Rabu, 02 Oktober 2013

Tantangan Perang Asimetris

 
Dalam ekonomi dikenal asimetri informasi yang terjadi jika salah satu pihak dalam transaksi memiliki informasi lebih baik atau banyak dibandingkan pihak lain. Dibanding pembeli, penjual lazim memiliki informasi lebih banyak atas produk meski kondisi sebaliknya mungkin terjadi. Kondisi ini pertama kali dijelaskan oleh Kenneth J. Arrow dalam artikel 1963 berjudul "Uncertainty and the Welfare Economics of Medical Care" di jurnal American Economic Review. George Akerlof kemudian menggunakan istilah informasi asimetris dalam The Market for Lemons - Pasar Barang Kacangan (1970). Yang menyebutkan nilai rata-rata komoditi dalam pasar asimetris cenderung turun, bahkan untuk barang berkualitas bagus. Penjual yang tidak berniat baik bisa menipu pembeli dengan mengesankan seolah barang yang dijualnya bagus. Sehingga banyak pembeli yang menghindari penipuan, lalu menolak bertransaksi atau enggan mengeluarkan uang besar. Akibatnya, penjual yang benar-benar menjual barang bagus tidak laku karena hanya dinilai murah oleh pembeli, Alhasil pasar akan dipenuhi barang bermutu buruk

Konsep asimetri informasi ini kemudian berkembang dan dimanfaatkan di ranah militer. Sehingga strategi perang kemudian berevolusi dari yang semula konvensional menjadi non-konvensional (asimetris). Seperti perang Psy War dengan menebar isu yang bersifat mengganggu stabilitas negara sasaran. Strategi ini murah meriah karena perang Asimetris tidak menggunakan banyak alutsista. Cukup melempar isu provokatif maka stabilitas negara sasaran akan goyah. Tapi ini bukan berarti kekuatan perang konvensional berupa Alutsista canggih tidak akan dipergunakan lagi. Justru untuk mengantisipasi kegagalan strategi Asimetris, kekuatan konvensional mesin perang modern tetap disiagakan guna alat eksekusi berikut. Inilah yang dimaksud dengan Hard Power dimana sebuah Negara yang memiliki militer kuat cenderung menggunakan kekuatan militer sebagai penekan untuk mendukung diplomasinya agar sasaran tunduk dan patuh

Jadi cukup dengan strategi Asimetris saja yang berbiaya murah dan sederhana AS sudah mampu menggoncangkan pemerintah indonesia lewat isu, informasi, kebebasan, budaya, ekonomi, narkoba, korupsi dan lain sebagainya…

Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Samsoedin bahwa dunia strategi dan pertahanan sedang memasuki babak baru, perang asimetris. ”Kita harus menanggalkan cara berpikir perang konvensional. Banyak hal yang terjadi tanpa disadari adalah dampak perang asimetri. Media digunakan sedemikian rupa mengumbar sensasi. Perang asimetri itu bukan menghadapkan senjata dengan senjata atau tentara melawan tentara,” ujarnya.

Wamenhan mengingatkan, negara yang secara ekonomi dan kesenjataan lemah adalah sasaran utama perang asimetris. Sebagai contoh, media internet atau media massa tanpa sadar dipakai untuk memengaruhi cara berpikir atau melemahkan bangsa. Pemberitaan dua media Australia mengenai kebijakan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan situasi politik di indonesia beberapa waktu lalu juga termasuk upaya pemerintah Australia melancarkan strategi Asimetris dengan tujuan menggoyah stabilitas pemerintah indonesia lewat jaringan informasi.

