Sabtu, 22 Februari 2014

Kapal Induk Hanya untuk Negara Bermiliter Kuat

 
asia-2
Impian kapal induk TNI (baca: kemampuan projeksi jauh di luar wilayah sendiri) tidaklah terlalu jauh. Keinginan Indonesia kembali menjadi kekuatan regional berbanding perkembangan kekuatan di negara sekitar, membuat TNI sudah waktunya melirik rudal anti-kapal jarak jauh (lebih dari 300-400 km) land based atau platform kapal permukaan dan kapal selam. Agar sekedar bisa seimbang dalam kemampuan projeksi negara lain di kawasan, Indonesia butuh alutsista semacam strategic bomber, Kapal selam nuklir, Destroyer dan untuk kekuatan udara adalah kapal induk. Atau kekuatan regional cuma jargon semu.

Kapal Induk
Kepemilikan kapal induk merupakan keanggotaan klub elit negara yang mampu memproyeksikan kekuatan mereka ke seluruh dunia. Perwujudan supersized dari “gunboat diplomacy” dan sebanding dengan harganya yang saat ini sekitar 20 kapal induk aktif di seluruh dunia. US mengoperasikan 11 diantaranya. Dan tidak berhenti di sana. Akhir tahun lalu, US meluncurkan update terbaru contoh monster raksasa bertenaga nuklir dengan berat 100.000 ton, USS Gerald R Ford.

China : PLA mengerahkan kekuatan baru kapal induk akhir tahun lalu dengan mengerahkan kapal induk eks Ukraina-Liaoning dalam sengketa Laut Cina Selatan. Tapi ambisinya tidak berakhir di sana. China telah mulai produksi pertama untuk rencana empat kapal induk produk dalam negeri.
Kapal Induk China Liaoning yang bergerak ke Laut China Selatan (photo; PLA Navy)
Kapal Induk China Liaoning yang bergerak ke Laut China Selatan (photo; PLA Navy)

India : Secara terbuka membanggakan akuisisi terbaru yang memasuki perairan nasional untuk pertama kalinya, INS Vikramaditya memberikan India kekuatan udara angkatan laut terkuat di wilayah setelah Amerika Serikat. Vikramaditya bergabung dengan kapal induk tua eks UK INS Viraat. Dan tidak berakhir di sana. India sedang membangun dengan desain sendiri –dua kapal induk seberat 40.000 ton bernama Vishal dan Vikrant. Yang pertama dijadwalkan akan selesai dalam waktu empat tahun.
VIKRAMADITYA
INS Vikramaditya India

Jepang : konstitusi pasca-Perang Dunia II negara kepulauan ini dibatasi memiliki senjata ofensif. Akibatnya, sering menggunakan permainan kata-kata. The IJNS Izumo adalah contohnya. Daripada disebut kapal induk, kapal seberat 20.000 ton itu diperkenalkan sebagai “helicopter destroyer” – meskipun kapal itu dapat membawa jump-jets tempur. Izumo beroperasi tahun lalu. Kapal sejenis kedua diperkirakan akan segera dibuat. Kapal-kapal tersebut akan bergabung dengan dua serupa “helicopter destroyer” lainnya yang sudah operaional, kapal seberat 14.000 ton Hyuga dan Ise.
Izumo
Izumo Class Helicopter Carrier

Rusia : Jangan lupa negara bekas Uni Soviet ini. Meskipun telah menjual seluruh kapal induk tua, tapi baru-baru ini membeli empat kapal induk helikopter dari Perancis. Dua diantaranya akan berbasis di Pasifik.
Korea Selatan : “The goodie” di semenanjung Korea ini setahun yang lalu sudah mempunyai flat-top yang bernama Dokdo, dan satu lagi sedang dibuat.
Dokdo-3
Korean Dokdo-class amphibious assault and the aircraft carrier USS George Washington transit the Sea of Japan.

Thailand : Meskipun tidak “baru”, dan hampir tidak lagi operasional, Chakri Naruebet tetap merupakan kemampuan untuk memproyeksikan kekuatan udara. Kapal induk ini telah dimiliki Thailand sejak tahun 1997, tetapi negara itu tidak lagi memiliki Harrier jump-jets.
010403-N-3400W-004
Chakri Naruebet

Australia : Untuk pertama kalinya sejak 1982 , Australia akan segera memiliki kemampuan untuk mengoperasikan pesawat fixed-wing di laut. Penekanannya ada pada kata “kemampuan”. Dua LHD baru HMAS Adelaide dan HMAS Canberra dijadwalkan akan masuk layanan dalam beberapa tahun ke depan. Keduanya dilengkapi dengan deck penerbangan dan bahkan ski-ramp . Tapi Australia belum punya pesawat tempur jet untuk mengisinya. Untuk sementara ini mereka akan membawa helikopter, termasuk helikopter serang.
adelaide-class
Disain Adelaide Class, Australia
Dimana posisi Indonesia ?
Indonesia : Meskipun Indonesia tidak memiliki kapal yang didekasikan khusus sebagai pembawa pesawat atau helikopter, namun sudah menjajaki konsep melalui beberapa desain rancangan dalam negeri. Sampai saat ini belum ada keputusan yang dibuat untuk merealisasikan program tersebut. (written by Nowyoudont 19/02/2014).

