Sabtu, 02 November 2013

Uang Tunjangan Prajurit TNI Naik 20 Persen


Prajurit TNI
Latihan Prajurit TNI (photo: Puspen TNI)

Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko menyatakan peningkatan remunerasi bagi prajurit TNI, secara prinsip telah disetujui komisi I DPR RI. Remunerasi prajurit TNI naik 20 persen, dari 37 % menjadi 57 %.
“Remunerasi saat ini perlu ditingkatkan”, ujar Jenderal Moeldoko pasca pengangkatan sebagai warga kehormatan Korps Marinir TNI AL di lapangan tembak marinir FX Supramono, Bhumi Marinir Karangpilang, Surabaya, Jumat (1/11/2013).
“Saya sudah berguru dan sudah sampaikan kepada pimpinan kita dan komisi I DPR RI prinsipnya sudah menyetujui, remunerasi prajurit perlu ditingkatkan,” katanya.

Prajurit TNI
Prajurit TNI

Ia menyebut remunerasi prajurit saat ini 37 persen akan naik menjadi 57 persen dan berharap tahun depan akan terealisasi. “Sekarang baru 37 persen, harapan saya tidak terlalu lama 2014 mudah mudahan bisa menjadi 57 persen,” jelasnya.
Jika terealisasi, ia memastikan senyum para prajurit TNI dipastikan akan semakin lebar. “Semoga bisa segera teralisasi. Jadi senyum prajurit saya semakin lebar,” pungkas Moeldoko sambil tertawa lebar.
Remunerasi adalah sistem penggajian dikaitkan dengan penilaian kinerja yang bertujuan untuk memacu prestasi dan motivasi. Sasaran remunerasi mendorong peningkatan profesionalisme dan kinerja para prajurit. (detik.com).

37 Tank Pesanan TNI Datang Akhir Tahun 2013

Surabaya - Modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) terus dilakukan TNI. Akhir 2013, TNI akan kedatangan puluhan tank dari Rusia.

"Peningkatan dari waktu ke waktu akan berjalan terus. Sebentar lagi akan hadir 37 unit tank dari Rusia akhir tahun ini, kemudian dari korea menyusul pada 2014. Dan semuanya baru," kata Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko di lapangan tembak Mmarinir FX Supramono, Bhumi Marinir Karangpilang, Surabaya, Jumat (1/11/2013).

Bahkan kata dia, anggaran belanja alutsista 2014 dipastikan akan naik, tapi tidak signifikan meski tahun ini hanya terserap 42 persen.

"Anggaran alutsista, ada peningkatan tahun depan. Harusnya target. Sekarang (2013) hanya terserap 42 persen, tetapi pada 2014 bisa terlampaui 53 persen tidak ada akselerasi yang signifikan dan belanja untuk semua kesatuan," ungkap dia.

Bangkitnya Skuadron Sukhoi Indonesia


Langit Natuna, Kepulauan Riau, seperti robek oleh suara keras. Enam “elang besi” Hawk 100/200 menderu, meliuk-liuk sambil menjatuhkan bom berbobot ratusan kilogram. Sasarannya satu objek di sebuah pulau kecil.
Dari arah lain melintas tiga pesawat F-16. Empat bom meluncur ke sasaran.
Tak lama, muncul pula tiga pesawat Sukhoi SU-27/30. Di tiap tubuh pesawat garang itu, tersemat 6 bom yang lalu dilepas menumbuk sasaran. Bak kelincahan seekor alap-alap, Sukhoi terakhir melontarkan puluhan roket. Sasaran pun hancur lebur.
Asap membubung tinggi. Tapi serangan belum berakhir. Sebagai penutup, tiga pesawat EMB-314 Super Tucano melintas. Bom kembali berjatuhan.
Di atas sasaran yang remuk redam itu, melintas tujuh pesawat C-130 Hercules. Ia terbang tenang dikawal dua Sukhoi 27/30 bersenjata rudal. Dari lambung pesawat, ratusan personel Pasukan Khas Angkatan Udara melompat terjun. Di darat kelak, mereka bertugas menyapu sisa-sisa musuh yang menguasai objek vital di Natuna, wilayah Indonesia yang berbatasan dengan Laut China Selatan yang sedang disengketakan lima negara itu.
Inilah aksi penutup Latihan Operasi Udara dengan sandi “Angkasa Yudha 2013” yang digelar di Pulau Natuna, pada Kamis 31 Oktober 2013 lalu. Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia mengatakan, latihan ini untuk membina kemampuan dan kekuatan TNI AU, agar lebih siap siaga menghadapi kontijensi.
Yang jadi “bintang” saat itu boleh dibilang enam Sukhoi yang terbang dari Lapangan Udara Hasanuddin di Makassar. Total ada 16 Sukhoi bermarkas di Makassar, membentuk Skuadron Udara Tempur 11.
Ini semacam kebangkitan skuadron tempur wilayah Timur Indonesia setelah lama kekuatannya bolong. Pesawat tempur bercat dasar abu-abu terang bercampur loreng abu-abu tua ini terdiri atas dua macam, yakni SU 27 SKM dan SU30MK2. Pembeda utamanya adalah SU 27 hanya punya satu kursi pilot, sementara saudaranya punya dua kursi pilot.
Saat VIVAnews mendatangi Markas Skuadron, Kamis 31 Oktober pagi, tampak hanya 10 Sukhoi terparkir. Enam lainnya sedang beroperasi di Natuna. Di kantor dan gedung teknisi yang berada di samping pesawat tempur diparkir, tampak sebuah spanduk besar terpampang bertuliskan, “Siapkan pesawat sebaik-baiknya seolah-olah hari ini ada perang”.
Perang itu memang masih jauh. Tapi, personel di Skuadron 11 berlatih keras setiap hari, minimal 8 jam. Pesawat diistirahatkan meski tetap siaga antara Jumat sampai Minggu saja. Pagi, sebelum memulai latihan (training air), para petugas dan pilot terlebih dahulu apel siaga. Teknisi sudah terbagi-bagi ke dalam beberapa bidang, selalu memastikan pesawat dalam keadaan siaga penuh.
Persenjataan terbaru yang terpasang di pesawat adalah kombinasi jenis Air to Air to Ground. Sukhoi bisa menyergap di udara dengan daya jelajah jauh. Ia juga mampu serang target di darat dengan peluru kendali atau bom pintar. Dia bisa membawa rudal udara ke udara RVV-AE active radar homing, rudal udara ke permukaan KH- 29T(TE), KH-29L, KH-31P, KH-31A dan bom pintar jenis KAB 500Kr dan KAB-1500Kr.
Yang lebih asyik, Sukhoi SU 27SKM dan SU30 MK2 ini telah dilengkapi instrumen isi ulang bahan bakar di udara. Jadi, kemampuan jelajah tempurnya kian jauh.
Jelas, kecanggihannya tak kalah dengan F15 SG milik Singapura atau Super Hornet milik Australia. Di udara, bisa ofensif, namun juga bisa menghancurkan sasaran di laut dan darat. Sempurna untuk patroli udara untuk menjaga kedaulatan wilayah dan menghancurkan sasaran strategis musuh.

