Minggu, 27 Oktober 2013
Mega Skandal Spionase AS
Seharusnya Rabu malam waktu Washington, Gedung Putih mengadakan
jamuan makan malam tamu kehormatan negara. Namun gagal lantaran tamunya
jengkel dan memutuskan membatalkan pertemuan tersebut.
Dia adalah Presiden Brasil Dilma Rousseff yang secara pribadi murka
pada Barack Obama. Rousseff adalah salah satu korban penyadapan
intelijen AS, NSA, yang dibongkar Snowden yang saat ini berlindung di
Rusia.
Alasan AS menyadap demi menanggulangi terorisme, dimentahkan para
pejabat Brasil. Sekutu terdekat AS di Amerika Selatan ini mengatakan
bahwa penyadapan dilakukan untuk mengeruk keuntungan, demi kepentingan
spionase komersial dan industri.
Rabu lalu juga, Obama dihantam protes serupa dari sekutunya di Eropa,
Jerman. Kanselir Jerman Angela Merkel meneleponnya, marah percakapan
teleponnya disadap. Informasi ini diperoleh Merkel dari majalah Der
Spiegel.
Angela Merkel mengatakan tidak bisa menerimaa tindakan AS yang
menyadap telepon selulernya dan berencana segera menemui Obama, untuk
meminta penjelasan.
Merkel punya pengalaman kelam soal dimata-matai. Dia lahir tahun 1954
di Hamburg, Jerman Timur, saat polisi polisi rahasia NAZI atau Stasi
menguntit keseharian warganya. Tidak heran Merkel murka.
Pembelaan juru bicara Gedung Putih Jay Carney juga terlihat ambigu.
Kepada media dia mengatakan, NSA (Badan Keamanan Nasional AS) “Sekarang
tidak sedang mengawasi dan tidak akan mengawasi telepon Merkel.”
Carney menggunakan kata kerja “sekarang.” Dia tidak mampu menjelaskan
apakah sebelumnya AS pernah menyadap Merkel atau tidak. NSA pun makin
terpojok.
Dua hari sebelumnya pada Senin, Snowden kembali buat ulah membocorkan
penyadapan AS terhadap Prancis, negara sahabat lainnya di Eropa. Harian
Le Monde menuliskan, NSA memantau 70,3 juta percakapan telepon di
Paris, hanya dalam kurun 30 hari, antara 10 Desember 2012 sampai 8
Januari 2013.
NSA, lanjut Le Monde, juga kemungkinan menyadap jutaan SMS di
Prancis. Tidak jelas apakah percakapan dan SMS yang disadap itu disimpan
secara utuh, atau hanya berupa metadata – yaitu hanya daftar siapa
berbicara dengan siapa.
Tidak dijelaskan juga apakah operasi penyadapan bernama sandi US-985D
itu masih terus berlangsung atau sudah dihentikan. Laporan itulah yang
membuat Menlu Fabius awal pekan ini memanggil Dubes AS untuk Prancis.
Dia menuntut Dubes AS itu memberi klarifikasi atas kabar di media massa
itu.
Beberapa hari sebelumnya, Meksiko juga marah besar pada Amerika. NSA
dilaporkan menyadap Presiden Enrique Pena Nieto dan pendahulunya, Felipe
Calderon. Tidak hanya itu, Amerika juga dituduh menyadap PBB dan Uni
Eropa.
Pemimpin 35 Negara
Di bawah perlindungan Rusia, nyanyian Snowden akan mega skandal
penyandapan AS semakin tidak terbendung. Jumat lalu, The Guardian -mitra
media Snowden- mengungkapkan bocoran dokumen yang menunjukkan bahwa AS
telah menyadap telepon puluhan kepala negara di seluruh dunia.
Hal ini dibuktikan dalam dokumen soal memo rahasia dari Direktorat
Sinyal Intelijen (SID) di NSA untuk berbagai instansi yang mereka sebut
“pelanggan”. Beberapa di antara instansi ini adalah Gedung Putih,
Kementerian Luar Negeri dan Pentagon.
Dalam memo itu, SID meminta para pejabat tinggi di instansi AS
memberikan informasi nomor telepon para petinggi politik dan pengusaha
di berbagai negara.
Terkumpullah 200 nomor, termasuk di dalamnya ada 35 nomor kepala
negara.Tidak disebutkan pemimpin mana saja yang disadap, namun NSA
disebut langsung melakukan operasi intelijen.
Dilihat dari memo tertanggal Oktober 2006 itu, ini bukan kali pertama
SID meminta bantuan pejabat negara, melainkan operasi rutin. Judul memo
itu, “Pelanggan Bisa Membantu SID Mendapatkan Nomor Telepon Target”.
Dalam pembuka memo, dikatakan bahwa para pejabat yang dekat dengan para
pemimpin dan politisi dunia bisa membantu operasi mata-mata.
Memo dikirimkan pada pertengahan periode kedua George Bush, saat
Condoleezza Rice menjabat Menteri Luar Negeri dan Donald Rumsfeld di
akhir masa jabatannya sebagai Menteri Pertahanan.
Dalam KTT Eropa di Brussels yang seyogyanya membicarakan masalah ekonomi, Jerman dan Prancis menyampaikan uneg-uneg mereka. Mereka mengatakan kepercayaan Eropa terhadap AS hampir sirna dan harus kembali dibangun.
“Memata-matai sahabat itu tidak benar. Sekarang kepercayaan harus
kembali dibangun,” kata Merkel, Kamis waktu setempat, yang menuntut aksi
nyata, bukan hanya ucapan maaf dari Obama.
Jerman dan Prancis kompak menuntut AS membuat kesepakatan paling lambat akhir tahun ini untuk tidak lagi memata-matai mereka. Hal ini diamini oleh ke-28 pemimpin Uni Eropa. Sebenarnya gagasan ini pertama kali diangkat Merkel saat Obama mengunjungi Berlin Juni lalu, namun tidak terealisasi.
Jerman dan Prancis kompak menuntut AS membuat kesepakatan paling lambat akhir tahun ini untuk tidak lagi memata-matai mereka. Hal ini diamini oleh ke-28 pemimpin Uni Eropa. Sebenarnya gagasan ini pertama kali diangkat Merkel saat Obama mengunjungi Berlin Juni lalu, namun tidak terealisasi.
“Persahabatan dan kemitraan antara Eropa, termasuk Jerman, dengan
Amerika bukanlah satu arah saja. AS perlu juga bersahabat dengan dunia,”
kata Merkel.
