Ikon matra darat pada akhirnya merujuk pada keunggulan ranpur lapis
baja, dengan penekanan pada keterlibatan tank tempur utama, alias MBT (main battle tank).
Untuk urusan update MBT, Indonesia menjadi pemain akhir, setelah
Malaysia, Singapura, dan Thailand yang lebih dulu menggunakan MBT.
Diawali dengan kontroversi yang masih berlanjut sampai saat ini,
Indonesia akhirnya resmi membeli ratusan unit MBT Leopard 2 dan IFV (infantry fighting vehicle)
Marder 1A3 dengan kontrak senilai US$ 280 juta. Perinciannya adalah 61
unit Leopard Ri (Revolution), 42 unit Leopard 2 A4, 50 Marder 1A3, dan
Leopard versi recovery, tank bridge layer, berikut tank ambulans.
Kesemuanya merupakan produk bekas pakai yang sudah direkondisi agar
dapat tampil pas di iklim tropis.
Lepas dari kontroversi kehadiran Leopard 2 A4 untuk TNI AD, secara
update teknologi memang sudah sewajarnya korps lapis baja TNI AD
mendapatkan teknologi alutsista yang sepadan dengan negara tetangga.
Hadirnya Leopard 2 punya nilai strategis, selain dapat meningkatkan daya
deteren, moril awak lapis baja TNI AD pun akan lebih percaya diri,
setelah cukup lama dibuat inferior melihat kecanggihan tank milik Malaysia, Singapura, dan Australia.
Leopard 2 A4 TNI AD
Pelontar granat pada kubah meriam 120mm Leopard 2 A4 TNI AD
Bobotnya yang mencapai 60 ton lebih terus mengundang kontroversi di Dalam Negeri, tapi “show must go on.”
Nah, menunggu tuntasnya pengiriman Leopard 2 A4 dari Jerman hingga
2017. Adalah hal yang menarik untuk mengkalkukasi siapa-siapa saja yang
bakal menjadi lawan tanding tank andalan TNI AD ini. Tanpa bermaksud mengompori,
tapi lawan Leopard TNI AD tak sulit untuk ditebak dengan proyeksi
tantangan terbesar di masa depan berasal dari negara tetangga. Meski
harus diakui, karena kontur geografis Indonesia dan kawasan Asia
Tenggara yang sifatnya kepulauan, membuat gelar operasi MBT yang
bobotnya puluhan ton begitu terbatas. Konsep MBT lebih dikedepankan
untuk misi bertahan, ketimbang ofensif. Tapi toh beragam skenario bisa
terjadi dimasa depan, seperti gesekan soal perbatasan antara Indonesia –
Malaysia menyangkut perbatasan di Kalimantan. Dengan Australia, sempat
ada gesekan saat jejak pendapat lepasnya Timor Timur di tahun 1999.
Polling Indomiliter
Berangkat dari paparan diatas, Indomiliter.com menggelar polling dengan pertanyaan, “Bila Terjadi Konflik yang Melibatkan MBT, Menurut Anda Siapa Yang Bakal Jadi Lawan Terberat Leopard 2 A4 TNI AD”. Polling digelar mulai 19 Februari hingga 20 Maret 2014 dengan total 1.989 responden. Polling dilakukan dengan pola one IP one vote.
Dalam polling ini, Leopard 2 A4 TNI AD disandingkan dengan MBT milik
Malaysia yakni PT-91M Pendekar, MBT milik Australian Army M1A1 AIM
Abrams, dan MBT andalan Singapura Leopard 2 A4S Evo. Hasil polling boleh
dibilang cukup kontroversial dan mengejutkan, pasalnya potensi duel MBT
yang berasal dari Malaysia ternyata tidak terbukti dalam polling ini,
justru responden punya pendapat berbeda. Berikut adalah paparannya.
M1A1 AIM Abrams (Australia)
Hingga saat ini belum terbesit skenario perjumpaan Leopard 2 A4 TNI AD
dengan MBT Abrmas Australia. Tapi polling menempatkan tank buatan AS ini
sebagai lawan terberat Leopard Indonesia. Dari 1.989 responden, 1.135
responden (57,06%) memilih M1A1 Abrams. Boleh jadi pilihan ini didasari
hubungan yang memanas antara Indonesia – Australia, maklum saat polling
dilakukan tengah hangat isu penyadapan dan imigran gelap.
M1A1 AIM Abrams Australian Army
Dirunut dari sejarahnya, Setelah tiga dekade, Australia lewat RAAC
(Royal Australian Armoured Corps) akhirnya memulai mencari pengganti
Leopard 1AS. Program penggantian MBT tidak menjadi prioritas, karena
secara kontinental, Australia tentu tidak memiliki lawan yang
membutuhkan keterlibatan MBT. Penugasan-penugasan militer Australia
dalam misi penjaga perdamaian di Haiti, Somalia, dan Timor Timur juga
tidak memunculkan kebutuhan untuk menggelar tank. Baru pada tahun 2004,
Australia akhirnya mengumumkan program modernisasi yang mengerucut pada
pembelian M1A1 Abrams, itupun lewat skema kredit lunak FMS (Foreign Military Sales).
