Sabtu, 10 Januari 2015

Landasan TNI AU Terluas nan Bersejarah

(photo ilustrasi dari lanudiskandar.blogspot.com)

Sepekan terakhir, aktivitas di Landasan Udara Iskandar begitu padat. Puluhan helikopter milik TNI Angkatan Udara, Polri, Badan SAR Nasional, bahkan Seahawk milik Amerika Serikat mendarat di lanud ini. Tidak hanya itu, pesawat Hercules C-130, CN-295 TNI AU hingga pesawat amfibi BE-200 milik Rusia juga ikut mendarat.
Peningkatan aktivitas di Lanud Iskandar tidak terlepas dari peristiwa kecelakaan yang menimpa pesawat AirAsia QZ8501. Pesawat yang mengangkut 155 penumpang dan tujuh kru itu, dilaporkan hilang di Selat Karimata sejak 28 Desember 2014 lalu. Sejak saat itu, Lanud Iskandar dijadikan posko utama pencarian korban dan pesawat AirAsia QZ8501.
Sebenarnya, tak banyak yang tahu dengan keberadaan Lanud Iskandar ini. Bahkan, belum tentu semua anggota TNI mengetahui keberadaan lanud yang berada di Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Padahal, lanud ini adalah milik TNI Angkatan Udara.
“Jangankan publik dan media, bahkan tidak semua anggota TNI tahu Lanud Iskandar ini,” kata Danlanud Iskandar Letkol Pnb Johnson Simatupang di Lanud Iskandar, Jumat (9/1/2015).
Johnson mengatakan, Lanud Iskandar sebenarnya merupakan lanud terluas di Indonesia. Luasnya yang mencapai 3000,6 hektar melebihi luas Lanud Halim di Jakarta dan Lanudal Juanda di Sidoarjo, Jawa Timur. Hanya saja, dari luas tersebut, baru sekitar 200 hektar saja yang dimanfaatkan sebagai kantor dan landasan pacu pesawat.
Johnson menambahkan, luasnya area yang dimiliki lanud ini, akhirnya menjadikannya sebagai hutan kota. Pasalnya, wilayah di sekitar lanud ini masih dikelilingi oleh hutan yang cukup asri. Banyak warga yang akhirnya memanfaatkan wilayah di sekitar lanud untuk dijadikan lokasi tempat tinggal. Mereka mendirikan bangunan seperti rumah dan beranak pinak di sini.
“Kawasan kita dikelilingi perumahan, jadinya dijadikan hutan kota,” ujarnya.
Landasan Aju
Meski memiliki area yang cukup luas, status Lanud Iskandar ini masih termasuk ke dalam lanud tipe C. Oleh karenanya, tidak banyak pasukan TNI AU yang bertugas untuk menjaga lanud ini. Hanya sekitar 90 pasukan saja yang setiap hari mengamankan ribuan hektar wilayah lanud ini. Itu pun bukan pasukan Korps Pasukan Khas TNI AU (Korpspaskhas).
Selain itu, status lanud ini juga juga dijadikan sebagai landasan aju bagi pasukan TNI. Artinya, ketika terjadi pertempuran yang melibatkan Indonesia, lanud ini akan bertindak sebagai landasan support untuk menerbangkan pesawat tempur Indonesia guna menunjang pertahanan wilayah.
“Kita ini statusnya adalah pangkalan aju, yang harus siap, standby, dalam keadaan darurat,” katanya.
Selain minim pasukan, lanud ini juga tidak dilengkapi dengan skadron udara yang sewaktu-waktu siap melakukan pertempuran. Jika kondisi darurat terjadi, seperti penyerangan terhadap Lanud Iskandar, maka pihak lanud akan menghubungi Lanud Supadio di Pontianak, Kalimantan Barat untuk menerjunkan tim Korpspaskhas.

