Kamis, 16 Juli 2015

Exit Strategy, Jika Proyek Chang Bogo Gagal

  Kapal selam Chang Bogo
Kapal selam Chang Bogo

Proyek konstruksi kapal selam fotokopi di galangan DSME untuk kekuatan laut Indonesia tidak berjalan sesuai harapan pihak Indonesia.
Perkembangan demikian sebenarnya tidak mengejutkan, sebab dari awal sudah disadari bahwa Seoul tak berpengalaman banyak dalam urusan konstruksi kapal selam. Hanya saja pemahaman demikian kalah oleh kubu yang bermimpi indah tentang alih teknologi kapal selam.
Dihadapkan pada kondisi yang tak menggembirakan bagi Indonesia itu, Jakarta harus mempunyai exit strategy. Mengapa demikian?
Silakan hitung berapa investasi yang sudah ditanam oleh Indonesia untuk mewujudkan iming-iming alih teknologi kapal selam.
Untuk gambaran sederhana, lihat saja dana yang telah dikucurkan oleh pemerintah Indonesia untuk membangun fasilitas kapal selam di PT PAL Indonesia. Kalau saat ini masuk ke area galangan BUMN itu, tak jauh dari pintu masuk utama akan terlihat kegiatan pembangunan fasilitas kapal selam sedang berjalan.
Andaikata rencana konstruksi kapal selam di PT PAL Indonesia berdasarkan kerjasama dengan DSME gagal, lalu apa yang harus dilakukan oleh Indonesia? Sudah adakah exit strategy?
Secara jujur jawabannya belum ada, karena mayoritas pihak terkait tak menyiap skenario terburuk soal kerjasama konstruksi kapal selam tersebut.
Di antara exit strategy yang dapat dipertimbangkan adalah kembali ke jalan yang lurus dalam urusan kapal selam alias merangkul kembali TKMS.
Dengan merangkul TKMS, fasilitas kapal selam yang telah dibangun di PT PAL Indonesia tak akan sia-sia alias jadi monumen hidup kegagalan kerjasama dengan Negeri Ginseng. Tentu saja dalam merangkul TKMS tak ada makan siang gratis, termasuk alih teknologi gratis dari Jerman.

Damnthetorpedo-3.blogspot.com

AMX-10P Marines TNI AL: Amphibious APC Pertama di Indonesia dengan Proteksi Anti Nubika

AMX-10P
Bersamaan dengan kedatangan ranpur AMX-10 PAC 90 yang merupakan amphibious fire support vehicle, Korps Marinir TNI AL juga ikut kedatangan ranpur APC (armoured personnel carrier) generasi baru, yakni AMX-10P Marines. Baik AMX-10 PAC 90 90 dan AMX-10P Marines diproduksi oleh Nexter Systems (d/h GIAT Industries). Di tahun 1981, Korps Marinir mendapat 34 unit tank AMX-10P Marines dan 10 unit tank AMX-10 PAC 90.
Bila AMX-10 PAC 90 digadang untuk menggantikan peran tank eks Uni Soviet, PT-76M, maka AMX-10P Marines aslinya digadang untuk meggantikan pansam (panser amfibi) BTR-50P yang sudah paruh baya. Tapi karena persoalan teknis yang menghadang, seperti performa berenang di laut yang dipandang kurang optimal, plus ranpur mudah terbalik, maka bersama AMX-10 PAC 90, APC AMX-10P Marines urung diandalkan oleh kavaleri Korps Baret Ungu. Sebagai gantinya, Marinir TNI AL justru melakukan upgrade dan retrofit pada tank PT-76 dan BTR-50, dan kini mempercayakan lebih dalam pada ranpur baru besutan Rusia, IFV (Infantry Fighting Vehicle) BMP-3F.
AMX-10P milik Uni Emirat Arab.
AMX-10P milik Uni Emirat Arab.
Ikut aktif dalam ajang Perang Teluk.
Ikut aktif dalam ajang Perang Teluk.
AMX-10P Marines dibangun dari rancang bangun AMX-10P, dimana AMX-10P mulai dikembangkan pada tahun 1965 untuk menggantikan peran AMX-13 VCI (APC) yang juga populer digunakan kavaleri TNI AD sejak era Trikora. AMX-10P meski basisnya adalah APC, namun juga dikembangkan dalam beragam varian, termasuk dibangun dalam platform peluncur rudal anti tank, ambulance, komando, dan versi kanon 20 mm. Untuk yang model terakhir, menjadikan AMX-10P layak disebut sebagai ranpur berkualifikasi IFV. Debut perdana AMX-10P diluncurkan pada tahun 1973, dan sampai saat ini sudah kenyang digunakan dalam beberapa laga pertempuran, seperti pada Perang Teluk dan Perang di Bosnia, dimana Perancis menggunakan AMX-10P kanon 20 mm di bawah mandat pasukan perdamaian PBB.
Beberapa kali aktif dalam mendukung misi pasukan PBB.
Beberapa kali aktif dalam mendukung misi pasukan PBB.

