihan kecuali tetap di sana. Meninggalkan ruangan barangkali akan menyebabkan Sukarno menyatakan saya persona non grata..." tulis Green dalam memoarnya yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul Dari Sukarno ke Soeharto: G30S/PKI dari Kacamata Seorang Duta Besar.
Kemudian, Sukarno memperkenalkan Green kepada para pejabat Indonesia yang hadir. Salah satunya, Supeni, petinggi di Departemen Luar Negeri.
Green berkata ke Supeni, "Nyonya Supeni senang sekali saya berkenalan dengan Anda. Tahukah Anda, dengan kebaya hijau dan selendang keemasan, saya menjadi terpaku saat Presiden berpidato tadi. Saya tak menangkap semua kata-kata yang diucapkannya. Bisakah Anda menceritakan kepada saya apa yang diucapkannya?"


Sukarno bersama John F Kennedy di Amerika Serikat.

Suasana menjadi tegang. Semua menutup mulut. Tiba-tiba, Sukarno menepuk paha dan tawanya meledak. Suasana mencair. Hadirin lega.
Pada 31 Agustus 1965, Green mendapat kesempatan bertemu lagi dengan Sukarno. Berdua saja. Percakapan berlangsung hangat kentai Sukarno tetap menunjukkan ketidaksenangannya kepada politik luar negeri AS. 10 hari sebelumnya, ribuan demonstran menyerbu dan menduduki Konsulat AS di Surabaya.
Sebelum berpisah, Sukarno berbisik. Ia minta dibawakan majalah Playboy dengan alasan menyukai ulasan tentang film dan teaternya. Selain foto-foto telanjang, majalah itu sejatinya memang sarat dengan esai berkualitas dan reportase keren.
Istri Green, yang sedang berada di Washington DC, mengirim majalah itu dalam kantung diplomatik.
Sebelum mengirim ke Sukarno. Green berpikir, "Segera saya sadar bahwa ini mungkin sebuah jebakan. Pasti Sukarno punya cara yang lebih mudah untuk mendapatkannya..."
Boleh jadi, dalam imajinasi Green, dalam sebuah pertemuan, Sukarno bakal berujar,"Jawablah Duta Besar Green, ya atau tidak. Benarkah Tuan telah mengirimi saya, Bung Karno yang murni dan polos, majalah-majalah Playboy yang kotor?"
Green tak pernah mengirim majalah tersebut ke Sukarno.


Marshall Green bersama Sukarno.

Pada 28 September 1965, Green bertemu lagi dengan Sukarno. Green tak sendiri, ia bersama Duta Besar Meksiko Albaran. Mereka bertemu dalam acara peletakan batu pertama pembangunan kampus Universitas Indonesia.
Green yakin ia dijebak. Sukarno tahu dirinya sangat tak suka durian. Bau buah itu, kata Green, seperti keju busuk. Tapi, di hadapan ribuan orang, Sukarno mendesak Green untuk mencicipinya.
"...saya terpaksa menelan makanan yang menjijikkan itu demi kehormatan negara saya," tulis Green. Itulah pertemuan terakhirnya dengan Sukarno.
2 hari kemudian, peristiwa G30S meletus. Pada 30 September malam itu, Green menonton wayang di pinggiran Jakarta, atas undangan diplomat Selandia Baru. "Ketika saya pulang naik becak dini hari, jalan-jalan di ibukota terasa sunyi," katanya.
Keesokan harinya, pada pukul 08.00, baru Green tahu telah terjadi pembunuhan para jenderal Angkatan Darat. Di RRI, ia mendengar, Gerakan 30 September telah menyelamatkan Sukarno dari kudeta CIA yang melibatkan Dewan Jenderal.
Keterlibatan CIA hanya satu versi cerita dari G30S. Versi resmi menyatakan PKI adalah dalang semua kekacauan ini. Yang pasti, peristiwa itu merupakan prolog dari kejatuhan Sukarno.
 

`Dokumen Supardjo`, Kesimpulan Pelaku Mengapa G 30 S Gagal

`Dokumen Supardjo`, Kesimpulan Pelaku Mengapa G 30 S Gagal
Istimewa
 
Mengapa Gerakan 30 September 1965 gagal, bahkan hanya dalam hitungan hari? Padahal PKI, pihak yang dalam versi resmi dituding sebagai dalang, bukan partai gurem. Anggotanya jutaan. Sejumlah perwira militer juga terlbat.