Apa sih yang susah dilakukan di era teknologi dan informasi sekarang ini yang segala sesuatunya dapat dengan mudah dan murah di akses lewat media jaringan seperti Youtube, Tweeter, Facebook, Media Cetak maupun Elektronik. Tapi yang membuat saya heran, ternyata bangsa lain tidak perlu dengan susah payah untuk melemahkan Indonesia, cukup lewat tangan rakyatnya sendiri yang sudah berhasil di otak-atik mereka sudah berhasil mengacak-acak stabilitas Negara Indonesia dengan sendirinya…
 

Ancaman TRIAD, Jaringan Cina Perantauan dan Intelijen Cina

Selama ini banyak kalangan terlalu fokus terhadap sepak terjang intelijen Amerika Serikat, CIA, yang memang sudah malang melintang di Indonesia, bahkan di seluruh dunia. CIA terlibat dalam berbagai peristiwa politik, dan bahkan perubahan politik di berbagai negara termasuk Indonesia.

Tetapi, sekarang bukan hanya CIA yang terlibat dalam perubahan politik di Indonesia, tetapi intelijen Cina (CHIS) sangat aktif di Indonesia, terus melakukan rekayasa politik, dan terlibat perubahan lebih luas. Tujuannya agar Indonesia menjadi bagian kepentingan Cina. Indonesia akan menjadi satelit, dan lebih jauh menjadi tanah "jajahan" bagi Cina perantauan yang sekarang ini sudah menguasai ekonomi Indonesia.

Melalui langkah-langkah yang sangat sistematis, dan sangat teliti, kekuatan Cina perantauan di Indonesia telah menguasai ekonomi Indonesia. Sekarang, tahapan berikuktnya, yang dilakukan adalah masuk ke pusat-pusat kekuasaan.

Kemenangan Ahok, dan Gubernur Kalimantan Barat, Cornelis, dan usaha-usaha yang sangat sistematis, yang dilakukan oleh Hary Tanoe, yang sudah menguasai jaringan bisnis milik anak-anak Soeharto, sekarang berusaha keras memapankan posisinya di bidang politik menuju kekuasaan. Melalui Nasdem, meskipun gagal, dan sekarang terus berusaha masuk ke partai politik lainnnya.

Kalangan Cina perantauan sudah sangat lama, melakukan penyusupan ke pusat kekuasaan di zamannya Soeharto. Kemudian, kelompok Cina perantauan yang dimotori Liem Soei Liong, berhasil menggunakan kekuasaan Soeharto, dan melakukan kapitalisasi secara sistematis, dan kemudian menguasai seluruh jaringan ekonomi, dan masuk ke kekuasaan, kemudian seperti Bob Hasan yang dikenal sebagai "raja hutan", yang diangkat menjadi menteri oleh Soeharto.

Di era SBY, mereka berhasil melakukan penyusupan, dan pada pusat kekuasaan, seperti Maria Elka Pangestu, seorang tokoh yang pernah menjadi Direktur CSIS, yang bekerjasama dengan Jenderal Ali Moertopo, berhasil memarjinalkan umat Islam secara drastis.

Maka, sejatinya Indonesia sebaiknya jangan hanya disibukkan dengan sepak-terjang badan intelijen Amerika CIA maupun INR (Intelijen Departemen Luar Negeri Amerika Serikat). Cina, sebagai negara adidaya baru di kawasan Asia Pasifik pun sepak-terjang badan intelijennnya kiranya harus mendapat pengawasan ekstra ketat dari Badan Intelijen Negara (BIN) maupun Departemen Luar Negeri RI.

Badan Intelijen Cina yang perlu mendapat perhatian khusus adalah Chinese Intelligence Service (CHIS). Daya jangkau jaringan intelijen CHIS ini ternyata sudah mampu membuat repot CIA dan beberapa lembaga strategis pertahanan Amerika Serikat khususnya yang berkaitan dengan teknologi strategis. Kabarnya, banyak juga rahasia pengembangan teknologi strategis terbaru Amerika yang berhasil bocor ke tangan Cina. Dan ini, berkat keberhasilan operasi intelijen CHIS.

Selain itu, CHIS dalam berbagai kesempatan berhasil melancarkan operasi intelijen dengan tujuan memperkuat jaringan bisnis Cina di luar negeri, termasuk Amerika Serikat dan Kanada. Nah ini dia. Kalau Amerika dan Kanada saja yang jaringan intelijennya cukup ampuh bisa ditembus, apalagi Indonesia yang notabene jaringan pebisnis Cina di Indonesia cukup banyak, dan sudah menyatu dengan masyarakat mayoritas Indonesia pada umumnya.

