Minggu, 17 April 2016

Intelijen Indonesia Sudah Berada di Kiri Kanan Lokasi Penyanderaan

PPRC Latihan di Tarakan, Kalimantan Utara, 15/04/2016

Presiden Joko Widodo menegaskan militer Indonesia sudah sangat siap untuk membebaskan seluruh warga negara Indonesia (WNI) yang disandera kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina.

“Yang pertama kita sudah menyiapkan, tentara kita siap di perbatasan di Tarakan (Kalimantan Utara), sejak warga negara kita disandera, setiap hari latihan dan mereka siap, kalau nantinya pemerintah Filipina memberikan jalan kita untuk masuk ke sana,” ujar Presiden saat berbincang dengan SCTV di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat?, Sabtu (16/4/2016).

Presiden Jokowi menjelaskan, sebenarnya TNI tinggal menunggu dizinkan saja oleh Pemerintah Filipina ?untuk bergerak membebaskan seluruh WNI yang disandera Abu Sayyaf.


“Problemnya warga negara kita ini disandera di negara lain, yaitu Filipina. Karena sekali lagi, ini negara lain yang ada aturan mainnya. Mereka juga memiliki undang-undang dan juga mereka ini mau pemilu?. Yang kedua, jika kita ingin masuk ke sana harus dapat izin dari pemerintah Filipina, baru kita bisa masuk,” jelas Presiden.

Namun demikian, Presiden menambahkan, Pemerintah Indonesia tetap berkomunikasi dengan kelompok Abu Sayyaf agar WNI yang disandera segera dibebaskan tanpa adanya korban.

“Intelijen? dan tentara kita sebagian sudah berada di kanan kiri dari lokasi penyanderaan. Tetapi untuk menyerbu dengan ketegasan kita memang harus mendapatkan lampu hijau, izin dari pemerintah Filipina. Ini yang masyarakat harus tahu. Tetapi sampai saat ini kita terus berkomunikasi dengan kelompok Abu sayyaf, tetapi dengan faksi yang berbeda. Nantinya, dengan komunikasi itu sandera-sandera (WNI) bisa dibebaskan, harapannya,” ujar Presiden Joko Widodo.

Sumber : Liputan6.com

PPRC TNI Fokus Latihan Pembebasan Sandera


tni tarakan

Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI fokus melaksanakan latihan pembebasan sandera dengan skenario sasaran di darat bertempat di Mamburungan kota Tarakan Kalimantan Utara, (15/4/2016).

Latihan gabungan tiga angkatan terdiri dari TNI AD, TNI AL dan TNI AU serta unsur Brimob dari Polda Kaltim melibatkan sekitar 500 prajurit dengan skenario ada dua sasaran di darat yang menawan para sandera. Latihan gabungan PPRC TNI merupakan latihan pemanasan dengan skenario atau asumsi sesuai dengan medan yang paling mungkin terjadi diwilayah Republik Indonesia.

Latihan gabungan PPRC TNI dikombinasikan dengan tiga angkatan yang setiap medannya tidak sama sehingga latihan ini sangat memperhitungkan cuaca, medan dan karakteristik lainnya sehingga rangkaian kombinasi latihan ini dapat berjalan dengan baik.

PPRC Latihan di Tarakan, Kalimantan Utara, 15/04/2016
PPRC Latihan di Tarakan, Kalimantan Utara, 15/04/2016

Latihan disaksikan langsung oleh Pangkostrad Letjen TNI Edy Rahmayadi yang bertindak selaku Pangkoops TNI yg mengendalikan kegiatan operasi dan latihan PPRC TNI. Dalam kesempatan tersebut Pangkostrad mengatakan bahwa, Latihan Gabungan PPRC merupakan suatu kegiatan operasi dengan tepat dan cepat kepada sasaran nyata diwilayah NKRI dalam rangka mencegah dan menghancurkan musuh.

Pangkostrad memberikan perhatian yang sangat besar terhadap pasukan PPRC TNI karena dengan profesionalisme dan terlatihnya pasukan PPRC TNI ini dapat di gerakkan setiap saat bila bangsa dan Negara membutuhkan.


Latihan PPRC TNI di awali kegiatan dari laut oleh Kapal KRI Surabaya yang membawa personil PPRC TNI yaitu Denjaka dan Kopaska bersandar tidak jauh dari Dermaga Lantamal XIII Mamburungan Kota Tarakan Provinsi Kaltara.