Beberapa kamufllase AMX-10P Perancis.
Beberapa kamufllase AMX-10P Perancis.

Nah, kemudian cerita berlanjut, untuk memenuhi kebutuhan marinir, GIAT kemudian merilis varian AMX-10P Marines. Sesuai label “Marines,” AMX-10P yang aslinya sudah punya kemampuan amfibi, kini ditingkatkan lagi kemampuannya dalam AMX-10P Marines, tank ini oleh pembuatnya dirancang untuk mampu berenang di laut dalam hingga kecepatan maksimum 10 km per jam. Kemampuan tersebut bisa dilakukan berkat adopsi dua waterjet pada bagian belakang. Sebagai informasi, AMX-10P standarnya memang bisa mengarungi air dengan bantuan pergerakan roda rantai. Sekilas polanya mirip dengan APC kondang asal AS, M113 A1 yang juga baru digunakan TNI AD. Karena hanya mengandalkan pergerakan roda rantai, kecepatan AMX-10P di air hanya 2 km per jam.

AMX-10P Marines APC seperti yang dimiliki TNI AL.
AMX-10P Marines APC seperti yang dimiliki TNI AL.
Kubah TLI 127 pada AMX-10P Marines milik Korps Marinir TNI AL.
Kubah TLI 127 pada AMX-10P Marines milik Korps Marinir TNI AL.

Dari sekitar 1.800 AMX-10P yang diproduksi, varian AMX-10P Marines tidak terlalu laris di pasaran, negara pengguna AMX-10P Marines hanya Indonesia dan Singapura yang membeli 44 unit. AMX-10P Marines dipasarkan dalam tiga tipe, yakni tipe PAC 90 (kanon 90 mm), tipe IFV kanon 25 mm, dan tipe APC dengan SMB (Senapan Mesin Berat) 12,7 mm. Menurut informasi dari army-guide.com, Indonesia saat ini mempunya dua tipe, yakni AMX-10 PAC 90 dan AMX-10P Marines dengan SMB 12,7 mm. Untuk varian SMB 12,7 mm, model senapan mesin menggunakan platform coaxial pada kubah TLI 127 yang dioperasikan seorang gunner, senjata ini ditempatkan pada bagian belakang.
Untuk perlindungan, material lapis baja pada tank ini punya ketebalan 14,5 mm. Lebih dari itu, AMX-10P Marines dengan tiga awak plus delapan personel bersenjata lengkap dibekali fasilitas proteksi dari bahaya nubika (Nuklir Biologi dan Kimia).

GIAT Tawarkan Upgrade ke Indonesia
Tak digunakannya AMX-10 dalam jajaran operasional Marinir, tentu membuat gusar pihak pabrikan, apalagi jika diketahui alasannya karena problem teknis. Menyikapi kebutuhan yang ada, pada tahun 1996, GIAT menawarkan paket upgrade AMX-10 untuk Indonesia dan Singapura.
Paket upgrade yang ditawarkan mencakup anti-corrosion treatment of the hull and various accessories, installation of a Baudouin 6 F11 SRX diesel engine developing 300hp to increase mobility on land and in water, larger diameter (305mm) water jets to increase maximum water speed, an emergency pneumatic engine starter, watertight engine air intakes and outlets to ensure chassis integrity in water dan water/water exchanger, enabling cooling of the powerpack during amphibious operations. Namun, tidak di dapatkan informasi lebih lanjut, apakah varian AMX-10 yang digunakan Marinir sudah mendapatkan paket upgrade atau belum. (Haryo Adjie)

Spesifikasi AMX-10P Marines  Indomil.

 spek-1

SCAR, Senjata Serbu Rancangan Kopassus

  Senapan GPAR Seri II.
Senapan GPAR Seri II.