Paskhas dan Interfet: Timor Timur 1999 (Historia)


raaf-c103
Pesawat RAAF C-130H Hercules, A97-011

Pagi itu 20 September 1999, sekitar pukul 7 waktu Dilli, pesawat Hercules A97-011 mendarat di Bandara Komoro Dili, membawa pasukan multinasional yang dipimpin Australia (INTERFET), dari Darwin Australia. Tugas pertama yang diterima  pasukan ini adalah mengamankan bandara udara.
Setelah beberapa hari kemudian mereka bertugas memperluas keamanan hingga ke kota Dili, sebelum bergerak mengamankan wilayah yang lebih luas. Dipimpin oleh Major Jenderal Peter Cosgrove, tentara eks-perang Vietnam ini, membawa 11000 prajurit dari 22 negara, untuk “Operation Stabilize”, di bumi Timor Loro Sae,  pasca referendum Timor Timur.
Wartawan CM Rien Kuntari, sempat mendeskripsikan kedatangan tentara Australia itu:
“Sirine Bandara Komoro Dili, meraung-raung menyambut kedatangan pesawat milik RAAF. “Lamunan saya langsung buyar ketika pesawat hercules Australia itu membuka ekornya. Saya terkesima melihat puluhan pasukan Australia itu turun sambil berlarian. Wajah mereka sangat tegang, seolah akan menghadapi Perang Dunia Ketiga.  Ditambah dengan pakaian seragam yang benar benar terkesan dekil. penampilan seluruh pasukan itu sungguh sungguh tidak enak dilihat. Tak ada sepatah katapun yang terucap ketika berpapasan dengan kami. Mungkin mereka pun mencurigai kami sebagai milisi”.
ART91051
Sandbag position, Komoro Airport, Dili 1999 (awm.gov.au)

Episode I:
Samuel Tirta (Personil RI):
77 personil Paskhas dipimpin seorang pama merupakan personil TNI yang paling terakhir meninggalkan Timor Timur (tim-tim). Cukup banyak kisah menegangkan yang mereka alami. Gesekan dengan personil interfet bisa meletus kapan saja saat itu.
Paskhas memang cukup unik. Berkualifikasi komando, pandura, linud, sandha, juga pengatur lintas udara. Ketika Interfet mendarat di lanud komoro pasca jejak pendapat, mereke heran melihat air traffic, atc control lanud diawaki oleh pasukan komando (personil atc dan traffic sudah lebih dulu diungsikan ke kupang sebelum kedatangan interfet.
Insiden terjadi ketika kedatangan Pangkoopsau II (Pak Ian) ke komoro. Begitu hercules yang ditumpangi Pangkoopsau memdarat dan kemudian Pak Ian turun dari pesawat, beberapa personil Interfet (Australia Cs) merengsek maju ke arah Pak Ian dengan laras di depan (posisi menodong senjata). Tindakan arogan ini langsung mendapatkan reaksi keras dari Pak Eka (Kapten Psk./Danden Paskhas) bersama anak buahnya, termasuk pengawal Pak Ian.
Dengan teriakannya Eka menyahut, “Hei!! Ini Jenderal saya! Panglima saya! Keamanan di sini tanggungjwb saya!!
Situasi sangat menegangkan karena posisi saling todong-todongan. Satu letusan saja keluar, pasti tembak menembak jarak dekat terjadi. Apalagi 5 personil pengawal Pak Ian sudah meraba granat masing-masing (karena kalah jumlah, mereka sepakat granat sebagai senjata untuk untuk memperbanyak jumlah korban di pihak lawan jika terjadi kontak).
Tentara Australia Patroli di Kota Dili 1999 (remembrance2010.indev.com.au)
Tentara Australia Patroli di Kota Dili 1999 (remembrance2010.indev.com.au)

“Panggil ke sini Panglima kamu!” Bentak Eka.
Dalam briefing sebelumnya Eka sudah mewanti-wanti bahwa jangan kita yang memulai letusan. Misalnya harus terjadi kontak. “Letusan pertama dari saya” kata Eka.
Dalam kapasitasnya sebagai Pangkoopsau II Pak Ian berkali-kali datang ke Timtim meninjau pasukanya. Saat kedatangannya kali ini, kekuatan TNI-AU sudah terpusat di Komoro. Personil Lanud sudah dievakuasi semuanya, sehingga yang tertinggal hanyalah Denpaskhas.
Kepada Danden Paskhas Eka sesaat sebelum meninggalkan Komoro, Pak Ian sempat merangkulnya. Air muka penerbang Hercules ini terlihat sangat murung dan sedih, sejatinya tidak menerima kenyataan yang terjadi. Sambil menitiskan airmata, Pak Ian berpesan kepada Eka, ” Ka.. titip TNI-AU ya..anak-anak di sini semua di tanganmu, sewaktu-waktu jika ada apa-apa, kamu langsung kontak saya. Saya akan perintahkan seluruh kekuatan saya..saya hanya percaya ke kamu. Ini perintah!.
Perintah dari seorang panglima yang dinilai Eka sangat berani dan siap menanggung segala resikonya. “Beliau tahu persis jika terjadi chaos, kami pasti akan hilang semua”.
Patroli Pasukan Australia di Dilli 1999
Patroli Pasukan Australia di Dilli 1999

Episode II
 
Samuel Tirta:
Kejadian menegangkan juga pecah saat pasukan Interfet bersitegang dengan Linud 700. Kejadian tanggal 4 Oktober ini, dipicu oleh ulah sebuah APC milik Interfet (personil Aussie) yang menabrak pintu pagar depan komplek Itfet yang dijaga personil linud. Terang saja insiden ini membuat linud naik darah dan angkat senjata. Alasan oknum Interfet itu menabrak pagar, karena sedang mengejar milisi hingga tidak sadar menerobos kawasan yang dijaga linud dan brimob.
Besoknya terdengar kabar tentara edan itu dipulangkan ke australia oleh panglimanya.
Rembetan insiden ini juga sampai ke bandara komoro. Denpaskhas langsung siaga, begitu juga personil interfet di sana. Sekali lagi personil di lapangan diwanti-wanti, jangan kita yang memulai tembakan. Jika kontak pecah prosedur pelolosan diaktifkan (induk detasemen tetap bertahan di bandara komoro sampai titik darah penghabisan, dipilih 10 orang personil yang paling militan memulai long march ke perbatasan Indonesia, menyampaikan salam komando kepada Dankorpaskhas dan seluruh jajaran TNI, meski diyakini tidak semua dari 10 orang ini akan berhasil sampai keperbatasan).
Malaysia negara serumpun kita, jiran terdekat turut mengirimkan pasukannya (ATM/PDRM) bergabung dalam misi PBB di Timtim.

