Minggu, 26 Oktober 2014

Gayatri Wailissa ternyata anggota BIN

Gayatri Wailissa. ©2014 Merdeka.com/Facebook
Gayatri Wailissa. ©2014 Merdeka.com/Facebook

Gayatri Wailissa, putri Ambon yang menguasai 14 bahasa asing meninggal Kamis (23/10) malam karena pendarahan otak. Gadis jenius yang sudah malang melintang sampai tingkat Asia ini rupanya juga anggota Badan Intelijen Negara (BIN).
Menurut pernyataan Ayah Gayatri, Dedi Darwis Wailissa, anaknya sudah direkrut oleh BIN sejak 3 bulan lalu di Jakarta.
“Dia telah dihormati sebagai BIN, Badan Intelijen Negara. Tetapi kehendak Allah lain,” kata Dedi sebelum pemakaman Gayatri, Sabtu (25/10).
Hal tersebut dapat dipastikan pada foto terakhir almarhumah yang dibawa ke pemakaman, mengenakan seragam hitam ala militer. Pemakaman Gayatri juga didatangi sejumlah petinggi dari Kodam XVI Pattimura TNI AD.
Gayatri dimakamkan di Taman Makam Bahagia Ambon. Makam ini biasanya digunakan oleh para purnawirawan TNI dan Polri.
Selain menguasai 14 bahasa, semasa hidupnya Gayatri dikenal sebagai anak yang pandai bersosialisasi. Kesibukannya sehari-hari yakni sebagai penyiar radio, penerjemah dan peneliti bahasa, serta menjadi instruktur teater di kampusnya.
Prestasi fantastis yang pernah diraih Gayatri antara lain adalah menjadi Duta Anak Tingkat ASEAN, mendapat medali perunggu Science Astronomy 2012, Penerima Anugerah Tunas Muda Pemimpin Indonesia 2013 dari Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, serta sebagai delegasi anak di beberapa konferensi internasional tingkat Asia.
Gayatri meninggal di RS Abdi Waluyo Menteng, Jakarta Pusat, usai berolahraga di Mess TNI, Kamis (23/10) lalu. Menurut diagnosis dokter, pembuluh darah Gayatri pecah dan sudah tak bisa tertolong. (Merdeka.com).

Menanti bangkitnya Skudron 41 dan 42 TNI AU

Gambar(TU-16 Badger, mantan penghuni utama skuadron 41)

Di masa kejayaan TNI AU, skuadron 41 dan 42 adalah sarangnya para mbaurekso udara, monster-monster angkasa yang ditakui diseluruh langit Asia tenggara. Rumah bagi skuadron pesawat pembom strategis, TU-16 Badger yang dimasa itu didatangkan demi meningkat taring dalam pergelaran Operasi Trikora membebaskan Irian Barat dari kekuasaan Kerajaan Belanda. Seiring gonjang ganjing politik yang menyelebunginya, nasib dari para pembom Strategis ini berakhir tragis, umur tugasnya yang masih seusia jagung dipaksa dimatikan pada awal tahun 1970-an. Praktis setelah peristiwa muram ini, Angkatan Udara tak lagi memiliki monster udara yang sangat dibanggakan, kebijakan pemerintahan orde baru tak lagi memprioritaskan Angkatan Udara sebagai matra yang agresif dan ditakuti kawasan. Kini, dengan bergejolaknya perkembangan, situasi, konsi pertahanan dan keamanan di kawasan terkait semakin panasnya drama perlombaan senjata, gesekan perbatasan dan pelanggaran kedaulatan seperti membuka mata batin yang memaksa para petinggi Hankam Republik ini memikirkan kembali kenangan masa lampau ketika langit nusantara masih dijaga oleh sang monster udara.
Hingga sekara ini, praktis hanya Rusia dan Amerika Serikat yang menjadi produsen unggulan Alutsista pesawat bomber Strategis. Dengan adanya konsep pesawat multirole dan rudal berteknologi canggih, bomber strategis menjadi semacam lini kedua dalam meraih superioritas pertempuran udara. Meski demikian, bomber strategis memiliki semacam fitur, aura yang tak dapat dimiliki oleh jenis pesawat tempur lain, yakni memberikan efek deterrence bagi Negara pemiliknya. Kehadirannya dapat memainkan peran psikologis bagi lawannya, meminimalisir ancaman udara lawan, dan sebagai penggertak bagi siapa pun yang mencoba mengganggu kedaulatan Negara. Konsep keunggulan bomber strategis seperti inilah yang sangat diharapkan republic ini dalam ancaman dan gangguan laten antara lain; ulah nakal tetangga Utara dan Selatan , Gejolak konflik Laut China Selatan yang belum stabil, serta yang paling berbahaya, pangkalan militer AS yang membentuk cincin mengepung wilayah nusantara. “Bisikan ghaib” bahwa Kemhan dalam hal ini TNI AU memiliki niatan kuat untuk menerbangkan kembali skuadron bomber strategis merupakan salah satu upaya antidote dan preventif menghadapi segala kemungkinan ancaman diatas.
GambarGambar(si Cocor bebek dan TU22M, calon utama penghuni skuadron bomber TNI AU)