Jumlah yang dibeli sebanyak 59 unit dengan pengiriman pertama mulai
2007. Sebelumnya Australia telah memiliki 90 unit Leopard 1AS.
M1A1 Abrams yang dibeli berasal dari surplus stok AD AS yang belum
dikonversi ke standar M1A2, dan akan diretrofit dengan kemampuan AIM (Abrams Integrated Management).
Versi AIM dari M1A1 Abrams ditujukan agar tank dapat dioperasikan
dengan baik pada abad 21 yang dicirikan pertempuran berbasis informasi
yang terpadu. Programnya dimulai AD AS pada Desember 1996, dengan
kontraktor utama GDLS (General Dynamics Land Systems) yang menerima 20,7
juta dolar untuk refurbish 45 M1A1 selama masa lima tahun. GDLS
membongkar ulang seluruh M1A1 yang diikutkan dalam program di Anniston
Army Depot.
Abrams milik Australia menggunakan merian kaliber 120 mm M256 yang
tak lain merupakan merian Rheinmetall L44 yang dipasok Jerman ke AS.
Untuk urusan amunisinya, pabrik Alliant Technisystem yang dikontrak AD
AS mampu membuat berbagai macam amunisi 120 mm secara mandiri, bahkan
mengembangkan munisi berbasis DU (depleted uranium) tipe M829A1 yang sebenarnya aman untk disimpan namun terus mengundang kontroversi dalam penggunaannya.
Abrams boleh dibilang sebagai MBT yang memanjakan krunya, baik dalam
hal kenyamanan berkendara maupun optronik yang digunakan oleh penembak
maupun komandan. Penembak memiliki gunner primary sight dengan dua day optics,
satu untuk jarak jauh dengan magnifikasi 3x – 10x, sementara satu optik
lainnya tanpa pembesaran untuk kewaspadaan maksimal terhadap sasaran.
Kontrol kendali penembakan buatan General Dynamics Kanada dibuat
sesimpel mungkin. Penembak tinggal menempatkan retikula di dalam GPS dan
menembakan laser rangefinder buatan Raytheon untuk menentukan jarak.
Spesifikasi General Dynamics M1A1 AIM Abrams
Kru : 4
Bobot tempur : 63.086 kg
Panjang : 9,033 meter
Lebar : 3,657 meter
Tinggi : 2,375 meter
Kecepatan jelajah : 67,6 km/jam
Radius maks : 426 km
Sudut tanjakan : 60 derajat
Meriam : M256 kaliber 120mm dengan 40 amunisi, senapan mesin coaxial FN M240 dengan 400 peluru, dan sepucuk senapan mesin berat
M2HB kaliber 12,7 dengan 900 amunisi.
Leopard 2 A4S Evo (Singapura)
Sebagai negara dengan pendapatan per kapita terbesar di kawasan Asia
Tenggara, maka banyak hal yang bisa diperbuat oleh Singapura dalam
membangun kekuatan militernya. Selain mempunyai
frigat kelas Formidable,
yang didapuk sebagai frigat stealth tercanggih di Asia Tenggara,
Singapura juga cukup perkasa di segmen MBT. Dorongan akusisi MBT oleh
Singapura, oleh beberapa pengamat dipicu oleh Malaysia yang sudah lebih
dulu mengadopsi PT-91.
Leopard 2 A4S Evo Singapura
Meski mengadopsi Leopard 2A4, MBT asal Jerman yang dibeli Negeri
Singapura ini sudah mendapatkan upgrade disana sini, salah satunya
dengan adopsi AMAP (Advanced Modular Armour Protection), yang
menjadikan proteksi lebih maksimal tapi tidak berdampak pada penambahan
bobot tank, pasalnya pihak Singapura menyaratkan bobot tank tidak boleh
lebih dari 60 ton. Dan, jadilah Leopard milik Singapura diberi label
Leopard 2 A4 Evolution.
Dakam hal kemampuan ofensif, Leopard Singapura tidak mengutak-atik
meriam L/44 120mm, pertimbangannya tentu karena soal bobot. Dengan
tipikal wilayah urban, tentu tidak dibutuhkan jarak engagement yang
jauh. Dengan kemampuan L/44 yang optimal pada jarak 1.500 – 2.000 meter,
hal ini tentu masih lebih dari cukup untuk menangkal ancaman apapun
yang mencoba mengganggu. Dari sisi kualitas SDM, Singapura secara
berkala merotasi awak korps lapis bajanya ke Bergen dan Munster di
Jerman untuk berlatih bersama awak tank-tank terbaik di dunia: Leopard 2
A6, M1A2 Abrams, dan Challenger 2. Dengan segala kemampuannya,
Singapura telah menjelma sebagai negara dengan doktrin tempur lapis baja
yang paling update dan berpengalaman di Asia Tenggara. Dari komposisi
kekuatan, Singapura mulai memboyong Leopard 2A4 pada tahun 2008,
pengiriman pertama yaitu 96 unit tank, disusul 36 unit tank Leopard
dalam batch kedua. Dari jumlah tersebut, 30 disimpan sebagai suku cadang
kanibal.
