Ada satu artikel menarik yang
bersumber dari apakabar@clark.net berkaitan dengan berbagai konspirasi
menjelang meletusnya Gerakan 30 September 1965. Artikel ini memberi
sudut pandang baru mengenai siapa yang bermain sekaligus yang punya
hajat di balik gerakan yang bermuara pada kejatuhan Presiden Sukarno
pada 1966 tersebut.
Sudut pandang baru yang dimaksud adalah
keterlibatan jaringan intelijen binaan Van der Plas, mantan Gubernur
Jawa Timur di era penjajahan Belanda, dalam merajut persekutuan badan
intelijen Amerika CIA dan badan intelijen Inggris MI-6. Sejauhmana
validitas dan akurasi tulisan ini, kami serahkan sepenuhnya pada
penilaian sidang pembaca. Ikuti kisah selengkapnya di bawah ini.
Semasa penjajahan Belanda di Indonesia,
ada seorang pejabat pemerintahan kolonia Belanda yang namanya cukup
sohor di kawasan Jawa Timur Dial ah Chr Van der Plas, mantan Gubernur
Jawa Timur.
Van der Plas, Gubernur Jawa Timur yang
menguasai beberapa bahasa daerah, bahasa Arab, Cina selain bahasa-bahasa
Barat, dengan licik, berhasil membina keluarga-keluarga BB Ambtenar dan
guru-guru agama, pesantren-pesantren dan organisasi keagamaan hingga
secara lihai mereka dapat dikendalikan untuk kepentingan kolonialis.
Dalam masa pendudukan Jepang, Van der
Plas, mengendalikan jaringan intel Sekutu di Indonesia dari Australia,
termasuk dalam jaringanya adalah orang-orang dari jalur Dr. Van Mook
seperti, Mr.Amir Syarifudin (pernah menjadi P.M.- memberontak sebagai
PKI di Madiun) DR.Soemitro (beberapa kali jadi menteri, master agent
Sekutu, koordinator penyalur senjata dan dana dari Singapura untuk
PRRI-Permesta) dari jalur Van der Plas seperti Dr.Soebandrio, beberapa
Kyai baik di Jawa, Sumatra maupun di Kalimantan, a.l. H. Hasan Basri,
Kyai I.R. dari Jatim beberapa Perwira Udara a.l. Soedj, Roes, juga anak
seorang ambtenaar Belanda, Soemarsono (ketua Pesindo, proklamator negara
Sovyet di Madiun th.1948 – salah satu pemberontakan terhadap Republik
Indonesia bikinan Van der Plas) dsb, sekarang tinggal di Australia dan
menjadi warga negaranya.
Termasuk dalam – Van der Plas Connection –
juga tokoh seperti Walikota Solo, Utomo Ramelan yang secara nyata dan
vokal mendukung Dewan Revolusi G 30 S, hal ini bukan peristiwa yang
tanpa rencana. Sedangkan dari CDB PKI saja waktu itu tidak ada yang
mengeluarkan statement dukungannya.
Dari sini terlihat benang merah, yang
menghubungkan Dr.Bandrio dengan Utomo Ramelan, dengan jelas. Ramelan,
bapaknya Utomo adalah Ambtenaar PID (polisi rahasia Belanda) yang
kerjanya mengkhianati bangsanya saja, Utomo mempunyai saudara perempuan
Utami Ramelan Suryadarma, sekualitas dengan kakak dan bapaknya.
Subandrio yang licik dan licin dengan
melalui istrinya, yang anggauta PSI berhasil menempel pada Sutan
Syahrir, hingga berhasil diangkat jadi Duta Besar, kemudian Kepala BPI
yang terus dirangkap selama jadi Menteri Luar Negri maupun jadi Waperdam
I, sesudah Menteri Pertama Djuanda meninggal dunia dalam tahun 1963.
Perangkapan sebagai kepala BPI ini adalah saran dari -Van der Plas
Connection ( CIA – MI 6 – Sekutu).
Tatkala Roeslan Abdulgani menjadi Menteri
Luar Negeri, Bandrio yang duta besar di Moskow, ditarik, dijadikan
Sekretaris Jendral (dari jabatan politik ke administrasi, karena antara
keduanya ada rivalitas). Justru dari jabatan ini Bandrio ada kesempatan
mengkonsolidasi bagian intel dari beberapa instansi yaitu Departemen
Luar Negeri, Departemen Pertahanan dan Departemen Dalam Negeri
(Kepolisian menjadi BPI, Badan Pusat Intelijen, dan dia mengepalainya,
tentunya atas nasihat dan arahan Van der Plas) .