Hhsam (Personil US):
Yang di Dili itu bukan kodok saya mas, itu 31MEU (The 31st Marine Expeditionary Unit -red) yang turun di pelabuhan.
Waktu itu saya masih baru-barunya kembang emas, dan hanya punya lima ekor kecebong kecil.
Turunnya masih agak jauh dari Dili. Waktu itu madame secretary Madeline (Madeleine Albright -United States secretary of state red) meminta cerita firsthand di lapangan. Oleh Okinawa (Pangkalan AS di Jepang) diperintahkan patoli di daerah tertentu.
Setelah patrol selesai, masih ramai-ramainya perusakan oleh “geng duri”. Sempat mampir ke comoro airport sambil iseng dari arah barat tarmac yang lama. Kami sempat berpapasan kok dengan beberapa rekan TNI. Mungkin dikira orang dari “geng duri”. Hanya sebentar lantas kembali ke US compound dekat pelabuhan.

Samuel Tirta :
Berarti landnya june-july ya Pak Sam ?. Yah begitulah situasinya, semua pun kalau bisa dicurigai, apalagi pasca rusuh dan turunnya orang-orang dari hutan.
Oh iya Pak Sam bisa diceritain waktu boardingnya dulu bagaimana. Apakah tetap sikap ready for combat ?. Sebab baik Unamet maupun Interfet waktu mendarat (terutama eselon pertamanya) semua posisi siap tempur, tiarap membuat pancangan di land. Ini cukup lucu kelihatannya, banyak personil di lapangan senyum-senyum melihatnya. Rupanya disinformasi, mereka menyangka akan diserang sebaik boarding oleh milisi.
Apa Pak Sam juga masih di sana ketika “perang kata-kata” Pangdam vs Dubes US?. Apa kira-kira pendapat marine mendengar itu ?.
Pangdam berkata ke reporter..” Bilang ke mereka (US Marine) jangan cuma lewat udara langgar perbatasan..kalau berani lewat darat biar berhadapan dengan pasukan saya..!”

HHSam :
Iya mas, akhir Mei. Waktu itu belum ada marinir resmi yang mendarat karena pendaratan terjadi sekitar Referendum bulan Agustus 1999.
Yang ada, ialah Marines yang meminjamkan helikopter USMC (FMF) dari ARG 7th fleet sebagai sarana angkut kepada pihak PBB dan kontraktor sipil UNHCR. Washington saat itu menginginkan berita yang jelas karena ada tarik menarik antara Jakarta dengan komandan lapangan dan Udayana serta pihak kedubes US sendiri waktu itu Stapleton Roy yang kemudian dalam beberapa bulan diganti oleh Robert Gelbard.
Karena semua pihak ada cerita masing masing, serta munculnya perkembangan baru di lapangan, maka madame secretary meminta klarifikasi untuk mencari fakta yang jelas agar bisa bersikap.
Waktu itu saya masih ada di kapal yang dijadwalkan latihan rutin ke Australia. Perintah dari Okinawa untuk terjun dari helo dengan blind LZ turun 4 jam sebelum ekstraksi. Di tengah jalan baru diketahui drop-point adalah ET (Timtim – red).
Karena sudah banyak heli pinjaman UN dengan marking USMC, maka kita ikut beberapa flight path yang sudah ada, baru kemudian “menyelonong” dengan tree-top hingga ke LZ (Balibo -red). Hanya 6 orang beserta kru.
Setelah didrop, perembesan ke arah timur. Dua bulan kemudian kejadian memanas seputar jalur Tunubibi, Maulelo, Atambua. Apalagi setelah kejadian terbunuhnya wartawan Belanda dan tewasnya petugas UNHCR warga negara US. Sehingga Congress menekan madame Secretary untuk mencari solusi yang tepat bagi perkembangan di Indonesia dan status US terhadap masalah tersebut.
ROE kita adalah tidak menimbulkan kontak senjata, dan hanya membela diri bilamana perlu. Tujuan kelompok kecil ini hanya menetralkan bibit bibit yang menjadikan ancaman serius terhadap pembicaraan bilateral dan kesepakatan antara Jakarta dan Washington.
Yang intinya tidak ingin kesinambungan hubungan bilateral US-Indonesia terancam, juga tidak ingin “shifting-concern” antar negara Asia Tenggara meretak.
Jadi siapapun kaki tangan setan yang bermain di belakang adalah tugas kelompok kecil itu agar “disukabumikan” supaya wabahnya tidak menyebar kemana-mana:
1. Opportunist liar yang lepas dari kontrol TNI.
2. Opportunist liar pihak Xanana yang berusaha menggebuk rekannya sendiri agar mempertahankan posisinya dengan menyalahkan Indonesia di mata internasional.
3. Opportunist liar yang dibiayai oleh multi national corporation agar orang tertentu naik menjadi pemimpin di Dili yang akan memberikan konsensus eksplorasi kepada perusahaan tertentu.
Ini juga menjawab pertanyaan kenapa tentara negara lain kurang informasi dan bersikap siaga tempur, barangkali Washington tidak seluruhnya menyebarkan informasi kepada rekan di Unamet/Interfet.
Saya juga mendengar adu pendapat antara Udayana (pak Kiki) dengan dubes pak Gelbard. Saya pribadi juga mengerti posisi Pak Kiki yang serba salah, ditambah lagi Pak Dubes Gelbard yang bergaya kaku, tidak seluwes pendahulunya. Apalagi Jakarta sudah ada wanti-wanti kepada Panglima Pak Widodo, untuk menukar Pak Kiki dengan Pak Rompis di Udayana. Yang menurut Pak Kiki adalah “pesanan AS”. Apalagi kemudian 4 kapal perang dan 600 marinir mendarat di pelabuhan. Bersamaan dengan tutuntutan permintaan maaf kepada Pak dubes oleh pak Kiki.
Pak Kiki adalah militer sejati keras dan brangasan sama halnya dengan pak Sintong, keduanya di Udayana merasa di “Moerdani-kan” oleh Jakarta. Jadi ya wajar saja kalau sengit kepada US.
Sebagai marinir kita hanya bersikap terima perintah Mas, monggo silakan para pemimpin negara dan elite politik kedua belah pihak yang berbicara.
Tidak mengurangi rasa hormat kepada rekan TNI, saya hanya berbagi cerita yang boleh diceritakan. Selebihnya saya kurang tahu, aggap saja cerita abal-abal ya.