Guna memenuhi kebutuhan senjata, PT Pindad telah mampu membuat dan memproduksi sendiri senapan untuk digunakan anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam menjalankan tugasnya. Meski demikian, sebagian besar produksinya tersebut masih memiliki sejumlah kekurangan saat digunakan.
Kekurangan itu dirasakan hampir semua prajurit TNI, di antaranya kekuatan konstruksi senapan, kurang fleksibelnya senapan saat menembak, dan tidak kompatibel dengan perangkat-perangkat pendukung lainnya. Kejadian itu berlangsung karena minimnya komunikasi antara TNI sebagai pengguna dengan PT Pindad selaku produsen.
image
Agar Indonesia tidak serta merta membeli produk-produk asing, seorang perwira Komando Pasukan Khusus (Kopassus) terdorong untuk merancang sendiri senapan khusus yang diperuntukkan bagi pasukan elite. Keinginan tersebut timbul saat Kopassus berhadapan dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), di mana kelompok tersebut memiliki sejumlah senjata yang dapat menandingi TNI.
“Saya sebagai perwira staf yang bertugas membantu komandan dan memberikan saran pada pimpinan dalam mengambil keputusan. Menurut saya senapan yang cocok bagi satuan khusus adalah senapan yang memiliki spesifikasi SCAR (Special Combat Assault Rifle),” ujar Letda Ade Kusnadi seperti dikutip dari Majalah Baret Merah, Selasa (14/7).
image
Ade menambahkan, senapan jenis SCAR sangat cocok digunakan bagi pasukan elite, sebab senapan ini memilik banyak kelebihan, yakni bobot yang ringan, serta rail pikatini yang kompatibel dengan asesoris senapan. Bahannya yang anti korosi juga membuatnya mudah berganti laras, ditambah berganti kaliber dari 5,56 mm menjadi 7.62 mm.
Atas pandangan itu, dia sempat mendesain senapan dengan kode GPAR (Senapan Serbu Serbaguna) seri I. Namun karena masih memiliki sejumlah kekurangan, dia kembali menciptakan GPAR Sei II yang diklaim memiliki kelebihan dari segi konsep, filosofi maupun fungsi senapan itu sendiri.
“Senapan ini dapat ditembakkan secara satu per satu maupun otomatis dengan sistem gas operated yang terbukti cocok untuk kondisi wilayah Indonesia.”
image
GPAR Seri II ini dirancangnya selama tiga bulan dengan mengambil SCAR buatan FN Belgia. Senapan buatannya mengadopsi kaliber 9 m, namun belum mengadopsi laras dan magasen SS produksi pindad.
Walau masih berupa prototipe, senapan rancangan Letda Ade Kusnadi layak diacungi jempol. Bukti seorang prajurit Kopassus tak cuma bisa menembakkan senjata, tetapi juga merancang sebuah senapan serbu.