Sejumlah akademisi telah coba menguliknya. Salah satunya adalah John Roosa, sejarawan dari Universitas Columbia, Kanada. Dalam buku Pretext for Mass Murder: The September 30th Movement and Suharto's Coup d'Etat in Indonesia (2006), ia mengarisbawahi kehadiran catatan yang dibuat Brigjen Supardjo, salah seorang yang terlibat dalam gerakan tersebut--bahkan tentara dengan pangkat tertinggi.
Catatan itu berjudul 'Beberapa Pendapat jang Mempengaruhi Gagalnja “G-30-S” Dipandang dari Sudut Militer (1966).' Selama puluhan tahun, para analis mengabaikannya meski tersedia di Museum TNI Satria Mandala, Jakarta. Roosa kemudian menyebutnya sebagai 'Dokumen Supardjo.'
Menurut Roosa, Dokumen Supardjo penting karena ditulis sebelum ia tertangkap. "...informasi yang terkandung di dalamnya mempunyai bobot keterandalan dan kejujuran yang khas. Supardjo menulis demi kepentingan kawan-kawannya, bukan bagi para interogator dan penuntut umum yang memusuhinya," tulisnya.
Kesimpulan Supardjo: G 30 S gagal karena gerakan ini dipimpin seorang sipil, Sjam, yang tahu sedikit sekali tentang prosedur-prosedur kemiliteran. "Dengan menempatkan diri sebagai orang yang berwenang atas sebuah aksi militer, Sjam menimbulkan kekacauan tentang garis komando di dalam kelompok inti," tulis Roosa.
Saat tiba di Halim Perdanakusumah, sehari sebelum kejadian, Supardjo mengaku bingung tentang siapa sebenarnya yang memimpin G 30 S. Gerakan ini mengabaikan prinsip-prinsip baku organisasi kemiliteran, tidak memiliki komandan tunggal.
"Kerja sama antara kelompok PKI (Sjam dan Pono) dengan kelompok militer (Untung, Latief, dan Soejono) tersusun sangat longgar, sehingga dua kelompok tersebut terus-menerus berdebat tentang apa yang harus dilakukan, bahkan pada saat-saat kritis ketika keputusan harus segera diambil," tulis Roosa.

Persiapan Tidak Matang
Roosa menyatakan, Supardjo menulis catatan itu sebagai seorang perwira yang dibingungkan oleh semua penyimpangan gerakan dari praktik baku kemiliteran. Supardjo menjadi brigadir jenderal pada umur 44 karena kepiawaiannya sebagai ahli strategi dalam sejumlah pertempuran.
Dalam bagian lain, Supardjo menulis, perencanaan gerakan ini kurang matang. "Rentjana operasinja ternjata tidak djelas. Terlalu dangkal. Titik berat hanja pada pengambilan 7 Djenderal sadja. Bagaimana kemudian bila berhasil, tidak djelas, atau bagaimana kalau gagal djuga tidak djelas," tulis Supardjo.
Supardjo memang lebih berfungsi sebagai penasihat ketimbang sebagai panglima. Lihat, ia baru datang pada 29 September ke Jakarta. Pada hari-hari sebelumnya, ia ada di Kalimantan sebagai komandan militer dalam konfrontasi dengan Malaysia.
Melihat kemampuan dan kebesaran PKI, Supardjo yakin, gerakan itu sebenarnya bisa berhasil jika dipersiapkan dengan matang.
"Saja ibaratkan seorang pemasak jang mempunjai bumbu, sayur2 jang serba tjukup, tetapi kalau tidak pandai menilai temperatur dari panasnja minjak, besarnja api, bilamana bumbu2 itu ditjemplungkan dan mana jang didahulukan dimasak maka masakan itu pun tidak akan enak," tulisnya.
Supardjo belakangan ditangkap. Ia dieksekusi mati pada 13 Maret 1967.
 