Leopard 2 A4 Ri (Revolution). Nantinya TNI AD akan menerima tank ini, lebih handal dibanding punya Singapura.
Garasi Leopard 2 A4 TNI AD di YonKav 1 Kostrad
Indonesia pun akan kedatangan versi upgrade tank ini, Kepala
Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Budiman pernah menjelaskan,
bahwa keunggulan Main Battle Tank (MBT) Leopard 2A4 Evolution ketimbang
Leopard milik Singapura, yakni pada sistem persenjataannya. “MBT
Singapura assembling sistem operasinya masih hidrolik.
Kelebihan Singapura pada sensor fire control. Kami punya kelebihannya
pada sistem laras senjata yang akurasinya lebih baik dengan menggandeng
Rheinmetall,” ujar Budiman. Dengan segala keunggulannya, Leopard 2 A4S
Evo Singapura dipilih sebagai lawan terberat kedua Leopard 2 TNI AD.
Sebanyak 718 responden (36,1%) telah secara jelas memilih sosok MBT ini.
PT-91M Pendekar (Malaysia)
Berbeda dengan prediksi banyak pengamat, justru MBT Malaysia ada
diurutan terakhir sebagai lawan tanding Leopard 2 TNI AD. Dari 1.989
reponden, hanya 136 reponden (6,84%) yang menganggap tank ini sebagai
kekuatan yang berarti untuk Leopard Indonesia.
PT-91M
Ditilik dari postur kekuatan, armada MBT Malaysia terdiri dari
keluarga PT-91 Twardy (Tangguh) buatan pabrikan Zaklady Mechaniczne
Bumar-Labedy SA, Polandia. PT-91 dipilih setelah menjalani kompetisi
ketat dengan T-84 (varian T-80UD yang diproduksi dan dimodernisasi oleh
Malyshev Plant, Ukrania) yang mengikuti pengujian langsung di Malaysia.
Negeri Jiran ini memilih produk Polandia ini didasari pada dual hal.
Pertama, studi intenal Tentara Diraja Malaysia bahwa kelas tank yang
memenuhi syarat untuk beproperasi di kontur tanah dan lingkungan
semenanjung Malaya adalah yang beratnya kurang dari 50 ton. Kedua, harga
produk militer yang diproduksi Polandia tak kalah dibanding hasil
produksi Rusia.
Dengan alasan tersebut, akhirnya Malaysia memesan 48 PT-91M MBT, enam kendaraan recovery WZT-4, lima varian AVLB (Armoured Vehicle Launched Bridge)
sebagai pembawa jembatan, dan tiga MID-M yang dilengkapi roller dan
bilah dozer untuk menerobos rintangan. Seluruhnya dipesan dalam satu
kontrak pada April 2013 senilai 375 juta dolar. Pada saat kontrak
diajukan, Malaysia menjadi negara pertama yang menggelar MBT modern di
Asia Tenggara, dan sempat menjadi pembicaraan hangat di kawasan. Pada
dasarnya PT-91 merupakan varian tiruan dari peningkatan MBT T-72M1
lansiran Uni Soviet.
Pasca bubarnya Uni Soviet, Polandia menawarkan produknya yang
dibanderol lebih murah dan lebih fleksibel dalan integrasi subsistemnya.
Pada varian PT-91M Pendekar yang dibeli Malaysia, sejumlah sistem
optonik buatan Eropa Barat dibenamkan ke dalamnya, menjadikan tank ini
sebagai sista gado-gado Barat dan Timur.
Polandia sendiri akhirnya memutuskan membeli 124 tank Leopard 2 pada
tahun 2002, yang ditempatkan di Brigade Kavaleri ke-10, kesatuan tank
terbaik di Polandia. Sementara itu, PT-91 yang tadinya merupakan
kekuatan utama, justru digusur ke Brigade Kavaleri ke-15. (Indomiliter)
Spesifikasi PT-91M Pendekar
Kru : 3
Bobot tempur : 45.300 kg
Panjang : 9,67 meter
Lebar : 3,59 meter
Tinggi : 2,19 meter
Kecepatan jelajah : 60 km/jam
Radius maks : 650 km
Sudut tanjakan : 60 derajat
Kemiringan : 50 derajat
Meriam : D81T/2A46 kaliber 125mm dengan 43 amunisi, senapan mesin
coaxial FN MAG (2.000 peluru), dan senapan mesin berat M2HB (200
peluru).