Minggu, 27 Maret 2016

Setelah Berseteru, China dan Indonesia Akan Latihan Militer Bersama

Setelah Berseteru  China dan Indonesia Akan Latihan Militer Bersama
Kapal nelayan China yang ditangkap Indonesia karena mencuri ikan. Kapal itu yang memicu ketegangan dua negara. | (KP Hiu 11/Twitter@humaspsdkp)
Kapal China meninggalkan pelabuhanQingdao pada hari Sabtu (26/3/2016) untuk latihan militer bersama angkatan laut 16 negara termasuk Indonesia di lepas pantai Indonesia.

Latihan militer gabungan itu akan digelar 12 April 2016. Hal itu diumumkan Departemen Pertahanan China, seminggu setelah kapal Indonesia dan China berseteru di perairan Natuna.

Dalam pengumuman yang di-posting di situsnya (www.mod.gov.cn),Kementerian Pertahanan China menyatakan, armada Angkatan Laut China akan terus menjalani latihan bersama 16 negara, termasuk Indonesia, Amerika Serikat dan Rusia.

Kementerian itu juga menambahkan bahwa Menteri Pertahanan China, Chang Wanquan, akan mengunjungi Vietnam pada hari ini untuk berpartisipasi dalam pembicaraan tingkat tinggi. China dan Vietnam terlibat dalam sengketa wilayah Laut China Selatan, sedangkan Indonesia tidak.

Pada pekan lalu, Indonesia menahan sebuah kapal pukat China dan beberapa awaknya atas tuduhan mencuri ikan (illegal fishing) di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, tepatnya di perairan Natuna. Namun, pasukan penjaga pantai China ikut campur dengan melakukan manuver yang menuai protes keras dari Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno LP Marsudi.

Retno telah memanggil dan menemui Kuasa Usaha Kedutaan Besar China di Jakarta, Sun Wei Dei untuk menyampaikan protes keras.

”Dalam pertemuan itu, kami nyatakan protes keras dan sampaikan nota yang berisi sebagai berikut, pertama terdapat pelanggaran coast guard (pasukan penjaga pantai) China terhadap hak berdaulat dan yuridiksi Indonesia di wilayah ZEE dan landas kontingen,” katanya.

”Protes kedua adalah pelanggaran coast guard Tiongkok (China) terhadap penegakan hukum yang dilakukan terhadap aparat Indonesia pada Zona Ekonomi Ekslusif dan landas kontingen,” lanjut Retno.

”Ketiga, pelanggaran juga dilakukan coast guard Tiongkok pada kedaulatan laut teritorial Indonesia. Indonesia telah minta klarifikasi pada Pemerintah Tiongkok atas kejadiaan ini,” imbuh Retno.
 

