Senin, 25 November 2013

Indonesia 10 Tahun Lagi Bisa Produksi Alat Militer

Indonesia 10 Tahun Lagi Bisa Produksi Alat Militer
Letjen Sjafrie Sjamsoeddin. TEMPO/Hariandi Hafid

Kementerian Pertahanan dan Keamanan mencanangkan kemandirian alat utama sistem pertahanan Indonesia. Menurut Wakil Menteri Pertahanan dan Keamanan Letnan Jenderal Sjafrie Sjamsoeddin, cara yang ditempuh untuk memperkuat alat utama sistem persenjataan (alutsista) di antaranya mendukung dan mengutamakan industri pertahanan dalam negeri, swasta, dan badan usaha milik negara (BUMN).

Selain itu, dia melanjutkan, Kementerian berkerja sama dalam hal alih teknologi industri pertahanan dengan sejumlah negara maju. ”Alutsista harus mandiri, perkuat industri pertahanan dalam negeri,” kata Sjafrie Sjamsoeddin saat berkunjung ke industri roket dan bom PT Sari Bahari Malang, Jawa Timur, pada Jumat, 22 November 2013.

Modernisasi, menurut Sjafrie, juga termasuk memproduksi kapal selam yang dikerjakan PT PAL bekerja sama dengan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME). Prinsip kerja sama dilakukan setelah Kementerian Pertahanan dan Keamanan memesan tiga kapal selam ke DSME, Korea Selatan. Dalam pembelian ini, Indonesia dan Korea Selatan sepakat menjalin kerja sama alih teknologi.

Sejumlah tenaga ahli telah belajar teknologi ke Korea Selatan. Pada pesanan kapal selam ketiga, bakal dibangun di galangan kapal PT PAL yang dikerjakan tenaga teknis Indonesia dan diawasi ahli dari DSME. ”Sehingga 10 tahun mendatang, Indonesia diharapkan mampu memproduksi kapal sendiri,” katanya.

TNI Kaji Pembentukan Kodam Baru di Papua Barat

TNI belum memastikan pembentukan komando daerah militer di Papua Barat. Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Budiman yang kemarin (22/11) berkunjung ke Manokwari menyatakan masih mengkaji kemungkinan peningkatan satuan militer di wilayah tersebut.

TNI Kaji Pembentukan Kodam Baru di Papua Barat

"Itu (pembentukan kodam) bergantung pada tingkat kepentingannya. Kalau Papua Barat sudah semakin memerlukan pertahanan dan keamanan yang lebih baik, satuan-satuan dapat ditingkatkan," ujarnya seperti dilansir Radar Sorong (JPNN Group).

Meski belum memiliki kodam, lanjut Budiman, TNI tetap berkomitmen memberikan rasa aman kepada masyarakat. Aparat TNI tidak menghendaki adanya peristiwa-peristiwa keributan yang merugikan masyarakat. "TNI berkomitmen mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," tegas Budiman yang berada di Manokwari sejak Rabu (20/11).

Menurut dia, dirinya pernah ke Manokwari pada 2008. Ketika kembali kemarin, ungkap dia, perkembangan di ibu kota Papua Barat begitu pesat. "Bila perlu dibentuk kodam, akan disesuaikan dengan perkembangan ekonomi dan perkembangan lainnya," jelasnya.

Selain itu, Budiman mengingatkan warga Papua Barat untuk menjaga keamanan pada Pemilu 2014. TNI, lanjut dia, membantu kepolisian untuk menjamin keamanan pelaksanaan Pemilu 2014. "Kami berkomitmen netral dan berbuat yang terbaik demi lancarnya pemilu," tegasnya.

Di Manokwari, Budiman dan Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan melakukan penanaman pohon, meletakkan batu pertama pembangunan 14 ruas jalan di Papua, meninjau pembangunan situs Pekabaran Injil di Pulau Mansinam, serta menyaksikan bakti sosial berupa pengobatan masal dan pembagian sembako. Sebelum kembali ke Jakarta, Karen memenuhi undangan dari Universitas Negeri Papua untuk memberikan kuliah umum.

