Minggu, 12 Juni 2016

MK82 High Drag Bomb Parachute: Bom Spesialis Penghancur Sasaran Tertutup dan Sulit

F-111F_dropping_high-drag_bombs

Akhir Mei lalu Koopsau I TNI AU menggelar latihan ‘Jalak Sakti 2006’ di Tanjung Pandan, Belitung. Sebagai puncak latihan adalah demonstrasi pelepasan bom MK82 LDGP (Low Drag General Purpose Bomb) dari jet tempur F-16 Fighting Falcon. Setidaknya ada empat unit F-16 yang masing-masing membawa empat bom MK82 yang digunakan untuk menghancurkan tiga pos komando musuh di Buding Air Weapon Range (AWR).

Dibalik latihan tersebut, yang menarik disimak tentu sosok bom MK82. Dari berbagai tipe bom yang dimiliki TNI AU, jenis yang paling popular adalah Mark (MK) 82. Mengapa bom MK82 disebut terpopuler? Tak lain karena MK82 hampir selalu digunakan dalam tiap ajang latihan tempur sebagai kekuatan pemukul pada target utama. Dari segi bobot, MK82 masih menjadi bom terberat yang operasional digunakan TNI AU dengan bobot 227 kg. MK82 pun dapat dilepaskan di hampir semua pesawat tempur TNI AU yang berstandar NATO, mulai dari era A-4 Skyhawk, OV-10F Bronco, F-5 E/F Tiger II, Hawk 100/200, Super Tucano, dan F-16 Fighting Falcon.

mk82-33

Dari spesifikasnya, bom ini dirancang untuk dilepaskan pada ketinggian rendah (low drag). TNI AU sendiri menggunakan jenis MK81 (113 kg) dan MK82. Campuran bahan peledak bom MK82 terdiri dari TNT 80% dan bubuk alumunium 20%. Dengan kombinasi bahan peledak (tritonal), efek daya hancur yang diperoleh bisa mencapai 18% lebih dahsyat ketimbang peledak dengan bahan TNT saja. Sebagai bom udara, MK82 diberi lapisan pelindung streamlined steel casing dengan bobot 89 kg. Dalam desainnya, MK82 sudah dilengkapi dengan sumbu dan empat buah sirip.

124

Meski desain MK82 dirancang untuk dilepaskan pada ketinggian rendah, namun lewat modifikasi MK82 juga dapat dilepaskan dari posisi terbang tinggi. Modifikasi yang dimaksud mengadopsi model High Drag Bomb Parachute (HDBP), artinya bom dilengkapi fin dan parasut. Penggunaan parasut yang mengembang saat bom dilepaskan, dimaksudkan untuk mendapatkan lintasan bom yang pendek (low trajectory). Dalam gelar operasi tempur seperti di medan Afghanistan, model bom HDBP marak digunakan untuk menghantam sasaran tertutup dan sulit, seperti lembah, pasalnya penghancuran sasaran akan sulit dilakukan dengan mekanisme bom low drag.

FIG2-7

Sayangnya sampai saat ini, belum ada laporan penggunaan atau uji coba langsung jenis bom HDBP pada jet tempur TNI AU. Meski begitu, Balitbang Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI pada tahun 2012 sudah berhasil melakukan peneltian untuk pembuatan bom berparasut dengan basis bom MK82. Kegiatan Balitbang difokuskan pada pembuatan fin dan parasut, dan saat ini kegiatan sudah mencapai pembuatan prototipe dan uji terowongan angin. Dalam pengembangan prototipe bom MK82 HDBP, ikut melibatkan pihak Depohar 70, Depohar 60, PT Pindad, dan PT Maju Mapan. (Bayu Pamungkas)
 

Ini Dia Spesifikasi SS-3, Senapan Serbu Terbaru dari PT Pindad

IMG_20160609_192902

Di awal bulan Ramadhan ini PT Pindad berhasil membetot perhatian jagad alutsista nasional, tepatnya sore tadi (9/6/2016), bertempat di Gedung Kementerian Pertahanan RI, PT Pindad resmi meluncurkan varian senapan serbu terbaru,SS-3, yang didapuk untuk memenuhi kebutuhan personel infanteri akan senapan handal dengan akurasi tinggi. Meski tetap mengandalkan popor lipat, berbeda dengan SS-1 dan SS-2, maka SS-3 mengusung kaliber NATO 7,62 x 51 mm.

Mengikuti desain senapan serbu modern, pada bagian atas receiver dan laras dilengkapi picatinny rail (MIL-STD-1913 rail), menjadikan sosok senapan ini amat ideal untuk dipasangi beragam perlengkapan tambahan untuk bidik. Model picatinny rail yang lumayan panjang juga memberi sisi fleksibilitas bagi gunner untuk men-setting jarak teleskop yang ideal. Jika dilihat sekilas, rancangan alur picatinny rail di SS-3 mengingatkan pada senapan serbu CZ805 Bren yang dipakai Kopaska (Komando Pasukan Katak) TNI AL.