Penerjunan bersejarah
Johnson mengatakan, Lanud Iskandar merupakan salah satu lanud yang bersejarah tak hanya bagi TNI, tetapi juga bagi kemerdekaan Indonesia. Nama Iskandar yang disematkan di lanud ini merupakan nama salah satu penerjun pertama yang dimiliki Indonesia.
Johnson bercerita, pada tahun 1947, Gubernur Kalimantan Pangeran Muhammad Noor mengajukan permintaan kepada AURI untuk membangun stasiun radio. Stasiun tersebut dibangun untuk menyebarkan kabar kepada masyarakat Kalimantan bahwa Indonesia telah merdeka sejak 1945.
Setelah itu, Komodor (U) Suryadi Suryadarma mengambil inisiatif mengirimkan 13 orang ke Kalimantan, dua di antaranya merupakan teknisi radio dari AURI, Hari Hadi Sumantri dan FM Soejoto. Sedangkan 11 orang lainnya merupakan putra Kalimantan. Kesebelas putra kalimantan itu adalah Iskandar sebagai pimpinan pasukan, Ahmad Kosasih, Bachri, J Bitak, C Williem, Imanuel, Amirudin, Ali Akbar, M Dahlan, JH Darius, dan Marawi.
Ke-13 orang itu kemudian diterjunkan di Desa Sambi, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah pada 17 Oktober 1947. Mereka diterjunkan dengan menggunakan pesawat C-47 Dakota RI-002.
“Setelah mendarat dengan selamat, mereka kemudian menghadapi pasukan Belanda yang tengah melangsungkan Agresi Militer I. Saat itu Belanda berupaya untuk merebut seluruh wilayah jajahan mereka termasuk bandara yang didirikan Jepang yang berhasil direbut Indonesia,” ceritanya.
Dalam perang itu, tiga dari 13 orang yang diterjunkan tewas. Sementara sisanya ditawan oleh Belanda.
Iskandar termasuk salah satu yang tewas dalam pertempuran itu. Sehingga namanya diabadikan menjadi nama lanud ini sebagai sebuah bentuk penghormatan kepadanya. Selain itu, dua buah patung dirinya juga didirikan yakni di pintu gerbang masuk Lanud Iskandar dan di Desa Sambi.
Johnson mengatakan, pesawat Dakota yang digunakan oleh ke-13 penerjun itu akhirnya juga dijadikan monumen. Monumen tersebut berdiri di kawasan Bundaran Pancasila, Kotawaringin Barat yang berjarak sekitar empat kilometer dari Lanud Iskandar.
“Itu (Dakota) pesawat asli. Setiap tahun kita melakukan perawatan agar tetap bersih dan tidak rusak,” katanya.
Semetara, ia menambahkan, tanggal penerjunan ke-13 orang itu dijadikan sebagai hari lahirnya Pasukan Gerak Tjepat (PGT) TNI AU, yang kemudian namanya berubah menjadi Kopaskhas AU.
PGT atau Kopaskhas merupakan salah satu pasukan elit yang dimiliki TNI. Kepiawaian mereka dalam merebut landasan udara di Pangkalan Bun ini, menjadikan nama mereka sebagai nama salah satu pasukan elit yang disegani dunia.  

Sketsa Skadron Tempur TNI AU Mendatang

 
Sukhoi SU-35
Sukhoi SU-35

Sekali lagi saya bukan tidak menyukai Su-35. Justru Su-35 adalah pesawat tempur kesukaan saya. Ausairpower.net – website Australia ini sudah memberikan banyak iklan gratis untuk Su-35. :)
Walaupun website ini sudah lama tidak lagi di-update, karena tujuan utama website ini, Australia membeli F-22 sudah tumpul. Analisa Ausairpower juga menurut saya terlalu meremehkan pilihan-pilihan Eropa.
Sebenarnya saya berharap di masa depan (tidak tahu kapan?), komposisi armada TNI-AU yang akan sesuai dengan kebutuhan Indonesia adalah sebagai berikut:
  • 2 Skuadron berat: 32 Su-35 SKI atau 32 Su-30 MKID (versi canard mirip Su-30 SM atau Su-30 MKI yang sudah dimodernisasi lebih lanjut).
  • Su-30 SM adalah pilihan yang lebih aman, karena sudah ada ratusan unit operasional. Su-35 lebih hebat, tetapi jumlah di dunia sedikit, jadi faktor ongkos support bisa lebih mahal.
    Lebih baik pilih salah satu tipe saja, dan beli langsung 32 pesawat. Jangan setengah-setengah. Biaya perawatan dan support akan lebih mahal.
    Sistem Network terintegrasi dengan Gripen-E dan AWACS.
    Fungsi Utama: Serangan target strategis jarak jauh, mengamankan lokasi-lokasi tertentu yang bisa menjadi target, dan membantai F-35.
  • Su-27/30 di Skuadron-11 lebih baik dijual saja agar kita hanya memakai 1 variant Flanker saja yang lebih modern. Lagipula secara teknis, kekurangan radar AESA/PESA di Su-27/30 membuatnya agak ketinggalan jaman.
  • 4 Skuadron tempur ringan: 64 Gripen-E
    Fungsi utama: Patroli udara yang ekonomis, dan (di kala konflik) pertahanan udara strategis – bisa dipangkalkan secara darurat di manapun juga di Indonesia, akan membuat lawan kesulitan mencari lapangan udara utama untuk dibom. Kalau ternyata Flanker kita dihancurkan di lanud Hassanudin, TNI-AU tetap bisa terus berjuang dengan Gripen-E yang mereka pangkakan darurat dimana-mana.
    Gripen-E yang RCS-nya kecil juga akan memberi kombinasi yang bagus dgn Flanker yang lebih besar.