Dengan kedudukanya sebagai Kepala Badan
Pusat Intelejen, Waperdam dengan otoritas yang ada ditangannya bersamaan
dengan dukungan jaringan intel luar negeri (Sekutu) jalan terbuka
baginya guna meraih kedudukan nomer satu di Indonesia. Dengan adanya
amanah Bung Karno kepada Yani, Bandrio harus bekerja lebih keras. Dia
mulai membuat manuver manuver politik yang menyenangkan PKI dan bekerja
sama dengan harapan mendapatkan dukungan politik PKI.
Tim Dokter RRC
Dalam bulan Agustus 1965, datang sebuah
Tim Dokter RRC, setelah mengadakan pemeriksaan kesehatan Bung Karno,
berkesimpulan penyakit Bung Karno adalah serius tak boleh diabaikan.
Bagi Bandrio dan PKI berita ini adalah sangat menyentakkan. Sejak saat
itu, mulai terjadi kegiatan dan manuver-manuver politik yang luar biasa.
Bandrio melancarkan move-move politik dan PKI yang merasa belum siap
sangat khawatir akan diterkam oleh AD (dokumen Gilchrist dsb). Lebih
baik melakukan ofensif revolusioner daripada diam dan defensif.
Mereka bergegas untuk membuat
persiapan-persiapan, guna menyingkirkan Jend. A.Yani dan para perwira
pimpinan Angkatan Darat. Karena mereka sesudah penumpasan pemberontakan
lebih terkonsolidasi, perhitungan Bandrio jika hanya Yani yang
disingkirkan, kemungkinan Nasution akan dapat dimunculkan, maka Nasution
segera dimasukkan juga dalam daftar untuk dihabisi. Dengan persiapan
yang tergesa-gesa dan kurang cermat dan tidak rapi tersebut menjadikan
para pelaksana penculikan tidak mampu membedakan antara Nasution dan
Letnan Tendean, yang membuat lolosnya Nasution dari penculikan dan
pembunuhan.
PKI segera meluncurkan kampanye
politiknya, dengan melontarkan tudingan bahwa para perwira Pimpinan AD
adalah fasis yang merencanakan kup ternadap Bung Karno dengan membentuk
Dewan Jendral. Pengertian Fasis adalah militer (yang ganas dan rakus)
yang bekerja sama dengan kaum kapitalis (disini dikenal sebagai cukong,
konglomerat). Sepanjang pengetahuan orang banyak, para jenderal Pimpinan
AD tsb., tidak ada yang dikenal sebagai tukang dagang apalagi mempunyai
cukong, maka tudingan fasis dari PKI tersebut jauh meleset dan kurang
mendapat sambutan dari masyarakat bahkan oleh masyarakat mereka dinilai
tertib, jujur dan disiplin.
PKI (Partai Komunis Indonesia)
Partai yang memberikan dukungan utama
kepada Bung Karno dalam meluncurkan politik penggalangan negara Nefos
(New Emerging Forces). Strategi politik ini, mengancam strategi politik
Amerika Serikat, yang dalam rangka perang dingin menginginkan hanya ada
dua kubu saja, kubu Kapitalis dan kubu Komunis. Bung Karno ingin
menggalang kekuatan negara-negara berkembang, menjadi kubu ketiga karena
PKI dalam hal ini merupakan pendukung utama, maka PKI selalu mendapat
perlindungan dan dukungan Bung Karno, jika ada yang mengganggu atau
menentangnya.
Sejak akhir tahun 1962, setelah Irian
Jaya kembali ke pangkuan RI, PKI mengadakan evaluasi diri, mengapa sejak
aktif kembali sudah hampir 15 tahun mulai 1949, belum juga dapat meraih
kekuasaan, sedang dalam Pemilu 1955 sudah menjadi salah satu dari empat
besar. Diluar negeri partai komunis dengan massa 10% saja sudah dapat
meraih kekuasaan dengan mudah.
Mereka menemukan kesalahan tsb.yaitu PKI
telah menerapkan strategi politik yang keliru, yaitu strategi
‘konformisme’ menyesuaikan diri dengan garis politik Pemerintahan
Nasional -Bung Karno. Maka PKI segera mengambil keputusan untuk beralih
ke strategi ‘konfrontasi’ sesuai dengan garis perjoangan kominis yaitu
‘Klassen Strijd’, pertentangan kelas.
Aidit dan Nyoto ke Moskow untuk
menyampaikan keputusan tsb., tetapi justru mendapat marah dari bos
Partai Komunis Sovyet, yang tidak dapat menyetujuinya, karena kerjasama
dengan pimpinan borjuis nasional seperti Bung Karno masih diperlukan
dalam menghadapi kapitalis Amerika Serikat. Dengan adanya tokoh seperti
Bung Karno, dapat digunakan menarik negara-negara berkembang disisi
komunis.