 Minimum Essential Force 
Dua di antara 16 Sukhoi di Makassar ini tiba dari Rusia pada Rabu malam, 4 September 2013, genap jadi lima unit Su-27 SKM dan sebelas unit Su-30 MK. Pesawat-pesawat tempur ini diterima dari Pemerintah Rusia/JSC Rosoboronexport oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro. Ini kiriman ketiga tahun ini.
Sukhoi menjadi andalan, karena di saat alutsista Indonesia mulai menua di akhir 1990-an, Amerika Serikat yang menjadi pemasok utama meng-embargo Indonesia akibat pelanggaran hak asasi manusia di zaman orde baru berkuasa.
Itu sebabnya, saat menjadi Presiden pada 2001, Megawati Soekarnoputri melirik Rusia. Negeri beruang salju itu dipilih sebagai alternatif mengganti armada yang menua. Pada 2004, sejumlah Sukhoi pun mendarat di Lanud Iswahyudi, Madiun. Megawati pun seperti mengulang sejarah ketika ayahnya, Soekarno, membangun armada udara Indonesia dengan mengandalkan pesawat-pesawat tempur buatan Uni Soviet.
Saat perayaan Ulang Tahun TNI ke-68 di Lapangan Udara Halim Perdanakusumah, 5 Oktober 2013, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan kekuatan alat utama sistem pertahanan (alutsista) akan meningkat signifikan hingga akhir tahun 2014. Untuk memodernisasi alutsista sekaligus meningkatkan kualitas sistem pertahanan RI, pemerintah telah menjalin kerjasama dengan industri pertahanan di dalam dan luar negeri, kata Presiden.
Sejumlah negara pada akhir Oktober lalu membeberkan kerjasama pertahanannya dengan Indonesia. Indonesia bekerjasama dengan negara-negara di kawasan Asia, Amerika sampai benua Eropa.
Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menyatakan, pengalaman embargo militer AS atas Indonesia pasca-1998 menjadi pelajaran untuk tidak menggantungkan persenjataan pada satu negara saja. Kekuatan pertahanan nasional akan dibangun dengan mengambil teknologi dari berbagai negara. Tak lupa, industri strategis dalam negeri diperkuat, seperti PT Dirgantara dan PT Pindad.
Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara, Marsekal Madya Hadi Tjahjanto, menyatakan, pembelian pesawat ini dipatok sampai 2024. Total, ada 102 pesawat yang akan didatangkan, antara lain 16 unit Sukhoi, 24 unit F16 dari Amerika Serikat, skuadron T50 buatan Korea Selatan untuk menggantikan Hawk buatan AS, 8 unit pesawat latih G120PP buatan Jerman, 16 unit pesawat Embraer Supertucano buatan Brasil, 9 unit CN295 dari Spanyol, 4 unit Hercules hibah dari Australia dan sejumlah helikopter Fennec dari Prancis. “Semua Pesawat ini akan didatangkan secara bertahap,” kata Hadi.
Dari Rusia, selain membeli Sukhoi, Indonesia juga mendatangkan kendaraan tempur laut dan amfibi, helikopter serang MI-35, helikopter serbu MI-17 dan tak lupa, peluru kendali.
Sjafrie menyatakan, alutsista Rusia jadi ‘idola’ karena menjawab kebutuhan minimum essential force (MEF). ”Yang kedua, harganya kompatibel. Ketiga adalah dia tak punya prasyarat politik,” kata mantan Kepala Pusat Penerangan TNI itu.
Anggaran modernisasi dan perawatan alutsista TNI sampai akhir tahun 2014 ini tercatat Rp 99 triliun, dan Kementerian Pertahanan masih membutuhkan tambahan anggaran Rp 57 triliun. “Kami prioritaskan mencari alutsista bergerak seperti pesawat temput dan tank. Sementara alutsista yang tak bergerak seperti radar,” kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.
Dengan anggaran sebegitu besar, Sjafrie Sjamsoeddin menyatakan, kekuatan armada udara ini baru akan mendekati minimum essential force yang dipatok sampai 2019. “Bagaimana kita bisa memiliki kemampuan minimal agar kita bisa memiliki suatu daya pukul yang dahsyat dan juga mobilitas yang tinggi,” kata Sjafrie.
Dari mana duit itu berasal? Angka lebih dari Rp 150 triliun itu salah satunya didapatkan dengan pinjaman luar negeri US$ 6,5 miliar dolar. ”Jadi yang kita pergunakan kurang lebih 4 miliar dolar, artinya kurang lebih 41 triliun. Sisanya kita mesti jadikan semacam cadangan untuk dipergunakan pada prioritas kedua. Sekarang prioritas pertama dulu,” kata Sjafrie.
Lima tahun ke depan, setelah armada udara tempur nyaris lengkap, prioritas berikutnya penambahan Radar. Soal alat ini, Indonesia memang gawat. Ada radar yang tidak berfungsi 24 jam. Tapi sekarang, ”radar untuk kawasan barat sudah ter-cover, secara kuantitas. Kemudian kawasan timur yang kemudian akan kita isi segera,” kata Sjafrie.
Kadispen TNI AU menambahkan, rencananya radar ini akan ditempatkan di Singkawang, Kalimatan Barat; dan Tambolaka, Nusa Tenggara Timur. “Dengan radar ini pesawat asing bisa dideteksi,” kata Hadi.