 Skenario Pertempuran dari komposisi ini:

  •  4 F-35 yang dipandu AWACS berkonsentrasi untuk mengalahkan 2 Su-35 yg mereka liat jelas di radar, dan bersiap untuk menembakkan AMRAAM. Mereka tidak melihat formasi supercrusing Gripen-E bersembunyi dibelakang formasi Flanker.
  • F-35 membuka tempat senjata di perut, AMRAAM ditembakkan, dan membelok. Radar IRBIS-E sekarang bisa melihat F-35, mungkin lebih dulu drpd Selex AESA di Gripen E. IRST OLS-35 juga melihat bahwa AMRAAM sudah ditembakkan.
  • Sistem Network antar pesawat dari Su-35 memberi signal ke Gripen-E lokasi dan jarak target.
  • Su-35 menembakkan RVV-AEE dengan infra-red seeker dan radar-seeker, dan membelok untuk menghindari AAMRAM.
  • Gripen-E juga menembakkan Meteor ramjet BVRAAM dari belakang, SELEX AESA memberikan update sasaran melalui 2-link signal ke Meteor.
  • Su-35 bisa mengalahkan AMRAAM dengan electronic countermeasure, and kinematis yang bagus. Pesawat dengan +9G manuver, akan mudah menghindari AMRAAM yang terlalu cepat dan kurang kontrol di saat akhir.
  • 2 F-35 kewalahan menghadapi RVV-AE dan dihancurkan. 2 sisanya berhasil menghindar, tapi tidak menyangka juga harus menghadapi Meteor yang menggunakan sistem ramjet dan mempunyai kemampuan manuever lebih bagus. Keempat F-35 hancur.
  • Atau, semua pesawat berhasil menghindari BVRAAM, Su-35 bisa menangkap F-35 yang sedang terbang pulang (dan sekarang tidak bersenjata), dan menembak jatuh dengan R-73/R-74 SRAAM. Kalau ada yang lolos, Gripen-E dengan perpaduan aferburner dan supercruise mengejar sisanya, dan menembak jatuh dengan IRIS-T.
  • Sekarang AWACS lawan yang sendirian itu juga menjadi sasaran empuk. Tembak saja dgn Gsh-30 cannon atau Mauser K-27 agar menghemat biaya pemakaian missile.

oleh: wipe out

JKGR. 

Bakamla Dapat Aset Awal 10 Kapal TNI AL

 
Ilustrasi kapal TNI yang digunakan Badan Keamanan Laut Indonesia (Bakamla) untuk menjaga keamanan di laut. [Istimewa]
Ilustrasi kapal TNI yang digunakan Badan Keamanan Laut Indonesia (Bakamla) untuk menjaga keamanan di laut. [Istimewa]