Samuel Tirta:
Peristiwa lain juga cukup menegangkan dan hampir terjadi kontak besar-besaran. Terjadi pada tanggal 21 September 1999. (Mungkin HHSam masih di tkp waktu itu, dengan senang hati jika mau ditambahkan).
Peristiwa ini bermula saat eksodus besar-besaran seluruh personil Yonif 745/Udayana (ikut juga keluarga mereka) dari markasnya di Los Palos di ujung timur Timtim. Dengan dipimpin langsung oleh Danyonnya Maj. JD.Sarosa, iring-iringan sekitar 26 truk penuh muatan bergerak via darat melewati Baucau, Manatuto, Dilli dan kemudian menuju perbatasan NTT. Karena yonif ini organik, jadi tidak heran mayoritas personilnya adalah putra daerah Timtim.
Saat konvoi mendekati kota Dilli, merela beristirahat sejenak di Becora, membersihkan diri di sebuah anak sungai. Tanpa diduga muncul 2 wartawan asing dan langsung memotret mereka. Difoto tanpa izin sontak anak-anak Yonif marah, merampas kamera dan mengusir mereka.
Ketika konvoi bergerak masuk kota Dilli, Danyon menyerahkan kedua kamera tersebut ke Danrem (setelah terlebih dulu memusnahkan filemnya). Kamera tersebut kemudian dikembalikan ke pemiliknya (akibat kejadian ini dua personil yonif dihukum sel 2 minggu, Danyon 1 minggu).
Malamnya setelah dorlok perbekalan, konvoi melanjutkan perjalanan. Kekhwatiran menyeruak di Korem, karena konvoi akan melewati wilayah dekat Bandara Komoro yang sebagian dijaga oleh Interfet. Kemudian masuk laporan bahwa pasukan Interfet mnuat roadblock mencegah konvoi meninggalkan Timtim.
Konvoi yonif langsung siaga kokang senjata, senapan mesin dengan bipod dipasang di atas truk paling depan. Dengan kadar emosi yang masih labil sebagai putra daerah yang terusir, bisa dipastikan anak-anak Yonif akan bertempur habis-habisan. Makorem dan pasukan-pasukan yang tersisa di Dilli sibuk bukan main mengantisipasi kemungkinan kontak sebentar lagi.
Dalam situasi mencekam ini, siaga tempur, untunglah Atmil Australia untuk Indonesia, Kol. Brownrigg. Dia bergegas menuju ke tkp roadblock Interfet membubarkannya dan berpesan agar jangan mengganggu konvoi itu. Dari Korem sebagai antisipasi digerakkan satuan CPM untuk mengiringi konvoi, maka kejadian yang tidak diinginkan pun dapat dihindari.
Dengan cepatnya beredar kabar bahwa konvoi 745 akan dihadang, satuan-satuan yang masih bertahan di sekitar Dilli (Linud, Brimob, Bravo, SGI) diam-diam merapat ke area roadblock Interfet, mengatisipasi pasukan kawan yang akan dihadang.
Dengan wajah sumringah dan kelihatan masih risau, Kol. Brownrigg mengucapkan terima kasih kepada Danrem
” Pak..saya cukup risau, jika terjadi kontak pasti akan banyak tentara Australia yang tewas..Saya tidak bisa membayangkannya”.
Dikemudian hari, kasus terbunuhnya seorang wartawan asing (Sander Robert) langsung tudingan diarahkan ke konvoi ini.

HHSam :
Yang digaris bawah maksudnya komandan Kompi D BanPur YonInf 745/SYB waktu itu ya. Saya hanya pernah ketemu dengan Pak Jacob D Sarosa (Maj-Inf) saat memasuki road-block kedua tidak jauh dari Komoro. Karena dihentikan paksa oleh elemen tentara Australia dan New Zeland yang menjaga segmen area tersebut.
Mengenai penembakan wartawan, memang terjadi Mas Samuel, dan memang waktu kejadian serta kronologis menuntun kepada YonInf 745/SYB saat melintasi track tertentu terutama oleh anggota pleton tertentu di kompi D bersama kelompok duri dan beberapa anggota BMP dari salah satu truk di konvoi tersebut.
Laporan ini dikonfirmasi setelah sebagian besar anggota putra daerah dari YonInf 745 berniat “pulang kampung” ke East Timor setelah batalion tersebut sampai ke Kupang.
Tetapi itu tugas penyidik dari Interfet nantinya. Tujuan saya adalah menyampaikan perintah dari Washington ke komandan lapangan pasukan Interfet yang diikuti oleh perintah komandan Interfet asal Inggris, agar mencegah insiden yang tidak perlu.

Samuel Tirta:
Jika kodoknya paman sam (tergabung dalam unamet) yang mendarat bulan juni 1999 yang dimaksud, sethau saya di Dilli, bukan komoro.
Pergerakan kodok-kodok ini (air/land) dipantau terus oleh Paskhas (sebelum kedatangan Denbravo). Di komoro sebagai last stand yang mendarat interfet (Aussie/NZ), mereka heran melihat yang memandu pesawat mereka hingga mendarat personil komando dengan senjata di pundak. Turut serta dalam pendaratan ini adalah personil Gurkha, mereka ini yang sangat diwaspadai oleh Paskhas karena berkempuan mountaineering, jungle combat dan anti gerilya.
Indonesia-AirForce-Special-Forces-Paskhas
Paskhas TNI AU

Paskhas memang cukup unik. Berkualifikasi komando, pandura, linud, sandha, juga pengatur lintas udara. Ketika Interfet mendarat di lanud komoro pasca jejak pendapat, mereke heran melihat air traffic, atc control lanud diawaki oleh pasukan komando (personil atc dan traffic sudah lebih dulu diungsikan ke kupang sebelum kedatangan interfet. 77 personil paskhas dipimpin seorang pama merupakan personil tni yg paling last meninggalkan timtim. Cukup banyak juga kisah menegangkan yg mereka alami. Gesekan dengan personil interfet bisa meletus kapan saja waktu itu).
(Cuplikan perbincangan Samuel Tirta dan HHSam di Formil Kaskus 18/02/2014).