Inilah salah satu sisi rawan dari gerakan ekspansi Cina ke ASEAN, termasuk Indonesia. Maka tak heran jika kunjungan Presiden Amerika Barrack Obama ke Singapore menjadi salah satu prioritas terpenting pemerintahan Amerika. Karena berkunjung ke Singapore, berarti melakukan komunikasi langsung dengan jaringan pebisnis Cina lintas negara. Baik yang ada di ASEAN, Jepang, Australia, Taiwan, dan tentu saja Hongkong yang sekarang sepenuhnya berada di dalam kekuasaan Cina.

Maka dari fakta tersebut, bisa kita simpulkan bahwa jaringan pebisnis Cina lintas negara tersebut pada perkembangan bisa dipastikan telah menjalin suatu koordinasi dengan pemerintah Cina dan badan intelijen CHIS.

Sekadar ilustrasi, beberapa investor Cina Hongkong dan Cina daratan ternyata memiliki jalinan hubungan dekat dengan para pejabat pemeritah Cina. Kedua, beberapa pengusaha Cina telah mendirikan atau membeli beberapa perusahaan di Kanada melalui anggota keluarga dan kerabat yang telah mendapat kewarganegaraan Cina di Kanada.

Bayangkan. Siapa bilang orang Cina itu setia kepada negara dia bermukim. Dari kasus ini terungkap bahwa betapapun lamanya dia bermukim di suatu negara, tetap saja kesetiaannya pada negara leluhurnya di Republik Rakyat Cina. Apalagi didukung oleh CHIS sebagai perangkat jaringan intelijen untuk menggalang kesetiaan komunitas Cina tersebut untuk penguatan jaringan bisnis Cina di luar negeri.

Beberapa Modus Operandi CHIS

Menurut berbagai riset Global Future Institute, ada tiga kelompok yang patut mendapat perhatian khusus berkaitan dengan operasi intelijen CHIS. Pertama, Geng Kriminal Cina (TRIAD). Kedua, jaringan pebisnis Cina, biasanya dari Hongkong dan Taiwan, serta warga Cina yang memiliki akses langsung kepada para pejabat tinggi Cina. Biasanya dengan memanfaatkan warga Cina di perantauan yang memiliki hubungan kekerabatan dengan beberapa petinggi pemerintahan di Beijing.

Geng kriminal seperti TRIAD ini kerap digunakan oleh beberapa perusahaan Cina untuk menjalankan beberapa operasi tertentu. Maka tak heran dalam kasus di Kanada, para agen CHIS telah merekrut beberapa warga Kanada etnis Cina sebagai mata rantai dari operasi intelijen CHIS memperkuat dominasi jaringan pebisnis Cina di luar negeri. Tentu saja hal ini sepenuhnya atas sepersetujuan atau bahkan atas perintah dari pemerintahan Cina di Beijing.

Dengan kata lain, CHIS dalam berbagai kasus di luar negeri, dalam operasinya telah berhasil menggalang para pebisnis Cina perantauan untuk membangun konglomerasi bisnis atau bahkan kartel yang dikuasai kepemilikannya oleh para pebisnis Cina.

Beberapa riset kami mengungkap bahwa tokoh sentral operasi penguatan etnis Cina di Amerika Serikat adalah Li Ka Shing, milyader Amerika asal etnis Cina. Jaringan bisnisnya bahkan sudah meluas sampai Kanada. Vancouver, bahkan sepertiganya berhasil dikuasai jaringan bisnis Li Ka Shing dan anak laki-lakinya.

Dan yang lebih menarik lagi, Li Ka Shing ternyata mempunyai jalinan hubungan yang cukup erat dengan para petinggi pemerintahan Cina. Bahkan, beberapa perusahaan Li Ka Shing dijadikan sebagai perusahaan terdepan (The Front Company) yang dikendalikan pemerintahan Beijing.