Apabila Kemhan dan TNI AU benar-benar memasukan pesawat bomber strategis dalam daftar belanjanya mendatang, maka pilihan yang paling “menguntungkan” adalah produk beruang merah yakni Bomber TU22M dan SU-34 Fullback. The Tupolev TU-22M3 (NATO : Backfire) adalah salah satu tulang punggung armada bomber AU Rusia saat ini, versi terbaru dari varian TU-22. Dikembangkan pada decade 1970-an , Bomber ini sudah kenyang uji Battle Proven pada medan Afghanistan, Chechnya dan Georgia. Sedang Sukhoi SU-34 /Su-32 (NATO: Fullback) adalah Bomber paling gress dalam jajaran AU Rusia, Dijuluki si cocor bebek, karena moncong hidungnya mirip dengan binatang bebek atau platypus. Sosoknya merupakan kombinasi antara Flanker dan Bomber, membuatnya memiliki kekuatan ganda dari dua jenis Jet tempur ini.
Last, Bomber strategis sejak awal diciptakannya bukan lah sebagai penentu kemenangan udara tapi lebih sebagi arsenal penggentar langit. Sosoknya yang besar, daya jelajahnya yang jauh, dan kapasitas angkutnya yang dikhawatirkan adalah alas an utama bagi Negara sebesar, seluas, sekaya, secantik Indonesia untuk tidak memiliki alasan untuk tak memilikinya. Keamanan dan integritas kedaulatan adalah harga mati, semahal apapun biaya untuk mewujudkannya bukan sebagai penghalang yang mengmbat. Membangkitkan kembali Armada bomber TNI AU adalah salah satu langkah meraih kembali kejayaan matra udara Indonesia di kawasan. So, mengoperasionalkan kembali Pesawat-pesawat bomber strategis bukanlah mimpi di siang bolong, Langit nusantara wajib dijaga oleh para raksasa udara yang disegani. Berharap pula tawaran penjualan 1 Skuadron Backfire dan Fullback oleh Rusia beberepa waktu lampau segera disambut dan realisasikan secepatnya.

Asisten Operasi KSAU Marsda TNI Sudipo Handoyo: TNI AU Perkuat Alutsista dan Perang Informasi


Selain memperkuat alutsista untuk meningkatkan kemampuan tempurnya, TNI AU melakukan penekanan pada penguasaan informasi yang jadi ujung tombak sebelum terjadi peperangan.

            Penguasaan informasi menjadi penekanan pertama sebelum melaksanakan operasi militer perang (OMP). Bagaimana kita akan melakukan suatu penyerangan terhadap kekuatan musuh kalau tidak menguasai informasi mengenai seberapa besar kekuatan musuh dan apa yang akan dilakukan musuh terhadap kita. Asisten Operasi KSAU Marsda TNI Sudipo Handoyo menjabarkan hal tersebut kepada Angkasa di kantornya bulan lalu. Menurut Sudipo, upaya penguasaan berbagai macam informasi tengah dan harus dilakukan TNI AU. Untuk mencapai taraf ini, TNI AU harus melengkapi beragam perangkat perang informasi yang dibutuhkan.