Agenda Van der Plas Connection
Aidit merupakan tokoh yang misterius, dia
dengan alasan untuk melaksanakan alih strategi politik yaitu
“-konfrontasi-” dalam rangka mengemban misi dari induk jaringanya lewat
Sam, Van der Plas connection, guna menyesuaikan agenda waktu yang sudah
ditentukan oleh jaringan tersebut dalam upaya hendak menggoncang
Indonesia.
Maka baginya tidak ada jalan lain selain
beralih kiblat ke Beijing, yang masih berwawasan nasional / lokal yang
menerapkan doktrin, -kekuasaan ada di ujung bedil- desa mengepung kota –
berkonfrontasi dengan penguasa nasional, hal yang tidak dapat
dielakkan. Dengan menerapkan strategi politik konfrontasi tersebut, akan
sesuai dengan agenda waktu yang sudah ditentukan Van der Plas
connection – (Sekutu) untuk menggoncang Indonesia dalam rangka
menyingkirkan Presiden Soekarno.
Gerakan Aksi Sefihak
Sebagai realisasi strategi -konfrontasi-
tsb, dilancarkan Gerakan Aksi Sefihak, yang menimbulkan antagonisme dan
konflik konflik dengan partai dan golongan lain, seperti a.l. Masyumi,
PSI, PNI, NU dan AD serta lain-lain kelompok. Menciptakan setan-setan
kota dan setan desa, kabir (kapitalis birokrat), dsb. yang membikin
suasana politik semakin panas, seperti, Peristiwa Bandar Betsi, Jonggol,
Boyolali, Klaten dll.
Angkatan Ke V
Kekuatan yang menentang aksi-aksi PKI
tsb. dituding oleh Bung Karno sebagai kaum kontrev (kontra
revolusioner), komunisto fobi dan reaksioner, karena tidak berani
melakukan kompetisi revolusioner. Terhadap AD, oleh PKI diluncurkan
tuduhan bahwa pimpinannya membentuk Dewan Jendral yang mau mengekup Bung
Karno .
Bung Karno secara sistematis dihasut
bahwa para jendral tersebut. tidak dapat dipercaya maka adalah mendesak
untuk dibentuk Angkatan ke V, dengan mempersenjatai buruh dan tani.
Hasil Hasutan tersebut membuat sikap Bung Karno mendua. RRC politis
mendukung usul PKI tersebut dan bersedia untuk membantu persenjataanya.
Sikap mendua Bung Karno, dimanfaatkan dengan pengiriman senjata secara
diam-diam dari Beijing ke Jakarta, baik dengan pesawat-pesawat Hercules
maupun dengan kapal laut,
yang dibaurkan dengan pengiriman barang-barang untuk Asian Games.
Semua usaha ekstra PKI tersebut dilakukan karena partainya belum siap
dan merasa dirinya berada dalam keadaan kritis, sejak diketahui
sakitnya Bung Karno yang serius. Menyangkut rencana PKI terhadap Yani,
Bandrio terus mendukungnya sepanjang paralel dengan rencana dan
keuntungannya sendiri, bahkan mengipas dan mendorongnya, agar PKI segera
bertindak.
Pidato Jendral A Yani
Di depan sidang para menteri bersama para
panglima daerah dan para gubernur, (waktu itu unsur PKI sudah ada yang
duduk dalam kabinet menjadi menteri) Jendral A Yani secara terus terang
atas nama para panglima daerah menyatakan, menolak dibentuknya angkatan
ke lima usulan PKI dengan mempersenjatai buruh dan tani. Dengan menarik
pelajaran dari pengalaman tahun 45-an, adanya Biro Perjuangan –
TNI-Masyarakat, hanya menimbulkan konflik dan perpecahan yang
memperlemah bahkan merusak kekuatan nasional. A Yani juga menyatakan
ketidak senangannya PKI diberi posisi didalam kabinet.
Aidit Tokoh Misterius
Aidit tokoh muda PKI yang misterius.
Sejak 1948 (affair Madiun) tertawan di Solo, dapat lolos dari tahanan di
Solo, terus meloloskan diri ke luar negri, lewat Surabaya meskipun
Surabaya dan sekitarnya diduduki oleh Inggris – Belanda. Aidit adalah
sekelompok dengan Soemarsono (Ketua Pesindo yang melakukan proklamasi
negara Sovyet dari Madiun atas suruhan Van der Plas, maka dapat lolos
sewaktu tahun 1948 terus ke Australia dan selanjutnya menjadi warga
negaranya). Demikian pula Sam Kamaruszaman adalah sekelompok dengan
mereka itu. Dari peristiwa ini sudah jelas, siapa-siapa mereka itu ialah
agen-agen Sekutu-Belanda maupun komunis.