Senapan serbu SS-3 lahir dari proses pengembangan produk sebelumnya, SS-1 dan SS-2. Dengan mengadopsi kaliber 7,62 x 51 mm, maka SS-3 punya jarak tembak efektif sampai 400 meter (mekanikal), sementara dengan optical jarak tembak bisa mencapai 800 meter.

Foto by IMF
Foto by IMF

Senapan serbu ini didesain sebagai Designated Marksman Rifle di setiap pasukan, yaitu senjata untuk penembak jitu dengan range tembakan yang lebih dari senapan serbu biasa (kaliber 5,56 mm), namun tidak sejauh range senapan penembak runduk (sniper). PT Pindad menyebut SS-3 sebagai senjata yang efekfif dan memiliki keunggulan pada akurasi. Dan untuk lebih jelasnya, berikut adalah spesifikasi teknis SS-3:

Kaliber: 7,62 x 51 mm
Panjang: Popor rentang – 1080 – 1150 mm, Popor terlipat – 836 mm
Panjang laras: 500 mm
Sistem kerja: gas operated
Sistem penguncian: putar
Jumlah & arah galangan: 6 buah dan ke kanan
Mode penembakan: aman, tunggal, dan otomatis penuh
Mode pengamanan: tuas pengatus tembak
Alat bidik mekanik: fip up
Kecepatan tembak: 720 – 760 peluru per menit
Kapasitas magasin: 20 butir
Kemampuan tembak efektif: 400 meter (mekanik) dan 800 meter (optikal)

images

Dirunut dari spesifikasi dan perannya, maka kompetitor berat SS-3 adalah H&K G3/SG-1, yakni jenis senapan runduk yang juga digunakan salah satu satuan elit TNI. H&K G3/SG-1 yang berangkat dari platform senapan G-3 juga menggunakan kaliber 7,62 x 51 mm. Bukan tak mungkin, SS-3 nantinya akan menggeser kedudukan H&K G3/SG-1 untuk kelengkapan pasukan TNI. Tentang H&K G3/SG-1 dapat dilihat info detailnya pada tautan dibawah ini.

Selain SS-3, dalam kesempatan yang sama PT Pindad juga meluncurkan Senapan Serbu SSZ Subsoonic 5,56 mm, Sub Machine Gun PMS, dan Pistol C52 Premium. (HANS)
 

BTR-4M: Ranpur Amfibi Terbaru, Siap Memperkuat Resimen Kavaleri Marinir TNI AL

IMG-20160602-WA0002-696x448

Dengan latar situasi yang tak menentu, Kementerian Pertahanan RI pada Mei 2014 telah membatalkan pengadaan panser amfibi BTR-4 dari Ukraina. Maklum saat itu tengah berkecamuk konflik antara Ukraina vs Rusia. Karena menyangkut kepentingan Rusia, tentu Indonesia tak ingin terlibat pusaran terkait pengadaan tersebut. Namun kini ada kabar terbaru, BTR-4 untuk Resimen Kavaleri Korps Marinir TNI AL tengah dijadwalkan untuk dikirim ke Tanah Air dalam waktu dekat.

Versi yang disebut-sebut bakal diterima Marinir TNI AL adalah BTR-4M, yang merupakan kasta tertinggi dari keluarga BTR (Bronetransporter)-4, termasuk di dalamnya mengambil seluruh opsi Marinization dan Tropicalization. Maklum saja, untuk kebutuhan Korps Marinir yang gemar main air laut, apalagi di negara beriklim tropis, BTR-4 harus dijamin lulus uji arung laut yang tentunya tidak bisa sembarangan. Oleh karena itu, pipa snorkel di sisi atas dan buoyancy kit yang terpasang menjadi pembeda paling kentara.

IMG-20160607-WA0014

Sementara untuk sistem senjata, BTR-4M pesanan Indonesia, kubah yang dibeli adalah jenis Parus, yang menggabungkan 4 tipe senjata sekaligus. Utamanya adalah kanon otomatis 30mm ZTM-1/2A72 seperti yang terpasang pada ranpur BMP-2/3, yang sudah terbukti andal untuk menggasak berbagai macam sasaran. Mengingat kanon serupa sudah digunakan pula oleh Korps Marinir, soal penggunaan dan perawatan tentu tidak jadi masalah. Untuk anti infantri, disediakan senapan mesin 7,62mm PKT dan pelontar granat 30mm AGS-17. Sementara untuk melawan tank, BTR-4M dibekali rudal antitank Baryer di sisi kanan kubah. Dengan jarak efektif sampai 4.000 meter, BTR-4M memiliki kans untuk menghadapi dan melumpuhkan Main Battle Tank.

