Meski sampai saat ini sosoknya belum pernah terlihat di publik, namun
kabar keberadaan rudal MANPADS VSHORAD (Very Short Range Air Defence)
Chiron dalam arsenal Denhanud (Detasemen Pertahanan Udara) Paskhas marak
jadi bahan perbincangan. Dalam beberapa pemberitaan, disebut rudal
buatan Korea ini menjadi satu paket terintegrasi pada sistem senjata PSU
(Penangkis Serangan Udara) Oerlikon Skyshield.
Bila merujuk ke situs resmi Rheinmetall Defence selaku manufaktur
Oerlikon Skyshield, dan situs LIG Nex1, tidak muncul informasi yang
mengaitkan antara kedua sistem senjata anti serangan udara tersebut.
Hanya saja pihak Rheinmetall menyebut Oerlikon Skyshield dapat
terintegrasi dengan peluncur rudal VSHORAD. Namun rujukan dari situs
militer
deagel.com dan Wikipedia secara tegas menginformasikan
keberadaan rudal Chiron (Shingung), yang disebut mulai memperkuat
Paskhas TNI AU sejak tahun 2014. Adanya Chiron seolah menjadi pengimbang
rudal QW-3 buatan Norinco, Cina, yang juga menyandang predikat rudal
MANPADS.
Chiron di ajang Indo Defence 2012.
Personel Marinir TNI AL sedang menjajal simulator Chiron.
Dari segi gelar operasi, Chiron mirip dengan rudal Mistral buatan
MBDA dan Saab RBS-70, yakni diusung menggunakan media tripod. Meski tak
begitu populer, Chiron juga dibuat dengan varian multi laucher system
yang dikendalikan secara remote. Untuk versi single dan double launcher,
Chiron ditembakkan secara manual, tak ada bedanya dengan rudal QW-3.
Kemudian bagaimana kaitan antara Chiron dan sistem Oerlikon Skyshield?
Bila dicermati, koneksi diantara keduanya lebih mengedepankan pada
elemen komunikasi, satuan tembak Chiron memanfaatkan informasi yang
disalurkan dari Command Post Skyshield. Sebagai informasi Command Post
menaungi sistem penembakkan kanon dan monitoring radar. Unit sensor
radar Skyshield terbilang canggih, yakni menyediakan kemampuan
pencarian, akusisi, penjejakan dan penindakan sasaran, kemudian
mengirimkannya ke sistem kendali penembakan untuk memberikan solusi
penembakan berdasarkan sejumlah parameter data yang dihasilkan unit
sensor.
Sistem yang terpasang di modul radar terdiri dari radar pencari,
radar penjejak, dan sensor elektro optik untuk menjejak sasaran. Radar
pencari berbentuk kotak dan beroperasi pada i-band di frekuensi 8,6 –
9,5 Ghz, berputar dengan kecepatan 40 kali per menit dan memiliki moda
gelombang penjejak 2D atau 3D sesuai kebutuhan. Sistem radar pencari
dihubungkan dengan modul IFF (identification friend or foe) untuk dapat
mengenali target di udara. Kemampuan menjejak sasaran dibagi dalam dua
radius: 12 kilometer untuk elevasi -5 sampai 70 derajat, atau 20
kilometer untuk elevasi -5 sampai 42 derajat. Pemancaran gelombang radar
dilengkapi moda burst untuk mencegah jamming, plus modul ECCM
(electronic counter measure) untuk menghadapi situasi perang elektronik.
Sejatinya pola konektvitas antara Chiron dan radar di sistem Skyshield
mirip dengan konektivitas data antara rudal QW-3 dan radar intai Smart
Hunter. Jalur komunikasi yang dipilih bisa menggunakan wireline atau
wireless.
Perangkat radar intai Oerlikon Skyshield.
Command Post Oerlikon Skyshield.
Operator di dalam shelter Command Post.
Rudal Chiron termasuk salah satu rudal generasi terbaru di kelasnya
yang dikembangkan lembaga riset Korsel selama lebih dari delapan tahun,
diproduksi oleh LIG Next1, salah satu anak perusahaan LG Corporation.
Pengembangan rudal ini berdekatan dengan proyek rudal Grom
dari Polandia. Pada awalnya Korea Selatan merintis pengembangan rudal
panggul pada tahun 1995 oleh badan penelitian pertahanan pemerintah
dengan anggaran 71 juta dollar dengan nama proyek KP-SAM (Korean
Portable Surface-to-Air Missile) Shingung.
Pada tahun 2003 Korsel menerima pengiriman rudal panggul Igla dari
Rusia sebagai bagian dari pembayaran hutang Rusia. Fase produksi rudal
dimulai pada tahun 2004 dan penggelaran operasional dilakukan pada
September 2005. AD Korea Selatan memesan sebanyak dua ribu unit rudal.
Sebagai komponennya, sensor pengindra inframerah dipasok pabrik LOMO
Rusia sedangkan sistem kendali, motor roket dan hulu ledak dikembangkan
sendiri oleh Korsel sendiri.
Bobot Chiron mencapai 14,4 kg, sedangkan berat peluncur dan rudal
jika ditotal mencapai 24,3 kg. Meski bisa dioperasikan dengan dipanggul,
efektivitasnya akan lebih baik bila dilepaskan dengan tripod untuk
menjaga stabilitas saat penembakkan. Dalam gelar tempur, satuan tembak
Chiron diawaki oleh tiga orang, masing-masing adalah
gunner, loader amunisi, dan
observer.
Dengan sokongan solid rocket motor, Chrion dapat menguber target
dengan kecepatan 700 meter per detik (setara Mach 2.4). Karena bergelar
VSHORAD, jarak uberan rudal ini memang terbatas, hanya 7.000 meter dan
jarak ketinggian luncur maksimum 3.500 meter. Chiron beroperasi dengan
pemandu infra red dengan dual mode (IR/UV) sehingga lebih tahan terhadap
aksi jamming. Sistem rudal juga dilengkapi interrogator IFF yang
dipasok oleh sistem radar.
Pihak LIG Nex1 mengklaim sistem Chiron hanya membutuhkan waktu
penembakan kurang dari tiga detik untuk meluncur setelah dipicu, MANPADS
(Man Portable Air Defence System) Chiron menerima informasi dari sistem
sensor dan mengirimkan informasi posisi dan status misil ke TDR (Target
Data Receiver) dari piranti GPS yang ditanamkan dalam misil.
Mekanismenya hulu ledak dengan berat 2,5 kg akan otomatis meledak jika
misil mendekati 1,5 meter dari sasaran dengan menyebarkan 720 potongan
fragmen berenergi kinetik yang akan mengoyak badan maupun mesin
helikopter atau pesawat yang menjadi sasaran.
Rudal yang per unitnya seharga US$173 ribu ini pernah dihadirkan LIG
Nex1 pada ajang Indo Defence 2012 di Jakarta. Sayangnya Chiron bukan
termasuk rudal MANPADS yang laris dipasaran, selain Korea Selatan,
penggunanya ternyata hanya Indonesia.
(Gilang Perdana)Spesifikasi Chiron
– Diameter: 80 millimeter
– Launch Unit Length: 1,87 meter
– Missile Length: 1.68 meter
– Max Range: 7.000 meter
– Target’s Max Altitude: 3.500 meter
– Top Speed: Mach 2.4 mach
– Launch Unit Weight: 19,5 kilogram
– Warhead: 2.5 kilogram
– Missile Weight: 14 kilogram