Kesepakatan semacam ini telah dibuat AS dengan Inggris, Australia,
Selandia Baru dan Kanada. Kelima negara memiliki aliansi yang dikenal
dengan “Lima Mata”, terbentuk sejak akhir Perang Dunia II.
Lebih Parah dari Wikileaks
Akibat penyadapan ini persahabatan AS dengan berbagai negara yang
telah terjalin bertahun-tahun terancam. Kebijakan luar negeri AS yang
dirancang sedemikian rupa juga jadi di ujung tanduk. AS diprediksi
merugi.
Dalam KTT kemarin, mega skandal penyadapan AS membuat negara-negara
Eropa tidak ragu-ragu lagi mendukung pengetatan undang-undang
perlindungan data tahun 1995. Dalam peraturan baru nanti,
perusahaan-perusahaan seperti Google dan Facebook dilarang membagi data
mereka dengan negara non-Eropa.
Peraturan ini juga memberikan hak bagi warga Eropa untuk meminta agar
jejak digital mereka dihapus. Ada denda 100 juta euro bagi perusahaan
yang melanggar.
AS khawatir Jerman dan Prancis semakin gigih mendorong peraturan ini,
pasca terungkapnya penyadapan. Pasalnya jika peraturan ini diterapkan,
maka ongkos penanganan data di Eropa akan meroket. Perusahaan seperti
Google, Yahoo! Microsoft dan yang lainnya tengah giat melobi pemerintah.
Kerugian diplomatis dan finansial ini membuat dampak bocoran Snowden
lebih besar ketimbang bocoran kabel diplomatik oleh Bradley Manning di
Wikileaks. Hal ini sempat diungkapkan oleh mantan juru bicara
Kementerian Luar Negeri AS P.J. Crowley dalam akun Twitternya.
“Semakin jelas saja, walaupun besarnya skala #WikiLeaks, bocoran
#Snowden menyebabkan lebih banyak kerusakan publik,” tulis Crowley.
Menurut Slate.com, bocoran WikiLeaks memang memberi dampak buruk
terhadap situasi politik di beberapa negara. Salah satunya soal
kecurangan pemilu Peru, korupsi pejabat India dan gaya hidup keluarga
Ben Ali yang berperan pada awal-awal revolusi di Tunisia.
Kendati mencengangkan, namun bocoran kabel di WikiLeaks dibuat oleh
para diplomat dan tidak mencerminkan kebijakan luar negeri AS yang
menjadi rahasia. Bahkan, para pejabat Kemlu AS mengakui bahwa
terungkapnya kabel itu “memalukan tapi tidak merusak.
Penyusutan Jumlah Pasukan TNI
Jumlah pasukan TNI akan terus disusutkan secara bertahap. Jika saat
ini jumlahnya sekitar 470.000 personil, maka pada tahun 2029
diproyeksikan tinggal 300.000 personil.
Di era perang modern, jumlah pasukan bukan segala-galanya, walau
asumsi ini masih menjadi perdebatan. Jika mengacu kepada strategi Uni
Soviet pada Perang Dunia II, pernyataan Stalin bahwa Quantity is
Quality terbukti sukses di lapangan saat menghadapi invasi Jerman. Namun
teknologi militer terus berkembang dan muncul juga pemikiran jumlah
pasukan bukan hal terpenting, melainkan persenjataan dan kesiapan
tentara itu sendiri.
Di sisi lain, Kementerian Pertahanan sendiri menilai, kesiapan alat
utama sistem senjata yang dimiliki oleh TNI masih sekitar 50 persen.
Jumlah dan kualitas alutsistanya masih minim, baik dari segi umur maupun
teknologi.
Konsekuensinya 50 persen dari jumlah prajurit tidak siap tempur dalam
kondisi optimal karena tidak didukung alutsista yang memadai. Lebih
parah lagi, anggaran belanja TNI yang diberikan pemerintah justru lebih
banyak untuk belanja pegawai (gaji, tunjangan, pensiun, dll), bukan
untuk belanja modal atau pembelian alutsista. Belanja pegawai lebih
tinggi daripada belanja modal menyebabkan tidak ada investasi di human
investment melainkan human consumption.
Dengan disusutkannya jumlah pasukan, diharapkan kurva anggaran
belanja TNI tidak gemuk untuk anggaran belanja pegawai, melainkan bisa
berimbang dengan modernisasi alutsista. Sebagian anggaran bisa dialihkan
untuk pendidikan, pelatihan dan terutama kesejahteraan prajurit yang
lebih baik.
Mengapa penyusutan hingga tahun 2029 ?. Penyusutan dilakukan bertahap
dengan memperkecil rasio jumlah perekrutan prajurit dibandingkan jumlah
yang pensiun. Jika kita cermati prosentase perekrutan saat ini, lebih
kecil dari prosentase yang pensiun per tahun.
Seiring dengan penyusutan jumlah anggota TNI, Dephan mendorong
kenaikan anggaran belanja TNI. Jika anggaran pertahanan bisa
ditingkatkan menjadi 2 persen dari PDB, maka selama 15-20 tahun,
kesiapan alutsista yang dimiliki oleh TNI bisa mencapai 70 hingga 90
persen. Berdasarkan data SIPRI 2010, anggaran belanja militer Indonesia
0,9 persen dari Produk Domestik Brutto (PDB) 2009. Sementara menurut
Wapres Boediono (Nov 2012), belanja militer Indonesia lebih kecil lagi
yakni 0,7 dari PDB.
Untuk menutupi gap “Quantity is Quality” maka TNI akan mendorong
dipercepatnya RUU Komponen Cadangan. Anggota komponen cadangan akan
dibentuk melalui proses pelatihan dasar kemiliteran dengan standar
pelatihan yang out put-nya memiliki kemampuan dasar untuk bertempur,
mental yang tangguh dan jiwa juang yang tinggi.
Komponen Cadangan ini hanya aktif untuk menghadapi ancaman militer
khususnya ancaman militer perang berdasarkan strategi pertahanan,
melalui mobilisasi dan demobolisasi yang ditetapkan oleh Presiden.
Negara tetangga Singapura dan Malaysia telah membentuk Komponen
Cadangan. Sementara di Jerman, ide Komponen cadangan muncul tahun 2003
sebagai dasar restrukturisasi militer Jerman (Bundeswehr). Komponen
Cadangan didisain sesuai kebutuhan misi militer, baik struktur,
personel, pelatihan dan perlengkapan dengan motto “organize and train as
you fight”.
Pada tahun 2007 militer Jerman dirampingkan dari 495,000 personel
menjadi 252,500 termasuk Wamil. Komponen Cadangan aktif berjumlah 2,350
personel dari sekitar 80,000, seiring upaya pengefektifan dan
pengurangan anggaran.