Badan Keamanan Laut akan mendapatkan 10 kapal milik TNI Angkatan Laut sebagai aset awal dalam tugasnya memberantas penangkapan ikan ilegal atau “illegal, unreported and unregulated fishing” (IUU Fishing).
“TNI Angkatan Laut akan segera menghibahkan 10 kapal sebagai aset awal untuk menjaga keamanan dan keselamatan laut,” kata Menko Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo usai rapat koordinasi di Jakarta, Jumat malam.
Menurut Indroyono, meski Bakamla baru dibentuk berdasarkan Perpres Nomor 178 Tahun 2014, lembaga tersebut telah beroperasi dengan tujuan khusus menangani penangkapan ikan ilegal.
“Bakamla ini baru embrio. Kita ingin memperkuat otak sistem informasi command control yang diintegrasikan. Nantinya informasi di-databank-kan di Bakamla,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Bakamla Laksamana Madya Desi Albert Mamahit mengatakan beberapa pihak terkait sudah menawarkan sejumlah aset untuk membantu optimalisasi penanganan anti “illegal fishing”.
“TNI AL akan beri 10 kapal, dari Kementerian Kelautan dan Perikanan sekitar tiga atau lima kapan, dan Kemenko Kemaritiman mau beri empat kapal. Harapannya dalam lima tahun ke depan kami sudah bisa punya 50-60 kapal,” katanya.
Selama ini, Mamahit mengatakan Bakamla pada awalnya lembaga itu mempunyai tiga kapal. Namun, dalam operasionalnya, Bakamla mendapat bantuan pinjaman kapal dari Ditpolair Polri, TNI AL dan sejumlah pihak lain.
“Nanti sekitar dua minggu lagi, kami akan mengkoordinasikan 30 kapal untuk beroperasi ke lokasi di radar yang menurut kami rawan, misalnya Batam, Manado dan Ambon,” katanya.
Mamahit menambahkan, sesuai perintah Menko Kemaritiman, Bakamla akan bekerja sama dengan TNI AL, Ditpolair Mabes Polri dan Ditjen Bea Cukai dalam penangangan “illegal fishing”.
“Kami akan kembangkan kemampuan early warning system yang nanti aspek operasionalnya akan berdasrkan data di early warning system itu tadi,” ujarnya.
Kerja sama dengan TNI AL, Ditpoiair Mabes Polri dan Ditjen Bea Cukai sejalan dengan penetapan acuan untuk menangani “illegal fishing” yang diusulkan dengan tiga undang-undang yaitu UU Perikanan, UU Pelayaran dan Perikanan serta UU Kepabeanan.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan selama ini banyak kapal asing ilegal yang sulit ditindak karena batasan dalam UU yang ada.
“Hal seperti ini yang selama ini missing, ada kapal yang salah, tapi tidak yakin apakah bisa ditangkap dengan UU Perikanan karena misal ikannya sudah dibuang. Maka kita lakukan kajian untuk menangkap nelayan ilegal dengan UU lain. Pokoknya kita keluarkan semua jurus untuk menangkap (kapal ilegal),” tegasnya. 


(beritasatu.com)

Laksamana TNI (Purn) Marsetio berhasil jadikan TNI AL “World Class Navy”