Merdeka.com

Rabu, 15 Juli 2015

Anggota TNI Tewas Ditusuk, Kasad: Jangan Kaitkan ke Lembaga

Anggota TNI Tewas Ditusuk, Kasad: Jangan Kaitkan ke Lembaga
KSAD Letjend TNI Mulyono (tengah), KSAU Marsekal TNI Agus Supriatna (kanan) dan KSAL Laksamana TNI Edi Supandi (kiri) usai pelantikan, Kamis (15/7/2015) (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Kepala Staf Angkatan Darat Letjen Mulyono meminta agar peristiwa tewasnya anggota TNI di Gowa Sulawesi Selatan tidak dikaitkan dengan lembaga Polri ataupun TNI.
Sebab, menurutnya, selama ini yang bermasalah adalah oknum TNI dan Polri. Bukan lembaganya.
"Kejadian yang ada selama ini jangan dikaitkan ke sana, itu adalah oknum. Atau mungkin itu kejadian kriminalitas murni, kalau kemarin ada kejadian seperti itu," kata Mulyono di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu 15 Juli 2015.
Menurut Mulyono, baik TNI dan Polri sudah saling mengingatkan anggotanya agar tidak terprovokasi oleh orang-orang yang menyebabkan konflik tersebut. "Itu kami sampaikan kepada satuan bawah," kata Mulyono.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo juga memastikan bahwa konflik yang selama ini terjadi adalah perbuatan oknum anggota TNI dan Polri.
"Tapi organisasi TNI dengan Polri tak ada masalah, oknum saja," ujar Gatot.
Hal inilah, kata dia, yang akan menjadi pekerjaan rumah KSAD yang baru, Letjen Mulyono.
Dalam kasus terbaru, dua anggota Brigade Infanteri Lintas Udara 3 Kostrad ditusuk sekelompok orang tidak dikenal pada Minggu dini hari, 12 juli 2015 di Gowa Sulawesi Selatan. Korban adalah Pratu Aspin Mallobasang (anggota Yonif L 433/JS) dan Pratu Fatku Rahman (anggota Brigif L-3/K). Pratu Fatku Rahman mengalami luka tusuk pada bagian punggung dan perut. Sementara Pratu Aspin menderita luka tusuk pada bagian dada kiri.Menurut saksi mata yang berada di sekitar kejadian, ciri salah satu pelaku berambut pendek, berkopiah hitam, berbadan tegap, dan mengendarai sepeda motor Scorpio bewarna silver variasi hitam.Vivanews. 

Dilantik Jadi KSAD, Ini Tugas Letjen Mulyono

Dilantik Jadi KSAD, Ini Tugas Letjen Mulyono
KSAD Letjen TNI Mulyono. (ANTARA FOTO/Anis Efizudin)

Letjen TNI Mulyono telah resmi menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) usai dilantik Presiden Joko Widodo, Rabu 15 Juli 2015. Dia dilantik untuk menggantikan Jenderal TNI Gatot Nurmantyo yang diangkat sebagai Panglima TNI.
Mulyono sudah mengetahui tugas apa yang akan menjadi tanggung jawabnya setelah dilantik menjadi KSAD.
"Ini semua sudah diprediksi, saya tinggal melanjutkan apa yang sudah diprediksi oleh Bapak KSAD yang lama," kata Mulyono di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu 15 Juli 2015.
Menurut dia, semua hal yang ada di Angkatan Darat akan berjalan dengan simultan. Namun, kata Mulyono, dia akan meneruskan program peninggalan Gatot, yakni konsolidasi.
"Dalam hal ini adalah meningkatkan kemampuan dasar keprajuritan," ucapnya.
Mulyono bahkan mengaku siap mengamankan pemilihan kepala daerah serentak yang akan dilakukan pada 9 Desember 2015. "Apa pun yang diminta oleh unsur-unsur yang terkait, kami akan siap membantu. Prinsip adalah harus aman," tuturnya.
Sebelumnya, Mulyono juga menggantikan posisi Gatot Nurmantyo sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) pada September 2014. Mulyono merupakan lulusan Akademi Militer 1983.
Perjalanan karier militer Mulyono terus meningkat saat dia hijrah ke Jakarta hingga menjabat sebagai Pangdam Jaya awal 2014.