Butuh Sangkuriang Untuk Bangun Kapal Selam...?

Kabar menyenangkan datang dari PT. PAL. Setelah lama tanpa kepastian, akhirnya perusahaan plat merah ini mendapatkan kucuran dana untuk pengerjaan Kapal Selam ke-3. Dana yang dikucurkan pun tak main-main, yaitu mencapai 250 juta dollar Amerika. Dana ini diambil dari APBN-P 2014, dan merupakan bagian dari Penyertaan Modal Negara (PMN). Kabar baiknya lagi, dana akan segera mengucur pada April 2014.


Akan tetapi, keraguan itu tetap ada. Pasalnya, deadline untuk menyediakan sarana dan prasarana pembangunan kapal selam harus kelar pada November 2014. Padahal dana sendiri baru mengucur pada april nanti. Hanya ada waktu sekitar 9 bulan untuk menyelesaikan semua persyaratan yang dibutuhkan.
Komite Kebijakan Industri Pertahanan membantah keraguan itu. Dalam konferensi pers-nya di Kantor Kementrian Pertahanan, KKIP menyatakan bisa mengejar semua target. Menurut staf ahli KKIP bidang Kerjasama Kelembagaan Silmi Karim, persiapan membuat sarana dan pra sarana di PT.PAL sejatinya sudah dimulai sejak jauh hari sejak kontrak pembelian Kapal Selam dengan Korea Selatan ditanda tangani. "semua survey, assesment, penilaian sudah dilakukan. Saat ini PT.PAL tinggal kontrak dengan BUMN bidang karya untuk membuat sarana dan prasarana itu", jelas Silmi. Karena itulah, sekali lagi, KKIP menyatakan sanggup memenuhi tenggat waktu yang dibutuhkan.

Lebih lanjut juga, KKIP dan BPKP akan mengawasi ketat penggunaan dana oleh PT.PAL. Sehingga dikemudian hari tidak terjadi penyimpangan dan penggunaan dana sesuai pada jalurnya. PT.PAL sendiri saat ini sudah mengirimkan sebanyak 206 tenaganya untuk mempelajari teknik pembuatan kapal selam. Dari jumlah itu, dibagi untuk mempelajari tahap desain dan produksi.
Waktu 9 bulan memang tidak sebentar. Dibutuhkan keyakinan dan konsistensi dalam menjalankan semua program yang telah disusun. Karena tidaklah mungkin kita mengharapkan Sangkuriang untuk membangun sarana dan prasasaran Kapal Selam.

ARC. 

Jumat, 21 Februari 2014

Latma Komodo : Satgas Encap Marinir Mulai Beraktifitas Di Natuna


Setelah selama empat hari berlayar, satgas Encap Latma Komodo Multilateral Naval Exercise yang dikomandani Kolonel Marinir Tri Subandiyana tiba di daerah operasi di kepulauan Natuna. Sebagian dari anggota Marinir yang berjumlah 225 personel yang terdiri dari gabungan Pasmar I dan II melaksanakan debarkasi personel dan materiil di pulau-pulau yang telah ditentukan.
Debarkasi pertama, Jumat (14/2) dilaksanakan di pulau Laut yang merupakan pulau terjauh dan berbatasan langsung dengan Vietnam dan Malaysia. Di pulau ini 43 personel Marinir dipimpin Letda Marinir Suyudi mendarat dengan membawa perlengkapan konstruksi dan renovasi lengkap. Debarkasi kedua, Sabtu (15/2) di Sedanau dengan 15 personel dipimpin Lettu Marinir Andi dan selanjutnya debarkasi ketiga sebanyak 21 personel dipimpin Kapten Nyoman di Sabang Mawang pada Minggu (16/2).
Usai debarkasi, seluruh pasukan langsung melaksanakan pendirian posko satgas yang dilengkapi dengan sarana komunikasi. Masing-masing komandan unsur tugas langsung bergerak menghubungi kepala desa guna memastikan seluruh material pendukung telah siap di lokasi pekerjaaan. Tanpa membuang waktu, seluruh personel Marinir yang telah menerima pembekalan tugas yang akan dihadapi langsung bekerja sesuai proyek yang ada diwilayahnya.  Di lokasi ini, Satgas Encap Marinir akan melaksanakan 12 pekerjaan rekonstruksi dan renovasi yang tersebar di 32 titik yang tersebar di seluruh kepulauan Natuna. Pekerjaan itu meliputi, renovasi Pos Pengaman Laut, Renovasi Musholla, renovasi Hellypad, renovasi jembatan, renovasi gedung PKK, pembangunan Instalasi Solarcell, renovasi MCK dan betonisasi jalan.
Sambutan masyarakat kepulauan Natuna yang hangat membuat semangat bekerja pasukan Marinir semakin tinggi. Hal ini diperkuat lagi dengan pengarahan Dansatgas Encap Kolonel Marinir Tri Subandiyana kepada seluruh anggota bahwa kehadiran pasukan Marinir di tengah-tengah masyarakat haruslah senantiasa membawa dampak positif yang nyata, hal itu harus terbukti dengan wujud semangat bekerja dengan tulus-ikhlas tanpa mengharap imbal-balik dan senantiasa mengedepankan sosok karakter Prajurit Marinir yang religius dan humanis.
Setelah mendaratkan sebagian dari pasukan Marinir di kepulauan Natuna, KRI Banjarmasin bernomor Lambung 592 melanjutkan perjalanannya ke pemberhentian berikutnya di kepulauan Anambas. Direncanakan sisa dari satgas Encap Latma Multilateral Komodo Naval Exercise akan mendarat di pulau Tarempa, Jemaja, Mengkait dan Memperuk, juga untuk melaksanakan kegiatan yang sama, rekonstruksi dan renovasi.
Dengan mulai aktifnya Satgas Encap di daerah operasi, diharapkan kehadiran pasukan Marinir yang melaksanakan kegiatan operasi bantuan kemanusiaan ini dapat menumbuhkan kembali jiwa nasionalisme kebangsaan masyarakat serta menjadi bukti konkret perhatian Korps Marinir dan TNI AL kepada masyarakat di pulau-pulau perbatasan yang terpencil.
MI. 