            Dalam melaksanakan kampanye perang udara, seperti telah dilakukan dalam format latihan gabungan, TNI AU telah mengedepankan faktor perang informasi. Informasi kekuatan musuh dikumpulkan sebanyak-banyaknya dan kemudian digunakan sebagai dasar melaksanakan strategi penyerangan. “Jangan sampai kita berniat mau melakukan pengeboman terhadap kekuatan musuh di suatu pangkalan, ternyata musuh telah memindahkan alutsista dan kekuatan tempurnya lebih dulu,” ujarnya mencontohkan.

            Menghancurkan musuh di basis kekuatannya sendiri, seringkali dianggap sebagai suatu tindakan agresi. “Pemahaman kita yang salah, yang akhirnya melahirkan opini bahwa kalau kita menyerang musuh di luar wilayah NKRI maka kita dianggap menjadi negara agresor. Padahal itu bukan agresi, sejatinya ini merupakan bagian dari suatu operasi perang udara,” tandas mantan Komandan Seskoau ini.

TNI AU lanjut Sudipo, memiliki doktrin operasi udara strategis, yaitu menghancurkan musuh di negaranya. “Kalaupun musuh masih lolos juga masuk ke wilayah udara kita, maka kita lawan dengan operasi lawan udara ofensif. Di situ para penerbang tempur kita berjibaku menghadang mereka,” paparnya. Kekuatan musuh yang berhasil masuk, akan memungkinkan terjadinya peperangan di laut dan daratan. Hal ini yang sering diskenariokan dalam latihan gabungan, dimana musuh dari suatu negara berhasil masuk menguasai beberapa wilayah NKRI, dan baru setelah itu dihancurkan melalui suatu operasi gabungan.

Jet tanker
            Mengenai penambahan alutsista, Asops KSAU menjelaskan. Sesuai rencana strategis yang dituangkan dalam Minimum Essential Force (MEF) tahap I (2009-2014), TNI AU saat ini tengah menunggu beberapa pesawat yang sudah dibeli namun belum datang semua. Di antaranya F-16C/D 52ID yang akan lengkap datang 24 unit tahun depan. Pesawat ini akan mengisi Skadron Udara 16 di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru dan sebagian lagi mengisi Skadron Udara 3, Lanud Iswahjudi, Magetan. Fasilitas Skadron Udara 16 saat ini sudah lengkap, mulai dari shelter, hanggar, perkantoran hingga perumahan dinas. (Pada saat artikel ini diturunkan, Skadron Udara 16 rencananya akan diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akhir September 2014).

            Selain Skadron Udara 16, TNI AU akan membangun Skadron Udara 33 di Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar. Skadron ini akan diisi pesawat C-130H yang merupakan hibah dan beli dengan harga murah dari Australia. TNI AU juga akan membentuk Skadron Udara 27 di Lanud Halim Perdanakusuma untuk pesawat CN295 yang menggantikan Fokker 27. Saat ini tujuh CN295 dari PT DI sudah diserahkan kepada TNI AU dan akan terus ditambah hingga menjadi 16 unit. Sementara Skadron Udara 2 yang saat ini menaungi CN295, tetap akan mengoperasikan CN235.
 

