Minggu, 17 April 2016

Abu Sayyaf sandera WNI lagi, TNI kerahkan kapal perang ke perbatasan Filipina

Abu Sayyaf sandera WNI lagi, TNI kerahkan kapal perang ke perbatasan Filipina
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Satu orang ditembak di bawah ketiak, kemudian empat orang disandera. Dan enam orang selamat sekarang ada di Sabah. Yang tertembak dalam kondisi selamat di Malaysia. Terindikasi adalah kelompok Abu Sayyaf tapi masih dalam penyelidikan."
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengungkapkan TNI mengerahkan dua kapal perang ke perbatasan Filipina menanggapi aksi penyanderaan terhadap WNI yang diduga kembali dilakukan oleh kelompok Abu Sayyaf.

"Saya sudah siapkan pasukan di darat, laut dan udara untuk mengambil tindakan di perbatasan Filipina," kata Panglima TNI saat menghadiri peringatan HUT ke 64 Kopassus di Cijantung, Jakarta Timur, Sabtu.

Ia mengaku telah mendapat informasi bahwa pada Jumat (15/4) sekitar pukul 18.20 WIB di perairan perbatasan antara Malaysia dengan Filipina telah terjadi penyanderaan terhadap WNI.

"Satu orang ditembak di bawah ketiak, kemudian empat orang disandera. Dan enam orang selamat sekarang ada di Sabah. Yang tertembak dalam kondisi selamat di Malaysia. Terindikasi adalah kelompok Abu Sayyaf tapi masih dalam penyelidikan," katanya.

Ia mengatakan, sejak Jumat malam (15/4) TNI sudah mengerahkan dua kapal perang yakni, KRI Badau-841 dan KRI Slamet Riyadi-352 ke daerah perbatasan untuk melakukan penjagaan di perairan tersebut.

"Saya tegaskan TNI sudah menyiapkan pasukan untuk melakukan tindakan tegas, saya ulangi TNI sudah menyiapkan pasukan untuk melaksanakan tindakan tegas baik di laut, darat dan hutan saya siap. Kapan pelaksanaan adalah bagaimana koordinasi dengan pemerintah Filipina," tegasnya.

Jenderal bintang empat ini menyebutkan, pihaknya akan melaksanakan koordinasi dengan Panglima Angkatan Bersenjata Filipina dan Malaysia untuk bersama-sama melakukan patroli bersama terkoordinasi.

"Patroli bersama terkoordinasi itu maksudnya, kami mengawal sampai batas perbatasan terluar Zona Ekonomi Esklusif (ZEE), setelah itu di wilayah Filipina ya Filipina dan di wilayah Malaysia ya wewenang Malaysia," ujarnya.

Namun apabila terjadi sesuatu di wilayah negara Malaysia ataupun Filipina, kata Gatot, maka siapapun militer yang mampu hadir dengan cepat diperbolehkan melakukan penanganan.

"Ini langkah-langkah yang segera dilakukan. Itulah perjanjian yang kita buat nantinya, salah satu klausulnya seperti itu (bisa masuk ke wilayah negara tempat terjadinya gangguan)," kata mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini.

Panglima TNI pun optimistis bila nota kesepahaman patroli terkoordinasi itu ditandatangani, maka perairan perbatasan ketiga negara menjadi aman.

"Saya akan melaksanakan koordinasi dengan Malaysia dan Filipina karena wilayah itu berbatasan dengan ketiga negara. Saat ini Filipina operasi besar-besaran di kepulauan Zulu. Kita tunggu saja," ujarnya.

Di tempat yang sama, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Panjaitan mengakui telah terjadi penyanderaan kembali terhadap empat WNI. Saat ini pemerintah Indonesia tengah mencermati langkah apa yang harus dilakukan.

"Kita akan evaluasi dari waktu ke waktu sekarang krisis center sudah berjalan di bawah Polhukam dan kita memantau semua kegiatan itu. Kita lihat apakah politik atau tebusan-tebusan," jelasnya.