Konga Monusco bangun jalan Dungu-Ngilima

Dokumen foto prajurit Satgas Kompi Zeni TNI Kontingen Garuda XX-I/Monusco membangun jalan di Republik Demokratik Kongo. (ANTARA/Perwira Penerangan Konga XX-I/Monusco, Lettu Cku Sulikan)
 
 
Prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang tergabung dalam Satuan Tugas Kompi Zeni Kontingen Garuda di Kongo (Konga XX-J/Mission de I Organisation de republic des Nation Unies Pour la Stabilisation en Republique Democratique du Congo - Monusco) membangun jalan Dungu-Ngilima.

Konga Monusco dikomandani Letkol Czi Irfan Siddiq itu membangun jalan di Republik Demokratik Kongo sepanjang 40 kilometer sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Konga selama ini bekerja atas mandat pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kepada TNI.

Perwira Penerangan Konga XX-J/Monusco, Kapten Laut (P) Dimas Apriyanto, melalui surat elektronik yang kepada ANTARA News di Jakarta, Minggu, mengemukakan bahwa keberhasilan ini ditandai dengan acara serah terima pekerjaan jalan dari pihak Monusco kepada pemerintah lokal.

Dalam acara tersebut, dikemukakannya, ada penandatangan naskah serah terima hasil pekerjaan dari pejabat sementara Kepala Kantor Monusco, Leonidas Nkingiye, dengan Kepala Administrasi Otoritas Lokal Dungu, Christopher Ikando, dan Komandan Satgas Konga XX-J, Letkol Czi Irfan Siddiq, bertempat di Aula Sudirman, Bumi Nusantara Camp, Dungu-Kongo, Sabtu (21/12).

Sebelum acara serah terima dilaksanakan, mereka melalui inspeksi bersama yang juga melibatkan beberapa pejabat sipil PBB dan pemerintah lokal.

Inspeksi dimulai dari titik awal (KM 0) tempat dimulainya pekerjaan perbaikan jalan (Dungu) dan berakhir pada KM 40 (Ngilima).

Dimas mengemukakan, atas kerja keras dan jerih payah dari para prajurit TNI Konga XX-J selama setahun bertugas, maka jalan yang terbentang di antara hutan dan rawa itu membuka keterisoliran warga setempat, sehingga mereka menyambut sekaligus memberikan apresiasi sangat baik.

"Jalanan yang dulunya berlubang, berbatu dan bergelombang maupun tergenang air manakala hujan turun sudah tidak ada lagi karena telah berubah layaknya jalan tol yang membelah hutan dan rawa," katanya.

Dengan kondisi jalan sekarang, masyarakat setempat dapat menempuh perjalanan antar kedua kota tersebut hanya dalam waktu 1,5 jam, dimana sebelumnya harus ditempuh dalam waktu empat sampai dengan lima jam.

Hal ini, dikemukakannya, menimbulkan implikasi positif pada kelancaran mobilitas barang dan jasa antar kedua daerah, sehingga laju pembangunan dan perekonomian masyarakat meningkat ke arah yang lebih baik.

Selain itu, ia menilai, stabilitas keamanan di daerah tersebut dapat semakin terjamin karena patroli keamanan dapat berjalan secara rutin tanpa adanya hambatan, karena jalan Dungu-Ngilima merupakan daerah basis pergerakan pemberontak LRA (Lord Resistance Army) yang sering membuat kekacauan.

Christopher Ikando mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Kizi TNI Konga XX-J atas dedikasi dan kerja kerasnya selama ini sebagai bagian dari personel perdamaian dunia PBB di Kongo.

Sabtu, 21 Desember 2013

Ini Dia Ancaman Bahaya Pemindahan Penerbangan Komersial ke Halim

Bandara Halim PK (ist-google)
Bandara Halim PK (ist-google)