 Perlu transparansi  
Dengan lengkapnya satu skuadron Sukhoi di pangkalan Makassar, Indonesia boleh sedikit sumringah. Tapi Direktur Program di Research Institute for Democracy and Peace (Ridep), Anton Aliabbas, menyatakan pengadaan Sukhoi perlu dicermati karena belum teruji.
Kata Anton, Sukhoi memang hebat secara teknis namun dikenal boros bahan bakar. Lalu persenjataan dan amunisi juga belum jelas. Sehingga, ”kualitas kita belum tahu,” kata jebolan Defence Studies Crankfield University, Inggris, itu.
Anton setuju, hingga 2024, Indonesia fokus pada penyediaan alutsista dulu. Baru setelah itu membangun industrinya sendiri. Dia melihat ada kebutuhan memperkuat sistem pertahanan udara segera. Di Jakarta saja, misalnya, Anton melihat penurunan sistem pertahanan udara.
“Dulu di zaman (Presiden) Soekarno, kita punya berbagai terminal rudal di Jakarta. Dulu ada di Priok dan Tebet. Namun sekarang tidak ada bekas (terminal rudal). Sekarang malah jadi perkampungan penduduk,” kata Anton.
Tapi di balik kegagahan meliuk di langit nusantara, pengadaan jet tempur yang masuk dari bagian paket proyek alutsista berongkos total hingga Rp 150 triliun itu perlu transparansi. Apalagi, kata dia, untuk jangka menengah, lebih dari Rp 400 triliun disiapkan negara guna mempercanggih senjata.
Anton menilai upaya pemerintah melengkapi alutsista TNI itu adalah langkah bagus. Apalagi pasokannya melibatkan berbagai negara. Persaingan Rusia, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan China harus dimanfaatkan untuk pembangunan alutsista.
Tapi, agar jet tempur itu tak jadi persoalan di dalam negeri, pengadaannya mestilah transparan, dan menghindari tangan broker. “Dokumen transaksinya lebih baik terbuka, kalau perlu melibatkan Komisi Pemberantasan Korupsi,” ujar Anton.(np)
 Dari Rusia ke Langit Indonesia 

Cocok dengan Indonesia. Tinggal soal alih teknologi. 
Jakarta merapat ke Moskow. Jet tempur Sukhoi seri terbaru bakal meraung di langit Indonesia. Bukan hanya di awang tapi juga di tanah. Kendaraan tempur dan rudal juga bakal dibeli dari sana. Indonesia dan Negeri Beruang Merah itu juga bakal bekerjasama. Dalam banyak soal.
Negeri kita memang pasar yang subur. Dan itulah sebabnya, dalam dekade terakhir, Rusia rajin menyambangi pameran pertahanan Indonesia. Mereka juga rajin hadir pada pameran dirgantara.
Meski sudah masuk dalam kelompok elit G20, Indonesia dipandang belum memiliki alutsista yang memadai. Dalam pameran Indo Defence, Indo Aerospace and Indo Marine Expo & Forum, yang rutin berlangsung di Kemayoran, Jakarta, delegasi Rusia selalu menjadi penghuni anjungan yang luas.
Mereka memamerkan rupa-rupa model persenjataan. Dari prototipe pesawat tempur, helikopter militer, radar, hingga senapan serbunya yang sudah mendunia, Kalashnikov (AK).
Pada setiap pameran dua tahunan itu, terakhir pada awal November 2012, anjungan Rusia selalu ramai dikunjungi. Dari warga biasa hingga para petinggi militer. Pameran itu menghadirkan 500 peserta dari 40 negara. Dikunjungi 20.000 orang.
Seperti di pameran-pameran sebelumnya, produk-produk senjata Rusia di Indo Defence 2012 banyak disanjung. Saat mengunjungi pameran itu, Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana Marsetio, terkesan akan ketangguhan mesin-mesin perang dari Negeri Beruang Merah.
Dia menegaskan bahwa tank amfibi buatan Rusia, PT-76, sampai kini masih dipakai oleh TNI. Padahal usianya sudah 50 tahun. "PT-76 ini masih kami pakai sejak 1962," kata Laksamana Marsetio, yang sejak Desember 2012 naik jabatan menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Laut.
Pertama kali diproduksi pada awal dekade 1950an, PT-76 menjadi tank ringan amfibi standar bagi militer Uni Soviet dan negara-negara anggota Pakta Warsawa. Menurut laman Main Battle Tanks, PT-76 dipakai 25 negara.
TNI masih memakai tank ini, seperti diungkapkan Laksamana Marsetio. Di jajaran TNI Angkatan Laut, PT-76 merupakan aset yang dipakai oleh Korps Marinir, spesialis operasi militer dari laut ke darat.
Di dunia internasional, digunakan pada berbagai perang besar - seperti Perang Vietnam dan Perang Arab-Israel. PT-76 diakui kalangan pengamat sebagai tank amfibi yang populer karena memiliki desain yang sederhana. Efektif. Mampu dipakai di medan-medan berat.
Itulah sebabnya PT-76 menjadi salah satu simbol sukses Soviet, dan kini Rusia, dalam memproduksi tank maupun kendaraan lapis baja. Selain itu masih ada tank-tank tempur legendaris lain era Soviet, seperti T-62 dan T-72.
Ingin meneruskan kejayaan Soviet, Rusia pun gencar memproduksi kendaraan-kendaraan lapis baja baru. Salah satu andalan mereka saat ini adalah kendaraan tempur (ranpur) BMP3. Ini merupakan ranpur amfibi yang bergerak lebih lincah dari tank-tank terdahulu dan mampu mengangkut hingga tujuh personel serta bisa dikendalikan tiga orang.
Keunggulan itulah yang membuat Indonesia memperkuat militernya dengan membeli kendaraan tempur BMP3 seri F. Dibuat oleh perusahaan Kurganmashzavod, Indonesia telah memiliki 17 unit BMP3-F pada 2008 dan berencana menambah 37 unit lagi untuk memperkuat Satuan Marinir TNI-AL
Seorang prajurit Marinir TNI-AL, Guntur Pasaribu, mengungkapkan kelebihan BMP-3F. "Korps Marinir Indonesia sangat berpengalaman mengendalikan tank-tank buatan Rusia, mulai dari PT-76 sampai BMP-3F. Menurut pengalaman kami, tank-tank dari Rusia sangat memuaskan," kata Pasaribu seperti dikutip media Rusia, RBTH.