Bakorkamla Tinjau Radar Jarak Jauh Rusia


kalakhar_rusia
Kalakhar Bakorkamla Laksdya TNI Bambang Suwarto dengan Dubes RI di Rusia, Djauhari Oratmangun (photo: bakorkamla.go.id)

Delegasi dari Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) RI dipimpin Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar), Laksdya TNI Bambang Suwarto, melakukan kunjungan kerja ke Federasi Rusia pada tanggal 17-23 Februari 2014.
Kunjungan ini bertujuan menjajaki peluang kerjasama dan bertukar pengalaman dengan pihak-pihak yang menangani bidang kelautan/perairan di Rusia, mengenai pengelolaan early warning system yang dikaitkan dengan penggunaan radar. Kunjungan tersebut juga dilaksanakan guna mendukung upaya peningkatan sumber daya manusia di Bakorkamla.
Dalam kesempatan pertemuan Delegasi Bakorkamla dengan Duta Besar RI Moskow, Djauhari Oratmangun, telah dibahas mengenai arti penting dan posisi strategis aspek kemampuan nasional di bidang keamanan laut dalam menjaga keutuhan NKRI.
Menurut Laksda TNI Bambang Suwarto, Bakorkamla memiliki potensi kerjasama yang dapat dikembangkan dengan pihak Rusia, antara lain dalam melengkapi Regional Coordinating Center (RCC) Bakorkamla terutama di daerah perbatasan dengan Radar Jarak Jauh/Over the Horizon (OTH) yang menjangkau jarak 200 s.d 250 NM.
Sebagai negara yang sama-sama memiliki luas laut dan wilayah perairan yang luas, Indonesia-Rusia memiliki kepentingan serupa terkait isu keamanan dan keselamatan laut. Rusia sebagai negara yang memiliki kemampuan teknologi pendeteksian maju menjadi salah satu mitra yang dapat memenuhi kebutuhan peralatan/ perlengkapan bidang keamanan dan keselamatan laut di Indonesia.
Uji coba (sea trial) dua kapal patroli Bakorkaml di sekitar perairan Barelang, Batam, Kepulauan Riau (photo: Bakorkamla)
Uji coba (sea trial) dua kapal patroli Bakorkaml di sekitar perairan Barelang, Batam, Kepulauan Riau (photo: Bakorkamla)

Kapal Patroli Bakorkamla
Sebelumnya 8/02/2014, Ketua Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) yang juga Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Djoko Suyanto meresmikan kapal patroli Bakorkamla KN Kuda Laut 4803 di Dermaga Satgas 1 Tim Korkamla Barelang, Batam.
Kapal yang dibangun di galangan Kapal PT Batam Expresindo Shipyard, akan ditempatkan untuk pengamanan perairan wilayah perairan barat, tengah, dan timur Indonesia. KN Kuda Laut 4803 memiliki panjang mencapai 48 meter, menggunakan mesin berkecepatan 29,5 knot dan mampu bergerak hingga batas 200 mil laut (370 km) dari lepas pantai. Sehingga sangat efektif untuk pengamanan perairan laut Indonesia. (kemlu.go.id / tribunnews.com)

Kementerian Perdagangan Disusupi Intel Asing

 
kemendag
Kantor Kementerian Perdagangan Indonesia

Isu penyadapan yang dilakukan intelejen Amerika Serikat terhadap Indonesia semakin melebar. Bukan hanya disadap, intel asing bahkan dikabarkan telah masuk ke Kementerian Perdagangan dan mempengaruhi kebijakan-kebijakan perdagangan luar negeri Indonesia.
Menanggapi tudingan itu, Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi enggan banyak berkomentar. Bayu tidak percaya ada intel asing di Kementeriannya. “Itu tidak ada sih, silakan saja dicek, saya sih tidak ikutan,” ucap Bayu ketika ditemui di Bandung, Kamis (20/2/2014 ).
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi enggan mengomentari tudingan politikus Senayan. Dia beralibi baru diangkat, sehingga wajar bila dia tak bisa menentukan apakah isu itu akurat. “Jadi saya ini orang baru, untuk sementara saya memutuskan untuk tidak berkomentar lebih dulu tentang itu,” ujarnya selepas membuka Indonesia Fashion Week di JCC Senayan, Jakarta.
Dia menampik bila sikapnya itu dianggap membiarkan penyadapan maupun spionase terjadi. Mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal ini menilai, saat ini Indonesia sedang membutuhkan kerja sama yang baik dengan Amerika maupun Australia, sehingga kasus sensitif semacam itu harus diteliti secara mendalam.
“Kita sedang coba membina kerja sama yang baik dengan semua pihak, jadi saya pilih tidak berkomentar. Ini supaya kita bisa menjaga kepercayaan sama-sama,” kata Lutfi.
Isu ini dilontarkan Wakil Ketua Komisi I DPR, Tubagus Hasanuddin yang menyatakan, pemerintah harus meningkatkan kewaspadaan atas kegiatan memata-mata oleh pihak intelijen asing di Indonesia. Dia menilai kegiatan memata-matai itu ternyata bukan hanya lewat penyadapan, namun juga lewat aktivitas intelijen asing yang beroperasi di sejumlah lembaga Pemerintahan.
“Saya mengindikasikan bahwa mereka bukan hanya menyadap saja. Tapi negara asing itu juga menempatkan orang-orangnya sebagai agen intelijen secara tersembunyi di beberapa kementerian dan lembaga,” ujar TB Hasanuddin saat dihubungi wartawan, Jakarta, Kamis (20/2/2014).
Menurut Hasanuddin, orang-orang yang diduga sebagai agen intelijen asing itu pengaruhnya amat besar hingga mampu mempengaruhi kebijakan Indonesia demi menguntungkan pihak asing itu sendiri. Lebih lanjut, kata Hasanuddin, sebenarnya semua sudah memahami kegiatan penyadapan yang dilakukan oleh pihak asing dengan target kepala negara dan ibu negara. Namun bukan hanya itu, belakangan muncul lagi penyadapan ke telepon seluler milik masyarakat umum.
Dipublikasikan New York Times dan Canberra Times, jutaan pelanggan PT Telkomsel ternyata disadap Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) dan Direktorat Intelijen Australia. Nama Indosat juga disebut-sebut dalam laporan tersebut.
Dia mencontohkan seperti yang terjadi di Kementerian Perdagangan, di mana agen intel asing itu bisa berada di lembaga tersebut atas dasar kerjasama luar negeri. Menurut Hasanuddin, agen-agen intel itu bisa punya tempat di kementerian yang bertujuan mengintervensi keputusan Indonesia soal perdagangan luar negeri. Mereka berada di bawah Direktur Perjanjian Perdagangan Luar Negeri.
“Awalnya para agen asing itu hanya seakan sebagai liaison officer saja. Padahal dia mengambil data-data soal kondisi perdagangan Indonesia, lalu bahkan belakangan ikut campur dalam kebijakan perdagangan Indonesia,” jelasnya. (merdeka.com/ 20/2/2014).
intel