Masuki Masa Uji Coba, DSME Resmi Luncurkan KRI Nagabanda 403

Nagabanda
Bertempat di kesejukan distrik Okpo, Kota Geoje, Provinsi South Gyeongsang, Korea Selatan, hari kamis (24/3) lalu berlangsung seremoni peluncuran unit perdana kapal selam Nagabanda Class (aka – Changbogo Class). Momen peluncuran ini memperkuat identitas beredarnya foto-foto kapal selam yang sebelumnya telah ramai dalam bahasan netizen.
Sebagai perwakilan pemerintah RI dalam upacara peluncuran adalah Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dan KSAL Laksamana TNI Ade Supandi. Bila dalam penampakan foto sebelumnya kapal selam belum didandani atribut seremoni, maka saat peluncuran kapal selam yang diberinama KRI Nagabanda 403 telah dipasangi Bendera Merah Putih. Pada menara juga dipasangi peluncuran yang cukup besar. Seperti telah disebut di berita sebelumnya, setelah diluncurkan KRI Nagabanda 403 akan memasuki masa uji coba di perairan Korea Selatan. Dan bila tak ada aral melintang, kapal selam akan dikirimkan ke Indonesia pada bulan Maret 2017.
Nagabanda Class
Dikutip dari Janes.com (24/3/2016), pihak Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) saat peluncuran menyebut,”kapal selam ini dirancang untuk menjalankan multirole mission, mulai dari misi anti kapal selam, anti kapal permukaan, penyebaran ranjau laut, dan mendukung tugas operasi pasukan khusus.” Dikenal di AL Korea Selatan sebagai Changbogo Class, kapal selam ini punya label resmi DSME 1400. Basis rancangan DSME 1400 merupakan pengembangan dari kapal selam Jerman Type 209/1200 buatan Howaldtswerke-Deutsche Werft AG (HDW), Jerman.
403_1nagabanda
DSME disebut-sebut telah menerima lisensi produksi kapal selam ini pada akhir tahun 1980. Sekilas informasi tentang fasilitas DSME di Okpo, konstruksi galangan kapal ini dibangun pada Oktober 1973 dan pengerjan pembangunan galangan dituntaskan pada tahun 1981. Luas area galangan secara keseluruhan mencapai 430 hektar. Dengan dukungan goliath crane dengan kapasitas 900 ton, dari galangan ini DSME telah banyak memproduksi kapal sipil bertonase besar. Untuk kebutuhan militer, selain kapal selam DSME juga telah memproduksi beberapa destroyer. (Gilang Perdana)

TNI Membangun Infrastruktur di Papua


Prajurit Satgas Pamtas RI-PNG Yonif 411/Raider Kostrad saat berpatroli di perbatasan Indonesia-Papua Nugini, Skouw-Wutung, Papua, Selasa (15/3). Patroli dilakukan untuk memeriksa keberadaan patok batas negara sekaligus memastikan keamanan wilayah. (Antara/Sigid Kurniawan)

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD), secara khusus jajaran Zeni Angkatan Darat, telah mendapat perintah dari Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo untuk membangun jalan sepanjang 278,6 km. Jalan yang pengerjaannya telah dimulai sejak bulan Januari 2016 ini akan menghubungkan Wamena dengan Mumugu.

Pembangunan jalan Trans Papua itu dipercepat seiring makin mendesaknya kebutuhan jalan nasional di pulau berbentuk kepala burung tersebut. Saat ini, warga yang bermukim di pedalaman Papua tidak mempunyai akses jalan dan hanya mengandalkan transportasi angkutan udara yang tak terjangkau oleh semua kalangan.

Kabidpenum Puspen TNI, Kolonel Czi Berlin, mengatakan bahwa berdasarkan data Kodam XVII/Cenderawasih, jalan sepanjang 278,6 kilometer ini melewati daerah hutan, rawa dan sungai. Dari jumlah 40 sungai yang dilalui, sebanyak 32 sungai belum ada jembatan dan delapan lainnya mempunyai jembatan sementara dari kayu.

Detasemen Zeni Tempur (Denzipur) 12/OHH dan 13/PPA tengah membangun jalan penghubung dari Wamena, ibukota Kabupaten Jayawijaya menuju Mbua di Kabupaten Nduga, Provinsi Papua. (Foto: Istimewa/Pendam XVII/Cenderawasih)
Detasemen Zeni Tempur (Denzipur) 12/OHH dan 13/PPA tengah membangun jalan penghubung dari Wamena, ibukota Kabupaten Jayawijaya menuju Mbua di Kabupaten Nduga, Provinsi Papua. (Foto: Istimewa/Pendam XVII/Cenderawasih)
“Satuan Zeni Angkatan Darat bertugas bukan hanya menebang pohon dan membuka hutan saja, tetapi juga membuat badan jalan. Dengan bekerja paralel, kontraktor umum di belakangnya langsung melakukan pengerasan jalan dan pengaspalan. Hingga akhir 2015 lalu, masih tersisa 658 kilometer jalan yang saat ini masih terputus karena tertutup hutan,” ujar Czi Berlin.
Total kekuatan yang dikerahkan jajaran Zeni Angkatan Darat berjumlah 394 orang personel dengan komposisi POP-1 meliputi Denzipur-10 dan Denzipur-12, mengerjakan ruas jalan Wamena-Habema dan Habema-Mbua. POP-2 yaitu Yonzipur-18, mengerjakan ruas jalan Mbua-Mugi dan Mugi-Paro, sedangkan POP-3 dari Yonzikon-14 mengerjakan ruas jalan Paro-Kenyam dan Kenyam-Mamugu, dengan kekuatan tiap POP berjumlah 107 personel.