Mulai Januari 2014, sebagian rute penerbangan komersil, direncanakan bakal dipindahkan dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng ke Halim Perdana Kusumah. Namun, pengalihan sebagian rute penerbangan itu, dinilai tak tepat. Apalagi dilakukan tanpa persiapan  matang. Selain itu Halim memang, tak didesain sebagai bandara untuk penerbangan komersil.
Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Chappy Hakim, mengatakan itu dalam sebuah diskusi bertajuk, ” Tinjauan Industri Penerbangan di Indonesia Tahun 2012 dan Outlook Tahun Politik Indonesia 2014,” di Jakarta, Kamis (19/12). Menurut Chappy, oleh organisasi penerbangan internasional, posisi dunia penerbangan Indonesia, belum begitu baik. Indonesia, masuk kategori dua, atau dunia penerbangannya belum aman.
“Ada beberapa masalah yang menonjol, salah satunya over kapasitas dari airport,” katanya.
Sekarang misalnya, Bandara Soetta, sudah mengalami over capacity. Bandara yang ada di Cengkareng itu didesain untuk menampung 22 juta penumpang per tahun. Tapi, tahun lalu sudah 54 juta penumpang yang mampir di Bandara Soetta. Artinya, ada peningkatan penumpang mendekati tiga kali lipatnya.
“Akibat terlihat delay yang sangat massif. Terjadi kelambatan. Ini akar masalahnya, market tinggi, maskapai juga berkembang, tapi tak di iringi oleh insftruktur dan SDM yang baik pula,” kata Chappy.
Lalu sekarang ini, muncul solusi untuk memindahkan tumpahan rute dan penumpang dari Bandara Soetta ke Bandara Halim. Chappy menilai keputusan memindahkan sebagian rute penerbangan ke Halim, adalah keputusan sepihak. Ia mengingatkan di Halim, ada otoritas keamanan yang bertanggung jawab, karena Halim juga menjadi salah satu pangkalan udara. Mestinya mereka diajak bicara.
” Tapi ini diumumkan sepihak, bahwa  10 Januari sebagain rute dialihkan ke  Halim. Betapa manajemen penerbangan kita sangat lemah,” katanya.
Bicara Bandara Halim, kata dia, setidaknya ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Halim, bukan bandara yang didesain untuk comercial airplane atau penerbangan komersil. Di Halim pula, ada beberapa beberapa special air mission. Halim juga menjadi bandara dari pergerakan kepala negara dan tamu negara. Keberadaannya sebagai sebuah pangkalan, menjadikan Halim sebagai base dari pesawat-pesawat tempur berteknologi tinggi.
“Masih ingat tentang operasi Woyla, pasukan berangkat dari Halim. Jadi Halim menjadi bandara top operation. Tak hanya itu, Halim juga berfungsi sebagai discaster base. Dan, apabila terjadi chaos nasional, Halim adalah pusat pergerakan.
” Pernah dengarkan tahun 65, saat terjadi kisruh, Soekarno ada di Halim. Di seluruh dunia pun, selalu ada base seperti itu,” katanya.
Selain itu, Halim juga tak sekedar sebuah airport. Tapi Bandara Halim, menjadi subsistem dari alutsista militer. Di Halim, terdapat pusat komando pengendalian pertahanan udara. Dan yang tak kalah penting, ada training area, yakni di Bogor dan Pelabuhan Ratu yang rutenya bermula dari Halim.
“Jadi  bisa dibayangkan akan seperti apa bila tumpahan rute dialihkan ke Halim,” kata dia.
Jadi mestinya dilakukan koordinasi dulu. Ia sebagai mantan KSAU, bukannya tidak menyambut baik penataan rute penerbangan. Tapi ia mengingatkan, Halim bukan bandara biasa.
“Halim itu menjadi home base dari  tiga sukadron kita, skuadron udara ringan, udara dan skuadron kepala negara. Halim juga menjadi titik keberangkatan dari pengiriman perbekalan bagi TNI-AD dan marinir,” ujarnya.
Salah satu perbedaan mencolok antara Bandara Soetta dan Halim, adalah soal desain bandara. Halim tak didesain untuk penerbangan komersil. Jadi tak heran bila tak ada akses bagus ke Halim, serta fasilitas lainnya seperti lapangan parkir penumpang.
” Runway-nya juga hanya satu. Tak punya jalur dari apron ke runway. Dan runway komersil itu berbeda strukturnya dengan Halim. Halim itu, didesain, sebagai bandara untuk apa. Jadi jalur keluar dari runway tak mengakomodir pesawat besar. Pesawat besar tak  dapat langsung dapat sudut 30 derajat,” tutur Chappy.
Chappy menambahkan, solusi terhadap over kapasitas, selalu dijawab dengan penambahan terminal. Itu terjadi di Bandara Internasional Ngurai Ray, Bali. Sekarang bandara di Pulau Dewata itu sudah dibangun terminal baru.
“Tapi, runway-nya tidak diapa-apain,” katanya.
Chappy pun meminta agar rencana pemindahan rute ke Halim, dikaji dengan matang. Karena dalam pandangannya, selama hal-hal yang terkait dengan dunia penerbangan di tanah air tak diperbaiki, sama saja memindahkan rute ke Halim, dengan memindahkan bahaya dari Soetta ke Halim. Misalnya, perbaikan kualitas air traffic control, serta peningkatan SDM-nya.
” Ini kan sama saja memindahkan resiko bahaya ke Halim, bukan solusi,” kata Chappy.


