Kelompok BlackShinChan menaruh pesan "Ini balasan karena menyadap RI."
(www.theoslotimes.com)
Hacker Indonesia masih terus menyerang situs Australia. Perang siber
antarkedua negara terjadi paska terkuaknya aksi penyadapan oleh Badan
Intelijen Australia (DSD) terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan
sejumlah pejabat tinggi RI.
Kali ini yang menjadi taget peretas Indonesia adalah situs milik pemerintah Australia. Salah satu yang berhasil dijebol yaitu situs Crime Stoppers yang menampilkan informasi soal nama-nama orang dalam Daftar Pencarian Orang.
Wakil Ketua Crime Stoppers Australia Peter Price kepada stasiun berita Sky News, Selasa 26 November 2013, mengatakan ada sebuah kelompok peretas yang menamakan diri sebagai BlackShinChan berhasil menjebol situs Crime Stoppers Australia.
BlackShinChan memperoleh akses masuk ke dalam situs Crime Stoppers dan mempublikasikan enkripsi kode akses ke beberapa situs milik warga Australia di sebuah akun Facebook. Kelompok itu juga meninggalkan pesan di sebuah situs dengan tulisan “Ini balasan karena telah menyadap Indonesia.”
Senin kemarin, perwakilan Polisi Federal Australia (AFP) mengatakan sebagian informasi yang dipajang di akun Facebook itu memang benar, sementara detail lainnya, termasuk akses masuk, ia sebut palsu. “Situs Crime Stoppers memang telah diretas dan mereka mempublikasikan informasi tersebut di internet. Tapi itu bukan informasi penting,” ujar Price.
VIVAnews mencoba mengakses dua situs Crime Stoppers yang beralamat di nsw.crimestoppers.com.au dan crimestoppers.com.au pada Selasa pagi. Saat diklik, muncul informasi kedua situs tersebut sedang dalam perbaikan.
Sebelumnya, situs AFP dan Bank Sentral Australia sudah menjadi korban serangan peretas asal Indonesia. Menurut Juru Bicara AFP yang tidak ingin disebut namanya, situs AFP masih berfungsi dengan baik saat ditinggal stafnya pada Rabu malam, 20 November 2013.
Namun pada Kamis dini hari, situs yang beralamat di afp.gov.au itu sudah kolaps dan tak dapat diakses. Pihak AFP mengaku tak tahu pasti kapan situs tersebut kolaps. “AFP tengah menyelidiki serangan terhadap situs kami atau situs milik pemerintah Australia lainnya secara serius,” ujar juru bicara itu.
Menurut AFP, siapapun yang berani bertindak sejauh ini, harus siap dengan konsekuensinya. “Ini sudah masuk ke dalam perbuatan kriminal,” kata dia.
Sama seperti pernyataan yang disampaikan perwakilan Crime Stoppers, perwakilan AFP menyatakan serangan para peretas tersebut tidak berpengaruh ke sistem Teknologi Informasi (TI) dan tidak ada informasi rahasia yang disimpan di situs tersebut.
Aksi peretasan juga pernah dilakukan oleh "serdadu siber" Australia ke beberapa situs perusahaan milik Indonesia. Salah satunya situs Garuda Indonesia yang diretas oleh kelompok Anonymous Australia. Peretas diduga berhasil menyusup ke jaringan database Garuda Indonesia melalui celah di website garuda-indonesia.com. Mereka lalu memajang data 317 data pelanggan Garuda Frequent Flyer (GFF) disertai alamat emailnya.
Kali ini yang menjadi taget peretas Indonesia adalah situs milik pemerintah Australia. Salah satu yang berhasil dijebol yaitu situs Crime Stoppers yang menampilkan informasi soal nama-nama orang dalam Daftar Pencarian Orang.
Wakil Ketua Crime Stoppers Australia Peter Price kepada stasiun berita Sky News, Selasa 26 November 2013, mengatakan ada sebuah kelompok peretas yang menamakan diri sebagai BlackShinChan berhasil menjebol situs Crime Stoppers Australia.
BlackShinChan memperoleh akses masuk ke dalam situs Crime Stoppers dan mempublikasikan enkripsi kode akses ke beberapa situs milik warga Australia di sebuah akun Facebook. Kelompok itu juga meninggalkan pesan di sebuah situs dengan tulisan “Ini balasan karena telah menyadap Indonesia.”
Senin kemarin, perwakilan Polisi Federal Australia (AFP) mengatakan sebagian informasi yang dipajang di akun Facebook itu memang benar, sementara detail lainnya, termasuk akses masuk, ia sebut palsu. “Situs Crime Stoppers memang telah diretas dan mereka mempublikasikan informasi tersebut di internet. Tapi itu bukan informasi penting,” ujar Price.
VIVAnews mencoba mengakses dua situs Crime Stoppers yang beralamat di nsw.crimestoppers.com.au dan crimestoppers.com.au pada Selasa pagi. Saat diklik, muncul informasi kedua situs tersebut sedang dalam perbaikan.
Sebelumnya, situs AFP dan Bank Sentral Australia sudah menjadi korban serangan peretas asal Indonesia. Menurut Juru Bicara AFP yang tidak ingin disebut namanya, situs AFP masih berfungsi dengan baik saat ditinggal stafnya pada Rabu malam, 20 November 2013.
Namun pada Kamis dini hari, situs yang beralamat di afp.gov.au itu sudah kolaps dan tak dapat diakses. Pihak AFP mengaku tak tahu pasti kapan situs tersebut kolaps. “AFP tengah menyelidiki serangan terhadap situs kami atau situs milik pemerintah Australia lainnya secara serius,” ujar juru bicara itu.
Menurut AFP, siapapun yang berani bertindak sejauh ini, harus siap dengan konsekuensinya. “Ini sudah masuk ke dalam perbuatan kriminal,” kata dia.
Sama seperti pernyataan yang disampaikan perwakilan Crime Stoppers, perwakilan AFP menyatakan serangan para peretas tersebut tidak berpengaruh ke sistem Teknologi Informasi (TI) dan tidak ada informasi rahasia yang disimpan di situs tersebut.
Aksi peretasan juga pernah dilakukan oleh "serdadu siber" Australia ke beberapa situs perusahaan milik Indonesia. Salah satunya situs Garuda Indonesia yang diretas oleh kelompok Anonymous Australia. Peretas diduga berhasil menyusup ke jaringan database Garuda Indonesia melalui celah di website garuda-indonesia.com. Mereka lalu memajang data 317 data pelanggan Garuda Frequent Flyer (GFF) disertai alamat emailnya.