Pocong syereem says 20/2/2014 :
Benarkah statement ini ? Sudah seperti apakah sebenarnya intel-intel / agen-agen asing itu menyusupi seluruh sendi pemerintahan di Indonesia? Apakah statement Wakil Ketua Komisi I DPR Bpk Tubagus Hasanuddin itu hoax atau memang benar kenyataannya ?.
Sebagai clue : dalam buku berjudul “LEGACY OF ASHES The History of The CIA” yang ditulis oleh Tim Weiner seorang wartawan dengan sebelumnya mempelajari terlebih dahulu 50.000 arsip CIA, wawancara mendalam dengan ratusan veteran CIA, dan pengakuan sepuluh direkturnya.
Dalam buku itu menunjukkan bukti-bukti meyakinkan perihal kelemahan CIA yang memalukan. Di antaranya, agen-agen CIA mengetahui Tembok Berlin runtuh pada 1989 dari siaran televisi bukan dari pasokan analisis mata-mata yang bekerja di bawah tanah; ambruknya WTC, yang membelasah pada 11 September 2001, dengan telanjang memeragakan kepada dunia bahwa agen-agen CIA lumpuh dalam mengantisipasi serbuan teroris alumnus CIA sendiri.
Sebagai sebuah dinas intelijen terbesar di dunia, CIA melakukan blunder paling vital dalam sejarah panjang spionase: berbohong tentang eksistensi senjata nuklir Irak. Blunder itulah yang menjadi basis pengambilan keputusan politik yang paling keliru dalam sejarah kepresidenan AS, yakni menyerbu Irak sekaligus menumbangkan Presiden Saddam Hussein.
Dan yang paling membuat kontroversi bagi kita adalah buku ini berisi pengakuan seorang pejabat tinggi CIA, Clyde McAvo yang menyatakan bahwa mantan Wakil Presiden, Adam Malik, sebagai agen rahasia CIA di Indonesia. Clyde McAvoy yang diwawancarai Tim Weiner pada 2005, mengaku telah merekrut dan mengontrol Adam Malik. McAvoy bertemu Adam Malik tahun 1964. Dalam buku itu dijelaskan bahwa CIA memberikan US$ 10 ribu untuk mendukung peran serta Adam Malik memberantas Gestapu.akan tetapi hal ini dibantah resmi oleh pemerintah indonesia.
Clue kedua : Pengakuan John Perkins dalam buku Confession of EHM dan John Pilger dalam film dokumenternya tentang Indonesia yang berjudul “The New Rulers of the World” mempertegas bahwa Amerika Serikat sangat berkepentingan menghancurkan pemerintahan Soekarno yang anti Imperaliasme Modern melalui korporasi dan kebijakan ekonomi dan politik kapitalis. Untuk menghancurkan kekuasaan Soekarno, sudah pasti harus menghancurkan penyokong Soekarno, yakni partai yang anti imperalias kapitalis pada saat itu yakni PNI yang dipimpin Bung Karno dan PKI. Dengan menjatuhkan Bung Karno, PNI akan lenyap. Dan untuk itu, PKI juga harus dihancurkan.
Setelah Bung Karno jatuh, kekuatan modal asing langsung masuk ke bumi pertiwi untuk mengeksploitasi sumber kekayaan alam. Dalam film dokumenternya, John Pilger (wartawan Australia) : “Dalam dunia ini, yang tidak dilihat oleh bagian terbesar dari kami yang hidup di belahan utara dunia, cara perampokan yang canggih telah memaksa lebih dari sembilan puluh negara masuk ke dalam program penyesuaian struktural sejak tahun delapan puluhan, yang membuat kesenjangan antara kaya dan miskin semakin menjadi lebar. Ini terkenal dengan istilah “nation building” dan “good governance” oleh “empat serangkai” yang mendominasi World Trade Organization (Amerika Serikat, Eropa, Canada dan Jepang), dan triumvirat Washington (Bank Dunia, IMF dan Departemen Keuangan AS) yang mengendalikan setiap aspek detail dari kebijakan pemerintah di negara-negara berkembang. Kekuasaan mereka diperoleh dari utang yang belum terbayar, yang memaksa negara-negara termiskin membayar $ 100 juta per hari kepada para kreditur barat. Akibatnya adalah sebuah dunia, di mana elit yang kurang dari satu milyar orang menguasai 80% dari kekayaan seluruh umat manusia.”
Dalam buku hasil dokumentasi John Pilgers, The New Ruler of the World : “Dalam bulan November 1967, menyusul tertangkapnya ‘hadiah terbesar’, hasil tangkapannya dibagi. The Time-Life Corporation mensponsori konferensi istimewa di Jenewa yang dalam waktu tiga hari merancang pengambilalihan Indonesia. Para pesertanya meliputi para kapitalis yang paling berkuasa di dunia, orang-orang seperti David Rockefeller. Semua raksasa korporasi Barat diwakili: perusahaan-perusahaan minyak dan bank, General Motors, Imperial Chemical Industries, British Leyland, British American Tobacco, American Express, Siemens, Goodyear, The International Paper Corporation, US Steel. Di seberang meja adalah orang-orangnya Soeharto yang oleh Rockefeller disebut “ekonom-ekonom Indonesia yang top”.
“Di Jenewa, Tim Sultan terkenal dengan sebutan ‘the Berkeley Mafia’, karena beberapa di antaranya pernah menikmati beasiswa dari pemerintah Amerika Serikat untuk belajar di Universitas California di Berkeley. Mereka datang sebagai peminta-minta yang menyuarakan hal-hal yang diinginkan oleh para majikan yang hadir. Menyodorkan butir-butir yang dijual dari negara dan bangsanya, Sultan menawarkan : …… buruh murah yang melimpah….cadangan besar dari sumber daya alam … pasar yang besar.”
Di halaman 39 ditulis : “Pada hari kedua, ekonomi Indonesia telah dibagi, sektor demi sektor. ‘Ini dilakukan dengan cara yang spektakuler’ kata Jeffrey Winters, guru besar pada Northwestern University, Chicago, yang dengan mahasiwanya yang sedang bekerja untuk gelar doktornya, Brad Simpson telah mempelajari dokumen-dokumen konferensi. ‘Mereka membaginya ke dalam lima seksi : pertambangan di satu kamar, jasa-jasa di kamar lain, industri ringan di kamar lain, perbankan dan keuangan di kamar lain lagi; yang dilakukan oleh Chase Manhattan duduk dengan sebuah delegasi yang mendiktekan kebijakan-kebijakan yang dapat diterima oleh mereka dan para investor lainnya. Kita saksikan para pemimpin korporasi besar ini berkeliling dari satu meja ke meja yang lain, mengatakan : “ini yang kami inginkan: ini, ini dan ini”, dan mereka pada dasarnya merancang infrastruktur hukum untuk berinvestasi di Indonesia.
Nyata dan secara rahasia, kendali dari ekonomi Indonesia pergi ke Inter Governmental Group on Indonesia (IGGI), yang anggota-anggota intinya adalah Amerika Serikat, Canada, Eropa, Australia dan, yang terpenting, Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia.
Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan oleh John Perkins, seorang EHM yang telah bekerja menghancurkan Indonesia, Panama, Paraguay dan pengakuan teman-teman John Perkins dalam buku “A Game As Old As Empire”.
Keberhasilan agen CIA dalam memenjarakan ekonomi Indonesia di rezim Soeharto dengan utang dan eksploitasi emas (Papua), migas dan sumber daya alam lainnya, tentu membutuhkan kaki tangan orang Indonesia sendiri. Sudah pasti ada orang-orang Indonesia yang menjadi penghianat yang menjual kehormatan dan kekayaan bangsa demi kepentingan pribadi maupun golongan.
Jadi kalau kita percaya John Pilger dan John Perkins, sejak tahun 1967 Indonesia sudah mulai dihabisi (plundered) dengan tuntunan oleh para elit bangsa Indonesia sendiri yang ketika itu berkuasa. Ditambah dengan tulisan Tim Weiner, “Sudah pasti ada agen / antek ASING yang berasal dari elit bangsa. Siapakah itu ?. (written by pocong syereem).