Sutiyoso Tertantang Bawa BIN ke Cyber Intellegence

Logo Badan Intelijen Negara (BIN) RI (foto: ilustrasi)
Logo Badan Intelijen Negara (BIN) RI (foto: ilustrasi)
Pasca dilantik sebagai Kepala Badan Intelejen Negara (BIN), Sutiyoso langsung mengemukakan pentingnya BIN beralih dari Human Intelligence ke Cyber Intellegence. Dia menjelaskan, hal ini juga adalah pesan dari mantan Kepala BIN yang digantikannya, Marciano Norman.
Dalam keterangan persnya, Selasa (14/7/2015) pengamat keamanan cyber Pratama Persadha mengapresiasi langkah Sutiyoso untuk membawa BIN beradaptasi dengan medan yang berbeda. BIN dituntut bisa masuk dan beradaptasi dengan perkembangan jaman yang serba digital. Isu ketahanan nasional saat ini juga telah melebar ke ranah digital, buktinya Presiden Jokowi sudah menetapkan Badan Cyber Nasional harus segera terbentuk di tahun 2016 mendatang.
“Intelejen saat ini memang tak sekedar mengandalkan insting. Kini informasi tersebar lewat media yang beragam, salah satunya internet. Disanalah BIN harus hadir dan mempunyai peran vital. Negara lain sudah bergerak maju, kita tak boleh tertinggal,” jelasnya.
Pengguna internet Indonesia sampai akhir 2014 diperkirakan sudah mencapai lebih dari 80 juta orang. Menurut APJII bahkan pada 2017 mendatang pengguna internet di Indonesia bisa lebih dari 100 juta orang. Dengan hampir 50% penduduk Indonesia menggunakan sarana internet sebagai komunikasi, BIN dituntut bisa ikut serta dalam mengamankan negara.
“Isu strategis banyak bermunculan dari dunia digital di Indonesia. Mulai maraknya penyebaran faham teroris lewat internet, sampai pada ancaman pencurian data oleh asing. BIN harus bisa memberikan informasi yang benar-benar akurat kepada Presiden sebagai user utama BIN,” tegasya.
Menurut Pratama, seperti negara lainnya, BIN sebagai lembaga intelejen akan sangat didengarkan pendapatnya, terutama oleh Presiden. Seorang kepala negara membutuhkan informasi yang penting dan rahasia di saat genting, namun bisa dijamin keakuratannya.
Sutiyoso beberapa kali menegaskan bahwa BIN salah satu fokus utamanya pada pengamanan ekonomi. Bila benar, maka sasaran Sutiyoso sebenarnya sudah sangat tepat. Karena dalam era perang informasi digital ini, negara-negara berlomba mendapatkan informasi untuk tujuan penguasaan ekonomi.
“Seperti kata Snowden di ajang CeBIT di Jerman, bahwa aksi peretasan kini akan massif dilakukan oleh negara-negara. Tujuannya adalah penguasaan sumber-sumber ekonomi baru,” terang pria yang 19 tahun lebih bergelut di dunia intelejen ini.
Pratama menjelaskan bahwa penguasaan data penduduk juga sangat penting. Negara lain tidak selalu dilakukan melakukan penetrasi dan mencuri informasi kependudukan. Misalnya lewat perusahaan mereka yang ada di negara lain bisa secara langsung menghimpun data-data tersebut. Di sinilah BIN bisa memberikan informasi dan mencegah agar kerugian Indonesia secara materiil dan immaterial tidak terus membesar.
“Belum lagi sektor perbankan yang sangat rawan terhadap peretasan. Lalu informasi lain yang berharga seperti lokasi gudang senjata TNI/POLRI,” terang mantan ketua tim IT Sandi Negara untuk IT Kepresidenan ini.
Pada akhirnya BIN harus berkolaborasi dengan lembaga lain untuk bisa tangguh di era cyber intellegence. BIN harus mampu menggandeng lembaga intelijen lainnya untuk bekerjasama dan bertukar informasi cyber intelligence. Antara lain Lembaga Sandi Negara, Intel Kejaksaan Agung, Intel Polisi, BAIS TNI, Bea Cukai, Imigrasi dan ‎BNN.
“Lengkapnya data intelijen, akan semakin komprehensif informasi yang bisa diserahkan kepada Presiden, sehingga sangat membantu pengambilan keputusan strategis,” jelas pria asal Cepu ini.
Pratama menegaskan bahwa saat kita membangun basis cyber intellegence, harus memakai produk dalam negeri. Karena cyber intelligence bukan hanya harus dioperasikan oleh anak bangsa, namun alat dan teknologi harus diusahakan asli buatan Indonesia.
“Buat apa kita bangun sistem mahal dan canggih, namun karena ketergantungan pada produk asing, setiap informasi intelejen kita masih bisa diambil asing,” tegasnya. (Okezone)