 Alternatif AS 
Bukan cuma soal alat tempur, Indonesia dan Rusia juga bekerjasama dalam latihan militer. Juga membangun proyek patungan alutsista. Dan sesungguhnya, kerjasama kedua negara bukan hal baru.
Ketika masih berbentuk Uni Soviet (USSR), Rusia sudah menjual persenjataan ke Indonesia, tidak lama setelah kedua negara membuka hubungan diplomatik pada 1950. Pada masa-masa awal itu, banyak pula personel angkatan laut dan udara dikirim ke Uni Soviet. Mereka sekolah di sana.
Hubungan itu terganggu pertengahan dekade 1960an karena alasan politis. Kedua negara kembali melanjutkan hubungan di awal dekade 1990an, meski baru efektif beberapa tahun kemudian. Contohnya, pembicaraan soal jual-beli jet tempur Rusia Sukhoi-30 ke Indonesia berlangsung sejak 1997. Namun jual-beli itu baru disepakati pada 2003.
Hubungan itu kembali terajut, setelah renggangnya Indonesia dengan Amerika Serikat di akhir dekade 1990an. Kerenggangan itu muncul setelah Washington menjatuhkan embargo penjualan senjata ke Jakarta karena menilai Indonesia saat itu melanggar Hak Asasi Manusia di Timor Timur, yang kini bernama Timor Leste sejak menjadi negara berdaulat pada 2002.
Embargo senjata AS ke RI itu, berikut suku cadang, berlangsung selama 1999-2005. AS mengakhiri embargo ketika Presidennya saat itu, George W Bush, menganggap Indonesia termasuk mitra penting memerangi terorisme.
Setelah mencabut embargo, AS pun terlihat aktif menawarkan mesin-mesin perangnya kepada Indonesia. Pada 2011, AS sepakat mengirim 24 unit jet tempur bekas tipe F-16 seri C/D blok 25 kepada Indonesia secara cuma-cuma, kecuali untuk biaya pemutakhiran (upgrade).
Pada akhir 2012, AS dan Indonesia berunding untuk jual-beli helikopter serbaguna UH-60 Black Hawk dan helikopter tempur AH-60D buatan Boeing.
Namun, belajar dari embargo AS itu, Indonesia membuka pintu kerjasama seluas-luasnya kepada negara lain, termasuk Rusia, agar tidak lagi bergantung kepada satu pihak dalam pengadaan alutsista. Maka, sejak itu, Indonesia tidak hanya kembali berbisnis senjata dengan AS, namun juga mempererat kerjasama serupa dengan Rusia.
Maka, Indonesia dan Rusia bersepakat soal jual beli jet tempur dan mesin-mesin perang lain. Sejak 2003, Rusia telah mengirim 12 unit jet tempur Sukhoi ke Indonesia dan pengiriman empat unit lagi masih menunggu persetujuan lebih lanjut.
Moskow pun telah menjual sejumlah helikopter militer Mi-35 dan Mi-17 kepada Jakarta. Alutsista lain yang dijual Rusia ke Indonesia adalah kendaraan tempur lapis baja BMP-3F, kendaraan pengangkut personel BTR-80A, serta senapan serbu AK-102.
Untuk membeli persenjataan itu, Moskow pada 2007 memberi fasilitas kredit sebesar US$ 1 miliar kepada Jakarta. Kerjasama pertahanan di luar jual-beli persenjataan juga telah berlangsung, seperti menggelar latihan bersama memerangi perompak di laut antara pasukan Indonesia dengan Rusia pada 2011.
Baru-baru ini pun Rusia menawarkan bantuan ke Indonesia membangun sistem pertahanan udara. Saat ini, Indonesia hanya memiliki rudal-rudal pertahanan SAM (surface-to-air missile) jarak dekat.
Viktor Komardin dari perusahaan ekspor senjata-senjata Rusia, Rosoboronexport, mengungkapkan bahwa Moskow akan menjual perangkat sistem SAM sekaligus membantu Indonesia bila tertarik mempersiapkan jaringan pertahanan udara.
Malaysia, katanya, sudah membentuk suatu sistem pertahanan udara terintegrasi. "Tapi Indonesia belum memilikinya. Padahal sistem pertahanan ini penting dimiliki Indonesia," lanjut Komardin seperti dikutip kantor berita Russian Beyond the Headlines.
 Alih Teknologi 
Namun kerjasama ini tidak berlangsung sangat mulus. Kepala Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan RI, Brigjen TNI Sisriadi, mengatakan kerjasama pertahanan antara RI dengan Rusia masih terbentur pada adanya alih teknologi yang harus menyertai setiap pembelian alutsista dari sana. Keharusan itu termuat dalam UU No. 16 tahun 2012 tentang industri pertahanan.
Dalam UU itu tertulis setiap pembelian sistem senjata dari luar negeri, wajib ada konten lokal. Bentuknya, antara lain pelatihan, kerja sama pembuatan, dan kerja sama operasi. Hal itu diungkap Sisriadi, ketika dihubungi VIVAnews, Jumat 1 November 2013.
"Setelah adanya UU Industri Pertahanan No. 16 Tahun 2012 itu, maka kami mengganti format pertemuan bilateral yang selalu dilakukan setiap tahun dengan Rusia. Kami menyampaikan kepada mereka bahwa pembelian produk alutsista dari negara mana pun harus disertai alih pengetahuan dan teknologi," ungkap Sisriadi.
Hingga saat ini, lanjut Sisriadi, pihak Rusia masih belum dapat memenuhi inisiatif tersebut. Kendati begitu, pihak Kemhan tidak lantas menghentikan kerjasama pertahanan dengan Negeri Beruang Merah. "Kami masih akan terus mendorong Rusia supaya alih teknologi itu dilakukan,” katanya.
Proses negosiasi itu, lanjutnya, sangat alot, karena mereka ngotot tidak dapat memenuhi inisiatif RI. Rusia sendiri, ujar Sisriadi, tidak mengungkapkan secara gamblang alasan di balik penolakan mereka melakukan alih teknologi.
"Kemhan juga tidak tahu alasannya. Karena mereka tidak mengemukakan alasannya. Tiap kali kami tanyakan, mereka malah kembali membahas pinjaman yang ditawarkan Rusia kepada Indonesia," katanya.
Pinjaman negara yang dimaksud Sisriadi adalah dana pinjaman yang ditawarkan Pemerintah Rusia untuk membeli peralatan alutsista dari mereka. Nominalnya mencapai US$ 1 miliar atau Rp 11 triliun. Namun, kata Sisriadi, dalam ada ketentuan, disebutkan bahwa pinjaman hanya dapat membeli produk alutsista tertentu. “Mereka juga menyertakan daftar belanja alutsista apa saja yang dapat kami beli,” ujarnya.
Dana pinjaman itu merupakan bagian dari kesepakatan kerjasama pertahanan yang diteken oleh kedua Pemerintah sejak delapan tahun silam. Kedua pucuk pimpinan yakni Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Vladimir Putin telah menyepakati adanya dana pinjaman tersebut.
Dari dana yang ditawarkan senilai US$ 1 miliar, Kemhan baru menggunakan sebagian dari dana tersebut untuk membeli pesawat jet tempur Sukhoi, helikopter MI-17 dan MI-31 serta tank BMP-3F. Totalnya mencapai US$ 308 juta atau Rp 3,4 triliun.
Pesawat Sukhoi yang dibeli menggunakan dana pinjaman ini, merupakan pesawat yang dikirimkan pada gelombang awal ke Indnesia. "Jadi bukan pesawat Sukhoi baru yang dikirim pada September lalu ya. Kami membeli itu menggunakan dana pinjaman dari bank swasta," ujarnya.
Total ada lima pesawat Sukhoi SU-27 SKM yang baru dikirim pada September lalu dibeli dengan harga US$ 470 juta atau Rp 5,2 triliun. Kontraknya ditandatangani oleh Kepala Baranahan Kemhan dengan Rosoboronexport Rusia pada tanggal 29 Desember 2011 silam.
Lima pesawat jet tempur ini akan melengkapi 11 pesawat tempur Sukhoi SU-30 MK2 yang sudah terlebih dahulu tiba di Indonesia dan berjumlah 11 unit.
Maka total pesawat Sukhoi yang dimiliki telah mencapai 16 unit atau satu skuadron. Sementara untuk harga helikopter MI-17 dan MI-31, Sisriadi, tidak menyebutkan harganya.
Ditanya VIVAnews apakah ada alutsista lainnya yang masih berniat dibeli dari Rusia, Sisriadi menyebut hingga kini Kemhan masih belum ingin menggunakan sisa dana yang ada untuk membeli alutsista lainnya. Mereka tidak ingin melanggar UU yang berlaku.
Soal keunggulan pesawat jet tempur Sukhoi dari Rusia, Sisriadi menyebut burung besi itu memiliki sistem sensor yang baik. "Endurance atau jangkauan operasional jauhnya pun juga hebat sehingga bisa dioperasikan untuk jarak jauh dan bisa kembali lagi. Selain itu sistem avionik yang dimiliki Sukhoi juga bagus. Pesawat ini lincah di kelasnya, " papar Sisriadi.
Ke depan, lanjut Sisriadi, untuk alutsista pesawat Sukhoi dirasa sudah cukup. Pesawat tempur itu akan dicampur dengan F-16 yang juga sudah ada.
Sisriadi mengatakan pelajaran lain dari peristiwa embargo yang dipetik Kemhan yakni jangan bertumpu kepada satu negara saja dalam mengandalkan pembelian alutsista. Jadi ketika diembargo, masih ada alutsista lain yang dapat digunakan.