UAV untuk Intai Udara: Mungil, Praktis, Tak Perlu Penerbang


Betapa pun sederhana, alutsista buatan sendiri punya deterrent tinggi. Ke depan TNI akan banyak menggunakan UAV buatan dalam negeri untuk intai taktis.

Aaron Cross harus putar otak “mengalahkan” kelincahan MQ-9 Reaper yang dikirim dinas intelijen AS untuk menghabisi nyawanya. Eksekutor untuk operasi terselubung ini harus dimatikan, tapi ia tahu kelemahan pesawat nirawak bersenjata itu. Adegan saling telikung ala negara yang sudah maju ini pun jadi bagian paling seru dalam The Bourne Legacy – sekuel ke-4 dari petualangan Jason Bourne, salah satu film laris besutan Holywood  tahun 2012.

Benarkah kini pesawat nirawak alias Unmanned Aerial Vehicle bisa dikerahkan untuk misi pembunuhan? Meski kebenaran kisah dalam film kerap dipertanyakan,  nyatanya dinas intelijen AS memang sudah menyerahkan misi pemusnahan ke pundak pesawat  yang cukup dikendalikan via satelit ini. Kepercayaan kian meninggi karena teknologi telah memungkinkan  UAV kian presisi dengan jangkauan terbang  yang makin jauh.

Meski tidak bisa menggantikan seluruh fungsi pesawat tempur dan pesawat pengintai berawak, faktanya UAV kian banyak dioperasikan berbagai angkatan bersenjata. Seperti dilansir Popular Science, kini di dunia setidaknya ada 7.000 UAV yang dioperasikan untuk misi kombatan. UAV memang bisa dikerahkan untuk membunuh, tetapi sebagian besar masih diandalkan untuk tugas pengintaian.

Dengan demikian memang menarik mendengar kabar bahwa TNI juga memiliki minat tinggi mengakuisisi alut sista modern ini. Desas-desus ke arah ini sudah terdengar sejak 1996, setelah Kopassus menggunakannya dalam operasi pembebasan sandera di Mapenduma, Papua. Sejak itu usaha untuk membeli pesawat yang cukup dikendalikan dari jarak jauh ini terus menggelinding. Ketertarikan ini secara tak langsung ikut memacu litbang dan industri untuk menggubah buatan sendiri.

Wulung dan LSU-02
Salah satu yang kemudian ditawarkan kepada TNI adalah Wulung.  Pesawat Udara Nir Awak dengan panjang badan 4,32 meter dan bentang sayap 6,34 meter yang mampu menjelajah sampai 200 kilometer ini adalah primadona dalam ajang Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-18, 29 Agustus – 1 September lalu di TMII, Jakarta. Kementerian Pertahanan dikatakan tertarik membeli, dan BPPT-PT LEN-PT Dirgantara Indonesia dilaporkan sedang berkolaborasi menuntaskan model BPPT01A-200-PA7 yang dianggap cocok untuk keperluan TNI.

Simulasi Pesawat Tempur KFX Korea

Simulasi virtual grafik pesawat tempur KFX C103 Korea Selatan oleh DD Destroyer.

Simulasi virtual grafik 2 oleh DD Destroyer.