Selain pembangunan jalan, direncanakan akan turut dibangun dua Dermaga di Mumugu dan Batas Batu. Seluruh pembangunan itu bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan PT Wijaya Karya.

Pembangunan infrastruktur itu diharapkan bisa membuka akses Wamena, Mbua, Paro, Batas Batu dan Mumugu menuju pantai selatan Papua. Dengan akses yang terbuka, maka diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua.

beritasatu.com

Jumat, 25 Maret 2016

Armada Pasifik Rusia Bergabung di Komodo 2016 Indonesia

Russian-Pacific-Fleet

Armada Pasifik Angkatan Laut Rusia memutuskan untuk berpartisipasi dalam latihan multilateral yang diorganisir Indonesia, Komodo 2016, ujar Angkatan Laut Rusia, mengkonfirmasinya.

Latihan Komodo kedua akan digelar pada bulan April 2016, di Padang – Sumatera Barat, Siberut dan di pulau Sapura, Indonesia.

Perwakilan dari Pacific Fleet Rusia ikut mengambil bagian dalam konferensi perencanaan latihan pada 15-17 Februari 2016, di pelabuhan Padang, Indonesia. Menurut Angkatan Laut Rusia, lebih dari 30 negara dari kawasan Asia-Pasifik diperkirakan akan ambil bagian dalam latihan ini.

Komodo pertama diselenggarakan pada tahun 2014 dan diadakan di Batam, Indonesia. Edisi pertama melibatkan 18 angkatan laut ASEAN-Plus yang berpartisipasi dalam fase Harbor, fase Laut dan Misi Masyarakat dengan tema “Kerjasama untuk Stabilitas”.

Komodo 2016 akan bertemakan “Kesiapan dan Kerjasama untuk Perdamaian” dan angkatan laut yang berpartisipasi akan fokus pada skenario operasi penjaga perdamaian maritim.

Navaltoday.com

Satradar 215 Congot Ikut Pantau Basis Militer di Pulau Christmas, Australia


radar tni


TNI AU akan melakukan peremajaan alat utama sistem persenjataan / alutsista Satuan Radar 215 Congot di Kulon Progo, Yogyakarta.

Panglima Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional (Kosek Hanudnas) I, Marsma TNI Noviyan Samyoga di Kulon Progo, Rabu (23/3/2016) mengatakan, TNI AU berencana melakukan pergantian alat utama sistem persenjataan / Alutsista di beberapa lokasi, termasuk pergantian alutsista di Satradar Congot.

“Kalau Satradar Congot dilengkapi radar yang lebih baik, selain berfungsi sebagai ketahanan negara, juga dapat untuk keamanan penerbangan,” ujar Marsma Samyoga, usai bertemu Bupati Hasto Wardoyo.

Menurut Marsma Samyoga, lokasi Satuan Radar 215 Congot sangat strategis dalam pengamanan wilayah dan ketahanan negara karena berdekatan dengan pulau Christmas yang menjadi pusat militer Australia.

“Jangan dibayangkan Australia sangat jauh. Pulau Christmas Australia hanya berseberangan laut sehingga keberadaan Satradar Congot, sangat strategis bagi ketahanan negara. Untuk itu, perlu ada peremajaan peralatan terbaru,” ujarnya.

Satuan Radar 215 Congot

Kebaradaan Satradar Congot dan bandara internasional yang akan dibangun di wilayah Kecamatan Temon akan saling memperkuat.