Geopolitik
Modernisasi di tubuh TNI dibutuhkan karena perubahan geopolitik
kawasan yang terus memanas: Konflik Korea Utara- Selatan, Konflik
Malaysia dengan Kesultanan Sulu di Sabah, Konflik Laut China Selatan
akibat semakin agresifnya China, penempatan pasukan AS di Darwin
Australia.
Pasukan TNI harus modern dan ready for battle, untuk meningkatkan
daya tempur dan daya gertak terhadap pasukan asing. Sukses tidaknya
modernisasi TNI akan terbaca dari strategi pertahanan dan doktrin
pertahanan yang dianut. Apakah alurnya terlihat mengalir atau masih
tersendat.
JKGR.
Pasukan Khusus TNI-AL (DENJAKA) Melebihi Kemampuan KOPASSUS
Mengenal Pasukan Khusus TNI-AL : DENJAKA, yang Melebihi Kemampuan KOPASSUS
Detasemen Jala Mangkara (disingkat Denjaka) adalah sebuah detasemen pasukan khusus TNI yang menempati Hirarki tertinggi dalam jajaran Korps Marinir dan TNI-AL. Denjaka dibentuk berdasarkan instruksi Panglima TNI kepada Komandan Korps Marinir No Isn.01/P/IV/1984 tanggal 13 November 1984. Denjaka merupakan satuan gabungan antara personel Kopaska dan Taifib Korps Marinir TNI-AL.
Denjaka terdiri dari :
1. Satuan markas Detasemen
2. Satuan tim markas
3. Satuan tim teknik
4. Tiga tim tempur.
Segala aktifitas Denjaka bersifat rahasia dan sangat jarang dipublikasikan. Sebagai unsur pelaksana, prajurit Denjaka dituntut memiliki kesiapan operasional, mobilitas, kecepatan, kerahasiaan, dan pendadakan yang tertinggi. medan operasi yang berupa kapal-kapal, instalasi lepas pantai dan daerah pantai. Disamping itu juga memiliki keterampilan mendekati sasaran melalui laut, bawah laut dan vertikal dari udara.
Mereka dikenal sangat tangguh di medan operasi sebagaimana para “saudara” lainnya, pasukan khusus di matra darat dan udara. Kemampuan Denjaka tak hanya dapat bertempur, tapi juga berperan sebagai satuan intelijen tempur yang handal. Pendidikan hampir 9 bulan dihabiskan untuk menciptakan pasukan Intai Amfibi yang handal, cepat dan rapih dalam menyelesaikan suatu misi khusus.
Tak heran manuver dan gerakan personel Denjaka dalam operasi klandestein membuat musuh kewalahan. Denjaka mampu bertempur di darat, laut, udara dan bawah permukaaan air. Mereka juga memiliki skill yang dimiliki pasukan Kopaska dan Linud (setingkat Parako) untuk menjalankan misinya di TNI. Denjaka juga biasa di libatkan untuk pengamanan Presiden (Paspampres).
Suud Rusli
Mantan anggota Marinir yang sudah 2x berhasil kabur dari sel tahanan POM Lantamal II Jakarta merupakan salah seorang penyandang baret Denjaka. Karena itu, untuk meringkus Suud yang telah membunuh Direktur PT Asaba Boediharto Angsono dan pengawalnya Edy Siyep (prajurit kopassus) 19 Juli 2003 Jajaran pimpinan TNI Angkatan Laut mengerahkan hampir satu peleton tim gabungan.
TNI-AL sadar bahwa Suud adalah salah seorang prajurit Denjaka yang mempunyai kemampuan luar biasa, dan memiliki keahlian dalam menembak jitu. Sebagai anggota Denjaka, dia mempunyai pengalaman dalam berbagai operasi khusus. Untuk melukiskan kemampuan Denjaka, ada yang menganggap kemampuan satu pasukan Denjaka setara dengan sepuluh prajurit TNI biasa.
Para pemburu Suud tak mau gegabah, meski sasarannya sudah diketahui pasti. Kehati hatian tim pemburu yang sebagian juga anggota Denjaka tersebut berhasil menembak mati Suud di Jalan Sumbersari, Desa Sumbersari, Kota Malang, Tahun 2007 lalu. Pada saat penyergapan terjadi, Suud berhasil menembak 3 orang tim pemburu yang tergabung dalam unsur TNI/POLRI, dan beruntung masih bisa tertolong. Namun Suud sendiri tewas dengan luka tembak didada dan paha.
Menghadapi Suud bukanlah hal yang mudah karena dia mantan pasukan khusus yang mempunyai kemampuan lebih dari pada prajurit Marinir biasa. Itulah gambaran bahwa lulusan pendidikan Denjaka disegani sekaligus ditakuti. Mereka adalah pasukan inti di Kesatuan Marinir yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata. Kemampuan tersebut diraih setelah ditempah melalui pendidikan yang sangat ketat serta melewati ujian yang sangat berat.
Seleksi Pendidikan Denjaka
Video Latihan dan Pengrekrutan Denjaka
Tidak heran, di antara ratusan prajurit yang mengikuti seleksi pendidikan Denjaka, hanya sekitar 50 an orang yang diterima. Mereka akan dilatih keras di kawah candradimuka di Situbondo. Tahun-tahun sebelumnya, sering hanya belasan prajurit yang memenuhi syarat. Mereka yang tak lulus dikembalikan ke kesatuannya semula. Setelah masuk tahap seleksi ke II, Tidak semua yang mengikuti pendidikan tersebut lolos. beberapa di antara mereka dimungkinkan akan dikembalikan ke kesatuannya karena tidak mampu mengikuti pendidikan.
Selain fisik prima, calon Denjaka juga dituntut memiliki IQ tinggi. Sebab, pasukan elite yang sering digunakan untuk penyusupan di daerah operasi itu harus mampu menghadapi berbagai masalah, baik secara individu maupun kelompok.
Selama menjalani pendidikan. Teori di kelas hanya 20 persen. Selebihnya di lapangan, seperti hutan, laut, bahkan udara. Mereka harus mempunyai kemampuan terbaik di darat, laut, dan udara. Mereka dituntut mampu melaksanakan tugas rahasia secara sempurna. Untuk mencapai semua itu, diperlukan pendidikan yang sangat keras dan ketat. Mereka harus mampu menyusup dengan terjun payung, bergerak lincah di laut dengan daya tahan tinggi, serta survive di darat.