Laksamana TNI (Purnawirawan) Marsetio beserta istri melakukan penghormatan kepada ribuan prajurit Korps Marinir TNI AL pada upacara pelepasan di Bhumi Marinir Karangpilang, Surabaya, Jatim, Senin (5/1). Marsetio memasuki purna tugas sebagai kepala staf TNI AL dan digantikan Laksamana Madya TNI Ade Supandi. (ANTARA FOTO/Eric Ireng)
Laksamana TNI (Purnawirawan) Marsetio beserta istri melakukan penghormatan kepada ribuan prajurit Korps Marinir TNI AL pada upacara pelepasan di Bhumi Marinir Karangpilang, Surabaya, Jatim, Senin (5/1). Marsetio memasuki purna tugas sebagai kepala staf TNI AL dan digantikan Laksamana Madya TNI Ade Supandi. (ANTARA FOTO/Eric Ireng)
hingga TNI AL ke depan mampu menuju world class navy atau angkatan laut berkelas dunia
Pengamat inteligen dan militer, Susaningtyas Kertopati, menyatakan, mantan Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI (Purnawirawan) Marsetio, berhasil membawa perubahan komprehensif dalam kultur korporasi TNI AL dan menggagas program pembangunan pendidikan SDM di TNI AL itu.
“Marsetio sukses membawa TNI AL untuk bekerja dengan visi the world class navy secara agresif,” kata Nuning, Jakarta, Rabu.
Selain itu, Marsetio juga sadar dan paham untuk menjadikan TNI AL yang world class navy tentunya membutuhkan dukungan anggaran, regulasi, prajurit dan komponen tenaga pendidik yang mumpuni.
“Karena itu perwira-perwira TNI AL ke depan tidak saja memiliki kemampuan tempur yang kuat, tapi juga memiliki ilmu pengetahuan yang mumpuni,” katanya.
Marsetio, alumnus Akademi TNI AL pada 1981 sekaligus pemegang pedang Adhi Makayasa, secara aktif menjalankan diplomasi navy to navy dan menempatkan Indonesia pada posisi penting di Asia Pasifik.
Empat kekuatan penting di kawasan ini, Amerika Serikat, Rusia, China, dan India, bersedia bergandeng tangan bersama TNI AL mewujudkan keseimbangan keamanan maritim kawasan. Demikian juga belasan negara lain.
Padahal pada saat sama, terjadi banyak fenomena pokok dunia, mulai dari “perlombaan persenjatan” di kawasan, ditambah ekskalasi konflik Laut China Selatan, aktivitas perdagangan manusia dan terorisme, beriringan dengan peningkatan lalu-lintas perdagangan dan ekonomi kawasan.
Marsetio yang juga doktor di bidang pertahanan, kata dia, juga telah menerapkan sistem yang membuat prajurit TNI AL memiliki karakter yang meliputi, pengetahuan (knowledge of subject), kepribadian (attitude), kemampuan memimpin (leadership ability), dan kemampuan memberi instruksi (knowledge of teaching techniques).
“Dengan komponen ini, bagi lembaga pendidikannya, TNI AL bisa mendidik dan mencetak SDM yang handal dan profesional di bidangnya, hingga TNI AL ke depan mampu menuju world class navy atau angkatan laut berkelas dunia,” kata dia, yang menulis buku Komunikasi Dalam Kinerja Intelijen Keamanan.
Nuning menambahkan, tidak heran bila suasana serah terima jabatan Marsetio kepada Kepala Staf baru TNI AL, Laksamana Madya TNI Ade Supandi, begitu mengharukan. Sertijab sekaligus pelepasan Marsetio ini dilakukan di Dermaga Ujung Surabaya dengan inspektur upacara Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko.
Nuning menilai, gagasan Marsetio dapat dilihat dari bukunya, Sea Power Indonesia. Dalam buku tersebut dipahami sea power tidak berarti hanya armada kapal perang saja, tetapi juga mencakup seluruh potensi kekuatan maritim nasional.
Sebutlah armada niaga, armada perikanan, industri dan jasa maritim, serta masyarakat maritim dan lain-lain.
Dalam buku itu juga, lanjutnya, Marsetio menyadarkan bahwa Indonesia harus memiliki kekuatan AL yang memadai dan proporsional.
Konsep ini juga bisa dimaknai sebagai suatu negara untuk menggunakan dan mengendalikan laut (sea control) serta mencegah lawan dengan menggunakannya (sea denial).
Sea power akan memiliki efek pengganda bagi kejayaan negara kepulauan. Kekuatan laut ini memiliki peran sentral dalam menentukan posisi Indonesia dalam kancah global. Ini adalah kekuatan yang tak tertawarkan lagi,” kata Nuning. 
 
 (ANTARA News)

Exit Briefing Kasau : “TNI AU Upgrade Alutsista Tahun 2015”

Arabia Airbus A330 Multi-Role Tanker Transport (MRTT)
Arabia Airbus A330 Multi-Role Tanker Transport (MRTT)