Sabtu, 25 Oktober 2014

Gandiwa: Konsep Helikopter Tempur “Gado-Gado” AH-64 Apache dan AH-1 Cobra

Gandiwa
Di MEF (Minimum Essential Force) Tahap I, pengadaan alutsista di lini helikopter tempur punya perhatian tersendiri, dibuktikan dengan langkah TNI untuk ‘out of the box’ dengan membeli helikopter berkualifikasi full kombatan Mi-35P Hind dan berlanjut ke order pengadaan AH-64E Apache Guardian. Seperti diketahui, porsi kekuatan helikopter pemukul Puspenerbad sejak lama hanya bertempu pada heli transpor multirole yang dipersenjatai secara terbatas, seperti NBO-105, Bell 205 A1, NBell 412, dan Mil Mi-17 V5.
Dalam kiprah penugasannya, Puspenerbad TNI AD tak pernah meninggalkan komponen industri Dalam Negeri, karena faktanya NBO-105 dan NBell 412 dibuat dan dirakit PT Dirgantara Indonesia secara lisensi. Tapi seiring tuntutan jaman dan kondisi update alutsista di kawasan, TNI AD tak bisa melulu mengandalkan armada helikopter pemukul pada jenis NBO-105 dan NBell 412, yang paling mentok hanya dipersenjatai SMB (Senapan Mesin Berat) 12,7 mm dan roket FFAR. Agar militer Indonesia punya daya getar yang signifikan, maka di datangkanlah helikopter yang dirancang dengan desain full kombatan, dalam hal ini Mil Mi-35P “The Flying Tank Buster” dan AH-64 Apache Guardian yang belum lama ini resmi dipesan delapan unit oleh Kementerian Pertahanan RI.
Mi-35P TNI AD
Mi-35P TNI AD
apache-helicopter-47
Lain halnya dengan era helikopter transpor multirole yang pengadaanya bisa dipasok oleh PT DI, maka saat kavaleri udara TNI AD membutuhkan helikopter tempur full kombatan, sayangnya industri dirgantara Dalam Negeri belum bisa mendukung. Selain urusan loncatan teknologi yang belum dikuasai, pengembangan helikopter full combat juga terhalang skala ekonomi dalam hal produksi. Bila PT DI memproduksi heli sejenis NBO-105 dan NBell 412, maka pasarnya cukup besar, selain menyediakan varian militer, platform helikopter ini juga sangat ideal untuk kebutuhan sipil. Lain hal dengan helikopter tempur, yang pasarnya begitu terbatas dengan pesanan yang tak mencukupi dari sisi skala ekonomi. Karena alasan itulah, serta merta Indonesia mengadopsi jenis helikopter Mi-35P Hind dan AH-64 Apache Guardian. Melihat pengadaan unit masing-masing jenis heli tempur yang sangat minim, menjadikan tawaran ToT (Transfer of Tehcnology) yang diterima terbilang minim.
Nah, melihat kebutuhan Puspenerbad akan helikopter berkualifikasi full kombatan, tak lantas PT DI kehilangan semangat untuk memasok di segmen ini. Boleh saja kini ada Mi-35P dan nanti di tahun 2017 ada AH-64E Guardian, tapi kuantitas yang ada sangat minim. Ambil contoh pesanan AH-64 Guardian dari Boeing yang hanya delapan unit, sementara Mi-35P juga hanya berjumlah delapan unit. Melihat luasnya cakupan wilayah RI, idealnya jelas kita butuh lebih banyak helikopter full kombatan untuk menjaga bentang wilayah perbatasan yang demikian luas. Bila kelak ada alokasi pendanaan alutsista yang lebih besar, peluang order helikopter full kombatan masih terbuka.

Gandiwa, Helikopter Tempur Nasional
Dengan modal penguasaan platform dasar pembuatan helikopter, PT DI bekerjasama dengan Dislitbang TNI AD merumuskan sosok helikopter tempur (gunship) rancangan sendiri. Tapi perlu dicatat, helikopter yang diberi label Gandiwa masih dalam tataran konsep, paling banter ya baru dalam tahap Proof of Concept (PoC), berbeda dengan UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau drone Wulung untuk kebutuhan TNI AU yang prototipe-nya terbilang sudah sukses mengudara. Gandiwa adalah panah sakti milik Arjuna yang dilengkapi tabung berisi panah tak hingga jumlahnya.
Kiblat dari konsep Gandiwa mencomot platform NBell 412.
Kiblat dari konsep Gandiwa mencomot platform NBell 412.
AH-1 Cobra
AH-1 Cobra

Dalam konsepnya, heli tempur Gandiwa dirancang memiliki kemampuan menyergap target darat, seperti infanteri dan kendaraan lapis baja dan mampu membawa rudal udara ke udara untuk pertahanan diri. Selain memberikan dukungan udara bagi pasukan darat, Gandiwa merupakan anti-tank, untuk menghancurkan kendaraan lapis baja lawan. Singkat kata, peran Gandiwa tak ubahnya AH-64 Apache.
Gandiwa nantinya dilengkapi dua engine dengan empat bilah blade komposit dan dilengkapi wing pylon untuk men-support persenjataan yang dibawa. Basis platform Gandiwa mencomot dari struktur NBell 412, termasuk main rotor, tail rotor, engine dan gearbox tidak mengalami perubahan besar dari basis NBell 412 yang dilengkapi dua mesin Pratt & Whitney PT6T-3D Twin Pac. Namun avionik dan sistem diubah dan disesuaikan dengan kebutuhan utama helikopter serang. Untuk memudahkan pilot dalam menjalankan misinya digunakan glass cockpit avionic system. Penambahan sistem senjata dan firing control juga menjadi hal utama dalam pengembangan helikopter ini.
helikopter-gandiwa-ptdi
AH-1 Cobra
AH-1 Cobra