Intelijen.

Dengan Rudal K-77M Absolute Killer, Sukhoi TNI AU akan Menjadi Pemangsa Mematikan

K-77M Missile (foto : militaryrusia.ru)

Para produsen pesawat tempur kini terus berusaha menciptakan pesawat tempur generasi kelima, dimana para  pengamat keudaraan menyatakan, "The future is now. There is a new era in military aviation: the F-22 Raptor, the F-35 Lightning II and the T-50 PAk FA– the world’s only 5th Generation Fighters." Jadi kesimpulannya persaingan utama pesawat tempur generasi kelima sementara ini hanya akan terjadi antara pesawat F-22 dan F-35 buatan Amerika Serikat dengan T-50 PAK FA produksi Rusia.
Pesawat generasi kelima dirancang untuk menggabungkan berbagai kemajuan teknologi di atas jet tempur generasi keempat. Karakteristik yang tepat dari jet tempur generasi kelima yang kontroversial dan hanya samar-samar diketahui detail datanya. Pabrik pesawat Lockheed Martin mendefinisikan mereka memiliki semua aspek-siluman (stealth) termasuk ketika pesawat itu lengkap dipersenjatai. Dengan kelengkapan  teknologi Low Probability of Intercept Radar (LPIR),  high-performance air frames, advanced avionics features dan highly integrated computer systems, pesawat akan terintegrasi dalam sebuah sistem yang memudahkan penerbang dalam melaksanakan tugasnya dalam teater pertempuran udara.
Kini satu-satunya pesawat generasi kelima saat ini yang sudah siap tempur dan beroperasi adalah F-22 Raptor, yang dipergunakan Angkatan Udara AS (US Air Force) sejak  tahun 2005. F-22 Raptor kini adalah unggulan USAF yang oleh Lockheed dikatakan sebagai "advanced stealth, extreme performance, information fusion and advanced sustainment."  Pemerintah AS tidak mengijinkan F-22 dijual kepada negara manapun karena itulah tulang punggung pertahanan udara mereka. Sementara F-35 kini sudah dijual kepada sekutu-sekutunya dan dipersiapkan sebagai fighter bomber canggih yang dipersiapkan akan mampu menyusup hingga kegaris belakang musuh.
Dilain sisi, pesawat tempur generasi kelima Rusia dan Cina diharapkan akan memasuki tahap operasional pada tahun 2017 dimana kini dalam pengembangan lebih lanjut akan sukses bersama-sama dengan kemajuan dari F-35.  Bahkan F-35 yang dipergunakan oleh USMC (Marinir AS) kini sudah dikembangkan berkemampuan STOL (Short Take Off and Landing).