Memasuki tahun 2015 TNI Angkatan Udara berencana melaksanakan program perpanjangan usia struktur ”Falcon Star” dan peningkatan kemampuan avionik ”Mid-Life Upgrade” untuk armada pesawat F16 A/B Block 15 Skadron Udara 3 lanud Iswahjudi. Perencanaan juga untuk peralatan kamera dan radar surveillance untuk pesawat B-737 MPA (Patroli Intai Maritim).
Selanjutnya pada Tahun Anggaran 2015-2019 TNU AU akan mengajukan pengadaan pesawat Tanker kelas MRTT, pesawat Airborne Early Warning & Control (radar terbang), dan pesawat Pengintai Maritim Strategis.
Selain itu terdapat pula rencana pengadaan 1 unit radar rudal MLAAD (Medium and Low Altitude Air Defense), pengadaan 2 unit Radar Weibel serta saat ini sedang melakukan proses refurbisment dan pengadaan rudal jarak pendek AIM-9 Sidewinder baru, serta berbagai pengadaan alutsista modern lainnya. .
Demikian disampaikan Kasau Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia di hadapan para perwira pada Exit Briefing saat acara exit briefingsebelum mengakhiri tugasnya sebagai Kasau di Mabesau Cilangkap, Kamis (8/1) yang dihadiri para pejabat TNI AU.
Kasau juga menyampaikan beberapa pencapain sasaran yang telah dicapai, diantaranya peningkatan tiga lanud tipe B menjadi Tipe A, delapan lanud tipe D menjadi lanud tipe C, sehingga pangkalan TNI AU saat ini terdiri dari sembilan tipe A, 13 tipe B, dan 29 tipe C.
Pembentukan Skadron 16 sehingga kekuatan skadron udara saat ini adalah delapan skadron tempur, lima skadron angkut, tiga skadron helkopter, dua skadron VIP/VVIP, dua skadron latih dan satu skadron PTTA.
Selain itu pencapain sasaran yang lain adalah perkembangan tentang pembentukan kogabwilhan, dimana didalamnya termasuk validasi organisasi kohanudnas dan pembentukan Koopsau III dan pembentukan Sterau dan Disopslatau. Serta validasi organisasi terkait dengan implementasi dari ketentuan dalam BPJS, satker penerimaan DIPA daerah, dan pemberian pelayanan kesehatan (PPK) di rumkit-rumkit TNI AU yang sedang dalam proses dan diterapkan bertahap.
Dibidang Personel, penataan personel diarahkan untuk keseimbangan penempatan jawa dan luar jawa, serta proporsionalitas antara korps/kejuruan. Untuk panggon personel terpenuhi 60% dan saat ini sedang disusun kebutuhan panggon secara keseluruhan sebagai bagian dari renstra kesejahteraan prajurit TNI AU sampai dengan 2019, jelas Kasau.
Pada kesempatan tersebut, Kasau juga mengharapkan agar kedepan dalam bidang organisasi TNI AU dapat melaksanakan validasi secara cermat dengan memperhitungkan segala aspek, untuk bidang personel agar pembangunan personel harus lebih berorentasi pada kualitas dibandingkan kuantitas dimana aspek kualitas personel perlu dilaksanakan sejak tahap recruitmen, selama pendidikan maupun pembinaan karir.
Dalam bidang logistik perlu ditindaklanjuti persetujuan Presiden RI terhadap usulan pengadaan pesawat pengganti F-5, pesawat intai Amfibi, dan peningkatan kemampuan pesawat B-737 MPA dengan penambahan radar dan kamera Surveillance.
Selanjutnya di Bidang operasi perlu dilanjutkan kajian dan evaluasi terhadap penggunaan alutsista blok timur dlam rangka efektivitas dan efisiensi anggaran, serta langkah-langkah lanjutan dalam pengoperasian radar selama 24 jam sesuai taktik dan strategi pertahanan udara.
Untuk bidang sistem dan metode perlu dilanjutkan penjabaran doktrin Swa Bhuwana Paksa sebagai pedoman dalam implementasi tugas di seluruh jajaran organisasi, serta meningkatkan upaya peran TNI Au dalam kedirgantaraan nasional khususnya dalam pengambil alihan FIR Singapura.
Terakhir di bidang anggaran diharapkan pengelolanya senantiasa mengedepankan asas prioritas dan kehati-hatian, dimana rencana peningkatan remunerasi hendaknya disikapi oleh seluruh personel TNI AU secara bijaksanan agar tidak timbul dampak yang tidak diharapkan.
Intinya dalam penanganan masalah gunakan filosofi dalam menghadapai situasi kedaruratan penerbangan. Stop, analisa dan take proper action, tegas Kasau. Sebelum menutup briefing nya Kasau mengucapkan terimakasih pada seluruh jajaran TNI AU dan memberikan selamat bertugas untuk meneruskan tugas mulia demi bangsa dan negara
C 295 AEW
C 295 AEW

Kesimpulan
1. Update F-16 Block 15 & Boeing 737 Surveillance akan dilaksanakan
2. Tahun 2015 akan ada mulai tender pengadaan pesawat tanker MRTT, AEW&C, Maritime Patrol
3. Pengadaan MLAAD (Medium and Low Altitude Air Defense) artinya semakin fix tdk ada pengadaam long range SAM macam S300, S400 ato Patriot
4. Penambahan & peningkata Lanud ditambah dengan peningkatan jumlah skadron yg kini total ada 8 skuadron. Dengan MEF butuh 11 skuadron artinya akan ada penambahan 3 skuadron tersisa
5. Pengadaan pesawt pengganti F-5E dan pesawat amfibi tetap berjalan
6. Demi efisiensi dan integrasi persenjataan-radar-datalink akan ada evaluasi terhadap pengadaan alutsista Blok Timur artinya benar kata sumber saya bhw TNI AU favorit F-16 Block 60. Su-35 favorit Mabes TNI terutama Jend, Moeldoko.
Pertanyaannya bahwa tahun 2015 ini pucuk pimpinan TNI akan dipegang oleh TNI AU menggantikan Jend, Moeldoko yang akan mulai pensiun dan sepertinya peluang Su-35 akan semakin menipis berganti menjadi F-16 Block60 karena sprt biasa di Indonesia ganti pimpinan ganti kebijakan (by Ayam Jago)
 