Caranya, beberapa sumber keuangan Cina melakukan investasi US 400 juta ke beberapa perusahaan Li Ka Shing. Tak heran jika beberapa kalangan di pemerintahan dan otoritas keamanan Amerika menuduh kiprah dan kegiatan bisnis Cina di Amerika sebagai kedok dari kegiatan spionase (mata-mata) ekonomi, politik dan militer untuk Cina. Dan pelaku utama dari operasi ini adalah: Triad (Geng Kriminal), jaringan pengusaha Cina perantauan, dan para agen intelijen CHIS itu sendiri.

Bisa dimengerti jika pada perkembangannya, aktivitas Li Ka Shing dipandang oleh pihak berwenang di Amerika tidak sekadar ancaman dari segi bisnis, melainkan juga sebagai sumber ancaman keamanan nasional.  Karenanya, Li ka Shing dan perusahaan induknya Hatchison Whampoa, saat ini berada dalam pengawasan ketat pihak keamanan Amerika.

Indonesia, selain disibukkan oleh gerakan jaringan intelijen Amerika dan Uni Eropa, ada baiknya mulai secara serius memantau operasi intelijen Cina di Jakarta. Mungkinkah Anggodo Wijoyo bagian dari mata rantai jaringan intelijen dan kepentingan strategis pebisnis Cina perantauan di Indonesia dan Singapore? Beberapa waktu yang lalu, Anggodo Wijoyo sudah membuat kekacauan di Indonesia, akibat ulahnya, terutama terkait dengan sejumlah pejabat dibidang hukum.

Sungguh sangat mengerikan langkah-langkah yang dilakukan oleh jaringan kekuatan Cina perantauan yang sekarang sudah masuk ke pusat kekuasaan, dan akan menghancurkan secara sistematis kaum pribami, dan pribumi yang Muslim hanya akan menjadi budak Cina.

The Global Review. 

Intelijen Harus Berani Radikal

Seluruh insan intelijen, khususnya kepada perwira intelijen Bais TNI, agar meninggalkan paradigma lama intelijen, yang masih melekat didalam benak dan pikiran para perwira. Buang cara berpikir flat, yang hanya berpikir rutinitas dalam pelaksanaan tugas. Hal itu disampaikan Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko, saat memimpin serah terima jabatan (Sertijab) Kepala Badan Intelijen Strategis (Kabais) TNI dari Laksda TNI Soleman B Ponto, kepada Mayjen TNI Mohammad Erwin Syafitri, di Mako Bais TNI Jalan Kalibata Raya 24 Jakarta, Senin, 30 September.
Panglima berpesan kepada pejabat baru, agar membangun kerjasama komunitas intelijen nasional, termasuk kerjasama dengan media massa, karena kerjasama intelijen dan media massa merupakan cara terbaik dalam rangka membangun dialog dan komunikasi, untuk menerapkan fungsi penggalangan terhadap rakyat dan objek lainnya dengan menggunakan pendekatan secara cerdas.
Para insan intelijen harus merubah cara berpikir, bahkan harus berani berpikir radikal, sebagaimana radikalnya ancaman yang berkembang saat ini. Gunakan dan kembangkan pendekatan smart power dengan mengedepankan soft power dan dalam tugas-tugas intelijen, melalui optimalisasi dialog dan komunukasi dua arah, karena sejatinya pada saat ini intelijen bukanlah sosok yang menyeramkan dan misterius.
Sesuai dengan makna dasar intelligent adalah kecerdasan, yang pada dasarnya dituntut bekerja sesuai dengan norma-norma ilmiah dan etika, sehingga diperoleh data yang reliable, dengan demikian seseorang intelijen seharusnya adalah sosok yang cerdas dalam menjalankan tugasnya.
Intelijen tidak bisa menahan keterbukaan informasi, dan tidak bisa mengendalikan komunikasi. Dalam kaitan tersebut, Bais TNI harus mengembangkan pendekatan dialog dan komunikasi pada setiap pelaksanaan tugas. Komunikasi memainkan peran signifikan dalam mencapai resolusi konflik, ketidakpercayaan, kecurigaan, serta permusuhan yang terjadi di masyarakat.
Keberhasilan menyelesaikan perselisihan diklaim sebagai keberhasilan komunikasi. Kemampuan menyatukan beragam pemikiran kedalam keterikatan pemahaman yang sama, juga dikatakan sebagai keberhasilan komunikasi dari sebuah operasi intelijen penggalangan.
Cara kerja yang cermat dan mendalam, kualitas berpikir yang cerdas, tajam dan akurat dalam menganalisa, serta kinerja yang semakin meningkat, harus menjadi ciri utama Badan Intelijen Strategis TNI, yang bekerja berlandaskan tugas pokok TNI dan dua tugas Operasi Militer Perang (OMP), serta empat belas tugas Operasi Militer Selain Perang (OMSP) yang diamanatkan undang-undang.