[Gallery] The Thunder's, TNI-AU Real Air Superiority Fighter

(all photo by SIOUX)
Latihan perang Angkasa Yudha kali ini sungguh istimewa. Salah satunya terlihat dari banyaknya jumlah pesawat tempur, angkut maupun prajurit yang turun dalam latihan yang dipusatkan di Pulau Natuna Kepulauan Riau itu. Yang lebih istimewa lagi, ini adalah kali pertamanya kita bisa melihat taring Su-27/30 Flanker TNI-AU. Lihatlah foto air to air yang ARC peroleh dari salah seorang sahabat yang merupakan pilot Su-27/30 dibawah ini. Sungguh membanggakan bukan?

(photo: Sioux)

Sebagai jet tempur multirole, Su-27/30 bukan hanya mampu menggotong puluhan bom. Fungsi azasi jet tempur buatan Rusia ini tak lain tak bukan adalah sebagai Air Superiority Fighter. Fungsi ini pula yang diembang armada The Thunder's dalam latihan Angkasa Yudha 2013.
Dari total 8 Sukhoi yang diturunkan, 2 diantaranya dilengkapi rudal udara ke udara canggih, yaitu R-73 Archer serta R-77 Adder. R-73 merupakan rudal jarak pendek terbaru buatan Russia yang sangat andal dan ditakuti. Sementara R-77 adalah Rudal jarak menengah yang kecanggihannya setara dengan AIM-120 buatan Amerika. Dengan adanya kedua senjata ini, TNI-AU kini mampu melakukan pertempuran diluar jangkauan visual (Beyond Visual Range).

(photo: SIOUX)
2 pesawat Sukhoi yang dilengkapi rudal udara ke udara itu kemungkinan besar berperan sebagai Sweeper atau penyapu dan pengawal armada pengebom. Bukan tugas mudah sesungguhnya. Pasalnya, armada sweeper harus memastikan armada pengebom aman dari gangguan musuh saat menuju, di sasaran serta kembali ke pangkalan. Disaat pengebom membabat musuh, sweeper akan terbang tinggi mengawasi langit sekitar. Dan syukur Alhamdulillah, peran sweeper maupun pengebom mampu ditunaikan dengan baik oleh The Thunder. Bravo Thunder...!!

Latihan mungkin telah usai. Namun pekerjaan sesungguhnya dari armada TNI-AU masih terus berjalan, yaitu menegakan kedaulatan udara nasional yang merupakan harga mati. The Thunder's serta taji-tajinya selalu siap menjalankan tugas itu.
 ARC.