Tanggal 19 Desember 1948 Belanda
melakukan Aksi Militer ke II dengan penyerbuan ke wilayah Republik
Indonesia tiga bulan sebelumnya yaitu pada tanggal 18 September 1948,Van
der Plas menyuruh PKI berontak di Madiun (dengan proklamasi negara
sovyet tersebut), guna memperlemah Republik Indonesia. Namun TNI
berhasil menumpas pemberontakan PKI, bahkan Mr.Amir Syarifudin anggauta
jalur Van Mook (pernah jadi Perdana Mentri RI) tertawan didesa Klambu,
Purwodadi Jawa Tengah, bersama-sama tokoh-tokoh PKI lainya. Kecurangan
Belanda dengan siasat adu domba dapat kita patahkan sebelum Belanda
menyerbu wilayah Republik Indonesia pada tanggal 19 Desember 1948
tersebut.
Setelah beberapa tahun di luar negri,
Aidit kemudian dapat diselundupkan kembali ke dalam negri, berkat
reka-daya Sam Kamaruszaman. Sejak datang kembali, karier politiknya
dengan lancar dan cepat terus menanjak seperti diroketkan, hingga
menjadi bos partai Sekjen PKI, Ketua Politbiro CC PKI (sebagaimana
biasanya seseorang yang diorbitkan, selalu diatur kariernya).
.
Hubungan khusus antara Aidit dengan Sam ini kemudian dibakukan dengan
dibentuknya Biro Khusus yang diketuai oleh Sam yang hanya bertanggung
jawab kepada ketua Politbiro/Sekjen PKI seorang yaitu Aidit (dengan
alasan mengingat kerahasiaan yang harus dijaga, membina anggauta
Angkatan Bersenjata tidak boleh diketahui oleh orang banyak, cukup dua
orang saja). Keputusan dari PKI mengenai G30S hanya diketahui oleh dua
orang tersebut, yang oleh Sudisman dikritik sebagai keputusan
avonturisme. .
Pada tanggal 1 Oktober 1965 tengah malam,
Aidit disuruh oleh Sam untuk segera naik pesawat yang sudah tersedia
untuk terbang ke Yogya hanya bersama pendampingnya Kusno, dan diberi
tahu, bahwa nantinya di Yogya akan dijemput oleh Ketua CDB PKI Yogya.
Kenyataanya setiba di Yogya tidak ada seorangpun yang datang
menjemputnya Hanya diantarkan oleh pendamping dan seorang sopir dari
AURI, bertiga kemudian menuju ke rumah Ketua CDB PKI.Yogya.
Kenyataanya setiba di Yogya tidak ada
seorangpun yang datang menjemputnya Hanya diantarkan oleh pendamping
dan seorang sopir dari AURI, bertiga kemudian menuju ke rumah Ketua CDB
PKI.Yogya. Setibanya ditempat yang dikira rumah Ketua CDB, pada waktu
diketuk pintunya, ternyata adalah rumah tokoh NU. Keberadaan Aidit di
Yogya dengan demikian telah diketahui fihak lain, maka untuk
menghilangkan jejak, kemudian perjalanan diteruskan ke Salatiga.
Beberapa hari kemudian baru melanjutkan perjalanan ke Solo dengan
mendapatkan jemputan kendaraan yang dikendarai oleh seorang Cina jago
kunthau dari Solo. Tetapi akhirnya tertangkap hidup-hidup setelah
beberapa waktu berada di Solo.
Sri Harto Penghubung Aidit – Bandrio.
Sesampainya Aidit di Solo, dia
ditempatkan secara terus berpindah-pindah. Semula disinyalir di
Lojigandrung kediaman resmi Walikota Utomo Ramelan, kemudian dipindahkan
ke kampung Keparen (sebelah Selatan Pasar Singosaren) dirumah Jupri
Prio Wiguno, anggauta PKI malam (jaringan Van der Plas). Beberapa hari
Aidit berada di Keparen, kemudian dijemput oleh Sri Harto, penghubung
Aidit – Bandrio. Dengan menyerahkan tanda bukti berupa sesobek kertas
krep yang bertanda tangan, sedangkan sobekan yang lainya berada ditangan
tuan rumah ialah Jupri tersebut. Setelah sobekan tersebut dicocokan dan
memang cocok, maka Aidit diserah terimakan oleh Jupri kepada Sri Harto.