Selasa, 14 Juli 2015

TNI AL Kini Punya Simulator Kapal Selam

  simulator kapal selam
Guna membentuk karakter awak kapal selam yang militan tangguh, tanggon dan trengginas yang dibentuk melalui pola pelatihan yang aman dan terkendali, TNI AL kini memiliki Submarine Control Simulator (SCS), yaitu sarana simulator khusus untuk latihan manuver dan pengendalian kapal selam. Sarana canggih tersebut diresmikan penggunaannya oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Ade Supandi, S.E. di komplek Kolatarmatim, Komando Armada RI Kawasan Timur, Ujung Surabaya, Senin (13/7/2015).
SCS merupakan sarana latihan prajurit kapal selam TNI AL dengan model simulasi kabin bergerak yang diproduksi oleh Rheinmetal Defence Jerman. Kabin SCS dapat bergerak dengan kecepatan 10º /dt dan mencapai kemiringan hingga 45º, dengan tinggi total 4 meter, serta berat 85 ton. Fungsi lainnya dari SCS sarana pelatihan dan familisasi pengendalian kapal selam, penyesuaian personil dengan dinamika gerakan kapal selam, pelatihan prosedur-prosedur, pelatihan keadaan darurat dan integrasi awak kapal selam. Beberapa negara di dunia yang telah memiliki SCS canggih seperti ini antara lain Yunani, Jerman, Turki, Korea Selatan, Italia, Singapura, dan terakhir Indonesia.
Dalam keterangan tertulis dari TNI AL, Kasal Laksamana TNI Ade Supandi, S.E. optimis dengan dimikinya SCS maka para prajurit TNI AL, khususnya pengawak kapal selam TNI AL, dapat meningkat dengan pesat kemampuannya, terasah dan mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi tinggi yang ada di kapal selam modern.
Prosesi peresmian SCS diawali dengan penandatangan naskah serah terima dari Dirut PT Pustaka Strategi Legiman Sutrisman kepada Kepala Dinas Pengadaan (Kadisadal) Laksamana Pertama TNI Prasetya Nugraha, S.T. dilanjutkan penyerahan dari Kadisadal kepada Asisten Logistik (Aslog) Kasal Laksamana Muda TNI Ir. Harry Pratomo, kemudian Aslog Kasal menyerahkan kepada Pangarmatim Laksda TNI Darwanto, S.H., M.A.P. selaku user.
Pada saat yang sama Kasal Laksamana TNI Ade Supandi, S.E. juga meletakkan batu pertama pembangunan Submarine Command and Team Trainer (SCTT). Submarine Control Simulator (SCS) dan Submarine Command and Team Trainer (SCTT) merupakan bagian dari Submarine Training Center, yaitu fasilitas untuk mengasah kemampuan para awak kapal selam. Pembangunan kedua sarana tersebut dilaksanakan secara bertahap. Total secara keseluruhan fasilitas Submarine Center terdiri atas Submarine Control Simulator (SCS), Submarine Command and Team Trainer (SCTT), Machinery and Propulsion Control Simulator (MPCS), Fire and Damage Control Simulator (FDCS), dan Submarine Escape Team Trainer (SETT).
“Dari kelima fasilitas Submarine Center tersebut, untuk sementara TNI AL baru menyelesaikan Submarine Control Simulator (SCS) Fasilitas lainnya akan dibangun secara bertahap, menyesuaikan dengan anggaran yang tersedia,” kata Kasal.
Menurut Kasal, dengan dibangunnya komplek Submarine Training Center dapat mewadahi pelatihan para awak kapal selam yang sedang tidak melaksanakan operasi pelayaran. Kepada para pengguna SCS khususnya prajurit pengawak kapal selam, Kasal menekankan sarana SCS ini yang merupakan komitmen TNI Angkatan Laut untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme prajurit kapal selam agar senantiasa terasah dan mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi.
Setelah upacara selesai Kasal dan rombongan melakukan peninjauan ke kabin-kabin di mana terdapat sarana dan prasarana pendukung SCS, dilanjutkan melihat dari dekat demontrasi cara kerja SCS yang diperagakan oleh 15 personil awak kapal selam. Kelima belas pengawak sarana ini berasal dari Satuan Kapal Selam Koarmatim yang sebelumnya telah memperoleh pelatihan dan sertifikasi sebagai pelatih dari Rheinmetal Defence Jerman. Selama 10 menit berada dalam ruangan SCS, orang nomor satu di jajaran TNI AL didampingi oleh Pangarmatim Laksamana Muda TNI Darwanto, S.H., M.A.P, Kadisadal Laksamana Pertama TNI Prasetya Nugraha, S.T., dan Komandan Satuan Kapal Selam Koarmatim Kolonel Laut (P) Purwanto.
Turut hadir dalam acara tersebut Irjenal, para Asisten Kasal, Pangkotama TNI AL , Kasarmatim, Kasarmabar, Danguspurlatim, Danguskamlatim, Para Kasatker di lingkungan Koarmatim serta para Komandan KRI Koarmatim.

Detik.com