Mereka ditempah di tengah ombak ganas di Laut Banyuwangi, yang biasanya menghanyutkan perahu nelayan. Dengan tangan dan kaki diikat, para prajurit tersebut dibuang ke laut ganas itu. Mereka harus mampu bertahan sekaligus menyelamatkan diri.“Latihan mereka cukup berat. Kaki dan tangan diikat pun bisa hidup.
Kenapa sampai demikian? Bila sewaktu-waktu prajurit trimedia (menguasai medan darat, laut, dan udara) itu dibuang ke laut dalam keadaan tangan dan kaki terikat oleh musuh, mereka akan mampu menyelamatkan diri. Setelah melawan ombak besar di laut, mereka juga dituntut bertahan hidup di hutan tanpa perbekalan sedikit pun. Untuk menguji daya tahannya itu, para prajurit terpilih tersebut dilepas di tengah hutan dengan hanya bermodalkan garam. Air minum pun tidak diperkenankan dibawa. Selebihnya, cari sendiri di hutan. Latihan itu dilakukan di Alas Purwo. Di sana, mereka dilepas untuk melatih ketahanan fisik dan kemampuan per orangan.
Di tengah hutan, mereka harus bertahan berhari-hari. Mereka tak jarang hanya makan binatang buas, seperti ular. Bila mampu menangkap monyet, hewan itu pulalah yang disantap. Selama tiga hari tiga malam, mereka tidur di tengah hutan rimba tersebut. Kadang-kadang, juga lebih.
Itu semua belum cukup. Soal pukul-memukul oleh instruktur untuk melatih mental bukanlah hal aneh di kalangan mereka. Mereka benar-benar harus siap mental dan fisik. Begitu kerasnya, tidaklah heran kalau di awal pendidikan itu, ada yang mengundurkan diri.
Untuk latihan udara, mereka bukan lagi dilatih terjun tempur seperti prajurit biasa. Kalau terjun tempur, begitu keluar dari pintu pesawat, payung sudah terbuka. Tapi, Denjaka dilatih terjun bebas. Yang menarik, terjun bebas itu tidak saja dilakukan siang, tapi juga tengah malam. Dengan begitu, bila sewaktu-waktu masuk ke sasaran musuh, mereka tidak harus lewat darat atau laut yang mudah dideteksi lawan. Para Denjaka juga bisa diturunkan dari pesawat dengan ketinggian yang sulit terdeteksi musuh.
Untuk menghindari pendeteksian musuh, mereka harus piawai menyelam. Dengan menggunakan kompas, sambil menghitung derajat daerah sasaran, para Denjaka harus bisa muncul di titik yang tepat. Itu baru tahap latihan. Bila pelantikan atau dikenal dengan pembaretan, mereka harus jalan kaki siang malam. Itu sering dilakukan Banyuwangi-Surabaya. Mereka dilepas di Banyuwangi dan diperintahkan kumpul di Surabaya dalam waktu yang ditentukan. Bila naik kendaraan dan ketahuan instruktur, hukuman berat bakal dirasakan. Baretnya pun bakal tak hinggap di kepala.
dunia militer.
Detasemen Jala Mangkara (disingkat Denjaka) adalah sebuah detasemen pasukan khusus TNI yang menempati Hirarki tertinggi dalam jajaran Korps Marinir dan TNI-AL. Denjaka dibentuk berdasarkan instruksi Panglima TNI kepada Komandan Korps Marinir No Isn.01/P/IV/1984 tanggal 13 November 1984. Denjaka merupakan satuan gabungan antara personel Kopaska dan Taifib Korps Marinir TNI-AL.
Denjaka terdiri dari :
1. Satuan markas Detasemen
2. Satuan tim markas
3. Satuan tim teknik
4. Tiga tim tempur.
Segala aktifitas Denjaka bersifat rahasia dan sangat jarang dipublikasikan. Sebagai unsur pelaksana, prajurit Denjaka dituntut memiliki kesiapan operasional, mobilitas, kecepatan, kerahasiaan, dan pendadakan yang tertinggi. medan operasi yang berupa kapal-kapal, instalasi lepas pantai dan daerah pantai. Disamping itu juga memiliki keterampilan mendekati sasaran melalui laut, bawah laut dan vertikal dari udara.
Mereka dikenal sangat tangguh di medan operasi sebagaimana para “saudara” lainnya, pasukan khusus di matra darat dan udara. Kemampuan Denjaka tak hanya dapat bertempur, tapi juga berperan sebagai satuan intelijen tempur yang handal. Pendidikan hampir 9 bulan dihabiskan untuk menciptakan pasukan Intai Amfibi yang handal, cepat dan rapih dalam menyelesaikan suatu misi khusus.
Tak heran manuver dan gerakan personel Denjaka dalam operasi klandestein membuat musuh kewalahan. Denjaka mampu bertempur di darat, laut, udara dan bawah permukaaan air. Mereka juga memiliki skill yang dimiliki pasukan Kopaska dan Linud (setingkat Parako) untuk menjalankan misinya di TNI. Denjaka juga biasa di libatkan untuk pengamanan Presiden (Paspampres).
Suud Rusli
Mantan anggota Marinir yang sudah 2x berhasil kabur dari sel tahanan POM Lantamal II Jakarta merupakan salah seorang penyandang baret Denjaka. Karena itu, untuk meringkus Suud yang telah membunuh Direktur PT Asaba Boediharto Angsono dan pengawalnya Edy Siyep (prajurit kopassus) 19 Juli 2003 Jajaran pimpinan TNI Angkatan Laut mengerahkan hampir satu peleton tim gabungan.
TNI-AL sadar bahwa Suud adalah salah seorang prajurit Denjaka yang mempunyai kemampuan luar biasa, dan memiliki keahlian dalam menembak jitu. Sebagai anggota Denjaka, dia mempunyai pengalaman dalam berbagai operasi khusus. Untuk melukiskan kemampuan Denjaka, ada yang menganggap kemampuan satu pasukan Denjaka setara dengan sepuluh prajurit TNI biasa.
Para pemburu Suud tak mau gegabah, meski sasarannya sudah diketahui pasti. Kehati hatian tim pemburu yang sebagian juga anggota Denjaka tersebut berhasil menembak mati Suud di Jalan Sumbersari, Desa Sumbersari, Kota Malang, Tahun 2007 lalu. Pada saat penyergapan terjadi, Suud berhasil menembak 3 orang tim pemburu yang tergabung dalam unsur TNI/POLRI, dan beruntung masih bisa tertolong. Namun Suud sendiri tewas dengan luka tembak didada dan paha.