Dalam pembicaraannya dengan Panglima TNI, kata Luhut, tidak tertutup kemungkinan dibangun kerja sama antara TNI dengan tentara Filipina dan Malaysia untuk melakukan patroli di perairan tersebut guna menghadapi masalah perompakan.

"Untuk penyanderaan pertama, kita masih negosiasi oleh pengusaha. Kita biarkan saja pengusaha dulu, kita monitor dengan baik, kita tunggu Senin (18/4), tapi saya sampaikan negosiasi ini tidak bisa dilakukan dengan cepat," ucapnya.
 

Kopassus Tak Gentar dengan Kemampuan Militer Abu Sayyaf

Kopassus Tak Gentar dengan Kemampuan Militer Abu Sayyaf
Prajurit Kopassus. (Puspen TNI)

Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Mulyono, selaku inspektur upacara HUT ke-64 Kopassus, menyatakan bahwa pasukan elite Kopassus selalu siap melakukan operasi pembebasan sandera WNI oleh kelompok Abu Sayyaf. Kopassus, kata dia, selalu siap maju jika sewaktu-waktu dibutuhkan.

"Pada akhir Maret kita dikejutkan dengan penyanderaan 10 anak buah kapal WNI oleh Abu Sayyaf. Saya apresiasi kecepatan prajurit Kopassus yang dalam waktu singkat siap laksanakan pembebasan sandera meskipun sampai sekarang pemerintah Filipina masih mengambil langkah internal. Namun Kopassus selalu siap maju jika sewaktu-waktu dibutuhkan," kata Mulyono, Sabtu, 16 April 2016.

Dia berpendapat, gugurnya 18 tentara militer Filipina yang melawan Abu Sayyaf memberi arti bahwa kelompok tersebut memiliki kemampuan yang tak bisa diremehkan. Oleh karena itu, operasi pembebasan lainnya yang pernah dilakukan Kopassus menjadi modal bagi operasi pembebasan sandera Abu Sayyaf.

"Setiap tugas adalah kehormatan bagi Kopassus. Hal ini dipelihara dengan terus berlatih meningkatkan kemampuan setiap prajurit Kopassus. Pada momentum ini (HUT ke-64 Kopassus), saya ingin mengingatkan bahwa sebagai pasukan elite, Kopassus dibentuk untuk menjalani operasi khusus terhadap sasaran strategis terpilih," kata dia.

Mulyono melanjutkan, saat ini Indonesia sadar bahwa sedang menghadapi banyak tantangan dan ancaman kompleks khususnya radikalisme dan terorisme, di samping ancaman bencana alam dan penyakit sosial. Untuk itu, kata dia, harus peningkatan kemampuan militer sangat diperlukan agar semua operasi yang dijalankan berhasil menjaga kedaulatan Indonesia.

"Terima kasih untuk semua prajurit atas berbagai tugas dan prestasi baik tingkat nasional, regional maupun internasional. Semoga reputasi Kopassus yang sudah mendapatkan pengakuan dunia bisa terus dijaga dan ditingkatkan," kata Mulyono.

Sabtu, 16 April 2016

Peringati HUT ke-64, Panglima TNI: Kopassus Harus seperti Angin

Peringati HUT ke 64 Panglima TNI Kopassus Harus seperti Angin
Ilustrasi Kopassus. (SINDOphoto)
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo meminta seluruh prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) untuk terus berlatih meningkatkan kemampuannya.

"Kopassus sekarang berulang tahun yang ke-64. Kopassus tugasnya adalah berlatih, berlatih dan berlatih untuk siap melaksanakan tugas-tugas khusus yang tidak boleh gagal," ujarnya saat memperingati HUT ke-64 Kopassus di Mako Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur, Sabtu (16/4/2016).

Menurut Gatot, sudah banyak prestasi yang ditorehkan oleh Kopassus. Namun, hanya sedikit yang diketahui publik. Hal ini akan terus dilakukan oleh pasukan elite TNI AD.