IMG-20160607-WA0016IMG-20160607-WA0017IMG-20160607-WA0013

Untuk elemen perlindungan, seluruh lapisan body BTR-4M mampu menahan terjangan proyektil kaliber 7,62 mm dan sisa serpihan proyektil artileri, termasuk pada kaca jendela pengemudi. Pada bagian depan, proteksi diperkuat dengan mampu menahan proyektil kaliber 12,7 mm. BTR-4 juga dirancang mampu menahan efek ledadakan dari ranjau anti tank seberat 6 kg. Dalam misi tertentu, BTR-4 dapat pula dipasangkan perlengkapan anti NBK (nuklir, biologi dan kimia) untuk perlindungan bagi para awaknya.

Bicara tentang dapur pacu, Dari sisi tenaga, BTR-4 mengusung mesin standar diesel KMDB 3TD dengan dua langkah. Mesin ini dapat menghasilkan tenaga maksimum 500HP. Selain itu, BTR-4 dapat pula dipasang dengan mesin diesel Deutz EBPO III dengan empat langkah, performa mesin ini dapat menghasilkan tenaga hingga 598HP.

Oleh pabrikannya, BTR-4 dirancang dengan sistem modular, dan sudah dipersiapkan untuk ‘ramah’ pada adopsi pilihan senjata yang diinginkan konsumen. Bila diamati dari rancang bangunnya, BTR-4 terdiri dari 3 kompartemen utama. Kompartemen bagian depan menjadi area pengendara dan komanda. Sementara kompartemen bagian tengah diperuntukkan bagi mesin dan perangkat transmisi. Dan, kompartemen bagian belakang dirancang sebagai area untuk penempatan pasukan.

IMG-20160607-WA0005IMG-20160607-WA0015

Pada dasarnya, awak inti BTR-4 ada 3, yaitu komandan, pengemudi, dan penembak. Dalam versi APC, maksimum bisa membawa hingga 9 personel infanteri. Nah, soal jumlah personel infanteri yang bisa dibawa sangat bergantung pada modul senjata yang dipasang. Format modul dan pilihan senjata yang dipasang, sejatinya bisa diracik berdasarkan permintaan negara pemesan.

Sosok BTR-4 pertama kali ditampilkan ke public pada Juni 2006 pada pameran Aviasvit di dekat kota Kiev, ibukota Ukraina. Sementara uji kemampuan amfibinya dirampungkan pada Januari 2007. Produksi BTR-4 secara komersial baru dimulai pada tahun 2008 setelah pihak KMDB mendapat persetujuan dari Kementrerian Pertahanan Ukraina. Semenjak itu BTR-4 mulai mendapat pesanan secara terbatas dari AD Ukraina.

BTR-4 yang diproduksi Kharkiv Morozov Machine Building Design Bureau (SOE KMDB). BTR-4 mengambil basis platform APC (armoured personnel carrier) alias kendaraan lapis baja angkut personel. BTR-4 dapat digolongkan sebagai panser dengan penggerak roda 8×8. Merujuk dari tampilannya, desain panser ini rupanya buah perpaduan rancang bangun BTR-80A dan APC asal Jerman, TPz Fuchs. Dimana kedua ranpur tersebut juga mengandalkan penggerak roda 8×8 dan punya kemampuan amfibi.

hqdefault-(1)

Gelombang kedatangan BTR-4 diprediksi masuk pada bulan Agustus 2016 mendatang, namun disisi lain, BUMN Strategis PT Pindad belum lama ini baru saja meluncurkan prototipe Anoa 2 6×6 Amphibious. Anoa ini mengusung platform APC yang dilengkapi dengan water propeller, Anoa Amphibious memiliki kecepatan 10 knot atau 18,52 km per jam. Sebagai pelindung komponen water propeller, dibuat semacam roll bar pada bagian atasnya, roll bar ini juga dapat difungsikan untuk tempat mengikat perbekalan. Sayangnya, Anoa 2 6×6 Amphibious besutan PT Pindad malah belum mendapat order dari Kemhan. (Gilang Perdana)

Spesifikasi BTR-4
Negara asal : Ukraina
Manufaktur : Kharkiv Morozov Machine Building Design Bureau
Berat : 17,5 – 25 ton (tergantung pada varian)
Mesin : 3TD diesel engine
Suspensi : 8×8
Jarak tempuh max : 690 km
Kecepatan max : 110 km/jam di jalan raya dan 10 km/jam di air
 

Tinjauan Insiden Korvet KRI Pati Unus 384, Dimana Peran Sonar MG323 Bullhorn?