KFX C103 twin engine
KFX C103 twin engine by Korea Aerospace Industries (KAI)
KFX E Single Engine
KFX E Single Engine by Agency for Defense Development (ADD)
KF-X Alternatives

KFX-E by KAI KFX C103 by ADD
Weight, empty 9.3 metric tons (20,500 lb.) 10.9 metric tons (24,000 lb.)
Weight, max. 20.9 metric tons (46,000 lb.) 24 metric tons (53,000 lb.)
Internal fuel 3.6 metric tons (8,000 lb.) 5.4 metric tons (12,000 lb.)
Span 9.8 meters (32 ft.) 10.7 meters (35.2 ft.)
Length 15.2 meters (50 ft.) 15.7 meters (51.3 ft.)
Wing area 37.1 sq. meters (400 sq. ft.) 42.7 sq. meters (460 sq. ft.)
Engine 1 X P&W F100 or GE F110 2 X EJ200 or GE F414
Hardpoints 9 10
Weapons bay None Space provided

Korean Aerospace Industries (KAI) has developed a single-engined version of the Korean Fighter Xperiment (KFX) indigenous stealth fighter prototype in an effort to get the stalled programme back on track.
Officials at the Seoul Aerospace and Defence Exhibition (ADEX 2013) told IHS Jane’s that the single-engined version, dubbed the C501, was a low-cost option that combined elements of the in-production FA-50 light fighter and the twin-engine KFX technology demonstrator, called the C103, that completed its technical development in 2013.
The KFX programme was announced in 2001 and originally conceived as a twin-engine stealth multirole fighter with stealth characteristics. Technical development of the first prototype, dubbed C103, was completed in 2013 and South Korea entered an agreement with Indonesia in 2011 to share the cost of developing the platform. (janes.com/KAI)
JKGR.

Kontingen Garuda TNI meriahkan Hari Anak Sedunia di Haiti

 
Prajurit TNI dalam Satuan Tugas Kompi Zeni Kontingen Garuda XXXII-C Minustah di Haiti turut berpartisipasi memeriahkan Hari Anak Sedunia sehingga membagi kegembiraan kepada anak-anak setempat dengan menyerahkan bingkisan-bingkisan, pemeriksaan kesehatan, dan lain-lain.

Satuan tugas Minustah (Mission des Nations Unies pour la Stabilisation en Haiti) itu bertugas di sana untuk waktu tertentu sebagai bentuk kesertaan Indonesia sebagai warga dunia. Dalam peringatan Hari Anak Sedunia di Anse Rouge, Haiti, Sabtu kemarin itu (23/11), mereka merayakannya bersama batalion tentara Argentina. 

Keterangan diterima di Jakarta, Senin petang, dari Pusat Penerangan TNI, menyatakan, Anse Rouge adalah kota pinggir laut di utara Gonaives, Haiti, Sabtu Siang (23/11).
 
Menurut komandan satuan tugas TNI itu, Mayor Czi Alfius Navirinda K, "Pelayanan kesehatan kepada anak-anak dirasakan sangat penting, karena belum merata pelayanan kesehatan oleh pemerintah Haiti pascaterjadinya bencana gempa pada 2010 silam."
 
Sementara itu, Letnan Satu Administrasi Stiefano Widyasprasetya, selaku perwira Civil Military Coorporation satuan tugas TNI dan juga koordinator peringatan Hari Anak Sedunia, mengatakan, kondisi lingkungan  tidak bersih dan sanitasi minim menjadi fokus perhatian.

Laiknya perayaan untuk anak-anak, beraneka permainan dan bercerita juga disuguhkan kepada anak-anak setempat itu. 

Jadilah Kopral Satu Marinir M Khirom memainkan bakat terpendamnya sebagai pesulap sekaligus pelawak. Gelak tawa anak-anak dan hadirin pecah saban Khirom membanyol, keterbatasan bahasa bukan lagi jadi persoalan penting kalau sudah begitu. 

Pada akhir kegiatan, Henry Volney selaku direktur The Institution Ecole National de Grande Falaise, menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi yang sangat tinggi kepada kontingan TNI dan militer Argentina, yang bisa bekerja sama menjalankan misi kemanusiaan pada Hari Anak Sedunia itu.

NSA sebarkan malware ke jaringan komputer dunia



Dinas intelijen Amerika, NSA, menginfeksi lebih dari 50.000 jaringan komputer di seluruh dunia dengan perangkat lunak berbahaya (malicious software) yang didesain untuk mencuri informasi sensitif.