"Jadi jangan berharap Kopassus akan muncul di media. Kopassus itu ibaratnya angin, bisa dirasakan sejuknya, bisa dirasakan panasnya, tapi tidak tahu bentuknya seperti apa. Mati tanpa pusara, pretasi tanpa pujian, karena memang mereka dibentuk dari prajurit-prajurit yang siap melaksanakan tugas seperti itu," tuturnya.

Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini menegaskan, dengan seperti angin, maka tidak ada tempat bersembunyi dari Kopassus. "Jadi mahluk hidup selagi masih ada angin, itu Kopassus bisa masuk dan keluar tanpa bisa terlihat. Makanya mereka hanya berlatih, berlatih dan berlatih," tegasnya.

Gatot mencontohkan, apa yang sudah dilakukan oleh Serka Zulkarnain, prajurit Kopassus yang berhasil melumpuhkan kemauan dan kemampuan tempur musuh. Bahkan, mampu menurunkan 10 orang Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Papua New Gunea (PNG) kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.

"Sersan Zulkarnain diberi tumpeng dan duduk bersama-sama saya dan Pak Luhut (Menko Polhukam) karena, Sersan Zulkarnaen melaksanakan tugas tanpa senjata berpakaian preman dan bertugas digaris belakang di Papua. Memang tidak tercatat, tapi nyata telah dilakukan itulah Kopassus tidak perlu dipuji," ujarnya.

Senada, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, sebagai pasukan elite Kopassus harus terus meningkatkan kemampuannya guna menghadapi ancaman. Mantan Dansat 81 Gultor berharap Kopassus terus menorehkan prestasinya.

"Harapannya tetap sukses, Panglima TNI bilang Kopassus jangan banyak demo-demo jadi lebih banyak diam-diam saja, yang penting operasi menang. Nanti sama kaya sirkus lagi," tuturnya.

Sementara, mantan Danjen Kopassus Jenderal (Purn) TNI Agum Gumelar meminta, Korps Baret Merah harus menjadi satuan yang selalu bisa mengantisipasi setiap hakikat ancaman. Apalagi, saat ini spektrum ancaman sudah berubah.

"Kopassus selain dasarnya prajurit parako tapi juga harus mampu membaca ancaman ke depannya. Harapan saya, kalau kalian makin berisi semakin biasa-biasa aja dah," ucapnya. 

Kapal Indonesia Kembali Dibajak, Pelaku Diduga Milisi Abu Sayyaf

Kapal Indonesia Kembali Dibajak Pelaku Diduga Milisi Abu Sayyaf
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo. (SINDOphoto)
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menegaskan bahwa pelaku pembajakan Kapal Tunda TB Henry dan Kapal Tongkang Cristi di perairan perbatasan wilayah Malaysia dan Filipina masih kelompok milisi yang dipimpin oleh Abu Sayyaf.

"Jadi masih terindikasi ini adalah kelompok Abu Sayyaf, tapi kita masih dalam penyelidikan untuk memastikan itu semua," ujar Gatot Nurmantyo seusai ikuti upacara HUT Kopassus di Lapangan Makopassus, Cijantung, Jakarta Timur, Sabtu (16/4/2016).

Untuk menyelamatkan 10 warga negara Indonesia (WNI) yang disandera, pihak Tentara Nasional Indonesa (TNI) telah meyiapkan pasukan untuk melakukan tindakan tegas dan mengerahkan dua buah KRI yaitu KRI Badu serta KRI Selamat Riyadi untuk ditugaskan menuju daerah perbatasan.

"Saya tegaskan bahwa TNI sudah menyiapkan pasukan untuk lakukan tindakan tegas, kapan pelaksanaannya bagaimana koordinasi dengan Pemerintah Filipina," kata Gatot.

Selain itu, kata Gatot, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan panglima senjata Filipina dan Malaysia untuk bekerja sama melakukan patroli perbatasan antar wilayah.