510891_620

Secara kodrat, korvet Parchim TNI AL punya kemampuan melaksanakan misi AKS (Anti Kapal Selam). Bila dijabarkan lebih detail, tugas korvet buatan Jerman Timur ini tak sekedar memburu, melainkan juga menghancurkan target bawah air. Maka tak heran korvet ini dibekali torpedo, bom laut (depth charge), roket anti kapal selam RBU-6000, dan tentunya perangkat sonar. Namun, musibah yang menimpa KRI Pati Unus 384 di Perairan Belawan sontak mengagetkan kita tentang sosok pemburu kapal selam era Perang Dingin ini.

Setelah diawali maraknya berita/kabar hoax tentang KRI Pati Unus 384, dimana kapal Satkor (Satuan Kapal Eskorta) ini dikabarkan karam disebabkan ditembak torpedo AL Cina, kemudian ada lagi kabar yang menyebut KRI Pati Unus 384 terkena ranjau laut. Peristiwanya terjadi pada 13 Mei 2016 lalu, saat kapal perang dalam perjalanan dari Selat Malaka menuju Lantamal Belawan, Sumatera Utara. Lamanya rentang waktu kejadian dan publikasi yang terendus media/media sosial, memicu beberapa orang untuk membuat spekulasi dan opini terkait KRI Pati Unus 384.

1451231_-_main

Guna meluruskan kejadian yang sesungguhnya, Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksma Edi Sucipto mengungkapkan KRI Pati Unus 384 bocor di bagian lambung, saat berada di alur perairan Belawan, Sumatera Utara. Pernyataan ini sekaligus membantah kabar yang menyebutkan KRI Pati Unus-384 diserang negara lain di perairan Belawan, Sumatera Utara. “Kebocoran terjadi ketika lambung kiri haluan kapal terkena sesuatu benda di bawah permukaan air,” ujar Sucipto di Jakarta, Selasa (31/5/2016). Dan dipastikan kapal sampai saat ini tidak karam, namun masih dalam proses perbaikan.

Saat ini TNI AL terus berupaya memperbaiki KRI Pati Unus. Perbaikan itu dilakukan oleh Komandan beserta ABK KRI Pati Unus 384 dengan dibantu Dinas Penyelaman Bawah Air dan Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) I, Belawan.

Dalam keterangannya, Laksma TNI Edi Sucipto tidak merinci jenis benda penyebab kebocoran lambung kapal perang KRI Pati Unus 384. Mengutip dari Janes.com (6/6/2016), Markas Besar TNI AL telah menerjunkan tim invesitasi formal atas insiden di KRI Pati Unus 384. Namun berdasarkan laporan kronologi kecelakaan yang disampaikan Komandan kapal dengan pihak Pangkalan Belawan via kontak radio, diinformasi awal Komandan kapal menyebut KRI PTS 384 mengalami kebocoran karena menabrak bangkai kapal, dengan perkiraan lokasi buoy 2 alur Belawan.

36314155254-Pati_Unus

Dari aspek teknis, isu adanya serangan pada KRI Pati Unus 384 mudah untuk dipatahkan. Bila diasumsikan diserang torpedo, maka kondisi Perairan Belawan yang dangkal (kedalaman <100 meter) jelas tidak cocok bagi kapal selam untuk melakukan sebuah serangan torpedo. Belum lagi bila terkena hantaman torpedo, maka impact-nya pada kondisi korvet tentu tak bisa seperti dilihat pada foto-foto yang dipaparkan. Begitu juga dengan spekulasi terkena tebaran ranjau laut, efek ledakan yang dihasilkan pada lambung tentu bisa membuat kapal bocor berskala besar.

kri-pati-unus-sedang-diperbaiki-oleh-para-kru_20160601_172547

Dimana Peran Sonar?
Sebagai korvet pemburu dan penghancur kapal selam, maka korvet Parchim Class KRI Pati Unus 384 dilengkapi sistem pengendus sasaran bawah air. Menurut spesifikasi, Parchim Class mengadopsi perangkat sonar gelombang menengah jenis MG323 Bullhorn, perangkat sonar ini ditempatkan integrated pada lambung bawah kapal. Tak itu saja, agar penciuman lebih presisi, Parchim Class juga membawa sonar “rendam” (dipping sonar) gelombang tinggi jenis MG16 Lamb Tail. Jenis sonar ini juga dapat dioperasikan oleh helikopter AKS. Selurun komponen ini juga diadopsi oleh korvet Grisha buatan Uni Soviet.

1
Tampilan perangkat sonar di salah satu korvet Rusia.

Ilustrasi penempatan sonar di korvet Grisha, antara korvet Parchim dan Grisha punya banyak kemiripan.
Ilustrasi penempatan sonar di korvet Grisha, antara korvet Parchim dan Grisha punya banyak kemiripan.