Kado Untuk Puspenerbal

3 hari menjelang HUT TNI, TNI Angkatan Laut mendapatkan kado istimewa. Yaitu resmi operasionalnya CN-235-220 Patmar pesanan Puspenerbal buatan PT. Dirgantara Indonesia. Rabu pagi, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro secara resmi menyerahkan pesawat patroli itu ke TNI-AL. Selanjutnya, CN-235 Patmar akan bergabung dengan Skadron Udara 800.
Seperti diketahui, TNI-AL memesan sebanyak 3 unit CN-235 Patmar ke PT.DI. Beberapa bulan ke depan, juga akan dilakukan serah terima pesawat yang kedua. Dengan penambahan pesawat ini, diharapkan tugas TNI-AL, Puspenerbal khususnya, semakin efektif dan efisien. Apalagi, pesawat ini telah dilengkapi mission system yang cukup lengkap. Namun demikian, CN-235 Patmar ini juga bisa dikembangkan lebih lanjut jika pengguna menginginkan. Misalnya penambahan pemasangan senjata atau alat deteksi kapal selam (MAD).

Di sela-sela acara serah terima, terlihat juga CN-295 dan heli Nbell-412 pesanan TNI-AU dan TNI-AD yang tampaknya juga siap diserahterimakan.





Delapan pesawat JAT akan meriahkan HUT TNI



 ilustrasi Satu F-16 Fighting Falcon Skuadron Udara 3 mengudara sesaat setelah lepas landas di Pangkalan Udara Utama TNI AU Iswahyudi, Jawa Timur, beberapa hari lalu. (ANTARA News/Penerangan dan Kepustakaan Pangkalan Udara Utama TNI AU Iswahyudi)

Yogyakarta  - Delapan pesawat KT-01 Wong Bee dari Pangkalan Udara Adisutjipto Yogyakarta yang tergabung dalam Jupiter Aerobatic Team akan memeriahkan peringatan Hari Ulang Tahun Ke-68 Tentara Nasional Indonesia di Jakarta, 5 Oktober 2013.

"Dari delapan pesawat KT-01 Wong Bee yang tergabung dalam Jupiter Aerobatic Team (JAT) itu, yang akan tampil berakrobat dalam peringatan HUT TNI di Pangkalan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma Jakarta hanya enam pesawat," kata Kepala Penerangan dan Perpustakaan (Lanud) Adisutjipto Mayor Sus Hamdi Londng Allo di Yogyakarta, Senin.

Pada pelepasaan keberangkatan JAT, menurut dia, puncak peringatan HUT Ke-68 TNI akan dipusatkan di Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta dengan Inspektur Upacara (Irup) Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"Penampilan JAT itu memasuki masa transisi menuju generasi ketiga keberadaan tim tersebut. Rencananya Komandan Skadik 102 Mayor Pnb Ferry Yunaldi akan bertindak sebagai `flight leader` dan akan unjuk kebolehan di Ibu Kota Jakarta," katanya.