Menghadapi Suud bukanlah hal yang mudah karena dia mantan pasukan khusus yang mempunyai kemampuan lebih dari pada prajurit Marinir biasa. Itulah gambaran bahwa lulusan pendidikan Denjaka disegani sekaligus ditakuti. Mereka adalah pasukan inti di Kesatuan Marinir yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata. Kemampuan tersebut diraih setelah ditempah melalui pendidikan yang sangat ketat serta melewati ujian yang sangat berat.
Seleksi Pendidikan Denjaka
Video Latihan dan Pengrekrutan Denjaka
Tidak heran, di antara ratusan prajurit yang mengikuti seleksi pendidikan Denjaka, hanya sekitar 50 an orang yang diterima. Mereka akan dilatih keras di kawah candradimuka di Situbondo. Tahun-tahun sebelumnya, sering hanya belasan prajurit yang memenuhi syarat. Mereka yang tak lulus dikembalikan ke kesatuannya semula. Setelah masuk tahap seleksi ke II, Tidak semua yang mengikuti pendidikan tersebut lolos. beberapa di antara mereka dimungkinkan akan dikembalikan ke kesatuannya karena tidak mampu mengikuti pendidikan.
Selain fisik prima, calon Denjaka juga dituntut memiliki IQ tinggi. Sebab, pasukan elite yang sering digunakan untuk penyusupan di daerah operasi itu harus mampu menghadapi berbagai masalah, baik secara individu maupun kelompok.
Selama menjalani pendidikan. Teori di kelas hanya 20 persen. Selebihnya di lapangan, seperti hutan, laut, bahkan udara. Mereka harus mempunyai kemampuan terbaik di darat, laut, dan udara. Mereka dituntut mampu melaksanakan tugas rahasia secara sempurna. Untuk mencapai semua itu, diperlukan pendidikan yang sangat keras dan ketat. Mereka harus mampu menyusup dengan terjun payung, bergerak lincah di laut dengan daya tahan tinggi, serta survive di darat.
Mereka ditempah di tengah ombak ganas di Laut Banyuwangi, yang biasanya menghanyutkan perahu nelayan. Dengan tangan dan kaki diikat, para prajurit tersebut dibuang ke laut ganas itu. Mereka harus mampu bertahan sekaligus menyelamatkan diri.“Latihan mereka cukup berat. Kaki dan tangan diikat pun bisa hidup.
Kenapa sampai demikian? Bila sewaktu-waktu prajurit trimedia (menguasai medan darat, laut, dan udara) itu dibuang ke laut dalam keadaan tangan dan kaki terikat oleh musuh, mereka akan mampu menyelamatkan diri. Setelah melawan ombak besar di laut, mereka juga dituntut bertahan hidup di hutan tanpa perbekalan sedikit pun. Untuk menguji daya tahannya itu, para prajurit terpilih tersebut dilepas di tengah hutan dengan hanya bermodalkan garam. Air minum pun tidak diperkenankan dibawa. Selebihnya, cari sendiri di hutan. Latihan itu dilakukan di Alas Purwo. Di sana, mereka dilepas untuk melatih ketahanan fisik dan kemampuan per orangan.
Di tengah hutan, mereka harus bertahan berhari-hari. Mereka tak jarang hanya makan binatang buas, seperti ular. Bila mampu menangkap monyet, hewan itu pulalah yang disantap. Selama tiga hari tiga malam, mereka tidur di tengah hutan rimba tersebut. Kadang-kadang, juga lebih.
Itu semua belum cukup. Soal pukul-memukul oleh instruktur untuk melatih mental bukanlah hal aneh di kalangan mereka. Mereka benar-benar harus siap mental dan fisik. Begitu kerasnya, tidaklah heran kalau di awal pendidikan itu, ada yang mengundurkan diri.
Untuk latihan udara, mereka bukan lagi dilatih terjun tempur seperti prajurit biasa. Kalau terjun tempur, begitu keluar dari pintu pesawat, payung sudah terbuka. Tapi, Denjaka dilatih terjun bebas. Yang menarik, terjun bebas itu tidak saja dilakukan siang, tapi juga tengah malam. Dengan begitu, bila sewaktu-waktu masuk ke sasaran musuh, mereka tidak harus lewat darat atau laut yang mudah dideteksi lawan. Para Denjaka juga bisa diturunkan dari pesawat dengan ketinggian yang sulit terdeteksi musuh.
Untuk menghindari pendeteksian musuh, mereka harus piawai menyelam. Dengan menggunakan kompas, sambil menghitung derajat daerah sasaran, para Denjaka harus bisa muncul di titik yang tepat. Itu baru tahap latihan. Bila pelantikan atau dikenal dengan pembaretan, mereka harus jalan kaki siang malam. Itu sering dilakukan Banyuwangi-Surabaya. Mereka dilepas di Banyuwangi dan diperintahkan kumpul di Surabaya dalam waktu yang ditentukan. Bila naik kendaraan dan ketahuan instruktur, hukuman berat bakal dirasakan. Baretnya pun bakal tak hinggap di kepala.
dunia militer.
Senjata Perang Buatan Indonesia yang Mendunia sampai 2013
Tentara
Nasional Indonesia (TNI) tengah giat-giatnya memodernisasi persenjataan
yang dimilikinya atau biasa disebut alat utama sistem senjata
(Alutsista). Diharapkan, beberapatahun ke depan Alutsista TNI akan semakin lengkap dan modern.
Militer yang kuat memang menjadi sebuah syarat mutlak sebuah negara. Sebab, selain berfungsi untuk menjaga wilayah perbatasan dan menangkal serangan dari luar, militer yang kuat juga dapat menjadi nilai lebih sebuah negara di mata negara lain.
Namun, hal itu akan semakin lengkap jika Alutsista yang digunakan berasal dari hasil buatan sendiri, bukan hasil impor. Meski belum bisa memproduksi seluruh Alutsista yang diperlukan TNI, Indonesia nyatanya telah mampu menciptakan sejumlah senjata tempur.
Bahkan, Alutsista yang diciptakan putra-putri terbaik Tanah Air itu telah diminati oleh sejumlah negara di dunia. Berikut enam Alutsista produksi dalam negeri yang diekspor keluar negeri.
1. 260 Kepala roket 'Smoke Warhead' diekspor ke Cile
Salah besar jika Anda memandang sebelah mata senjata produksi dalam negeri. Sebab, senjata yang dihasilkan putra putri terbaik bangsa nyatanya dilirik oleh negara asing.
Rencananya, akhir Maret ini 260 unit kepala roket jenis smoke warhead segera diekspor ke Cile. Alutsista itu merupakan buatan PT Sari Bahari dari Ngalam, Malang, Jawa Timur.