Nah, ketika KRI Pati Unus 384 disebutkan terkena atau menabrak sesuatu di bawah permukaan air, disini menjadi pertanyaan menarik, apakah sonar yang ada di korvet Pati Unus 384 telah bekerja dengan optimal? Harus diakui bahwa teknologi sonar yang digunakan terbilang canggih pada jamannya (era Perang Dingin), tapi mengingat usia pakainya saat ini, apakah kondisi sonar masih dapat bekerja dengan baik? Tentu jawabannya menjadi porsi dan kewenangan tim investigasi.

Secara fakta, meski fungsi asasinya melibas kapal selam, tapi yang mampu diendus Parchim TNI AL terbatas pada jenis kapal selam diesel yang mesinnya cukup berisik. Sehingga mudah didengar oleh sonar konvensional. Sementara Parchim TNI AL jelas akan kewalahan bila ditugasi memburu dan mengendus kapal selam nuklir yang terkenal mampu melaju dengan kesenyapan tinggi.

3408922823_998ac1a6ac_z

Parchim Class disebut juga sebagai Kapitan Pattimura Class, sebab kapal perdana dari keluarga korvet ini adalah KRI Kapitan Pattimura 371. Saat dioperasikan AL Jerman Timur, KRI Pati Unus 384 bernama Ludwiglust 232. Korver dengan kapasitas 61 orang ini dibangun di galangan VEB Peenewerft, Wolfgast, Jerman. Masuk kedinasan AL Jerman Timur pada Juli 1983, dan pada Juli 1995, korvet KRI Pati Unus 384 resmi memperkuat Satkor Armabar. (Gilang Perdana)
 

BAe-146 200: Dari Era Soeharto Hingga Keterlibatan di Perang Afghanistan

IMG_0288_zps6dee72cb

Bagi Anda yang pernah menyimak kunjungan mantan Presiden Soeharto di era 90-an, mungkin bakal teringat dengan sosok pesawat jet transport bermesin empat BAe-146 200. Meski tak resmi disebut sebagai pesawat kepresidenan, BAe-146 200 Pelita Air Service ini lumayan sering digunakan Soeharto untuk bersafari ke pelosok Tanah Air. BAe-146 kini tak lagi diproduksi, namun AU Inggris masih tetap menggunakannya sebagai pesawat angkut andalan jarak pendek – menengah. Bahkan Inggris menggunakannya dalam operasi militer di Afghanistan.

0016919

Boleh dibilang tak sedikit juga maskapai di Indonesia yang pernah atau sampai saat ini masih mengoperasikan keluarga BAe-146. Selain Pelita Air Service (PAS), sebut saja ada Merpati Nusantara Airlines (MNA), Metro Group, Aviastar, Linus Airways, Riau Airlines dan Manunggal Air Service. Untuk kebutuhan kepresidenan, Pelita Air Service mendatangkan BAe-146 200 ke Indonesia pada tahun 1992. Umumnya, pesawat buatan British Aerospace ini kerap ditumpangi Pak Harto guna menyambagi wilayah pelosok yang hanya memiliki basis landasan udara sederhana.

Nah, pasca Soeharto lengser di tahun 1998, kemudian BAe-146 200 kepresidenan ini menjadi redup, pesawat ini tak lagi digunakan oleh presiden sesudahnya. Dan kabarnya pada tahun 1999, BAe-146 200 Seoharto dijual ke Eropa.

BAE146v1.0

Dari beberapa catatan yang dihimpun, untuk kebutuhan VVIP (Very Very Important Person), BAe-146 200 PAS dilakukan konfigurasi pada sisi interior, dari yang tadinya dapat membawa 109 penumpang, versi BAe-146 200 Soeharto disulap untuk maksimal membawa 30 penumpang saja. Sejak pesawat Kepresidenan ditangani sepenuhnya oleh PAS, maka para awaknya juga adalah orang-orang sipil. Hanya saja setiap kali Presiden pergi selalu ada awak cadangan yang ikut dan seorang perwira penerbang senior TNI AU yang bertindak sebagai liason officer duduk di kokpit. Sementara untuk Untuk perjalanan ke luar negeri, Soeharto selalu memilih pesawat DC-10/MD-11 milik Garuda Indonesia. Pesawat itu sebelum digunakan selalu diperiksa dengan teliti seluruh frame dan mesin diperiksa ulang.

Tentu menjadi pertanyaan menarik, mengapa level kepresidenan tertarik dengan BAe-146? Dari sisi performa, pesawat ini sanggup mendarat dan lepas landas dari lapangan terbang yang sederhana, dan tak perlu landasan yang terlalu panjang, pasalnya dengan sokongan empat mesin, dorongan tenaga yang dihasilkan lumayan besar. Sementara dari aspek keamanan, bekal empat unit mesin tentu memberi level safety lebih baik, tatkala ada satu atau dua mesin yang gagal berfungsi.