Absolute Killer K-77M Missile

Dalam menghadapi persaingan keunggulan di udara, para produsen di Rusia memunculkan design rudal baru dengan kode K - 77M , disebutkan oleh Russia Today sebagai "absolute killer." K-77M mempunyai keunggulan dibandingkan air to air missile lainnya karena implementasi dari “active phased array antenna (APAA),” yang pada dasarnya memecahkan masalah lock- on dengan membahas masalah esensial bidang pandang dari radar. Menurut Rusia Today, K-77M pada dasarnya menerapkan solusi yang mirip dengan sistem rudal SAM (Surface to Air Missile) Patriot buatan Raytheon.
Rudal K-77M pada dasarnya disiapkan untuk melengkapi pesawat tempur Rusia T-50 PAk FA, yang akan membuat pesawat generasi kelima Rusia itu semakin diminati pembeli. K-77M adalah rudal yang paling akurat di kelasnya. Gabungan antara  kemampuan “fire-and-forget” dan “single-shot kill.” Sistem ini bertujuan untuk menggagalkan setiap manuver penghindaran pesawat musuh dari ancaman K-77M hingga tidak memungkinkan target dapat melarikan diri.
Rusia Times mencatat bahwa Mikhail Vershinin, chief engineer dari biro desain Detal yang berbasis di kota Kamensk - Uralsky di Ural Rusiaberharap akan memulai produksinya pada tahun 2015 setelah didirikannya fasilitas produksi. Dengan dilengkapi K-77M, maka T-50 PAK FA akan menjadi pembunuh yang sulit ditandingi.  Para pengamat militer menyebutkan bahwa Amerika Serikat tampaknya saat ini tidak memiliki rudal  udara ke udara    ataupun yang sedang dalam pembuatan yang dapat bersaing dengan akurasi K - 77M tersebut.
Yang menarik, K - 77M juga dilaporkan kompatibel untuk dipasang pada pesawat tempur  Sukhoi generasi sebelumnya juga. Sistem rudal canggih sepenuhnya kompatibel dengan sistem komunikasi digital dari jet tempur generasi kelima , tetapi dikatakan K-77M dipastikan bisa digunakan pada jet tempur modern dari generasi sebelumnya. Ini berarti absolute killer dapat dipergunakan untuk melengkapi persenjataan pesawat Sukhoi yang kini dimiliki oleh TNI AU.
Dengan demikian, maka dalam menjaga kedaulatan  negara di udara, nampaknya apabila K-77M siap beroperasi dan Sukhoi TNI AU diberi persenjataan ini, maka Sukhoi TNI AU akan menjadi pemangsa udara teratas yang mematikan. Apabila dibandingkan, akan semakin sulit bagi pesawat-pesawat tempur yang dimiliki negara-negara tetangga di Asia Tenggara, termasuk Australia dapat meloloskan diri dari sergapan penerbang-penerbang TNI AU. Hanya dengan satu tembakan rudal diluncurkan, kemudian tinggal pergi,  lupakan, pesawat lawan akan runtuh tanpa mampu menghindarinya.

Oleh : Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net

TNI- AU Tambah 24 Unit Pesawat F-16



Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI I.B. Putu Dunia, mengatakan, bahwa TNI-AU menambah sebanyak 24 unit pesawat tempur jenis F-16 buatan Amerika Serikat guna melengkapi Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista). 

"Pengadaan alutsista TNI-AU itu, secara umum melanjutkan program pengadaan alutsista sebelumnya untuk 2014," kata Kasau usai melantik dan menyumpah 149 perwira TNI AU lulusan Setukpa angkatan ke-16 di Lanud Adi Soemarmo Surakarta, Jumat.
Menurut Kasau, dalam pengadaan alutsista khususnya pesawat tempur F-16 tersebut akan dilaksanakan mulai 2014 guna menambah kekuatan pertahanan di udara. 

"Kami dalam pengadaan pesawat F-16 ini, pada 2014 diharapkan sudah dapat melengkapi pertahanan udara delapan unit dulu, sedangkan sisanya tahun berikutnya," kata Kasau.
Menurut Kasau, selain pesawat F-16, TNI-AU juga akan mendapat tambahan antara lain jenis Hercules, CN2 9.000, dan empat alat radar. 

"Kami sesuaikan kebijakan pimpinan atau Panglima. Kami diberi pesawat kita rawat dan siap mengoperasikan kapan saja sesuai perintah pimpinan.
Menyinggung soal peran TNI AU jika diminta mendukung Polri dalam pengamanan terorisme di Indonesia, Kasau menjelaskan, sebagai anggota TNI AU selalu siap sesuai perintah Pimpinan.
"Kami sesuai kebijakan Pimpinan Panglima. Kami menyiapkan pesawat, personil dan pangkalan. Jika ada pemerintah Panglima untuk melakukan operasi apa dan dimana langsung dilaksanakan," kata Kasau. 