Sebanyak 24 orang Tim gabungan Komando pasukan Katak ( Kopaska ), Detasemen Jala Mangkara ( Denjaka ) dan Gultor dengan menggunakan 1 Sea Rider dan 3 LCVP (Landing Craft Vehicle Personal) yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana serta senjata lengkap menuju sasaran tepi dekat pantai dengan gerakan yang penuh siaga, kerahasiaaan dan senyap untuk melakukan penyerangan dan membebaskan tawanan.

Sementara itu di saat yang sama pasukan Free Fall dari Gultor melaksanakan penerjunan dengan pesawat C-130.no.seri A. 1332 dengan kekuatan 10 prajurit dengan komposisi 2 orang sebagai penembak sniper terjun dimedan kritik yang dekat dengan sasaran dan dapat memantau sasaran dan 8 prajurit lainya mengamankan daerah tempat penerjunaan untuk bergabung dengan pasukan yang sudah mendarat terlebih dahulu selanjutnya bersam-sama menuju posisi ke daerah sasaran musuh yaitu rumah dan pembebasan sandera tawanan serta penghancuran dan peledakan markas musuh.

PPRC Latihan di Tarakan, Kalimantan Utara, 15/04/2016
PPRC Latihan di Tarakan, Kalimantan Utara, 15/04/2016

Pada saat kedudukan sasaran sudah diketahui dan merupakan jarak efektif tembakan, pasukan PPRC TNI membuka tembakan dengan tepat dan cepat pada sasaran dengan mendekati, merebut dan mengamankan para tawanan. Pasukan Mobil Udara (Mobud) PPRC TNI yang menggunakan dua Hely Bell memberikan bantuan penyerangan dengan kekuatan 16 prajurit kepada pasukan yang berada di depan.

Sandera dan pasukan setelah pelaksanaan aksi penyerbuan dan pembebasan dibawa dengan KRI Teluk Surabaya menuju wilayah kedaulatan RI. Para sandera yang sudah diamankan selanjutnya dilakukan pengecekan, sebelum diserahkan kepada pihak yang berwewenang yaitu pihak kepolisian.

Puspen TNI

MNEK ditutup dengan penghormatan pada KRI Makassar-590

MNEK ditutup dengan penghormatan pada KRI Makassar-590
Dokumentasi--Latihan Laut MNEK 2016. Kapal perang berbagai negara delegasi Multilateral Naval Excercise Komodo (MNEK) 2016 berlayar dari Teluk Bayur menuju perairan Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Kamis (14/4/2016). Kegiatan MNEK 2016 akan dipusatkan di Kepulauan Mentawai hingga 16 April 2016. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
 
Latihan militer bersama dalam kegiatan Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2016 ditutup dengan penghormatan (Sailing Pass) oleh seluruh kapal perang peserta kepada KRI Makassar-590 di laut perairan Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Sabtu.

Sementara upacara penghormatan diselenggarakan di darat yaitu di Kepulauan Sipora, Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Asisten Operasi Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksda TNI INGN Ary Atmaja di Padang, Sabtu, mengatakan, setelah melakukan penghormatan tersebut kapal perang asing langsung bertolak menuju ke negara masing-masing.

"Sejumlah kapal perang Indonesia ada yang merapat terlebih dahulu di Pelabuhan Teluk Bayur, Kota Padang. Salah satunya adalah KRI Makassar yang merupakan kapal markas dalam kegiatan MNEK," jelasnya.

KRI Makassar-590 bersandar di Pelabuhan Teluk Bayur pada Sabtu sekitar pukul 22.00 WIB. Kapal itu rencananya bertolak menuju Surabaya pada Minggu (17/4).

Ia mengatakan, beberapa kendala yang ditemukan dalam kegiatan itu yaitu membagi waktu saat ada kegiatan rapat dan kegiatan yang bersifat protokoler, dan lainnya dilakukan dalam waktu bersamaan.

"Namun itu mampu kita atasi," kata Ary Atmaja didampingi Komandan Gugus Tempur Laut Koarmabar Laksma TNI Choky Hutabarat.

Ia juga mengapresiasi dukungan positif dari masyarakat Kota Padang dan Mentawai yang menjadi pusat MNEK 2016.