Jumat, 01 November 2013

Nostalgia Supremasi Militer Indonesia Di Era 60-an

Mikoyan-Gurevich MiG-21 Fishbed AURI
1960-an, Era Presiden Sukarno, kekuatan militer Indonesia adalah salah satu yang terbesar dan terkuat di dunia. Saat itu, bahkan kekuatan Belanda sudah tidak sebanding dengan Indonesia, dan Amerika sangat khawatir dengan perkembangan kekuatan militer kita yang didukung besar-besaran oleh teknologi terbaru Uni Soviet.
1960, Belanda masih bercokol di Papua. Melihat kekuatan Republik Indonesia yang makin hebat, Belanda yang didukung Barat merancang muslihat untuk membentuk negara boneka yang seakan-akan merdeka, tapi masih dibawah kendali Belanda. Presiden Sukarno segera mengambil tindakan ekstrim, tujuannya, merebut kembali Papua. Sukarno segera mengeluarkan maklumat "Trikora" di Yogyakarta, dan isinya adalah :
1. Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan kolonial Belanda.
2. Kibarkan Sang Saka Merah Putih di seluruh Irian Barat
3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum, mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air bangsa.
Berkat kedekatan Indonesia dengan Soviet, maka Indonesia mendapatkan bantuan besar-besaran kekuatan armada laut dan udara militer termaju di dunia dengan nilai raksasa, US$ 2.5 milyar. Saat ini, kekuatan militer Indonesia menjadi yang terkuat di seluruh belahan bumi selatan.
Salah satu kekuatan utama Indonesia di saat Trikora itu adalah kapal perang terbesar, tercepat, dan tercanggih di dunia buatan Soviet kelas Sverdlov, dengan 12 cannon raksasa kaliber 6 inchi. Ini adalah KRI Irian, dengan bobot raksasa 16.640 ton dengan awak sebanyak 1270 orang termasuk 60 perwira. Soviet, tidak pernah sekalipun memberikan kapal sekuat ini pada bangsa lain manapun, kecuali Indonesia. (kapal-kapal terbaru Indonesia sekarang dari kelas Sigma hanya berbobot 1600 ton).
KRI Irian kelas Sverdlov, bobot 16.640 ton, kapal perang terbesar
yang pernah dimiliki Indonesia.
KRI Irian adalah salah satu kapal kelas Cruiser paling berbahaya di dunia dan hampir sebanding kekuatannya dengan kapal-kapal tempur terbaik Amerika, USS Iowa, USS Wisconsin, dan USS Missouri dari kelas Battleship yang lebih besar. Pertahanan anti serangan udaranya pun sangat kuat, karena dilengkapi 4 Buah triple gun Mk5-bis turrets kaliber 20 mm, dan 32 buah Kanon multi fungsi kaliber 3,7 cm. Sabuk lapis bajanya pun tebalnya mencapai 100 mm, yang nyaris tidak mungkin ditembus oleh kapal-kapal perang Belanda terbaik saat itu, termasuk Hr. Ms Evertsen.
Kedatangan kapal ini segera membuat Belanda mengurangi secara drastis keberadaannya di Papua. Kapal induk terbesar kebanggan Belanda, HNLMS Karel Doorman langsung diperintahkan meninggalkan Papua begitu KRI Irian bergerak meninggalkan Admiralty Yard di Leningrad menuju Surabaya, Indonesia.
HNLMS Karel Doorman Aircraft Carrier milik belanda yang meninggalkan papua, karna takut akan keganasan kekuatan militer Indonesia di kala itu.
Angkatan udara Indonesia juga menjadi salah satu armada udara paling mematikan di dunia, yang terdiri dari lebih dari 100 pesawat tercanggih saat itu. Armada ini terdiri dari :
1. 20 pesawat pemburu supersonic MiG-21 Fishbed.
2. 10 pesawat supersonic MiG-19.
3. 30 pesawat MiG-15.
4. 49 pesawat tempur high-subsonic MiG-17.
MiG-21 Fishbed AURI
MiG-19 Farmer AURI
MiG-15 Fagot AURI
MiG-17 Fresco AURI
Pesawat MiG-21 Fishbed adalah salahsatu pesawatsupersonic tercanggih di dunia, yang telah mampu terbang dengan kecepatan mencapai Mach 2. Pesawat ini bahkan lebih hebat dari pesawat tercanggih Amerika saat itu, pesawat supersonic F-104 Starfighter dan F-5 Tiger. Sementara Belanda masih mengandalkan pesawat-pesawat peninggalan Perang Dunia II seperti P-51 Mustang.
Sebagai catatan, kedahsyatan pesawat-pesawat MiG-21 dan MiG-17 di Perang Vietnam sampai mendorong Amerika mendirikan United States Navy Strike Fighter Tactics Instructor, pusat latihan pilot-pilot terbaik yang dikenal dengan nama TOP GUN.
Indonesia juga memiliki armada 26 pembom jarak jauh strategis Tu-16 Tupolev (Badger A dan B). Ini membuat Indonesia menjadi salahsatu dari hanya 4 bangsa di dunia yang mempunyai pembom strategis (Strategic Bomber), yaitu Amerika, Inggris, Uni Soviet, dan Indonesia. Pangkalannya terletak di Lapangan Udara Iswahyudi, Magetan, Jawa Timur.
Bahkan China dan Australia pun belum memiliki pesawat pembom strategis seperti ini. Pembom ini juga dilengkapi berbagai peralatan elektronik canggih dan rudal khusus anti kapal perang AS-1 Kennel, yang daya ledaknya bisa dengan mudah menenggelamkan kapal-kapal tempur Barat.
TU-160B Badger AURI Meluncurkan Anti Ship Missile AS-1 Kennel
Indonesia juga memiliki 12 kapal selam kelas Whiskey, puluhan kapal tempur kelas Corvette, 9 helikopter terbesar di dunia MI-6, 41 helikopter MI-4, berbagai pesawat pengangkut termasuk pesawat pengangkut berat Antonov An-12B. Total, Indonesia mempunyai 104 unit kapal tempur. Belum lagi ribuan senapan serbu terbaik saat itu dan masih menjadi legendaris sampai saat ini, AK-47.
RI Tjakra kelas Whiskey milik ALRI
Ini semua membuat Supremasi militer Indonesia sangat ditakuti. Begitu hebat efeknya, sehingga Amerika di bawah pimpinan John F. Kennedy memaksa Belanda untuk segera keluar dari Papua, dan menyatakan dalam forum PBB bahwa peralihan kekuasaan di Papua, dari Belanda ke Indonesia.
Begitu kuatnya supremasi militer Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno, yang membuat indonesia sangat ditakuti kekuatan barat di kala itu, itu pula yang membuat Uni Soviet ingin mengadakan kerja sama lebih erat lagi dengan Indonesia, namun Indonesia terbilang netral dikala itu, sehinga menjadi rebutan kedua blok. Namun apa daya Indonesia saat ini ditengah maraknya kasus korupsi oleh petinggi-petinggi negara, kekisruhan politik Indonesia, rasa nya sangat sulit mengembalikan citra Indonesia di kancah Dunia seperti saat dulu, dimana semangat juang dan nasionalisme bangsa ini masih sangat kental sekali.

