Akhir Mei lalu Koopsau I TNI AU menggelar latihan ‘Jalak Sakti 2006’ di Tanjung Pandan, Belitung. Sebagai puncak latihan adalah demonstrasi pelepasan bom MK82 LDGP (Low Drag General Purpose Bomb) dari jet tempur F-16 Fighting Falcon. Setidaknya ada empat unit F-16 yang masing-masing membawa empat bom MK82 yang digunakan untuk menghancurkan tiga pos komando musuh di Buding Air Weapon Range (AWR).
Dibalik latihan tersebut, yang menarik disimak tentu sosok bom MK82. Dari berbagai tipe bom yang dimiliki TNI AU, jenis yang paling popular adalah Mark (MK) 82. Mengapa bom MK82 disebut terpopuler? Tak lain karena MK82 hampir selalu digunakan dalam tiap ajang latihan tempur sebagai kekuatan pemukul pada target utama. Dari segi bobot, MK82 masih menjadi bom terberat yang operasional digunakan TNI AU dengan bobot 227 kg. MK82 pun dapat dilepaskan di hampir semua pesawat tempur TNI AU yang berstandar NATO, mulai dari era A-4 Skyhawk, OV-10F Bronco, F-5 E/F Tiger II, Hawk 100/200, Super Tucano, dan F-16 Fighting Falcon.
Dari spesifikasnya, bom ini dirancang untuk dilepaskan pada ketinggian rendah (low drag). TNI AU sendiri menggunakan jenis MK81 (113 kg) dan MK82. Campuran bahan peledak bom MK82 terdiri dari TNT 80% dan bubuk alumunium 20%. Dengan kombinasi bahan peledak (tritonal), efek daya hancur yang diperoleh bisa mencapai 18% lebih dahsyat ketimbang peledak dengan bahan TNT saja. Sebagai bom udara, MK82 diberi lapisan pelindung streamlined steel casing dengan bobot 89 kg. Dalam desainnya, MK82 sudah dilengkapi dengan sumbu dan empat buah sirip.
Meski desain MK82 dirancang untuk dilepaskan pada ketinggian rendah, namun lewat modifikasi MK82 juga dapat dilepaskan dari posisi terbang tinggi. Modifikasi yang dimaksud mengadopsi model High Drag Bomb Parachute (HDBP), artinya bom dilengkapi fin dan parasut. Penggunaan parasut yang mengembang saat bom dilepaskan, dimaksudkan untuk mendapatkan lintasan bom yang pendek (low trajectory). Dalam gelar operasi tempur seperti di medan Afghanistan, model bom HDBP marak digunakan untuk menghantam sasaran tertutup dan sulit, seperti lembah, pasalnya penghancuran sasaran akan sulit dilakukan dengan mekanisme bom low drag.
Sayangnya sampai saat ini, belum ada laporan penggunaan atau uji coba langsung jenis bom HDBP pada jet tempur TNI AU. Meski begitu, Balitbang Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI pada tahun 2012 sudah berhasil melakukan peneltian untuk pembuatan bom berparasut dengan basis bom MK82. Kegiatan Balitbang difokuskan pada pembuatan fin dan parasut, dan saat ini kegiatan sudah mencapai pembuatan prototipe dan uji terowongan angin. Dalam pengembangan prototipe bom MK82 HDBP, ikut melibatkan pihak Depohar 70, Depohar 60, PT Pindad, dan PT Maju Mapan. (Bayu Pamungkas)