Setelah serah terima tersebut, Aidit
dengan diboncengkan scooter, dibawa ke rumah KRT. Sutarwo Hardjomiguno
di desa Palur sebuah desa disebelah timur kota Solo. Beberapa hari
berada di Palur dia sempat berkeliling kota Solo, bahkan sempat menengok
markas CC PKI Solo. Kemudian dipindahkan kerumah Sri Harto penghubung
tersebut di kampung Kleco yang terletak dibelakang Markas Resimen,
dirumah tersebut Aidit tinggal beberapa hari lamanya. Setelah mengambil
Aidit dari Keparen Sri Harto melaporkan tentang keberadaan Aidit, kepada
para senior Pemuda-Pelajar (Suhari alm. Dan seorang lagi). Menurut
keteranganya karena dia merasa ngeri, melihat perkembangan keadaan,
batalion TNI-AD, K, L dan M di Solo telah banyak disusupi PKI. Demikian
pula dengan CPM, sehingga banyak tahanan-tahanan penting dapat lolos,
antara lain seperti tokoh PKI anggauta Politbiro Ir.Sakirman, sopir Cina
penjemput Aidit dari Salatiga dll. Sri Harto percaya kepada para
Pemuda-Pelajar dan merasa aman, karena melihat sepak terjang dan
perjoangannya sewaktu bergerilya melawan Belanda, perang menumpas
pemberontakan PKI 1948 dan waktu itu dalam menghadapi G 30 S di Solo.
Setelah Sri Harto memberi laporan
tentang keberadaan Aidit tersebut, siasat segera disusun. Untuk menambah
kepercayaan Aidit, Sri Harto diberi pengawalan oleh dua orang dari para
Pemuda-Pelajar, sekaligus untuk mengawasinya, apakah Sri Harto jujur
atau tidak dan kepadanja diberi sepucuk pistol untuk peganganya . Oleh
para senior hal tersebut segera dilaporkan kepada Kol.Yasir yang
rupa-rupanya kurang percaya bahkan minta apa jaminanya jika bohong.
Jawaban Suhari dia bersedia ditembak mati apabila laporanya tidak benar,
karena mereka itu berjoang didorong oleh keyakinanya tiada pamrih
pribadi demi untuk menegakkan Republik Indonesia yang mereka ikut
mendirikanya.. Keberadaan Aidit di Solo, sudah beberapa hari dibuntuti,
sesuai kesepakatan dengan Sri Harto. Laporan kepada Kol.Yasir tersebut
rupa-rupanya bocor. Rumah dimana Aidit ditempatkan, ternyata digerebeg
oleh sepasukan polisi yang selama itu tidak berperan aktif, dan
penyerbuan tersebut sama sekali tidak ada koordinasi, dimaksud hanya
untuk menciptakan kekalutan belaka.
Kemudian ketahuan, bahwa Sekretaris
Pekuper dari Kol. Yasir, yaitu Letkol Muklis Ari Sudewo, adalah seorang
komunis yang mempengaruhi polisi untuk melakukan penyergapan, padahal
selama kampanye melawan G30S tidak berperan. Sergapan tersebut karena
tanpa koordinasi, hampir menimbulkan bentrokan dengan Pemuda Pelajar
yang bertugas untuk mengamat-amati Aidit. Beruntung bahwa sebelumnya
Aidit sudah dipindahkan ke kampung Sambeng. Letnan Sembiring (terakhir
jendral) yang mengejarnya di Pati tetapi tidak berhasil menangkap,
teryata memergoki Muklis Ari Sudewo di Solo, ia menjadi orang kedua
Pekuper. Dalam tubuh AD di Solo masih banyak unsur-unsur komunis (bagian
operasi, Kapt. Hardijo, CPM a.l Lettu Abu) dll.
Kericuhan dalam operasi sering terjadi
karena Pemuda Pelajar sering dijerumuskan kalau melakukan patroli
terutama di malam hari, rupa-rupanya unsur-unsur PKI sudah terlebih
dahulu diberitahu. Tetapi berkat pengalaman, dapat mencium gelagat yang
tidak baik dan tipuan-tipuan tersebut dapat dihindari. Maka setelah itu
mereka membuat gerak tipu sendiri sehingga dapat menangkap dan merampas
banyak unsur-unsur PKI dan persenjataanya. Kekalutan di Solo ditambah
dengan sering bentroknya golongan Islam dengan golongan Nasionalis yang
juga banyak dari mereka itu yang diadu domba dan menjadi korban dibantai
oleh komunis, menjadikan keadaan bertambah rawan. Sri Harto adalah
Ketua SBIM (Sarekat Buruh Industri Metal) di pabrik panci Blima.
Bapaknya Sri Harto adalah seorang dari kalangan atas Mangkunegaran, KRT.
Sutarwo Hardjomiguno, lincah luwes hingga mampu kekanan-kekiri
(kemungkinan besar berada dalam jaringan Van der Plas, karena dapat
ketempatan Aidit tanpa bocor). Kakak Sri Harto menjadi Asisten Wedana
(PKI) di Klego daerah Boyolali, yang dinilai banyak merugikan dan
menteror rakyat, maka dihabisi oleh rakyat sendiri..