Kamis, 08 Januari 2015

Atasi Illegal Fishing, Kodam Pattimura Kini Diperkuat KMC Komando

Mabes TNI-AD telah menambahkan kapal motor cepat produksi dalam negeri, KMC Komando ke satuan kapal cepat Kodam (Komando Daerah Militer) XVI/Pattimura. Menurut juru bicara Kodam Pattimura, kapal cepat ini diperuntukkan untuk mengatasi penyelundupan dan illegal fishingi yang marak di perairan Maluku Utara.
KMC Komando dikembangkan melalui kerja sama antara TNI AD, pembuat kapal lokal PT Tesco Indomaritim, dan ITS (Institut Teknologi Surabaya). Tidak kurang sejumlah Perwira TNI AD bekerja sama dengan tenaga ahli perguruan tinggi dalam negeri untuk memproduksi KMC Komando. Kemunculan perdana KMC Komando pada 9 April 2014 di Pantai ABC Ancol, Jakarta Utara, dengan demo di depan pers.
KMC Komando sendiri memiliki kapabilitas yang impresif. Komando mampu berjalan di wilayah rawa, sungai, pantai dan laut, sangat cocok untuk pendaratan pasukan di wilayah pantai. Jangkauan operasi KMC Komando hingga 250 NM (Nautical Mile) atau setara 463 km. Personel yang bisa diangkut sebanyak 31 orang termasuk 3 awak kapal dengan 2 ABK, dan dilengkapi senjata mesin berat (SMB) otomatis M2HB Browning Kaliber 12,7 milimeter juga RCWS (Remote Control Weapon System) untuk mengoptimalkan penggunaan senjata.
Prajurit infanteri keluar dan menyerbu lewat ramp door di haluan.
Prajurit infanteri keluar dan menyerbu lewat ramp door di haluan.
91FB8FD2A352EABA0908B3FDA56A8
RCWS membantu juru tembak membidik sasaran di tengah gelap malam bahkan cuaca berkabut. Dengan kendali laras senjata berupa joystick, sang juru tembak mengeker sasarannya lewat layar layar beresolusi 1024×768 pixels. Setelah target terkunci, dengan firing button juru tembak dapat melepaskan tembakan single maupun otomatis menuju sasaran sejauh 1.800 – 2.000 meter. Kelengkapan KMC yang lain termasuk marine radar, GPS (global positioning system), UAIS, gyro compass, dan radio VHF/NAVTEX/SSB.
Penempatan KMC Komando sesuai dengan prioritas pemerintahan Presiden Joko Widodo dalam melawan illegal fishing dan menjelaskan visinya akan peran Indonesia sebagai ‘negara maritim’. TNI AD total telah memesan 10 unit KMC Komando. (Deni Adi)