Terkait rencana pembangunan bandara yang berbatasan langsung dengan Radar Congot, TNI AU sangat mendukung. Satradar berfungsi dalam pertahanan udara. Sedangkan bandara akan memiliki radar sendiri untuk fungsi keselamatan penerbangan.

Menurutnya, fungsi keduanya justru akan saling memperkuat. Keberadaan Satradar Congot dan Radar Penerbangan yang saling berdekatan ini menjadi model yang bagus sekali, antara fungsi keselamatan penerbangan dengan fungsi pertahanan udara menjadi satu lokasi.

“Hal ini yang menjadi unik di Satradar Congot Kulon Progo,”.

Hingga saat ini, belum ada rencana pemindahan lokasi Satradar Congot, tetapi akan dilakukan penggantian radar yang teknologinya lebih maju. Ke depan rencananya TNI AU akan membeli beberapa radar dan salah satunya perlu dilakukan penggantian di Congot.

Republika.co.id

Kapal Selam Chang Bogo Indonesia, Mulai Melaut

kapal selam indonesia

Kapal selam dengan Hull Number H.7712 meluncur ke lautan di Demaga Okpo (24/3/2016) dan seketika, air biru terbelah menjadi dua dengan deburan dan pecahan air.

Disaksikan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, bersama Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan, John A Prasetio, dan Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Ade Supandi, kapal selam pertama dari 3 unit pesanan Indonesia, sebentar lagi memulai tugasnya dalam mengamankan teritorial Indonesia.

Proses pembangunannya kapal selam DSME209 ini, telah dimulai sejak tahun 2013 di galangan kapal Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) Okpo, Korea Selatan. Semua prosesnya di bawah kendali pengawasan Satuan Tugas Proyek Pengadaan Kapal Selam (Satgas Yekda KDSE DSME209) yang dipimpin Kolonel Laut (P) Iwan Isnurwanto, M.A.P., M.Tr (Han).

Sesuai dengan kontrak, pembangunan kapal selam pertama dan kedua berbobot 1400 ton ini, dilakukan di galangan kapal DSME. Sedangkan untuk pembangunan kapal selam ketiga, akan dilakukan di galangan kapal PT PAL Indonesia dengan proses Transfer of Technology (ToT).

Menhan RI Meninjau Kapal Selam Chang Bogo Indonesia ( M Aji Surya/ Detikcom)
Kapal Selam Chang Bogo Indonesia (Detik.com)

Untuk menjamin kesuksesan dalam pembangunan kapal selam ketiga, PT PAL telah mengirimkan 113 insinyur ke DSME, Korea Selatan, untuk terlibat dalam proses ToT dan pembelajaran pembangunan dan pengembangan kapal selam secara mandiri melalui tahap On the Job Training.

Kapal Selam Diesel Elektrik DSME209 merupakan produksi ekspor pertama Korea Selatan, hasil pengembangan dari kapal selam tipe Chang Bogo Class, Republic of Korean Navy (ROK Navy) dan Kapal Selam tipe Cakra klas milik TNI Angkatan Laut.

Kapal selam ini mempunyai panjang 61,3 meter dengan kecepatan ± 21 knot di bawah air, dan ketahanan berlayar lebih dari 50 hari. “Secara umum kapal selam DSME209 memiliki beberapa kelebihan dari sisi teknologinya, seperti State of The Art technology yang meliputi Latest Combat System, Enhanced Operating System, Non-hull Penetrating Mast and Comfortable Accomodation”, ujar Atase Pertahanan KBRI Seoul, Kolonel Laut (T) Aditya Kumara.

Selain dipersenjatai torpedo 533 mm dengan 8 tabung peluncura, kapal selam ini juga dirancang mampu menyebarkan ranjau laut, meluncurkan rudal anti kapal permukaan, serta mampu melepaskan Torpedo Counter Measure (TCM).