Sri Harto mendapatkan kepercayaan untuk menjadi penghubung Bandrio –
Aidit, tetapi karena dia kurang teguh dan ngeri akhirnya membuka
kedoknya sendiri, mencari selamat dengan melaporkan tentang keberadaan
Aidit di Solo tersebut kepada para senior Pemuda Pelajar.
Aidit Tertangkap
Saat rumah dimana Aidit tersebut
ditempatkan digerebeg oleh sepasukan polisi, Aidit sudah dipindahkan ke
kampung Sambeng. Sore harinya Kol.Yasir melakukan operasi penggerebegan
baik ke rumah dimana Aidit ditempatkan pada waktu siangnya maupun ke
seluruh kampung.Tetapi hingga sekitar pukul 22.00 malam, Aidit belum
juga dapat diketemukan. Kemudian operasi dihentikan dan pasukan tentara
ditarik dari kampung Sambeng, beberapa ditinggalkan untuk
mengamat-amati. Para senior Pemuda-Pelajar yang memberikan laporan
kepada Kol.Yasir merasa sangat terpukul dan kecewa, karena selain kena
tuduhan pembohong juga telah memberikan jaminan, jika bohong, bersedia
untuk ditembak mati. Mereka berkeyakinan bahwa Aidit pasti masih berada
dirumah dimana siangnya ditempatkan atau paling tidak masih dikampung
Sambeng tersebut. Para senior Pemuda-Pelajar, kemudian mengambil
inisiatif untuk menggeledah dan memagar betis kampung dan rumah tersebut
dengan mengerahkan teman-temannya, meskipun mereka menanggung risiko
karena berlakunya jam malam. Terutama rumah yang sudah digeledah
tersebut digeledah lebih intensif lagi, tetapi tetap tidak diketemukan
Aidit.
Hanya didalam sebuah almari yang kosong
dan menempel rapat dengan dinding penyekat rumah ditemukan sebuah celana
dalam, berinitial DA, yang diduga adalah milik Aidit. Rumah tersebut
dihuni oleh seorang yang sudah tua, seorang pensiunan pegawai Bea &
Cukai bersama cucunya yang gadis remaja. Sudah susah payah dari pagi
sampai tengah malam belum juga mendapat hasil, salah seorang senior
Pemuda-Pelajar menemukan akal, dengan menggertak orang tua penghuni
tersebut, jika tetap tidak mau mengaku dimana Aidit berada, cucunya akan
dipermalukan didepannya. Dengan gertakan demikian orang tua tersebut
akhirnya mengaku bahwa Aidit berada dibelakang almari kosong tersebut.
Sewaktu dibantah mana mungkin, karena almari tersebut rapat dengan
dinding. Mendapat jawaban, bahwa dinding belakang almari tersebut
merupakan pintu dan dinding sekat rumah tersebut yang rangkap dengan
rongga sekitar 50-60 cm. Ternyata waktu dinding belakang almari tersebut
dibuka, Aidit masih berada didalam rongga dinding sekat rumah tersebut
Aidit disilahkan keluar dan kemudian diserahkan kepada Kol.Yasir
langsung diLojigandrung. Operasi penggeledahan tahap kedua yang
dilakukan oleh para Pemuda Pelajar ini, didampingi oleh Letnan Ning,
hingga merupakan tindakan yang berada dibawah petugas resmi .
Aidit Dihabisi
Tertangkapnya Aidit tersebut segera
dilaporkan ke Jakarta oleh Kolonel Yasir, kemudian diperintahkan
langsung oleh Jendral Soeharto agar pada kesempatan pertama Aidit dibawa
ke Jakarta. Konon kemudian didapat kabar bahwa dalam perjalanan ke
Jakarta tersebut ditengah jalan Aidit dihabisi dan tak tentu rimbanya.
Hal ini menimbulkan tanda tanya, mengapa seorang tokoh yang demikian
penting, selain Sekjen PKI, juga menyandang jabatan resmi sebagai Menko
dihabisi begitu saja? Mengapa tidak dikorek keteranganya hingga tuntas
dan diajukan ke Pengadilan hingga masyarakat umum mengetahui secara
terbuka. Dalam hal ini sangat terasa adanya sesuatu yang disembunyikan
dan merupakan misteri besar.
Apakah ada hubunganya dengan
kemisteriusan tokoh Aidit? Tertangkapnya Aidit di Solo ini membuka tabir
adanya hubungan Aidit dengan Bandrio dan dengan jaringan Van der Plas (
a.l. Jendral Soeharto, yang memerintahkan menghabisi). Suatu konspirasi
yang sangat kejam dan telah memakan korban besar dikalangan
rakyat.banyak, baik yang komunis maupun yang non komunis.