Mayor Pnb Ferry Yunaldi mengatakan, saat tampil pada peringatan HUT ke-68 TNI di Jakarta pada 5 Oktober 2013, pilot JAT sudah dengan personel yang baru hasil regenesasi dari JAT yang tampil terakhir pada Langkawi Aerospace di Malaysia. Pada HUT TNI tersebut JAT akan menampilkan tarian udara sebanyak 10-15 tarian.

"Sejak beberapa waktu lalu untuk mempersiapkan diri dalam memeriahkan `event` hari jadi TNI tersebut JAT telah melaksanakan latihan rutin di Lanud Adisutjipto. Kami berharap semuanya berjalan aman dan lancar," katanya.

Menurut dia, keberangkatan JAT ke Lanud Halim Perdanakusuma terasa spesial karena dipimpin langsung oleh Komandan Lanud Adisutjipto Marsekal Pertama (Marsma) TNI Agus Munandar dan Komandan Wing Dik Terbang Kolonel Pnb Bob Panggabean.

Komandan Lanud Adisutjipto tandem bersama dengan Kapten Pnb Apri Arfianto yang menggunakan pesawat "number 0109", sedangkan Komandan Wing Dik Terbang bertandem dengan Mayor Pnb Marcell.

Ia mengatakan, generasi ketiga JAT adalah Mayor Pnb Ferry Yunaldi, Kapten Pnb Ripdho, Kapten Pnb Apri Arfianto, Mayor Pnb Ari Susiono, Mayor Pnb Sri Raharjo, dan Mayor Pnb Marcell.

"JAT berdiri pada 2001, kemudian pada 21 Mei 2008 menggunakan pesawat generasi baru dan sukses tampil pada Wingday Sekolah Penerbang pada 4 Juli 2008," katanya.

Selasa, 01 Oktober 2013

Melihat Jeroan Kapal Selam Indonesia

Ada yang aneh dengan perilaku para awak kapal selam KRI Cakra dan Nanggala, akhir-akhir ini. Kapal selam itu seakan diumbar/dipertontonkan kepada rakyat Indonesia. Tidak itu saja, para pejabat daerah pun, tidak tanggung-tanggung diajak masuk ke dalam kapal selam, untuk melihat isi dari alutsista “strategis itu”. Dan sebagai bukti bahwa sosialisasi telah dilakukan, kunjungan itu disertai photo-photo untuk dokumentasi dan disebarkan ke publik.
Jika anda hanya punya dua kapal selam yang dikategorikan alutsista strategis, apakah anda mengumbar dan mempertontonkan senjata anda itu kepada publik ?.
Dalam perjalanannya, perwira kapal selam pun berbicara cukup detil tentang rute perjalanan kapal, waktu tempuh hingga jumlah kru yang diangkut. Hal ini terjadi antara wartawan di Timika dengan Komandan Kapal selam. Apakah Komandan kapal selam berani membeberkan isi kapal selamnya kepada publik, jika itu alat perang utama untuk pertempuran? Rasanya agak mustahil juga. Sudah tidak ada lagi kerahasiaan dan faktor senyap, jika hal itu dilakukan.
“Sosialisasi Kapal selam U-209″ milik TNI, akhirnya mendatangkan reaksi dari negeri Jiran.

Kunjungan Wakil Gubernur Banten ke KRI Nanggala 402 (photo: humasprotokol.bantenprov.go.id)