2212851412_342c4daaf2yourfile

Secara umum, BAe-146 dirilis dalam tiga versi, yakni versi penumpang, versi kargo, dan versi quick change. Yang disebut terakhir adalah versi yang dapat diubah dengan cepat dari versi penumpang ke kargo, begitu juga sebaliknya. Sementara dari serinya, BAe-146 diluncurkan dari seri 100, 200 dan 300. BAe-146 100 (70 – 80 kursi), BAe-146 200 (85 – 100 kursi), dan BAe-146 300 (100 – 112 kursi). Ketiga seri menggunakan jenis mesin yang sama, yaitu 4x Honeywell ALF 502R-5, yang membedakan diantara ketiga seri sudah barang tentu adalah panjang pesawat.

Keunggulan BAe-146 diantaranya pesawat telah dilengkapi EFIS (Electronic Flight Instument System) yang modern. Adopsi empat mesin ini kabarnya dibuat untuk mengurangi kebisingan, pasalnya jenis mesin yang digunakan berukuran kecil dan di saat yang bersamaan mempunyai tenaga cukup besar untuk lepas landas di landasan pendek, kemampuan ini disebut STOL (Short Take Off and Landing). Pihak pabrikan menggunakan lapisan peredam suara tambahan yang dipasang ke dalam mesin.

BAe-146 200 sebagai fire bomber.
BAe-146 200 sebagai fire bomber.

Untuk kepentingan navigasi ada bekal EGPWS (Enhanced Ground Proximity Warning System). EGPWS adalah alat hasil pengembangan yang lebih canggih dari GPWS, yakni alat untuk memberikan peringatan pada penerbang jika pesawat mendekati/akan menabrak daratan/terrain.

Menurut Kepala Desainer BAe 146, Bob Grigg, sejak awal proses desain, pesawat ini dirancang untuk mudah dioperasikan dan menawarkan biaya operasional bagi operator serendah mungkin. BAE Systems menegaskan, keuntungan mengadopsi empat mesin di antaranya termasuk kinerja yang unggul saat lepas landas dari landasan pacu pendek. Daya listrik terutama disediakan oleh generator yang terletak pada masing-masing mesin.

Terjun di Afghanistan
Produksi BAe-146 telah dihentikan pada tahun 2001, meski begitu AU Inggris masih menaruh kepercayaan pesawat ini sebagai pesawat transport taktis. Seperti di bulan April 2013, dua unit BAe-146 C MK3 dikerahkan untuk mendukung misi angkot kargo dan personel di Camp Bastion, propinsi Helmand, Afghanistan. BAe-146 dapat beroperasi dengan kombinasi yang apik bersama C-130 Hercules.

BAe-146 C MK3
BAe-146 C MK3

BAe-146 C MK3 memang dirancang khusus oleh BAE Systems untuk kebutuhan AU. Basis yang digunakan adalah BAe-146 200QC (Quick Change), dan uniknya AU Inggris mendapatkan pesawat ini bukan dengan beli baru, kedua BAe-146 200QC justru dibeli dari maskapai Belgia TNT Airways, kedua pesawat telah beroperasi sejak tahun 2006. Lewat modifikasi dari BAE System, usia pakai pesawat dapat optimal digunakan sampai tahun 2020.

Karene telah disulap sebagai pesawat militer, BAe-146 C MK3 memang siap diajak ke medan perang, modifikasi yang dilakukan BAE Systems mencakup pemasangan lapisan tahan peluru pada komponen-komponen penting, diantaranya pada kokpit. Kemudian tanki bahan bakar.yang dibekali fasilitas fire protection D-C system. Sementara dari sisi mesin, versi militer BAe-146 Inggris tidak berbeda dengan versi sipil. BAe-146 C MK3 juga dilengkapi perangkat pengecoh rudal.


BAe-146 STK di Paris Airshow 1994.
BAe-146 STK di Paris Airshow 1989.

BAe-146 STK
Diluar versi militer yang dibuat untuk AU Inggris, British Aerospace pernah menghadirkan versi militer khusus, dan diberi label BAe-146 STK. Pada versi STK dilengkapi pintu loading kargo disisi samping belakang, kemudian ada versi tanker udara dan versi onboard delivery. Pada versi STK, dilengkapi dengan refuelling probe untuk pengisian bahan bakar di udara. Versi demonstrator BAe-146 STK pernah dipamerkan dalam ajang Pair Airshow 1989. (Bayu Pamungkas)

43480_800BAE-146-100-Small-Tactical-Airlifter-concept

Spesifikasi BAe-146 200
– Length: 28,55 meter
– Wingspan: 26,34 meter
– Height: 8,61 meter
– Wing area: 77,3 m2
– Maximum take-off weight: 42. 184 kg
– Maximum landing weight: 36.741 kg
– Operating empty weight: 23.800
– Maximum payload: 8.075 kg
– Standard fuel capacity: 11.728 liter
– Range with max payload: 2 365 km
– Cruise speed: 750 km/jam
– Maximum speed: 890 km/jam
– Maximum operating altitude: 9.500 meter
– Engines: Honeywell ALF 502R-5, 4 x 6970 lb

Apa perlunya pembentukan Badan Intelijen Pertahanan?