Sumber : Detik.com

TNI AL Dukung Pangkalan Militer Terpadu di Natuna

TNI AL Dukung Pangkalan Militer Terpadu di Natuna
Pengamanan laut terpadu oleh KRI dan dua Heli Bel 412  (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)

TNI Angkatan Laut menyambut baik rencana pemerintah yang akan memperkuat pangkalan militer di perairan Natuna. Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Luhut Binsar Pandjaitan, mengusulkan perairan Natuna dijadikan pangkalan militer terpadu.

"Prinsipnya kalau itu kebijakan pemerintah, kami menyetujui wacana itu, kami senang, karena itu kan penguatan alutsista. Kami TNI ini hanya user, yang punya anggaran Kementerian Pertahanan," kata Kepala Sub Dinas Penerangan TNI AL, Kolonel Laut Suradi Agung Slamet kepada VIVA.co.id, Kamis, 24 Maret 2016.

Selama ini kata Suradi, kapal patroli TNI AL terus melakukan pengamanan rutin di sekitar perairan Natuna. Selain patroli sepanjang tahun, TNI AL juga memiliki dua pangkalan TNI AL di Natuna, yang akan membantu pergerakan patroli KRI di pulau terdepan wilayah Indonesia tersebut.

"Kalau patroli, kita sepanjang tahun patroli perbatasan, keamanan laut, ada gugus tempur laut, itu setiap tahun, itu sudah ada anggarannya. Dan itu kita lakukan terus sepanjang tahun," ujar dia.

Sementara itu mengenai insiden pelanggaran kapal nelayan China dan provokasi kapal coast guard China di perairan Natuna, Suradi menjelaskan bahwa peristiwa itu kebetulan ditemui oleh Kapal Pengawas (KP) Hiu 11 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan RI.

"Peristiwanya pas kapal kita (TNI AL) lagi jalan. Kapal punya pemerintah KKP yang mergoki. Jadi siapa saja yang terdekat patroli kapal kita datang. Kalau pas kewalahan mereka (KKP) kontak radio, kapal TNI AL langsung reaksi cepat datang. Pas kapal kita (TNI AL) datang, kapal (nelayan) China sudah pergi," paparnya.

Suradi menganggap insiden pencurian ikan oleh nelayan negara lain memang sering ditemui di lapangan. Sekalipun sudah berulang kali diperingati, nelayan tersebut tetap nekat mencuri ikan di wilayah perairan Indonesia. "Mereka sudah tahu konsekuensinya. Nelayan kita juga banyak kok yang ditangkap nyari ikan di negara lain," ucap dia.

Terlepas dari insiden tersebut, penguatan alutsista TNI AL, melalui pengadaan kapal induk menjadi penting untuk operasi terpadu di wilayah-wilayah rawan terjadi pelanggaran kedaulatan negara. Namun demikian Suradi mengatakan pengadaan alutsista itu perlu mempertimbangkan banyak aspek.

"Idealnya untuk alutsista kita butuh (kapal induk), sesuai kebutuhan kita sebagai negara kepulauan. Tapi pemeliharaannya (kapal induk) luar biasa, operasionalnya. Harus disesuaikan dengan kemakmuran bangsa, aspek keuangan negara. Kalau cuma beli bisa, kelanjutannya itu bagaimana? Butuh anggaran besar," tuturnya.

Sebelumnya Ketua Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Mahfudz Siddiq mengakui rencana pembangunan pangkalan militer Indonesia di Kepulauan Natuna sudah ada sejak tahun 2015.

DPR pun sudah menyatakan dukungannya atas rencana tersebut. Anggaran pun sudah disiapkan meski terbatas di APBN 2015 dan APBN Perubahan 2016. "Dibutuhkan tambahan anggaran sekitar Rp1,3 triliun dari sebelumnya sekitar Rp400 miliar," ungkapnya.

Namun, anggaran tersebut baru untuk pembangunan pangkalan militer. Belum termasuk persenjataan tiga matra TNI. Sementara untuk kebutuhan senjata, peralatan dan anggota TNI yang akan disiagakan pemerintah, masih dilakukan kajian sesuai kebutuhan. "Target 2017 harus selesai," kata Mahfudz.

Viva.