JKGR.

Kamis, 20 Februari 2014

PTDI Siap Garap Proyek Pesawat R80 Rancangan BJ Habibie

http://images.detik.com/content/2014/02/18/1036/155301_habibie55320.jpg  
Jakarta -PT Dirgantara Indonesia (PTDI) siap menjadi pihak kontraktor pengembangan pesawat R80 yang merupakan rancangan mantan Menristek BJ Habibie. Habibie melalui PT Regio Aviasi Industri (RAI) bekerjasama dengan PTDI melakukan persiapan pengembangan R80.

Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI Andi Alisyahbana mengatakan fase pertama proyek ini adalah tahap konfigurasi. Pada tahap ini akan dipastikan soal jumlah penumpang karena menyangkut segmen pasar.

"Pertama konfigurasi, yaitu menentukan jumlah penumpang, apakah sayap mau atas bawah. Rasanya akan menuju 80 penumpang," katanya usai acara penyerahan helikopter Dauphin pesanan Basarnas di Lanudal Pondok Cabe Tangerang Selatan, Selasa (18/2/2014).

Andi menjelaskan, dari sisi pasar untuk pesawat R80 belum memiliki pesaing. Saat ini, tidak ada produsen pesawat di dunia yang bermain pada kelas 80 penumpang.

"Kalau ATR juga kapasitasnya nggak sampai 80 orang. Kita masuk di pasar yang belum ada pemainnya," terangnya.

Selanjutnya, pada fase kedua PTDI dan PT RAI akan masuk ke tahap desain awal. Targetnya prosesnya dimulai tahun 2015.

"Habis itu, preliminary design, bentuknya nanti mau gimana. Itu Insya Allah kita mulai tahun depan, karena ini tergantung dana," jelasnya.

Tahap terakhir, PTDI dan PT RAI akan memasuki fase terberat yaitu detail design. Fase ini nantinya akan masuki tahap pembuatan purwarupa (prototype) hingga sertifikasi pesawat. Pesawat N250 menurutnya telah berwujud prototype namun belum mengantongi sertifikasi kelaikan terbang dari lembaga internasional.

"Paling berat nanti detail design, nanti membuat prototype," jelasnya.

Harapannya pesawat baling-baling bermesin turboprop ini bisa dijual ke publik mulai tahun 2020. Namun syaratnya proses pembiayaan pengembangan pesawat ini berjalan lancar.

"Kalau nanti R80 jadi, yang penting pendanaan, kalau PTDI siap semuanya. Kalau dengan RAI berarti dari swasta, mereka pemilik program, kami sebagai kontraktor saja," jelasnya.

Seperti diketahui, Mantan Presiden BJ Habibie memiliki keinginan dan mimpi besar memajukan industri dirgantara di Tanah Air.

Habibie sempat menerbangkan pesawat asli buatan Indonesia yaitu N250, namun dalam proses pengembangan dan menuju sertifikasi gagal karena proyeknya dihentikan atas rekomendasi IMF. Ia masih menjaga mimpinya untuk melihat pesawat asli buatan anak bangsa terbang dan digunakan maskapai tanah air dan dunia, dengan membuat R80.