"Kami sangat mengapresiasi dukungan masyarakat, sehingga tidak ada hambatan dan kegiatan berlangsung dengan baik," katanya.

Ary Atmaja mengatakan, kegiatan MNEK itu rencananya dilaksanakan kembali pada 2018.

Sebelumnya dalam rangkaian kegiatan MNEK itu dilaksanakan sejumlah kegiatan bersama kapal perang RI dengan kapal perang asing dalam bidang perdamaian dan kemanusiaan.

Beberapa di antaranya adalah simulasi penyelamatan (SAR) dan simulasi pemeriksaan kapal asing di laut.
 

Abu Sayyaf sandera WNI lagi, TNI kerahkan kapal perang ke perbatasan Filipina

Abu Sayyaf sandera WNI lagi, TNI kerahkan kapal perang ke perbatasan Filipina
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Satu orang ditembak di bawah ketiak, kemudian empat orang disandera. Dan enam orang selamat sekarang ada di Sabah. Yang tertembak dalam kondisi selamat di Malaysia. Terindikasi adalah kelompok Abu Sayyaf tapi masih dalam penyelidikan."
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengungkapkan TNI mengerahkan dua kapal perang ke perbatasan Filipina menanggapi aksi penyanderaan terhadap WNI yang diduga kembali dilakukan oleh kelompok Abu Sayyaf.

"Saya sudah siapkan pasukan di darat, laut dan udara untuk mengambil tindakan di perbatasan Filipina," kata Panglima TNI saat menghadiri peringatan HUT ke 64 Kopassus di Cijantung, Jakarta Timur, Sabtu.

Ia mengaku telah mendapat informasi bahwa pada Jumat (15/4) sekitar pukul 18.20 WIB di perairan perbatasan antara Malaysia dengan Filipina telah terjadi penyanderaan terhadap WNI.

"Satu orang ditembak di bawah ketiak, kemudian empat orang disandera. Dan enam orang selamat sekarang ada di Sabah. Yang tertembak dalam kondisi selamat di Malaysia. Terindikasi adalah kelompok Abu Sayyaf tapi masih dalam penyelidikan," katanya.

Ia mengatakan, sejak Jumat malam (15/4) TNI sudah mengerahkan dua kapal perang yakni, KRI Badau-841 dan KRI Slamet Riyadi-352 ke daerah perbatasan untuk melakukan penjagaan di perairan tersebut.

"Saya tegaskan TNI sudah menyiapkan pasukan untuk melakukan tindakan tegas, saya ulangi TNI sudah menyiapkan pasukan untuk melaksanakan tindakan tegas baik di laut, darat dan hutan saya siap. Kapan pelaksanaan adalah bagaimana koordinasi dengan pemerintah Filipina," tegasnya.

Jenderal bintang empat ini menyebutkan, pihaknya akan melaksanakan koordinasi dengan Panglima Angkatan Bersenjata Filipina dan Malaysia untuk bersama-sama melakukan patroli bersama terkoordinasi.

"Patroli bersama terkoordinasi itu maksudnya, kami mengawal sampai batas perbatasan terluar Zona Ekonomi Esklusif (ZEE), setelah itu di wilayah Filipina ya Filipina dan di wilayah Malaysia ya wewenang Malaysia," ujarnya.

Namun apabila terjadi sesuatu di wilayah negara Malaysia ataupun Filipina, kata Gatot, maka siapapun militer yang mampu hadir dengan cepat diperbolehkan melakukan penanganan.

"Ini langkah-langkah yang segera dilakukan. Itulah perjanjian yang kita buat nantinya, salah satu klausulnya seperti itu (bisa masuk ke wilayah negara tempat terjadinya gangguan)," kata mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini.

Panglima TNI pun optimistis bila nota kesepahaman patroli terkoordinasi itu ditandatangani, maka perairan perbatasan ketiga negara menjadi aman.

"Saya akan melaksanakan koordinasi dengan Malaysia dan Filipina karena wilayah itu berbatasan dengan ketiga negara. Saat ini Filipina operasi besar-besaran di kepulauan Zulu. Kita tunggu saja," ujarnya.

Di tempat yang sama, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Panjaitan mengakui telah terjadi penyanderaan kembali terhadap empat WNI. Saat ini pemerintah Indonesia tengah mencermati langkah apa yang harus dilakukan.