Berat dan distribusi berat tidak berubah banyak dari basis NBell 412. Namun penumpang dan payload yang biasa dibawa, diganti menjadi senjata dan amunisi. Senjata yang digunakan pada helikopter tempur ini dapat mencakup auto kanon machine-guns, roket, dan peluru kendali seperti Hellfire. Konfigurasi Gandiwa juga tandem seat, khas helikopter tempur. Posisi pilot ada di bagian belakang, dan gunner ada di kokpit bagian depan.
Mengenai kiblat Gandiwa dengan platform NBell 412, boleh jadi karena kedekatan PT DI dengan pihak Bell Helicopter Textron. Sehingga akan lebih mudah dalam urusan negosiasi, ijin, lisensi dan kaitan lain seperti ToT. Untuk kilbat avionik dan sistem senjata, tak pelak Gandiwa mengusung standar teknologi NATO yang memang sudah akrab di kalangan industri strategis Dalam Negeri. Bila melihat dari sisi desain, nampak bahwa Gandiwa merupakan hasil konsep ‘gado-gado’ antara AH-64 Apache dan AH-1 Cobra. Sentuhan Apache terlihat dari adopsi chain gun laras tunggal M230 kaliber 30 mm, berikut pada konfigurasi roda. Sementara sentuhan AH-1 Cobra terlihat pada rancangan bentuk kokpit, konfigurasi mesin, dan posisi hardpoint untuk senjata. Sebagai informasi, AH-1 Cobra satu induk produksi dengan NBell 412, yakni buatan Bell Textron di AS.
M230 chain gun.
M230 chain gun.
model gandiwa 2  kaskus.us
Mock up Gandiwa

Lalu dengan segala paparan diatas, muncul pertanyaan, apakah Gandiwa nantinya akan benar-benar dikembangkan oleh pihak PT DI? Jawabannya belum bisa dipastikan, namun, beberapa kalangan menyangsikan pengembangan Gandiwa lebih lanjut, termasuk ke tahap pembuatan prototipe yang di nilai bakal menguras dana dalam jumlah besar. Tapi masa depan sulit untuk ditebak, arah kebijakan, strategi, dan pengembangan alutista bisa saja bergeser seiring dengan visi dan misi pemerintahan baru di Indonesia. (Rajab)

Spesifikasi Gandiwa
  • Awak : 2 (pilot, and co-pilot/gunner)
  • Panjang : 17,1 meter
  • Diameter rotor : 14 meter
  • Berat kosong : 3.079 kg
  • Berat maksimum take off : 5.397 kg
  • Mesin : 2 × Pratt & Withney Canada. PT6T-3BE Twin Pac Turboshafts, 900 shp (671 kw) each
  • Kecepatan maksimum : 259 km per jam
  • Kecepatan jelajah : 226 km per jam
  • Jangkauan terbang : 745 km
  • Tinggi terbang maks : 6.096 meter
  • Kecepatan menanjak : 6,86 meter per detik
  • Persenjataan : M230 Chain Gun with 1,200 rounds
  • Hardpoints : Four pylon stations on the stub wings.
Indomil.