TNI 
Hal mendesak dan strategis apa yang membuat Menteri merasa harus membangun badan intelijen sendiri?
Rencana Kementerian Pertahanan untuk membentuk badan intelijen sendiri menuai kritik dari berbagai kalangan.
Di satu sisi, dianggap menyalahi perundangan, di lain sisi arahnya dianggap keliru, dan dituding akan tumpang tindih dengan kewenangan badan intelijen yang sudah ada.
Sebagian anggota DPR menganggap, gagasan Kementerian Pertahanan untuk membentuk badan intelijen akan melanggar Undang-undang tentang TNI dan UU Intelijen Negara yang menyebut fungsi pertahanan hanya diselenggarakan oleh TNI.

Namun ada hal yang lebih pokok, yang membuat gagasan itu tidak disambut baik, kata pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie.
"Apakah ini ungkapan kekecewaaan Kementerian Pertahanan, bahwa pertukaran informasi intelijen ternyata tak seperti yang diharapkan, ini bisa dibahas," kata Rahakundini.
"Namun saya ingin melihat gambar lebih besar. Bahwa strategi pertahanan negara ini, larinya agak tersendat-sendat, dan tidak terarah. Antara doktrin, strategi, postur, rencana kebutuhan postur, dan direktifnya. Membingungkan. Hal mendesak dan strategis apa yang membuat menteri merasa harus membangun badan intelijen sendiri?" tanya Connie.
"Apakah ini sifatnya responsif untuk mengatasi hal mendesak dan strategis, misalnya terkait situasi Laut Cina Selatan, atau penyelundupan manusia? Pertanyaannya, bagaimana misalnya rencana kebutuhannya?"
TNI 
"Bahwa strategi pertahanan negara ini, larinya agak tersendat-sendat, dan tidak terarah."
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengungkapkan niat membentuk badan intelijen sendiri di bawah kementerian pertahanan, Senin pekan lalu, dalam bentuk seperti agen dinas rahasia.
Namun sebetulnya gagasan itu sudah diungkapkan sejak beberapa bulan lalu, oleh Kepala Badan Instalasi Strategis Nasional Kementerian Pertahanan Mayjen TNI Paryanto.
Menurutnya, rencana itu adalah mengubah organisasi pada Satuan Kerja (Satker) Badan Instalasi Strategis Nasional (Bainstranas) menjadi Badan Intelijen Pertahanan.

Juru bicara kementerian pertahanan, Brigadir Jenderal Junjan Eko Bintoro menjelaskan, bahwa gagasan ini sebetulnya terkait dengan perubahan sesudah reformasi: dipisahkannya Kementerian Pertahanan dengan TNI, yang dulu menyatu, dipimpin Menhankam/Pangab, saat itu masih mencakup keamanan pula.
"Salah satu alatnya, intelijen, dulu berada kementerian ini. Sekarang melekat pada TNI. Jadi sekarang, di Kementerian Pertahanan tak ada lagi intelijen yang mengurusi hal-hal yang berkaitan pertahanan," kata Eko Bintoro.
"Nah, kami memikirkan bahwa Kementerian Pertahanan memerlukan (badan intelijen) terkait berbagai hal untuk menentukan hal-hal terkait pertahanan negara."
Ia memastikan bahwa gagasan ini relevan dengan tantangan dan situasi aktual Indonesia.
"Ketika Kementerian Pertahanan harus menentukan seperti apa bentuknya ancaman pertahanan, kalau kita tak mempunyai intelijen, dari mana kita menentukan itu semua?" lontarnya.
Junjan Eko Bintoro menyebutkan, pembentukan Badan Intelijen Pertahanan ini bukan untuk mengambil alih fungsi dan tugas badan intelijen yang sudah ada, seperti Bais TNI, BIN, Baintelkan Polri, Intelijen Kejaksaan, dan lain-lain.
Namun badan intelijen pertahanan itu akan merupakan bagian dari komunitas intelijen nasional yang menangani hal yang spesifik terkait dengan pertahanan negara.