"Kita akan evaluasi dari waktu ke waktu sekarang krisis center sudah berjalan di bawah Polhukam dan kita memantau semua kegiatan itu. Kita lihat apakah politik atau tebusan-tebusan," jelasnya.

Dalam pembicaraannya dengan Panglima TNI, kata Luhut, tidak tertutup kemungkinan dibangun kerja sama antara TNI dengan tentara Filipina dan Malaysia untuk melakukan patroli di perairan tersebut guna menghadapi masalah perompakan.

"Untuk penyanderaan pertama, kita masih negosiasi oleh pengusaha. Kita biarkan saja pengusaha dulu, kita monitor dengan baik, kita tunggu Senin (18/4), tapi saya sampaikan negosiasi ini tidak bisa dilakukan dengan cepat," ucapnya.
 

Kopassus Tak Gentar dengan Kemampuan Militer Abu Sayyaf

Kopassus Tak Gentar dengan Kemampuan Militer Abu Sayyaf
Prajurit Kopassus. (Puspen TNI)

Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Mulyono, selaku inspektur upacara HUT ke-64 Kopassus, menyatakan bahwa pasukan elite Kopassus selalu siap melakukan operasi pembebasan sandera WNI oleh kelompok Abu Sayyaf. Kopassus, kata dia, selalu siap maju jika sewaktu-waktu dibutuhkan.

"Pada akhir Maret kita dikejutkan dengan penyanderaan 10 anak buah kapal WNI oleh Abu Sayyaf. Saya apresiasi kecepatan prajurit Kopassus yang dalam waktu singkat siap laksanakan pembebasan sandera meskipun sampai sekarang pemerintah Filipina masih mengambil langkah internal. Namun Kopassus selalu siap maju jika sewaktu-waktu dibutuhkan," kata Mulyono, Sabtu, 16 April 2016.

Dia berpendapat, gugurnya 18 tentara militer Filipina yang melawan Abu Sayyaf memberi arti bahwa kelompok tersebut memiliki kemampuan yang tak bisa diremehkan. Oleh karena itu, operasi pembebasan lainnya yang pernah dilakukan Kopassus menjadi modal bagi operasi pembebasan sandera Abu Sayyaf.

"Setiap tugas adalah kehormatan bagi Kopassus. Hal ini dipelihara dengan terus berlatih meningkatkan kemampuan setiap prajurit Kopassus. Pada momentum ini (HUT ke-64 Kopassus), saya ingin mengingatkan bahwa sebagai pasukan elite, Kopassus dibentuk untuk menjalani operasi khusus terhadap sasaran strategis terpilih," kata dia.

Mulyono melanjutkan, saat ini Indonesia sadar bahwa sedang menghadapi banyak tantangan dan ancaman kompleks khususnya radikalisme dan terorisme, di samping ancaman bencana alam dan penyakit sosial. Untuk itu, kata dia, harus peningkatan kemampuan militer sangat diperlukan agar semua operasi yang dijalankan berhasil menjaga kedaulatan Indonesia.

"Terima kasih untuk semua prajurit atas berbagai tugas dan prestasi baik tingkat nasional, regional maupun internasional. Semoga reputasi Kopassus yang sudah mendapatkan pengakuan dunia bisa terus dijaga dan ditingkatkan," kata Mulyono.

Sabtu, 16 April 2016

Peringati HUT ke-64, Panglima TNI: Kopassus Harus seperti Angin

Peringati HUT ke 64 Panglima TNI Kopassus Harus seperti Angin
Ilustrasi Kopassus. (SINDOphoto)
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo meminta seluruh prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) untuk terus berlatih meningkatkan kemampuannya.

"Kopassus sekarang berulang tahun yang ke-64. Kopassus tugasnya adalah berlatih, berlatih dan berlatih untuk siap melaksanakan tugas-tugas khusus yang tidak boleh gagal," ujarnya saat memperingati HUT ke-64 Kopassus di Mako Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur, Sabtu (16/4/2016).

Menurut Gatot, sudah banyak prestasi yang ditorehkan oleh Kopassus. Namun, hanya sedikit yang diketahui publik. Hal ini akan terus dilakukan oleh pasukan elite TNI AD.

"Jadi jangan berharap Kopassus akan muncul di media. Kopassus itu ibaratnya angin, bisa dirasakan sejuknya, bisa dirasakan panasnya, tapi tidak tahu bentuknya seperti apa. Mati tanpa pusara, pretasi tanpa pujian, karena memang mereka dibentuk dari prajurit-prajurit yang siap melaksanakan tugas seperti itu," tuturnya.

Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini menegaskan, dengan seperti angin, maka tidak ada tempat bersembunyi dari Kopassus. "Jadi mahluk hidup selagi masih ada angin, itu Kopassus bisa masuk dan keluar tanpa bisa terlihat. Makanya mereka hanya berlatih, berlatih dan berlatih," tegasnya.

Gatot mencontohkan, apa yang sudah dilakukan oleh Serka Zulkarnain, prajurit Kopassus yang berhasil melumpuhkan kemauan dan kemampuan tempur musuh. Bahkan, mampu menurunkan 10 orang Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Papua New Gunea (PNG) kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.

"Sersan Zulkarnain diberi tumpeng dan duduk bersama-sama saya dan Pak Luhut (Menko Polhukam) karena, Sersan Zulkarnaen melaksanakan tugas tanpa senjata berpakaian preman dan bertugas digaris belakang di Papua. Memang tidak tercatat, tapi nyata telah dilakukan itulah Kopassus tidak perlu dipuji," ujarnya.

Senada, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, sebagai pasukan elite Kopassus harus terus meningkatkan kemampuannya guna menghadapi ancaman. Mantan Dansat 81 Gultor berharap Kopassus terus menorehkan prestasinya.

"Harapannya tetap sukses, Panglima TNI bilang Kopassus jangan banyak demo-demo jadi lebih banyak diam-diam saja, yang penting operasi menang. Nanti sama kaya sirkus lagi," tuturnya.

Sementara, mantan Danjen Kopassus Jenderal (Purn) TNI Agum Gumelar meminta, Korps Baret Merah harus menjadi satuan yang selalu bisa mengantisipasi setiap hakikat ancaman. Apalagi, saat ini spektrum ancaman sudah berubah.

"Kopassus selain dasarnya prajurit parako tapi juga harus mampu membaca ancaman ke depannya. Harapan saya, kalau kalian makin berisi semakin biasa-biasa aja dah," ucapnya. 

Kapal Indonesia Kembali Dibajak, Pelaku Diduga Milisi Abu Sayyaf

Kapal Indonesia Kembali Dibajak Pelaku Diduga Milisi Abu Sayyaf
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo. (SINDOphoto)
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menegaskan bahwa pelaku pembajakan Kapal Tunda TB Henry dan Kapal Tongkang Cristi di perairan perbatasan wilayah Malaysia dan Filipina masih kelompok milisi yang dipimpin oleh Abu Sayyaf.

"Jadi masih terindikasi ini adalah kelompok Abu Sayyaf, tapi kita masih dalam penyelidikan untuk memastikan itu semua," ujar Gatot Nurmantyo seusai ikuti upacara HUT Kopassus di Lapangan Makopassus, Cijantung, Jakarta Timur, Sabtu (16/4/2016).

Untuk menyelamatkan 10 warga negara Indonesia (WNI) yang disandera, pihak Tentara Nasional Indonesa (TNI) telah meyiapkan pasukan untuk melakukan tindakan tegas dan mengerahkan dua buah KRI yaitu KRI Badu serta KRI Selamat Riyadi untuk ditugaskan menuju daerah perbatasan.

"Saya tegaskan bahwa TNI sudah menyiapkan pasukan untuk lakukan tindakan tegas, kapan pelaksanaannya bagaimana koordinasi dengan Pemerintah Filipina," kata Gatot.

Selain itu, kata Gatot, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan panglima senjata Filipina dan Malaysia untuk bekerja sama melakukan patroli perbatasan antar wilayah.

"Kalau kita kerja sama patroli berkoordinasi di sana ya ada apa-apa dan kita tidak bisa berbuat apa-apa dan mereka juga tidak sempat bagaimana," tambahnya.

Untuk diketahui, Jumat kemarin pukul 18.31 WIB telah terjadi pembajakan terhadap dua Kapal Tunda TB Henry dan Kapal Tongkang Cristi di perairan perbatasan wilayah Malaysia dan Filipina. Kapal tersebut membawa 10 anak buah kapal (ABK) WNI, dalam peristiwa tersebut satu ABK tertembak di bagian ketiak, empat ABK diculik dan lima ABK selamat.