"Kalau kita kerja sama patroli berkoordinasi di sana ya ada apa-apa dan kita tidak bisa berbuat apa-apa dan mereka juga tidak sempat bagaimana," tambahnya.

Untuk diketahui, Jumat kemarin pukul 18.31 WIB telah terjadi pembajakan terhadap dua Kapal Tunda TB Henry dan Kapal Tongkang Cristi di perairan perbatasan wilayah Malaysia dan Filipina. Kapal tersebut membawa 10 anak buah kapal (ABK) WNI, dalam peristiwa tersebut satu ABK tertembak di bagian ketiak, empat ABK diculik dan lima ABK selamat.

KSAD minta Kopassus tingkatkan integritas

KSAD minta Kopassus tingkatkan integritas
KSAD Jenderal TNI Mulyono saat memberikan arahan kepada prajurit Kopassus usai upacara penyematan brevet komando di Mako Kopassus, Cijantung, Jakarta, Jumat (25/9).(ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jendral TNI Mulyono meminta anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus) meningkatkan integritas, loyalitas, moralitas, serta kemampuan mereka pada upacara hari ulang tahun Kopassus di Jakarta, Sabtu.

"Saat ini ancaman di negeri kita semakin kompleks seperti radikalisme dan terorisme, maka prajurit harus meningkatkan kemampuannya untuk menghadapi hal tersebut," kata Mulyono saat menyampaikan amanat upacara di Markas Kopasus.

Dia juga meminta anggota Kopassus menjaga diri, keluarga dan lingkungannya dari berbagai ancaman.

"Saya minta para anggota menjaga diri, keluarga dan lingkungan dari ancaman narkoba, penyakit sosial, radikalisme serta terorisme, agar dicintai oleh rakyat," kata dia.

Di samping itu dia juga mengatakan bahwa Kopassus siap jika diminta membantu menyelamatkan beberapa warga negara Indonesia yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf di Filipina.

"Saat ini masih diupayakan negosiasi, namun jika Kopassus dibutuhkan, kami siap," kata dia.

Upacara ulang tahun Kopassus antara lain dihadiri oleh Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Tito Karnavian.

Jumat, 15 April 2016

PPRC Stand By Monitor di Tarakan


pprc 2

pprc

Pasukan PPRC TNI terus mengasah kemmapuan mereka dalam berbagai latihan di Tarakan, Kalimantan Utara. Mereka terus berlatih, seiring belum dilepasnya 10 WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina. Hari ini adalah hari yang ktitis, menunggu upaya pembebasan tersebut. Jika mereka tidak juga membebaskannya, tentu mereka memiliki kewajiban untuk tidak menahan pasukan TNI untuk ikut membebaskan sandera.

Menurut pemerintah Indonesia, negosiasi merupakan hal utama untuk membebaskan sandera, dan dikabarkan perusahaan tempat 10 ABK bersedia membayar uang tebusan. Namun kabar ini, bersifat sepihak. Tidak ada respon dari Abu Sayyaf. Tampaknya upaya negosiasi akan semakin sulit, karena militer Filipina terus menambah jumlah pasukannya, mengenpung kelompok Abu Sayyaf, setelah 18 tentara mereka tewas di tangan kelompok Abu Sayyaf.

By the way, keren juga seragam dan perlengkapan yang digunakan PPRC. Terlihat lebih modern dan profesional.

Foto : pr1v4t33r – defence.pk

Kisah Inspiratif Brigadir Royadin Menilang Sultan HB IX di Tahun 60-an

Kisah Inspiratif Brigadir Royadin Menilang Sultan HB IX di Tahun 60-anFoto: Dok. Keluarga (Angling AP/detikcom)-Ilustrasi oleh Mindra Purnomo