Militer Indonesia Paling Ditakuti di Dunia

Indonesia adalah salah satu negara dengan militer terbesar dan terkuat di dunia. “Jika SBY yang berstatement begitu, itu bisa dipastikan HOAX. Tapi kalo Sukarno yang ngeluarin statement tersebut, itu adalah kenyataan.. Dulu Indonesia adalah negara yang disegani dan ditakuti oleh negara-negara lain termasuk negara sekelas Amerika Serikat. Kalau nggak percaya silahkan baca penjelasan berikut:

Sukarno




Saat era presiden Sukarno, kekuatan militer Indonesia adalah salah satu yang terbesar dan terkuat di dunia. Saat itu, bahkan kekuatan Belanda sudah tidak sebanding dengan Indonesia, dan Amerika sangat khawatir dengan perkembangan kekuatan militer kita yang didukung besar-besaran oleh teknologi terbaru Uni Sovyet.





KRI Irian tempoe doeloe



KRI Irian sekarang

KRI Irian


Berkat kedekatan Indonesia dengan Sovyet, maka Indonesia mendapatkan bantuan besar-besaran kekuatan armada laut dan udara militer termaju di dunia dengan nilai raksasa, US$ 2.5 milyar. Saat itu, kekuatan militer Indonesia menjadi yang terkuat di seluruh belahan bumi selatan.


Ini adalah salah satu kapal perang terbesar dan tercepat di dunia buatan Sovyet dari kelas Sverdlov, dengan 12 meriam raksasa kaliber 6 inchi.
Ini adalah KRI Irian, dengan bobot raksasa 16.640 ton dengan awak sebesar 1270 orang termasuk 60 perwira. Sovyet, tidak pernah sekalipun memberikan kapal sekuat ini pada bangsa lain manapun, kecuali Indonesia. (kapal-kapal terbaru Indonesia sekarang dari kelas Sigma hanya berbobot 1600 ton).




Pilot Indonesia dengan mig21nya



Pesawat MiG-21

Pesawat MiG-21


Pesawat MiG-21 Fishbed adalah salah satu pesawat supersonic tercanggih di dunia, yang telah mampu terbang dengan kecepatan mencapai Mach 2.
Pesawat ini bahkan lebih hebat dari pesawat tercanggih Amerika saat itu, pesawat supersonic F-104 Starfighter dan F-5 Tiger. Sementara Belanda masih mengandalkan pesawat-pesawat peninggalan Perang Dunia II seperti P-51 Mustang.
Sebagai catatan, kedahsyatan pesawat-pesawat MiG-21 dan MiG-17 di Perang Vietnam sampai mendorong Amerika mendirikan United States Navy Strike Fighter Tactics Instructor, pusat latihan pilot-pilot terbaik yang dikenal dengan nama TOP GUN.


Indonesia juga memiliki armada 26 pembom jarak jauh strategis Tu-16 Tupolev (Badger A dan B). Ini membuat Indonesia menjadi salah satu dari hanya 4 bangsa di dunia yang mempunyai pembom strategis, yaitu Amerika, Rusia, dan Inggris. Pangkalannya terletak di Lapangan Udara Iswahyudi, Surabaya.Bahkan China dan Australia pun belum memiliki pesawat pembom strategis seperti ini. Pembom ini juga dilengkapi berbagai peralatan elektronik canggih dan rudal khusus anti kapal perang AS-1 Kennel, yang daya ledaknya bisa dengan mudah menenggelamkan kapal-kapal tempur Barat.



Kapal Selam Pasoepati yang sekarang menjadi monumen


Kapal Selam Pasoepati


Indonesia juga memiliki 12 kapal selam kelas Whiskey (salah satunya dinamai KS.Pasopati, yang sekarang menjadi monumen kapal selam satu2 nya di Indonesia, tepatnya di Surabaya), puluhan kapal tempur kelas Corvette, 9 helikopter terbesar di dunia MI-6, 41 helikopter MI-4, berbagai pesawat pengangkut termasuk pesawat pengangkut berat Antonov An-12B. Total, Indonesia mempunyai 104 unit kapal tempur. Belum lagi ribuan senapan serbu terbaik saat itu dan masih menjadi legendaris sampai saat ini, AK-47.


Ini semua membuat Indonesia menjadi salah satu kekuatan militer laut dan udara terkuat di dunia. Begitu hebat efeknya, sehingga Amerika di bawah pimpinan John F. Kennedy memaksa Belanda untuk segera keluar dari Papua, dan menyatakan dalam forum PBB bahwa peralihan kekuasaan di Papua, dari Belanda ke Indonesia adalah sesuatu yang bisa diterima.


Itu adalah cuplikan fakta sejarah keemasan militer Indonesia. Jika dibandingkan dengan sekarang, kemampuan Alutsita Indonesia sangat jauh dibandingkan teknologi yang dipakai Sukarno, yang merupakan teknologi terbaik di zamannya.

Sekedar Wawasan.

UAV Akan Jadi Andalan Militer China, AS dan Jepang di Kawasan Asia

UAVs RQ-4 Global Hawk (foto : hizook.com)