TNI pamer kekuatan pasukan elite dan alutsista di Beijing

TNI pamer kekuatan pasukan elite dan alutsista di Beijing
Tank Leopard TNI. ©2014 merdeka.com/muhammad lutfhi rahman

Tentara Nasional Indonesia Jumat petang “unjuk kekuatan” di Tiongkok, serangkaian peringatan hari jadinya ke-69, dengan menampilkan beragam alat utama sistem persenjataan serta kemampuan tempur prajurit yang dimilikinya.
Beragam alat utama sistem persenjataan dan kemampuan tempur prajurit TNI tersebut ditampilkan melalui pameran foto dan film pendek dalam malam resepsi peringatan HUT TNI 2014 di Beijing.
Di hadapan Duta Besar RI untuk Tiongkok merangkap Mongolia Soegeng Rahardjo serta sekitar 200 tamu undangan kepala perwakilan dan wakil militer negara sahabat, TNI menampilkan kemampuan tempur prajuritnya melalui film pendek berdurasi sekitar sepuluh menit.
Dalam film pendek tersebut ditampilkan seluruh kemampuan prajurit TNI, termasuk pasukan khusus dari TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut dan TNI Angkatan Udara dalam melakukan pengintaian, penyusupan, penyerbuan, pembebasan sandera, hingga pendudukan suatu wilayah.
Selain melalui film pendek, para undangan juga disuguhi gambaran peran TNI baik dalam menjaga kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia maupun dalam menjalin hubungan baik dengan militer negara sahabat, seperti Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (People’s Liberation Army/PLA) melalui pameran foto.
Ketujuh belas foto yang dipamerkan antara lain menampilkan eratnya hubungan militer Indonesia dan Tiongkok, mulai dari saling kunjung Menteri Pertahanan kedua negara, saling kunjungan Panglima Angkatan Bersenjata kedua negara, forum konsultasi pertahanan Indonesia-Tiongkok, hingga latihan bersama antara Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat (Kopassus) dan Komando Pasukan Khas TNI Angkatan Udara dengan mitranya masing-masing dari militer Tiongkok.
Foto lainnya menampilkan kesiapsiagaan prajurit TNI dalam menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI serta persenjataan yang dimiliki seperti tank Leopard TNI Angkatan Darat, KRI Bung Tomo dan Helikopter AS-565 Panther TNI Angkatan Laut dan pesawat jet tempur Sukhoi SU-27SKM serta SU-30MK2 TNI Angkatan Udara yang tampil saat melakukan aksi aerobatik udara dengan formasi “cross ever break”.
Duta Besar RI untuk Tiongkok merangkap Mongolia Soegeng Rahardjo mengatakan TNI selama 69 tahun telah banyak berperan sejak era kemerdekaan hingga kini dalam proses pembangunan nasional.
“TNI bahkan terus melakukan reformasi untuk terus menyesuaikan dengan perkembangan zaman, tantangan serta ancaman yang berkembang, baik nasional, regional maupun global,” katanya seperti dikutip Antara, Jumat (24/10).
TNI, tambah Dubes Soegeng, ikut berperan dalam operasi militer selain perang seperti penanganan bencana alam, kejahatan trans-nasional dan lainnya serta ikut terlibat dalam misi pemeliharaan PBB.
Ia menambahkan untuk membangun kemampuannya, TNI juga melakukan kerja sama dengan beberapa negara sahabat termasuk Tiongkok mulai dari saling kunjung pejabat tinggi militer kedua negara hingga latihan bersama antara lain Kopassus TNI Angkatan darat dan Korps Paskhas TNI Angkatan Udara dengan mitranya masing-masing dari Tiongkok.
Kerja sama yang dijalin antara TNI dan militer sejumlah negara tidak saja untuk membangun hubungan baik kedua negara, secara bilateral tetapi juga bagi kepentingan kawasan yang lebih damai, aman dan makmur, kata Dubes Soegeng.
Hadir dalam malam resepsi peringatan HUT ke-69 TNI wakil dari Angkatan Bersenjata Tiongkok yang diwakili Wakil Kepala Staf Angkatan Udara Tiongkok Mayjen Li Chun Chao.
Dalam acara itu ditampilkan pula beberapa atraksi budaya nusantara seperti rampak gendang serta lagu-lagu daerah. (www.merdeka.com)

TNI AL Pesan 4 Kapal Perang Trimaran

Desain baru Trimaran 63 m dari PT Lundin yang muncul dalam booth SAAB di DSA 2014, Kuala Lumpur
Desain baru Trimaran 63 m dari PT Lundin