 
Berawal dari cerita turun menurun di keluarga, ditulis di blog, kemudian berkembang jadi sebuah inspirasi dari generasi ke generasi. Itulah gambaran tentang kisah Brigadir Royadin yang menilang Sultan Hamengkubowono IX pada tahun 1960-an.
Seorang pria bernama Aryadi Nursaid yang pertama kali memposting tulisan tersebut dengan judul 'Sultan HB IX dan Polisi Pekalongan, The Untold Story' pada tahun 2011. Aryadi menyebut Royadin adalah kakak dari ayahnya. Cerita didapat dari keterangan sumber di keluarga dan pengalamannya sendiri.
Cerita itu menggambarkan sosok Royadin, seorang polisi lalu lintas yang sederhana, memakai sepeda onthel saat bekerja, namun berani menilang seorang Sultan HB IX. Pemicunya, Sultan yang saat itu menyetir sendiri, melanggar lalu lintas saat melintas di Pekalongan, Jawa Tengah. Belakangan, setelah diverifikasi, peristiwa ini terjadi di Semarang, Jawa Tengah, bukan Pekalongan.
Saat ditilang, Sultan tak marah atau meminta perlakuan khusus. Sultan menerima surat tilang tersebut lalu memberikan apresiasi pada Royadin dengan menawarinya jabatan di Yogyakarta. Namun Royadin yang rendah hati tak mau menerimanya.
Kisah ini mengajarkan tentang dua sosok yang bersahaja. Pertama, seorang polisi yang berani menindak 'orang penting' tanpa membedakan statusnya. Kedua, sosok pemimpin yang berani mengakui kesalahan dan mengapresiasi kejujuran.
Inspirasi yang ditulis lima tahun lalu tersebut kemudian menyebar di mana-mana. Sampai hari ini, cerita tersebut juga disebar di grup-grup WhatsApp sampai menyebar di sejumlah layanan media sosial.
Apa komentar pihak keluarga soal cerita tersebut? Benarkah kisahnya? detikcom mendatangi rumah keluarga Royadin yang berada di Proyonanggan Tengah, Kecamatan Batang, Kabupaten Batang. Supardiyo (62), anak ketiga Royadin pernah mendengar langsung cerita itu dari ayahnya.
Seingat Supardiyo, ayahnya bercerita pernah menilang orang penting di daerah Bangkong, Kota Semarang, bukan Pekalongan. Kala itu traffic light masih dinyalakan dan dimatikan secara manual menggunakan saklar oleh petugas polisi yang berjaga di pos. Ketika bertugas itulah Supardiyo mencegat mobil yang menerabas lampu merah.
"Jadi ada yang melanggar lampu merah disetop, beliau berani karena menjalankan tugas sungguh-sungguh walau yang melanggar ternyata Sri Sultan," kata Supardiyo mengenang cerita ayahnya.
Tindakannya itu ternyata sampai ke telinga atasan Royadin. Ia pun dipanggil ke kantor dan dimarahi habis-habisan. Meski demikian Royadin tidak diberi sanksi karena sebenarnya apa yang dilakukannya benar.
"Dipanggil kepala polisi di sana, tapi tidak diberi sanksi soalnya memang melaksanakan tugas," katanya dalam bahasa Jawa.
Menurut cerita yang beredar, Sri Sultan HB IX mengundang Royadin agar menjadi polisi di Yogyakarta karena kejujuran dan ketegasan yang ditunjukkan. Namun Royadin ternyata tidak menceritakan bagian itu ke anak-anaknya. Setahu Supardiyo, Royadin lebih memilih dekat dengan keluarganya.
"Ceritanya itu cuma sampai habis dipanggil atasan. Yang dipanggil Sultan itu saya malah tidak tahu. Beliau cerita pas saya sudah agak besar ya sekitar tahun 1964, pokoknya sebelum peristiwa PKI," ujarnya.
Dalam kisahnya ke Supardiyo, Royadin juga memberikan nasihat kepada anak-anaknya untuk jangan ragu bertindak yang benar dan harus yakin.
"Welingnya Bapak, 'gondelan waton ojo asal waton', maksudnya berpeganganlah kepada yang benar, jangan bertindak yang tidak baik," ungkapnya.