Dokumen-dokumen dari Edward Snowden menyajikan itu, tulis surat kabar Belanda NRC hari ini yang mengaku melihat dokumen-dokumen yang disajikan oleh mantan pegawai NSA tersebut.

Sebuah presentasi bertanggal pada 2012 menjelaskan bahwa NSA menggunakan "Computer Network Exploitation" (CNE) di lebih 50.000 lokasi.

CNE adalah sistem infiltrasi komputer rahasia yang dibuat dengan meng-install malware, malicious softwara, kata NRC dalam edisi online-nya.

Satu contoh perentasan tipe serupa telah diungkap pada September 2013 di operator telekomunikasi Belgia, Belgacom. Dalam beberapa tahun dinas intelijen Inggris--GCHQ--telah meng-install malware sejenis di jaringan Belgacom dengan tujuan untuk menyadap lalu lintas data dan telepon pelanggan perusahaan itu.

Jaringan Belgacom telah disusupi oleh GCHQ melalui sebuah proses menggaet karyawan ke sebuah halaman LinkedIn palsu.

Laporan NRC juga menyebut bahwa serangan-serangan komputer NSA dibuat oleh sebuah departemen khusus yang disebut TAO (Tailored Access Operations).

Sumber-sumber publik menunjukkan bahwa departemen itu mempekerjakan lebih dari seribu peretas. Belum lama lalu pada Agustus 2013, Washington Post menyiarkan artikel mengenai operasi-operasi siber NSA-TAO. 

Australia yang lebih banyak bergantung pada Indonesia

Pesawat tempur F-16 Fighting Falcon mendarat di Pangkalan Utama TNI AU Iswahjudi, Magetan, Jawa Timur, Jumat (22/11). Lima F-16 Fighting Falcon bersama 60 personel di bawah pimpinan Komandan Wing 3 pangkalan udara itu, Kolonel Penerbang Minggit Tribowo, kembali ke markas menyusul penghentian latihan bersama di Australia akibat kasus penyadapan. (ANTARA FOTO/Siswowidodo)
Mantan Panglima TNI, Jenderal (Purnawirawan) Endriartono Sutarto, menilai adalah Australia yang lebih banyak bergantung pada Indonesia, di antaranya pada aspek keamanan teritorial Negara Kanguru itu.

"Ancaman terhadap Australia tidak mungkin datang dari arah Selatan. Di selatan itu adanya hiu. Hiu 'khan tidak mengancam," katanya, di Semarang, Senin.

Menurut dia, ancaman terhadap Australia justru berpotensi dari Utara, misalnya ada negara lain yang mau menyerang Australia pasti melewati Indonesia. Indonesia menjadi "gerbang" dalam hal ini.

Karena itu, kata dia, Australia memiliki kepentingan besar menjalin hubungan baik dengan Indonesia, sebab jika hubungan kedua negara buruk justru merugikan Negara Kanguru itu.

"Kalau buruk, maka Indonesia dengan mudah akan 'digunakan' negara lain yang punya kepentingan terhadap Australia yang tentunya merugikan negara itu," katanya.

Australia, melalui Interfet, pada 1999 berdiri paling depan saat jajak pendapat di Provinsi Timor Timur berujung pada kemerdekaan bekas provinsi ke-27 Indonesia itu. Saat itu, Sutarto berpangkat mayor jenderal TNI sebagai asisten operasi Panglima TNI. 

Terkait surat balasan Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, yang sudah diterima Presiden Susilo Yudhoyono, dia menegaskan, Australia harus menyatakan permintaan maafnya.

"Tunggu saja perkembangannya, selama Pemerintah Australia tidak memberikan respons yang cukup atas permintaan pemerintah Indonesia maka pemerintah berkewajiban mengambil langkah lebih tegas," katanya.