Wakil Menteri Pertahanan Malaysia, Datuk Abdul Rahim Bakri mengatakan: “Baru-baru ini, Vietnam juga bercadang membeli enam buah kapal selam dan Indonesia telah memiliki dua buah kapal selam yang dibekalkan Rusia“.
Lho kok, ketika Indonesia menyosialisasikan kepal selam Cakra dan Nanggala U-209 buatan Jerman Barat, tiba-tiba Wakil Perdana Menteri Malaysia menyebutkan Indonesia punya dua kapal selam dari Rusia ?.
Tentu, kita harus menghargai pernyataan itu, apalagi ucapan tersebut bukan dari semabrang orang, melainkan Wakil Menteri Pertahanan Malaysia. Tugasnya adalah memperhitungkan geopolitik dalam dan luar negeri/ negara tetangga, sehingga bisa membangun kekuatan militer yang tepat, untuk mengamankan negara.  Informasi yang masuk ke Departemen Pertahanan, tentu memiliki tingkat akurasi yang tinggi, karena taruhannya terkait dengan proyeksi kekuatan militer sebuah negara. Kalaulah yang berbicara tentang kapal selam itu Menteri Perdagangan atau Menteri Pariwisata, mungkin bisa kita abaikan ucapannya.
Maksud dan tujuan dari ucapan Wakil Menteri Pertahanan Malaysia, bisa ditebak arah dan tujuannya. Tidak lain, meminta tambahan dana, untuk membeli alutsista yang lebih banyak.
Kebijakan Malaysia yang hanya membeli 2 kapal selam Scorpene, memang sudah membingungkan sejak awal. Mau diapakan kapal selam itu ?.
Singapura memiliki 6 kapal selam (1/2 lusin), Australia 11 kapal selam (1 lusin -), Vietnam membeli 6 kapal selam (1/2 lusin). Di jaman Presiden Soekarno Indonesia memiliki 12 kapal selam (1 lusin). Proyeksi Indonesia tahun 2024, ada 12 – 18 kapal selam (1  hingga 1 1/2 lusin).
Kita dengarkan ucapan lebih lanjut dari Wakil Menteri Pertahanan Malaysia:
Tentera Laut Diraja Malaysia (TLDM) memerlukan sekurang-kurangnya enam buah kapal selam bagi membentuk angkatan yang berupaya mengawal sempadan maritim negara secara berkesan.
Timbalan Menteri Pertahanan, Datuk Abdul Rahim Bakri berkata, aset pertahanan itu penting kerana kedudukan Malaysia di kawasan tengah Asia Tenggara terdedah dengan konflik bilateral dengan negara-negara jiran termasuk isu Kepulauan Spratly.
Ada apa dengan Malaysia ?. Mengapa tiba-tiba panik dan ingin menambah kapal selam sedikitnya 6 unit. Sementara Korps Hiu Kencana TNI AL dengan 2 KRI tua Cakra dan Nanggala, santai-santai berkeliling pulau di nusantara, sambil memamerkan isi kapal selamn ke rakyat Indonesia ditambah photo-photo segala.  Ah…memang aneh.

Kapal Selam Lada: Dirancang untuk Bertahan dan Menang

Kapal selam Lada next generation "Amur-1650" (Foto:one half 3544/wiki)
 
Kapal selam diesel-listrik kelas Lada dirancang oleh Rusia untuk menghadapi kapal selam dan kapal permukaan, mempertahankan jalur dan pangkalan angkatan laut, serta untuk misi pengintaian.
 
Yury Dolgoruky, kapal selam pertama dari kelas Borey saat ini sudah dioperasikan Angkatan Laut Rusia, dan kapal-kapal selam dari kelas yang sama yaitu Alexander Nevsky dan Vladimir Monomakh dijadwalkan akan dikirimkan pada akhir tahun depan. Ketiga kapal selam tersebut bertenaga nuklir, mengapa Rusia masih membutuhkan kapal selam non-nuklir seperti kapal selam kelas Lada?

Dalam kerangka program persenjataan Rusia, ada rencana untuk membangun dua puluh kapal selam diesel-listrik pada tahun 2020. Empat belas diantaranya adalah modifikasi dari kapal selam kelas Lada sebelumnya dan sisanya merupakan proyek kapal selam diesel-listrik baru.

Lada terbaru adalah Lada generasi keempat yang dikembangkan oleh Biro Desain Rubin Rusia. Ini menjadi wujud pengalaman panjang yang diperoleh selama pengembangan dan perbaikan kapal selam Lada generasi kedua dan ketiga, yang notabene sudah menjadi kapal selam best-seller di pasar persenjataan laut global.