Kualitas Smoke Warhead diakui mengalahkan produk serupa buatan pabrikan sejumlah negara maju, di antaranya; Amerika Serikat dan Rusia. Smoke Warhead adalah kepala roket dengan diameter 70 mm dan cocok dipasangkan dengan roket pasangan pesawat seperti Super Tucano.
Smoke Warhead akan memberikan informasi kepada pilot soal posisi jatuh roket dengan cara mengeluarkan asap selama dua menit saat roket jatuh ke tanah. Smoke Warhead telah diproduksi sejak tahun 2000. Hingga kini, sudah lebih dari 3.000 Smoke Warhead yang dipesan TNI.
2. Pesawat CN 235-MPA diekspor ke Korsel
Pesawat CN 235 jenis Maritime Patrol Aircraft (MPA) produksi PT Dirgantara Indonesia menjadi salah satu Alutsista yang diminati negara lain.
Pada 2011-2012 lalu, PT DI memenuhi permintaan Korea Selatan yang memesan empat pesawat itu melalui kontrak yang ditandatangani pada 2008 dengan nilai total USD 94,5 juta. Pesawat yang merupakan modifikasi dari CN-235 itu, cocok untuk melakukan patroli perairan di samping bisa difungsikan untuk angkutan personel.
Di tahun yang sama, PT DI juga mengekspor pesawat CN 235 jenis pesawat angkut militer VIP, ke Senegal, Afrika.
CN-235 MPA Versi Patroli Maritim, dilengkapi dengan sistem navigasi, komunikasi dan misi (mulai mendekati fase operasional dan hadir dalam Singapore Airshow 2008). Pada Desember 2009 diumumkan bahwa TNI AL membeli 3 unit CN-235 MPA sebagai bagian dari rencana memiliki 6 buah pesawat MPA sampai tahun 2014.
CN-235 MPA menggunakan sistem Thales AMASCOS, radar pencari Thales/EADS Ocean Master Mk II, penjejak panas (thermal imaging) dari Thales, Elettronica ALR 733 radar warning receiver, dan CAE's AN/ASQ-508 magnetic anomaly detection system. Pesawat ini juga akan mengakomodasi Rudal Exocet MBDA AM-39 atau torpedo ringan Raytheon Mk 46.
3. Fast Patrol Boat diekspor ke Timor Leste
Putra putri terbaik bangsa di PT PAL telah berhasil membuat kapal perang jenis patroli cepat (Fast Patrol Boat). Rupanya, Alutsista buatan dalam negeri itu telah membuat negara tetangga, Timor Leste, kepincut.
Pada 2011 lalu, Pemerintah Timor Leste memutuskan memesan dua kapal patroli cepat senilai USD 40 juta. Kapal tersebut akan digunakan untuk melindungi wilayah teritorial Timor Leste.
Konstruksi lambung dan anjungan kapal yang dibuat dari bahan alumunium mampu menahan gelombang tinggi dan lebih lincah saat bermanuver. Kapal patroli cepat ini mempunyai kecepatan maksimum 30 Knot, walaupun saat official trial bisa mencapai 33 Knot.
Kapal ini memiliki dua baling-baling dan dilengkapi Radar NavNet yang mampu mengintegrasikan data-data peralatan sistim navigasi dan komunikasi seperti echo sounder, speed log dan GPS ke dalam peta elektronik dan sistem radar.
4. Peluru buatan PT Pindad diminati Singapura hingga AS
PT Perindustrian Angkatan Darat (Pindad) selama ini memasok kebutuhan peluru TNI-Polri. Peluru buatan Pindad antara lain berkaliber 5,56 mm, 7,62 mm dan 9 mm.
Namun, selain untuk TNI-Polri, peluru yang dihasilkan PT Pindad juga diekspor keluar negeri. Peluru-peluru tersebut dikirim ke Singapura, Filipinan, Bangladesh, hingga ke Amerika Serikat (AS).
Untuk Singapura, sudah beberapa tahun belakangan negara singa putih itu telah memesan 10 juta peluru. Sementara, pada 2009 lalu, satu juta peluru telah diekspor ke AS dengan nilai transaksinya mencapai USD 200.000.
Peluru buatan Pindad tersebut tentu bukan sembarangan. Sebab, produk dalam negeri itu telah melalui uji kelayakan badan internasional, seperti semua produk Divisi Amunisi yang telah lulus pengujian standar NATO. Demikian juga telah mendapatkan sertifikat ISO 9001 dari SGS Yearsly-International Certification Services Ltd, Inggris pada tahun 1994.
5. Panser Anoa diekspor ke Oman dan Malaysia
Panser Anoa buatan PT Pindad menjadi salah satu Alutsista yang paling laris dijual. Pada tahun 2008, TNI memesan 154 buah Panser Anoa berbagai tipe. Untuk tahun 2011 TNI memesan 11 Panser Anoa tipe APC dan tahun 2012 TNI memesan 61 unit.
Tak hanya dalam negeri, Panser Anoa juga diminati negara asing. Untuk Panser jenis Anoa 6?6 juga dipesan oleh Kerajaan Oman. Malaysia juga memesan hingga 32 unit panser Anoa. Panser bermesin Renault ini memang sudah teruji di negara-negara gurun seperti Libanon saat digunakan oleh pasukan perdamaian PBB.
Kualitasnya sesuai dengan standar NATO pada level III atau level yang tingkat ketahananannya terhadap serangan sudah lebih baik dari level II yang diproduksi di China dan India.
Belum lama ini, Pindad mengeluarkan Panser Anoa jenis baru. Anoa spesies baru ini mengusung Kanon kaliber 20 mm dan berjenis berjenis IFV (Infantry Fighting Vehicle). Panser ini didesain untuk mengantisipasi kebutuhan Batalyon Infantri Mekanis.
Dengan demikian, Panser Kanon 90 mm nantinya dikonsentrasikan untuk Batalyon Kavaleri, sementara Panser Kanon 20 mm untuk batalyon. Selain mengusung senjata utama kaliber 20 mm, Panser jenis ini juga mampu menyandang senapan mesin sedang kaliber 7,62 mm dan mampu menampung lima orang, yang terdiri dari tiga kru Ranpur dan dua personel pasukan.
6. Senapan Pindad diminati Singapura hingga Afrika
Selain Panser Anoa, sejumlah senjata buatan Pindad juga banyak dipesan oleh negara luar. PT Pindad mampu memproduksi berbagai jenis senjata antara lain; jenis senapan serbu (SSI-VI, SS2-V2, SS1-V3, SS1-V5), Senapan sniper (SPR-1) pistol (P-1, P-2), revolver (R1-V1, R1-V2, RG-1 (tiper A), RG-1 (tipe c), senapan sabhara/polisi (Sabhara V1 and Sabhara V2), senjata penjaga hutan, pistol profesional magnum, peluncur granat, dan pelindung tubuh (personal body protection).