TNI Angkatan Laut terus melengkapi Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista). Terbaru adalah pembuatan Kapal Cepat Rudal (KCR) berlambung tiga (Trimaran) 63 meter. Kapal tersebut diproduksi oleh PT Lundin Industry Invest yang berbasis di Banyuwangi.
Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL) Laksamana TNI Dr Marsetio meninjau proses pembuatan kapal tersebut di Pantai Cacalan, Banyuwangi. Turut mendampingi Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Komandan Pangkalan TNI AL Banyuwangi Letkol Laut (P) Edi Eka Susanto, Komandan Kodim 0825 Banyuwangi Letkol Inf Mangapul Hutajulu, dan Kepala Kejaksaan Negeri Banyuwangi I Made Parma.
“Ini merupakan salah satu kunjungan ke galangan kapal kebanggaan nasional karena di sinilah Kapal Trimaran dibuat. Ini juga menjadi kebanggaan bagi warga Banyuwangi, karena ternyata daerah di ujung timur Pulau Jawa ini menjadi salah satu produsen alat pertahanan negara,” kata Laksamana Marsetio, Jumat (24/10/2014).
Laksamana Marsetio mengatakan, Kapal Trimaran yang terbaru ini merupakan yang pertama di Asia. Selain bekerja sama dengan Swedia, dalam pembuatan desain Trimaran, TNI Angkatan laut juga melibatkan BUMN yang bergerak di bidang industri pertahanan nasional seperti PT PAL (Persero) dan PT Pindad (Persero).
“Untuk tahap pertama, TNI AL memesan empat kapal. Sekarang di sini sedang dibuat yang pertama,” ujar Marsetio.
Desain KCR Trimaran yang terbaru ini sedikit berbeda dengan Kapal Trimaran yang sebelumnya. Kapal terbaru ini akan terbuat dari bahan tahan api dan anti-radar.
Booth SAAB dalam Pameran Persenjataan di DSA 2014
Booth SAAB dalam Pameran Persenjataan di DSA 2014

“Kapal ini tidak hanya akan dipakai di dalam negeri, tapi akan menjadi salah satu produk pertahanan unggulan yang akan dijual ke luar negeri. Seperti kapal LPD yang diproduksi PT Pindad sudah dipesan oleh Angkatan Laut Filipina. Nanti kapal ini juga akan kita jual ke luar negeri,” imbuh Marsetio.
Bupati Anas mengaku bangga karena kapal canggih itu diproduksi di Banyuwangi dengan sinergi swasta dan BUMN di bidang industri pertahanan. “Industri pertahanan adalah industri strategis bagi bangsa. Banyuwangi ikut bangga,” katanya.
Selain industri pertahanan, mobil listrik berukuran mini juga segera diproduksi di Banyuwangi. Produksi ini melibatkan teknologi Swedia di PT Lundin Industry yang berbasis di Banyuwangi.
“Dubes Swedia dalam waktu dekat ini akan ke Banyuwangi. Saya berharap ada transformasi teknologi, pengetahuan, budaya inovasi bagi kami yang ada di Banyuwangi,” tutur Anas. (detik.com).

Pindad Kenalkan Panser Canon

 
Panser Canon Pindad (photo: detik.com)
Panser Canon Pindad (photo: detik.com)

PT Pindad akan meluncurkan 2 panser Anoa varian terbaru pada awal November 2014 di acara Indo Defence 2014 di JIExpo Kemayoran, Jakarta. Rencananya panser varian terbaru tersebut akan diberi nama oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Nanti rencananya yang kasih namanya Pak Jokowi,” kata Kepala Humas PT Pindad, Sena Maulana kepada detikFinance Jumat (24/10/2014).
Varian panser generasi terbaru yang diluncurkan adalah tipe canon 90mm dan amphibi. Untuk panser canon memakai persenjataan buatan Belgia sedangkan untuk paser amphibi menggandeng perusahaan asal Italia.
Harga per unit panser tipe canon rencananya dipatok Rp 25 miliar hingga Rp 30 miliar per unit, sedangkan varian amphibi dijual lebih murah.
Dari gambar yang diperoleh detikFinance, panser varian canon yang dirancang dan dibuat oleh Pindad di Bandung Jawa Barat secara desain mirip dengan panser Tarantula buatan Korea Selatan. (detik.com).