Pemerintah Jepang semakin serius menanggapi ulah militer China, yang telah mengirimkan kapal perangnya untuk mengontrol dan menekan kapal perang pasukan bela diri Jepang dari kelompok pulau-pulau tak berpenghuni di Laut China Timur yang dikenal sebagai Senkaku (di Jepang) dan Diaoyu (di China). Selain itu Jepang juga mengharapkan memiliki pesawat pengintai tanpa awak (UAVs/drone) untuk memonitor pergerakan kapal AL China. Bukan tidak mungkin justru China kini yang sudah mengirimkan pesawat intai tanpa awaknya di kawasan tersebut untuk memata-matai AL Jepang.
Jepang dilaporkan oleh media setempat merasa sangat terganggu dan terancam dengan tindakan militer China yang terus bertindak sewenang-wenang, dan setiap saat akan dapat menimbulkan situasi yang tidak terduga.  AU Jepang terus mengawasi pesawat peringatan dini China yang terbang di atas perairan internasional antara selatan pulau Okinawa Jepang dan luar pulau yang relatif dekat dengan wilayah sengketa. Dalam waktu yang bersamaan, Jepang Coast Guard melaporkan munculnya empat kapal penjaga pantai China yang bersenjata didekat pulau Senkaku dan Diaoyu.
Menghadapi ancaman China, Jepang tidak berdiam diri. Kyodo News/AP (26/7) melaporkan bahwa Pemerintah Jepang mengatakan dalam buku putih pertahanan, Jepang akan meningkatkan kemampuan pesawat intai tanpa awak (UAVs) atau unmanned aerial vehicles jarak jauh, yang dapat terbang tinggi serta kemampuan amfibi pasukan marinir pertahanan pulau.
AS dalam mengoperasikan beberapa macam jenis UAV, dalam praktek pertempurannya telah  memberikan wewenang kepada CIA untuk mengendalikan skadron bersama-sama US Air Force. Operasi intelijen (pulbaket, pengumpulan bahan keterangan, serta serangan udara UAV) yang dilakukan AS di Afghanistan, Pakistan, Yaman, Iran dan bahkan di Korea Utara dilakukan dengan beberapa type UAV/drone seperti Predator, Sentinel dan Shadow.
Kelebihan pesawat intai tanpa awak ini selain mampu terbang berjam-jam, dapat menyadap saluran telpon, dan bahkan dengan teknologi terbarunya Sentinel dapat memonitor dan menterjemahkan gerakan manusia dibawahnya. Di sisi lain UAV ini sukses sebagai pesawat penyerang,  dibuktikan dalam operasi counter teroris di Afghanistan dan Pakistan, UAV sukses menyerang dan membunuh tokoh-tokoh teroris Al-Qaeda dan Taliban dengan peluru kendali Hellfire yang dilekatkan pada UAV.
Di kawasan Asia Tenggara, AS akan menempatkan UAV (RQ-4 Global Hawk) di Coocos Island untuk memonitor hingga kawasan Laut China Selatan. Data spesifik Global Hawk. Cruise speed : 404 mph (351 kn; 650 km/h), Range (jarak jelajah) : 15,525 mi (13,491 nmi; 24,985 km), Endurance (Lama terbang) : 36 hours, Service ceiling (ketinggian terbang) : 65,000 ft (19,812 m). Pesawat tanpa awak ini dapat melakukan pengintaian (survei) ke kawasan seluas 40.000 mil persegi (103.600 kilometer persegi) dalam sehari.
Dari beberapa jenis UAV, kelebihannya  dapat dioperasikan dari jarak beberapa puluh km dan bahkan dari jarak ribuan kilometer. Type terakhirnya milik AS yang paling modern adalah RQ-170 Sentinel yang termasuk berkemampuan anti radar (teknologi stealth). Selain dilengkapi dengan kamera video, pesawat hampir dipastikan membawa peralatan komunikasi untuk menyadap, serta dilengkapi dengan sensor yang dapat mendeteksi sejumlah kecil isotop radioaktif dan bahan kimia lainnya yang dapat memberikan petunjuk adanya kegiatan penelitian nuklir.
Menilai perkembangan UAV AS, China nampaknya tidak hanya berdiam diri. China.org.cn melaporkan pada tanggal 23 Oktober 2013,  bahwa Pemerintah China akan membangun basis industri di wilayah Daxing (Beijing Selatan) , yang di dedikasikan untuk mengembangkan  UAV. Kawasan industri seluas 134 ha tersebut dijadwalkan akan memulai operasinya  dalam beberapa tahun ke depan . Menurut pejabat dari China Academy of Aerodinamika Aerospace, badan pembangunan UAV tersebut bagian dari China Aerospace Science and Technology Corporation ( CASC ) milik negara.
Rencana pemerintah China menunjukkan pertumbuhan  bisnis UAV yang  terkait di sektor militer dan komersial China. Kata laporan itu perkiraan nilai output industri akan menjadi sekitar CNY10 milyar pada 2015 ( USD16 miliar ) , CNY 30 milyar (USD48 milyar) pada 2020 dan lebih dari CNY 100 milyar (USD 160 Milyar) pada 2025. Sebuah jumlah yang sangat fantastis.
Upaya tak kenal lelah para agen intelijen industri serta pejabat China dalam menembus pengamanan baik militer maupun industri Amerika nampaknya berbuah hasil. Pada bulan Januari 2011, ketika Menhan AS Robert M. Gates, berkunjung ke China, Beijing meluncurkan sebuah prototipe pesawat jet tempur siluman  J-20.  Dari beberapa informasi yang beredar termasuk foto-foto yang beredar, menunjukkan bahwa China kini mempunyai pesawat terbang tempur siluman. Pesawat yang mampu menyembunyikan diri dari intersepsi radar dan rudal lawan.
Pesawat J-20 desainnya sangat mirip dengan pesawat siluman AS, F-22 Raptor, hanya ukurannya lebih besar, sehingga diperkirakan mampu membawa persenjataan yang lebih banyak  dibandingkan F-22. Para analis intelijen mengatakan bahwa China telah berusaha untuk mendapatkan teknologi tersebut dengan cara sembunyi-sembunyi selama bertahun-tahun. Dapat diperkirakan kemungkinan besar China sudah mampu menembus pabrik UAV milik AS dan akan membangun pesawat dengan teknologi serupa.
Dari beberapa informasi tersebut, terlihat  trend akan meningkatnya persaingan antara China disatu sisi yang bersaing dengan AS dan Jepang dilain sisi dalam pengoperasian pesawat tanpa awak. Keandalan UAV telah dibuktikan dalam operasi clandestine CIA dalam menyerang tokoh-tokoh Al-Qaeda dan Taliban, oleh karena itu kini China  sangat serius dalam menapaki persaingan memonitor senyap dari udara.
Indonesia dalam Renstra 2009-2019 akan membangun sebuah skadron UAV yang akan dioperasikan oleh TNI AU, dislokasinya berada di Lanud Supadio, Pontianak. Walau mungkin teknologi yang dimiliki belum secanggih UAV milik AS, paling tidak pemikiran strategis sudah diwujudkan dan sewaktu-waktu dapat dikembangkan lebih lanjut apabila kemampuan ekonomi mendukung. Semoga bermanfaat.