Desain dan kemampuan kapal selam non nuklir (diesel-listrik) menjadikannya baik untuk dioperasikan di perairan pantai dan lepas pantai Rusia, termasuk kawasan Baltik dan Laut Hitam. Kapal selam Lada tidak hanya mampu untuk mempertahankan pangkalan-pangkalan dan pantai, namun juga untuk mencari dan menghancurkan kapal selam dan kapal permukaan musuh.
Proyek kapal selam Lada pertama diluncurkan pada 1980-an. Proyek teknis pertama disetujui pada 1993, dan upgrade signifikan terjadi pada tahun 1997
Negara-negara asing sudah menunjukkan minat tingginya pada kapal selam hasil rancangan Rubin ini. Terutama saat pemeran LIMA 2013 di Malaysia, dimana disini banyak perwakilan negara-negara dari kawasan Asia Pasifik. Pada tahun 2030, wilayah ini (Asia pasifik) diperkirakan akan menjadi pasar lebih dari setengah kapal-kapal selam non-nuklir di dunia. Ini utamanya disebabkan oleh fakta bahwa kapal selam kelas Lada atau disebut juga Amur (versi ekspor) memiliki keunggulan signifikan atas kapal-kapal selam dari Eropa - mampu menyerang dengan rudal secara voli. Rudal dan torpedo otomatis dengan kekuatan mencolok telah diaplikasikan pada Lada, ini belum pernah ada untuk kapal selam yang berbobot sejenis.

Kapal selam lada adalah kapal selam single-hulled, dengan bobot minim menjadikan tingkat kebisingan terminimalisir sekaligus meningkatkan kekuatan propulsinya. Kelas ini menjadi penggunaan yang pertama kali Rusia sejak tahun 1940 untuk desain mono-hull.

Menurut kepala desainer Lada, Igor Molchanov, desain Lada ini telah mengurangi bobotnya, lebih sedikit membutuhkan bahan baku logam, biaya konstruksi rendah, namun kinerja akustiknya ditingkatkan dan membuatnya menjadi silent.

Molchanov mengatakan kapal selam Lada generasi keempat ini memiliki sejumlah perbedaan mendasar dari kapal selam Lada generasi ketiga. Lada yang baru atau Amur (versi ekspor) dilengkapi dengan rudal dan torpedo yang kuat. Sementara rudal jelajah untuk versi Lada sebelumnya hanya dapat ditembakkan dari dua tabung, maka rudal jelajah pada Lada generasi keempat dapat ditembakkan dari semua tabung (6 tabung). Selain itu Lada terbaru memiliki tingkat kebisingan intrinsik yang rendah. Akhirnya, dibandingkan dengan kelas Lada sebelumnya, Lada terbaru memiliki daya jelajah yang lebih jauh dan setidaknya memiliki umur pakai minimal 25 tahun.

Lada juga dilengkapi dengan Lira, sebuah perangkat sonar canggih dengan sistem antena, yang mana di area permukaan bisa disamakan dengan sonar yang digunakan kapal selam nuklir. Fungsi vital kapal selam ini dijalankan oleh sistem otomatis yang komperehensif guna mengendalikan peralatan teknis serta semua fungsi yang terkait dengan persenjataan.

Kapal selam kelas Lada juga berpotensi besar untuk bisa terus dikembangkan, khususnya untuk perangkat elektroniknya. Proyek ini sendiri berpeluang besar untuk mengupgrade sistem elektroniknya. Selain itu Biro Desain Rubin memenuhi keinginan pelanggan untuk membuat kapal selam atau fitur kapal selam yang mereka inginkan.

Kapal Selam Amur 1650 (Lada next generation)
ProdusenBiro Desain Rubin
HargaUS$ 100 juta ? (Wikipedia)
Panjang
66,8 m
Lebar
7,1 m
Bobot1.765 ton?
Kecepatan20 knot
Daya selam
300 m
Jangkauan
7.000 km (pada kecepatan 10 knot)
Daya tahan di laut
45 hari
Kru35
Persenjataan
  • 6 tabung 533 mm
  • 18 torp
  • 10 silo vertikal untuk rudal BrahMos