Produk-produk yang dihasilkan itu banyak dipesan oleh negara-negara di luar negeri. Di antaranya adalah sebuah jaringan supermarket khusus olahraga berburu, camping, dan memancing bernama Cabelas’s, yang merupakan pembeli terbesar produk-produk buatan Pindad.
Senapan serbu SS-2 merupakan produk langganan negara-negara Afrika seperti Zimbabwe, Mozambik, dan Nigeria. Selain itu, Thailand dan Singapura juga kerap memesan senjata tersebut.
Dunia Militer.
Militer yang kuat memang menjadi sebuah syarat mutlak sebuah negara. Sebab, selain berfungsi untuk menjaga wilayah perbatasan dan menangkal serangan dari luar, militer yang kuat juga dapat menjadi nilai lebih sebuah negara di mata negara lain.
Namun, hal itu akan semakin lengkap jika Alutsista yang digunakan berasal dari hasil buatan sendiri, bukan hasil impor. Meski belum bisa memproduksi seluruh Alutsista yang diperlukan TNI, Indonesia nyatanya telah mampu menciptakan sejumlah senjata tempur.
Bahkan, Alutsista yang diciptakan putra-putri terbaik Tanah Air itu telah diminati oleh sejumlah negara di dunia. Berikut enam Alutsista produksi dalam negeri yang diekspor keluar negeri.
1. 260 Kepala roket 'Smoke Warhead' diekspor ke Cile
Salah besar jika Anda memandang sebelah mata senjata produksi dalam negeri. Sebab, senjata yang dihasilkan putra putri terbaik bangsa nyatanya dilirik oleh negara asing.
Rencananya, akhir Maret ini 260 unit kepala roket jenis smoke warhead segera diekspor ke Cile. Alutsista itu merupakan buatan PT Sari Bahari dari Ngalam, Malang, Jawa Timur.
Kualitas Smoke Warhead diakui mengalahkan produk serupa buatan pabrikan sejumlah negara maju, di antaranya; Amerika Serikat dan Rusia. Smoke Warhead adalah kepala roket dengan diameter 70 mm dan cocok dipasangkan dengan roket pasangan pesawat seperti Super Tucano.
Smoke Warhead akan memberikan informasi kepada pilot soal posisi jatuh roket dengan cara mengeluarkan asap selama dua menit saat roket jatuh ke tanah. Smoke Warhead telah diproduksi sejak tahun 2000. Hingga kini, sudah lebih dari 3.000 Smoke Warhead yang dipesan TNI.
2. Pesawat CN 235-MPA diekspor ke Korsel
Pesawat CN 235 jenis Maritime Patrol Aircraft (MPA) produksi PT Dirgantara Indonesia menjadi salah satu Alutsista yang diminati negara lain.
Pada 2011-2012 lalu, PT DI memenuhi permintaan Korea Selatan yang memesan empat pesawat itu melalui kontrak yang ditandatangani pada 2008 dengan nilai total USD 94,5 juta. Pesawat yang merupakan modifikasi dari CN-235 itu, cocok untuk melakukan patroli perairan di samping bisa difungsikan untuk angkutan personel.
Di tahun yang sama, PT DI juga mengekspor pesawat CN 235 jenis pesawat angkut militer VIP, ke Senegal, Afrika.
CN-235 MPA Versi Patroli Maritim, dilengkapi dengan sistem navigasi, komunikasi dan misi (mulai mendekati fase operasional dan hadir dalam Singapore Airshow 2008). Pada Desember 2009 diumumkan bahwa TNI AL membeli 3 unit CN-235 MPA sebagai bagian dari rencana memiliki 6 buah pesawat MPA sampai tahun 2014.
CN-235 MPA menggunakan sistem Thales AMASCOS, radar pencari Thales/EADS Ocean Master Mk II, penjejak panas (thermal imaging) dari Thales, Elettronica ALR 733 radar warning receiver, dan CAE's AN/ASQ-508 magnetic anomaly detection system. Pesawat ini juga akan mengakomodasi Rudal Exocet MBDA AM-39 atau torpedo ringan Raytheon Mk 46.
3. Fast Patrol Boat diekspor ke Timor Leste
Putra putri terbaik bangsa di PT PAL telah berhasil membuat kapal perang jenis patroli cepat (Fast Patrol Boat). Rupanya, Alutsista buatan dalam negeri itu telah membuat negara tetangga, Timor Leste, kepincut.
Pada 2011 lalu, Pemerintah Timor Leste memutuskan memesan dua kapal patroli cepat senilai USD 40 juta. Kapal tersebut akan digunakan untuk melindungi wilayah teritorial Timor Leste.
Konstruksi lambung dan anjungan kapal yang dibuat dari bahan alumunium mampu menahan gelombang tinggi dan lebih lincah saat bermanuver. Kapal patroli cepat ini mempunyai kecepatan maksimum 30 Knot, walaupun saat official trial bisa mencapai 33 Knot.
Kapal ini memiliki dua baling-baling dan dilengkapi Radar NavNet yang mampu mengintegrasikan data-data peralatan sistim navigasi dan komunikasi seperti echo sounder, speed log dan GPS ke dalam peta elektronik dan sistem radar.
4. Peluru buatan PT Pindad diminati Singapura hingga AS
PT Perindustrian Angkatan Darat (Pindad) selama ini memasok kebutuhan peluru TNI-Polri. Peluru buatan Pindad antara lain berkaliber 5,56 mm, 7,62 mm dan 9 mm.
Namun, selain untuk TNI-Polri, peluru yang dihasilkan PT Pindad juga diekspor keluar negeri. Peluru-peluru tersebut dikirim ke Singapura, Filipinan, Bangladesh, hingga ke Amerika Serikat (AS).
Untuk Singapura, sudah beberapa tahun belakangan negara singa putih itu telah memesan 10 juta peluru. Sementara, pada 2009 lalu, satu juta peluru telah diekspor ke AS dengan nilai transaksinya mencapai USD 200.000.
Peluru buatan Pindad tersebut tentu bukan sembarangan. Sebab, produk dalam negeri itu telah melalui uji kelayakan badan internasional, seperti semua produk Divisi Amunisi yang telah lulus pengujian standar NATO. Demikian juga telah mendapatkan sertifikat ISO 9001 dari SGS Yearsly-International Certification Services Ltd, Inggris pada tahun 1994.