AS 365 N3+ Dauphin BASARNAS: Helikoper SAR Penjelajah Lautan


Badan SAR Nasional (BASARNAS) kini tengah menjadi perhatian publik berkat jasa mereka dalam pencarian korban kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501. Dibalik jasa besar dari tim personel BASARNAS, harus diakui bahwa salah satu bintang dalam misi evakuasi adalah sosok helikopter berwarna orange jenis AS-365 N3+ Dauphin yang ikut diturunkan dalam misi SAR Air Asia QZ8501.
Mungkin Anda yang tumbuh besar di tahun 90-an jika melihat AS 365 N3+ Dauphin bakal teringat dengan helikopter yang ada di serial film Baywatch, karena memang helikopter ini sesuai dengan standar SAR. Helikopter AS-365 N3+ merupakan salah satu helikopter SAR terbaik di dunia. Helikopter sejenis sudah digunakan berbagai instansi dunia mulai dari sipil hingga kemudian terwujud dalam varian militer (Panther). Dan Salah satu pengguna utama AS 365 Dauphin adalah US Coast Guard.
2c63e-dauphin_1AS365-specs
Saat ini BASARNAS mengoperasikan dua unit helikopter Dauphin yang dibeli dengan nilai hampir Rp270 Miliar pada awal 2014 lalu. Dauphin merupakan produksi Airbus Helicopter, sedangkan AS 365 Dauphin yang digunakan BASARNAS merupakan hasil rakitan PT Dirgantara Indonesia. Dauphin tergolong helikopter angkut sedang multirole yang punya bobot kosong 4.300 kg. Untuk menunjang berbagai misi, Dauphin dapat membawa maksimum beban tambahan internal hingga 1.345 kg. Namun bila harus membawa muatan cargo, bisa dilakukan dengan sling hingga bobot 1.600 kg. Nah, khusus dalam misi SAR, Dauphin dilengkapi hoist dengan kabel sepanjang 90 meter dan mampu menahan bobot sampai 272 kg untuk menarik dan mengevakuasi korban pada sisi pintu kanan.
Kinerja helikopter ini disokong dua mesin Turbomeca ARRIEL 2C FADEC dengan maksimum power 717 kW. Dari mesin tersebut, dapat dicapai kecepatan maksimum hingga 269 km per jam. Sementara jarak jangkau maksimum Dauphin hingga radius 792 km. Dalam menjalankan misi SAR di lautan, helikopter andalam BASARNAS ini dapat mengudara sampai 4 jam.
AS 365 Dauphin BASARNAS saat tampil dalam Indo Defence 2014.
AS 365 Dauphin BASARNAS saat tampil dalam Indo Defence 2014.
Di hangar PT Dirgantara Indonesia.
Di hangar PT Dirgantara Indonesia.


AS 365 Dauphin N3+ diawaki oleh dua orang (pilot dan copilot), sedangkan kapasitas penumpangnya 12 orang. Sebagai heli SAR, Dauphin sudah dilengkapi avionic digital, termasuk radar cuaca, untuk mendukung operasional pada segala kondisi cuaca. Guna memudahkan operasi pencarian korban, Dauphin dapat dilengkapi dengan sensor infra merah atau FLIR (Forward Looking Infra red) Camera untuk mendeteksi hawa panas dan Under Water Acoustic Beacon Dukane DK 100. Keberadaan perangkat ini membantu dalam menemukan korban saat dalam keadaan gelap malam di tengah lautan.
AS 365 N3+ Dauphin Sebenarnya merupakan varian sipil dari AS 565 MBe Panther yang telah dipesan TNI-AL dari Airbus Helicopter. AS 565 MBe Panther tak lain adalah helikopter dengan kemampuan AKS (anti kapal selam), TNI AL dipastikan akan mendapatkan 11 unit heli Panther dalam tiga tahun jadwal pengiriman.
Evakuasi korban Air Asia QZ8501, Dauphin saat di atas dek KRI Bung Tomo 357.
Evakuasi korban Air Asia QZ8501, Dauphin saat di atas dek KRI Bung Tomo 357.
Sebelum Dauphin, BASARNAS lebih dulu menggunakan helikopter NBO-105. Operasional heli ini dilakukan oleh pihak TNI AU.
Sebelum Dauphin, BASARNAS lebih dulu menggunakan helikopter NBO-105. Operasional heli ini dilakukan oleh pihak TNI AU.

Karena spesifikasinya ‘akrab’ dengan operasi di lautan, Dauphin milik BASARNAS pun operasionalnya ditangani oleh Puspenerbal TNI AL. Sebagai buktinya, terdapat logo Puspenerbal pada body Dauphin BASARNAS.
Dalam misi pencarian dan evakuasi pesawat Air Asia QZ8501 yang jatuh di Selat Karimata, Dauphin dioperasikan dari basis Lanud Iskandar, Pangkalan Bun. Dengan bekal roda, memudahkan bagi helikopter ini untuk melakukan pendaratan di atas dek kapal perang, seperti terlihat pada saat mengangkut jenazah dari KRI Bung Tomo 357. Selama misi SAR Air Asia QZ8501, Dauphin sempat menurunkan personel ke laut menggunakan hoist. Sementara untuk mengangkat jenazah langsung dari tengah laut urung dilakukan, mengingat risiko tingginya gelombang laut, terjangkitnya penyakit dan rusaknya kondisi jenazah. Sementara proses pengambilan jenazah dilakukan oleh speed boat yang diteruskan ke kapal perang. Peran Dauphin yakni membawa jenazah dari kapal perang menuju Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. (Deni Adi/HANS)