Sekutu -CIA – MI 6 – (Van der Plas Connection)
Apabila ditelusuri lebih mendalam, dalam
rangka untuk lebih menjamin kepentingan Sekutu (politik, ekonomi dan
keamanan di Indonesia) Amerika dan sekutunya merasa perlu untuk
menggulingkan Presiden Soekarno dan memecah-belah Indonesia menjadi
beberapa negara, menyingkirkan para perwira yang berdedikasi dan
menghapus PKI. Kegagalan yang dialami Amerika dan sekutunya dalam
meluncurkan projek pemberontakan PRRI-Permesta membuatnya sadar setelah
mendapat advis dari Belanda, bahwa pendekatan dari daerah untuk
menyingkirkan Presiden Soekarno adalah kesalahan yang fatal dan sulit
untuk dapat berhasil.
Peranan Van der Plas Connection
Sekutu mulai melakukan pendekatan ke
Pusat. Kepada Jakarta mulai ditawarkan untuk membeli pesawat angkut
raksasa Hercules, Indonesia diberi bantuan stasiun komunikasi beserta
perlengkapanya yang dapat menjangkau seluruh wilayah Indonesia (dengan
demikian Sekutu dapat menyadap semua perintah-perintah dari pusat maupun
daerah), kepada para perwira Indonesia diberi kesempatan untuk belajar
ke Amerika, diadakan program Civic Mission dan perwira pelaksananya
dilatih di Amerika beberapa bulan, juga dikirim ke Indonesia Peace
Corps.
Para sarjana sipil dan mahasiswa diberi
bea siswa untuk belajar ke Amerika. Para kader Dr. Soemitro
Djojohadikusumo berbondong-bondong berangkat belajar ke Amerika dan
kembali menggondol gelar-gelar akademis yang diperlukan untuk mengajar
di Universitas. Hubungan yang semula tegang menjadi cair, tidak ada
pesta atau resepsi di Kedutaan Amerikayang tidak mengundang para sarjana
yang kira-kira berpotensi. .
Van der Plas Connection Menemukan Jagonya
Bersamaan dengan dilaksanakanya
program-program tersebut diatas,dengan diam-diam dilakukan talent
scouting (mencari calon jago berbakat) oleh perwira tinggi dari bagian
sandi yang ternyata berada dalam jaringan Van der Plas. Calon jago
adalah perwira-perwira dengan kriteria, avonturir berani malu, berani
mati, doyan duit, berpengalaman dan berhasil dalam berpetualang serta
telah menikmatinya.
Ditemukan seorang perwira yang memenuhi
kriteria tersebut,ialah seorang kolonel asal Jawa Tengah dan pernah
menduduki posisi tertinggi ditempatnya sebagai Panglima Divisi,yaitu
Kolonel Soeharto. Malahan padanya ditemukan faktor lain yang sangat
penting,yaitu menaruh dendam kesumat kepada para perwira atasannya,
terutama anggauta Tim Pengusut MBAD dan rival berat A yani juga kepada
Presiden Soekarno yang menanda tangani Surat Keputusan pemecatanya
sebagai Panglima Divisi Diponegoro. Maka terpilihlah Kolonel Soeharto
untuk dijadikan jago utamanya.
Kepada Kol. Soeharto setelah selasai
pendidikan di SSKAD,diciptakan jabatan yang sebelumnya tidak ada, yaitu
suatu Kesatuan baru ialah TJADUAD (Cadangan Umum Angkatan Darat)
Kol.Soeharto dijadikan Panglimanya. Beberapa waktu kemudian diadakan
KOGA (Komando Siaga) dan dia menjadi salah satu anggauta pimpinannya.
Beberapa waktu kemudian diadakan kampanye untuk menyerbu Irian Barat,
Soeharto menjadi Panglimanya. Setelah selesai kampanye Irian Barat,
Soeharto dengan pangkat Mayor Jendral dijadikan Panglima, KOSTRAD.
Sang Jago Melaksanakan Tugas
Setelah Majen Soeharto menduduki pimpinan
Kostrad, terjadilah G30S sesuai agenda waktu dari dari Van der Plas
connection (atas pesanan Amerika dan sekutunya). Dari peristiwa G30S
tersebut, terlihat dengan jelas adanya jalur-jalur konspirasi kaum ex
kolonialis, yang sampai kini, masih merajut dengan jalur-jalurnya pada
sistem kekuasaan negara kita.