5. Panser Anoa diekspor ke Oman dan Malaysia
Panser Anoa buatan PT Pindad menjadi salah satu Alutsista yang paling laris dijual. Pada tahun 2008, TNI memesan 154 buah Panser Anoa berbagai tipe. Untuk tahun 2011 TNI memesan 11 Panser Anoa tipe APC dan tahun 2012 TNI memesan 61 unit.
Tak hanya dalam negeri, Panser Anoa juga diminati negara asing. Untuk Panser jenis Anoa 6?6 juga dipesan oleh Kerajaan Oman. Malaysia juga memesan hingga 32 unit panser Anoa. Panser bermesin Renault ini memang sudah teruji di negara-negara gurun seperti Libanon saat digunakan oleh pasukan perdamaian PBB.
Kualitasnya sesuai dengan standar NATO pada level III atau level yang tingkat ketahananannya terhadap serangan sudah lebih baik dari level II yang diproduksi di China dan India.
Belum lama ini, Pindad mengeluarkan Panser Anoa jenis baru. Anoa spesies baru ini mengusung Kanon kaliber 20 mm dan berjenis berjenis IFV (Infantry Fighting Vehicle). Panser ini didesain untuk mengantisipasi kebutuhan Batalyon Infantri Mekanis.
Dengan demikian, Panser Kanon 90 mm nantinya dikonsentrasikan untuk Batalyon Kavaleri, sementara Panser Kanon 20 mm untuk batalyon. Selain mengusung senjata utama kaliber 20 mm, Panser jenis ini juga mampu menyandang senapan mesin sedang kaliber 7,62 mm dan mampu menampung lima orang, yang terdiri dari tiga kru Ranpur dan dua personel pasukan.
6. Senapan Pindad diminati Singapura hingga Afrika
Selain Panser Anoa, sejumlah senjata buatan Pindad juga banyak dipesan oleh negara luar. PT Pindad mampu memproduksi berbagai jenis senjata antara lain; jenis senapan serbu (SSI-VI, SS2-V2, SS1-V3, SS1-V5), Senapan sniper (SPR-1) pistol (P-1, P-2), revolver (R1-V1, R1-V2, RG-1 (tiper A), RG-1 (tipe c), senapan sabhara/polisi (Sabhara V1 and Sabhara V2), senjata penjaga hutan, pistol profesional magnum, peluncur granat, dan pelindung tubuh (personal body protection).
Produk-produk yang dihasilkan itu banyak dipesan oleh negara-negara di luar negeri. Di antaranya adalah sebuah jaringan supermarket khusus olahraga berburu, camping, dan memancing bernama Cabelas’s, yang merupakan pembeli terbesar produk-produk buatan Pindad.
Senapan serbu SS-2 merupakan produk langganan negara-negara Afrika seperti Zimbabwe, Mozambik, dan Nigeria. Selain itu, Thailand dan Singapura juga kerap memesan senjata tersebut.
Dunia Militer.
Ketika Menhan Optimis dengan Industri Pertahanan RI Oke di 2024
Optimisme yang tinggi dalam
industri strategis Pertahanan Dalam Negeri memang perlu dilontarkan.
Terlebih, dalam pengembangan teknologi alutsista dan pertahanan dalam
negeri, waktu demi waktu dan tahun demi tahun terjadi perubahan yang
cukup signifikan dalam pengembangannya.
Sudah barang tentu. Dengan
semakin berkembangnya, dan meningkatnya produksi dan penciptaan dalam
alutsista dalam negeri akan semakin memperkaya beragam teknologi tepat
guna dalam industri pertahanan, dan ini yang sangat-sangat dibutuhkan.
Sebagai negara yang besar, dan
memiliki lebihd dari 17 ribu pulau, sudah barang tentu dibutuhkan sebuah
pemantapan dan penguatan dalam industri dalam negeri. Dan itulah yang
ditunggu-tunggu masyarakat Indonesia, termasuk juga bagi TNI. Hal yang
sangat ditunggu-tunggu inilah yang akan menjadi pemicu nilai positif
dalam pengembangan industri pertahanan.
Menteri Pertahanan (Menhan) Republik
Indonesia Prof Dr Ir Purnomo Yusgiantoro, MA, MSc mengatakan, Industri
Strategis Pertahanan Dalam Negeri pada tahun 2024 mendatang mampu
mengembangkan dan menguasai produk alutsista yang dibutuhkan TNI.
“Bahkan industri strategis dalam negeri
diupayakan dapat melakukan pengembangan baru,” kata Menhan Purnomo
Yusgiantoro saat memberikan pembekalan tentang perkembangan
kebijaksanaan pertahanan negara terkini dengan tema “Produk Strategis,
Alokasi Anggaran dan Perkembangan MEF’ kepada 138 Perwira Siswa (Pasis)
Seskoau Angkatan ke-50 di Bangsal Srutasala Seskoau, Lembang, Rabu
(23/10/2013). Dikutip dari Harian Pelita.
Menurut Menhan, saat ini TNI telah
melaksanakan modernisasi berbagai alutsistanya, yang sejak 15 tahun
sebelumnya tidak mengalami perkembangan berarti, seperti yang dimiliki
TNI AU. Untuk itu, alutsista TNI Angkatan Udara seperti pesawat
tempur, pesawat angkut, pesawat terbang tanpa awak dan radar akan terus
dikembangkan melalui industri strategis dalam negeri yang ada. Adapun
target yang ingin dicapai hingga tahun 2024 adalah dapat menguasai
produksi alutsista yang dibutuhkan TNI.
Terkait pembuatan pesawat tempur, Menhan
mengatakan, sebelum mampu membuat pesawat tempur seperti KFX dari
Korea, maka sementara waktu akan dibeli dari luar negeri, untuk
memenuhi kebutuhan sekarang ini. Pengadaan alutsista dilaksanakan
secaraGovernment to Government (G to G) dan diupayakan produksi bersama disertai dengan alih teknologi (ToT) dan dijamin suku cadangnya.
Sudah barang tentu. Dengan kemajuan dan
penguatan dari sisi industri pertahanan akan semakin memperkuat
pertahanan di Indonesia. Inilah yang sangat-sangat dibutuhkan bagi
Indonesia. Dengan semakin meningkatnya dan alih teknogi yang digunakan
tentunya ini akan semakin menjelaskan tentang posisi industri pertahanan
di Indonesia.
Bilama kita lebih mendalami kembali. Tentu
dengan peningkatan industry pertahanan di Indonesia itu akan semakin
memberikan rasa percaya diri bangsa untuk semakin memperkuat pengamanan
dan pertahanan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kompasiana.
Langganan:
Postingan (Atom)