Pengamat militer Al Araf dari Imparsial menyebut, ada masalah dengan rencana ini.
Memang sepantasnya intelijen berada di bawah kementerian, kata Al Araf.
"Tetapi seharusnya yang dilakukan adalah memindahkan BAIS yang sekarang di bawah TNI, ke Kementerian Pertahanan," kata Al Araf.
"Sehingga Panglima TNI mengurus aparat inteljen di ketentaraan saja. Adapun BAIS, menangani inteljen terkait ancaman dari luar, ditempatkan di bawah Kementrian Pertahanan."
Ryamizard Ryacudu 
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dalam sebuah acara: Harus dilakukan penataan dan reformasi yang menyeluruh, yang membuat fungsi dan tugas masing-masing lembaga intelijen.
Dengan demikian, katanya, gagasan Kemenhan untuk membentuk badan inteljen sendiri keliru. Dan malah bisa memperumit masalah.
Lembaga-lembaga intelijen itu makin saling bertumpang tindih, kata Al Araf.
"Sekarang ini ada kecenderungan overlapping," papar Al Araf.
"BAIS sebagai inteljen militer, kadang mempersepsikan ancaman eksternal dan internal, dan berperan di wilayah itu. Padahal seharusnya hanya mengambil peran terkait ancaman eksternal. Dan BIN sebagai badan inteljen negara sering mengurusi juga ancaman internal dan eskternal pula, harusnya hanya intenal."

Di sisi lain, militer juga memiliki intelejen lain di luar BAIS, berupa intelejen tempur dan inteljen teritorial. Jadi ada kompleksitas dalam sistem intelejen Indonesia sisa warisan Orde baru yang belum tertata.
Menurut Al Araf, harus dilakukan penataan dan reformasi yang menyeluruh, yang membuat fungsi dan tugas masing-masing lembaga intelijen.

BBC. 

Akan Ada Intelijen Pertahanan Baru, Bagaimana Nasib BIN?

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu beserta dirut PT. Pindad Silmy Karim menunjukan empat senjata baru di gedung Kementrian Pertahanan, di Jakarta, kamis (9/6). [suara.com/Oke Atmaja]
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu beserta dirut PT. Pindad Silmy Karim menunjukan empat senjata baru di gedung Kementrian Pertahanan, di Jakarta, kamis (9/6). [suara.com/Oke Atmaja]

Pembentukan badan intelijen baru ini terjadi karena ada kekhawatiran pengurangan peran dari institusi yang sudah mapan.

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu akan membentuk Badan Intelijen Pertahanan. Ini adalah badan baru intelijen Indonesia di luar Badan Intelijen Negara (BIN).

Pakar Intelijen Universitas Indonesia Ridlwan Habib menjelaskan badan intelijen pertahanan ini akan berbeda fungsi dari BIN.

"Publik yang awam mungkin bingung, apa bedanya dengan badan intelijen yang sudah ada. Ini yang harus dijelaskan oleh Kemhan," ujar Ridlwan kepada suara.com, Jumat (10/6/2016).

Mantan jurnalis Jawa Pos itu menjelaskan intelijen pertahanan menjalankan fungsi strategis yang berbeda dengan badan yang sudah ada. Badan ini akan memberikan data dan analisa yang digunakan untuk menyusun kebijakan pertahanan nasional.

“Sangat vital," ujar Ridlwan.

Dia melanjutkan BIN tidak spesifik memberikan data tentang pertahanan. Lingkup yang diurusi oleh BIN terlalu luas. Badan baru ini akan menyediakan data dan analisa terkini tentang pertahanan. Terutama dinamika dari negara lain.

"Misalnya, apa strategi militer Cina, apa rencana terbaru militer Singapura, bagaimana Australia memperkuat armada senjatanya, dan sebagainya," katanya.

Menurut Ridlwan, keberadaan Badan Intelijen Pertahanan ini akan merombak fungsi Bais TNI. Dia mengusulkan struktur yang sudah ada di Bais TNI lebih pas ditempatkan di bawah badan intelijen pertahanan.

“Bais kembali menjadi combat intelligence atau intelijen tempur saja," papar alumni S2 kajian stratejik intelijen UI itu.

Dia melanjutkan, intel pertahanan tugasnya mendukung pembuatan doktrin dan kebijakan pertahananan, pembangunan dan pengerahan kekuatan pertahanan,  pengembangan infrastruktur dan industri pertahanan, dan sebagainya. Sementara intelijen militer tugasnya membantu operasi militer untuk memenangkan pertempuran.

Intel militer bagian dari Mabes TNI. Bais lebih fokus pada kemampuan perang atau tempur pasukan negara lain.

"Data Bais misalnya, siapa panglima militer lawan, apa senjatanya, bagaimana mereka menempatkan pasukannya, tapi sebatas teknis militer. Strategi negaranya itu diurus oleh Intelijen Pertahanan," kata Ridlwan.

Menurutnya, perdebatan pembentukan badan intelijen baru ini terjadi karena ada kekhawatiran pengurangan peran dari institusi yang sudah mapan.
"Harus diingat, user utama intelijen itu Presiden. Memudahkan pekerjaan presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Jangan dimaknai secara ego sektoral, " ujar Ridlwan yang juga koordinator Indonesia Intelligence Institute itu.