Dengan melalui Van der Plas connection,
pertama terlihat jalur lewat DR..Bandrio. Dia yang sangat berambisi
untuk menggantikan kedudukan Presiden Soekarno (didukung oleh induk
jaringanya), tetapi terhalang oleh Yani dan Nasution. (Dewan Revolusi
yang dia sponsori mendapat dukungan hanya dari Utomo Ramelan-yang
sejaringan dengan Bandrio dalam Van der plas connection )
Kedua adalah jalur PKI, atas rintisan Sam
Kamaruszaman bersama DN Aidit dengan menciptakan kondisi-kondisi
politik dengan strategi baru sehingga PKI yang belum siap terjebak
didalamnya.
Ketiga adalah lewat Jendral Soeharto yang
melancarkan operasi intel (menghapus jejak dengan cara menyingkirkan
atau menghabisi orang/organisasi yang telah berhasil mencapai tujuan
atau sasarannya, seperti.G30S yang seminggu setelah terjadi,
dibelakangnya diberi label PKI, meskipun Letkol Untung termasuk jalur
PKI, tetapi juga juga termasuk jalur Jendral Soeharto). Letkol Untung
yang telah berhasil menghabisi para jendral anggauta Tim Pengusut MBAD
kemudian juga dihabisi. Dan Perwira Tinggi yang telah melakukan mencuci
het vuile was (melaksanakan pekerjaan kotor) masih beruntung hanya
disingkirkan keluar negeri, mengingat dia adalah orang penting di
Kostrad.
Lobang Buaya
Dalam bulan Maret 1965 Deputi operasi
Angkatan Udara, Laksda Ud Sri Mulyono sesuai instruksi, memerintahkan
untuk dilaksanakan latihan militer bagi para sukarelawan Ganyang
Malaysia. Perwira pelaksana latihan tersebut adalah May.Ud.Soejono,
latihan dimulai tanggal 5 Mei 1965. Masih dalam bulan Mei 1965 terjadi
serah terima tugas tersebut dari Laksda Ud.Sri Mulyono kepada Komodor
Ud. Dewanto. Dewanto mengadakan inspeksi ternyata ditemukan, bahwa yang
dilatih tersebut hanya dari unsur komunis yaitu Pemuda Rakyat dan
Gerwani. Oleh Dewanto diperintahkan agar latihan pada awal bulan Juni
dihentikan dan digantikan dari unsur-unsur Nasionalis dan Agama kepada
May.Ud. Soejono.Ternyata perintah atasan tersebut oleh May.Ud Soejono
diabaikan dan kedua organisasi yaitu Pemuda Rakyat dan Gerwani masih
berlanjut sampai terjadinya G30S pada awal Oktober.Lokasi latihan adalah
dikebon karet berdekatan dengan bahkan mungkin termasuk wilayah
Pangkalan Udara Halim yang ada sumur tuanya.
Tiga hari kemudian setelah diketemukanya
mayat para jendral yang dimasukkan ke dalam sumur tua tersebut,
masyarakat menjadi geger. Dengan tayangan dengan narasi yang lancar
dibarengi dengan statement tentang G30S oleh Jendral Soeharto dilokasi
mayat-mayat korban diangkat satu persatu. Ini merupakan skenario yang
sempurna dan dramatis ,berhasil menggoncangkan psikologi rakyat. Dari
tayangan ini ditimbulkan kesan yang menggores hati rakyat banyak, karena
tertayangkan siapa-siapa yang menjadi bandit dan siapa pahlawannya.
Suatu rekayasa yang sempurna, maka timbul pertanyaan, bagaimana seorang
bawahan (May.Ud.Soejono) berani mengabaikan perintah atasannya, dalam
hal ini Komodor Dewanto, jika tidak ada backing yang lebih tinggi dan
kuat. Dengan demikian maka berlanjutlah keberadaan Pemuda Rakyat dan
Gerwani di Lobang buaya. Siapa yang berada dibelakang
peristiwa-peristiwa itu semua?
Kesimpulan
Dari gambaran terjadinya
peristiwa-peristiwa tersebut diatas, sangat jelas kelihatan bagaimana
kekuatan asing mengaduk-aduk kita dan sampai kini kita belum
menyadarinya.Sistem kekuasaan politik, ekonomi, sosial yang simpang siur
dan dilandasi mental lemah dan keropos, sangat rawan dan mudah menjadi
mangsa dari para GANGSTER, yang diketahui Soeharto.
Van der Plas connection adalah jaringan
riil yang canggih, hanya anggota-anggota inti tertentu yang sadar akan
keberadaannya sebagai anggota jaringan, lainnya adalah oknum-oknum
oportunis tanpa sadar, sekedar sebagai alat saja. Jelaslah yang “punya
gawe” G30S adalah: PKI, Soeharto, Soebandrio dan CIA.