Kasau dalam acara pelantikan dan penyumpahan perwira TNI-AU sekolah pembentukan perwira (Setukpa) angkatan ke-16 selaku inspektur upacara, mengatakan, Setukpa angkatan ke-16 ini, diikuti 149 perwira berpangkat Letda terdiri dari 136 pria dan 13 Wara.
Kasau dalam kesempatan tersebut juga menggucapkan selamat bertugas kepada para siswa yang telah dilantik untuk selanjutnya memasuki kehidupan baru sebagai perwira TNI AU. 

"Saya berharap setelah menjadi perwira TNI AU dapat lebih memiliki pengetahuan, motivasi, dedikasi, dan pengabdian dalam menghadapi tantangan tugas selanjutnya yang semakin berat," katanya.
Selain itu, Kasau juga berharap para perwira dapat membuktikan siap menjadi andalan dalam melaksanakan tugas-tugas masa depan yang memerlukan keterampilan teknis yang tinggi, terutama terkait dengan pembinaan kesiapan operasinal TNI AU. 

Menurut Kasau, TNI AU sedang memasuki fase penting di awal abad 21. Pihaknya akan melengkapi alutsista dan infrastruktur pendukung operasi, memperbaiki doktrin serta meningkatkan kemampuan personil untuk menghadapi tantangan perang modern.
Oleh karena itu, Kasau meminta para perwira lulusan Setukpa tersebut harus terus belajar dan berlatih agar roda organisasi TNI AU dapat bergulir terus dengan lancar. 
Sementara perwira Setukpa angkatan ke-16 tersebut terpilih lulusan terbaik yakni Letda Laurensius Sumapode dari sekolah bahasa (Sesa), Skadik 505 Lanud Iswahyudi.
 

Bosan di Hutan, Ratusan OPM Gabung NKRI



Banyak anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Goliath Tabuni dan Okiman yang ternyata telah turun gunung. Sedikitnya 100 anggota OPM yang selama ini beroperasi di Puncak Jaya dan sekitarnya itu dinyatakan telah kembali ke NKRI dan bergabung dengan warga lain di Kabupaten Puncak Jaya.
 
''Menurut pengakuan anak buah Goliath Tabuni itu, mereka bosan bertahun-tahun tinggal di hutan,'' kata Bupati Puncak Jaya Henok Ibo di Hotel Baliem Pilamo, Wamena, Jayawijaya, kemarin (18/12).
Menurut dia, kini mereka berbaur dengan masyarakat Puncak Jaya dan mengikuti perayaan Natal bersama pada 11 Desember lalu. Itu sekaligus merupakan peringatan setahun pasangan Bupati Henok Ibo Wakil Bupati Yustus Wonda memimpin Kabupaten Puncak Jaya.

''Turunnya 100 anak buah Goliath Tabuni itu tentu kabar yang menggembirakan. Kami berharap kondisi keamanan di Kabupaten Puncak Jaya, yang selama ini sering diganggu kelompok sipil bersenjata, terus membaik,'' ujarnya.
Seratus pengikut Tabuni itu, lanjut Henok, turun gunung sekitar enam bulan lalu. Mereka kini ditempatkan di kantor satpol PP. ''Saya lihat keadaan sudah membaik sekarang,'' ungkapnya.

Dia menambahkan, kelompok bersenjata yang masih sering mengganggu saat ini tinggal di jalur Mulia-Illu. Tetapi, secara umum gangguan tidak sering terjadi lagi. ''Seratus anak buah Goliath itu turun ke Kota Mulia karena merasa selama ini dibohongi soal Papua Merdeka. Karena itu, mereka berbalik ke NKRI,'' sambungnya.

Bahkan, anak buah Goliat Tabuni itu mengaku sudah menjadi pengikut bupati. Mereka menyebutkan bahwa pengikut Goliath Tabuni tinggal 15 orang. Bagi Henok, itu adalah kemajuan yang luar biasa. ''Pemkab Puncak Jaya juga memperhatikan mereka. Pada 2014, Pemkab Puncak Jaya berencana membangun 100 unit rumah layak huni untuk para mantan anggota OPM itu dengan dana APBD. Sebagian rumah itu akan dibangun di Distrik Tingginambut,'' terangnya