Minggu, 27 Maret 2016

TNI Membangun Infrastruktur di Papua


Prajurit Satgas Pamtas RI-PNG Yonif 411/Raider Kostrad saat berpatroli di perbatasan Indonesia-Papua Nugini, Skouw-Wutung, Papua, Selasa (15/3). Patroli dilakukan untuk memeriksa keberadaan patok batas negara sekaligus memastikan keamanan wilayah. (Antara/Sigid Kurniawan)

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD), secara khusus jajaran Zeni Angkatan Darat, telah mendapat perintah dari Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo untuk membangun jalan sepanjang 278,6 km. Jalan yang pengerjaannya telah dimulai sejak bulan Januari 2016 ini akan menghubungkan Wamena dengan Mumugu.

Pembangunan jalan Trans Papua itu dipercepat seiring makin mendesaknya kebutuhan jalan nasional di pulau berbentuk kepala burung tersebut. Saat ini, warga yang bermukim di pedalaman Papua tidak mempunyai akses jalan dan hanya mengandalkan transportasi angkutan udara yang tak terjangkau oleh semua kalangan.

Kabidpenum Puspen TNI, Kolonel Czi Berlin, mengatakan bahwa berdasarkan data Kodam XVII/Cenderawasih, jalan sepanjang 278,6 kilometer ini melewati daerah hutan, rawa dan sungai. Dari jumlah 40 sungai yang dilalui, sebanyak 32 sungai belum ada jembatan dan delapan lainnya mempunyai jembatan sementara dari kayu.

Detasemen Zeni Tempur (Denzipur) 12/OHH dan 13/PPA tengah membangun jalan penghubung dari Wamena, ibukota Kabupaten Jayawijaya menuju Mbua di Kabupaten Nduga, Provinsi Papua. (Foto: Istimewa/Pendam XVII/Cenderawasih)
Detasemen Zeni Tempur (Denzipur) 12/OHH dan 13/PPA tengah membangun jalan penghubung dari Wamena, ibukota Kabupaten Jayawijaya menuju Mbua di Kabupaten Nduga, Provinsi Papua. (Foto: Istimewa/Pendam XVII/Cenderawasih)
“Satuan Zeni Angkatan Darat bertugas bukan hanya menebang pohon dan membuka hutan saja, tetapi juga membuat badan jalan. Dengan bekerja paralel, kontraktor umum di belakangnya langsung melakukan pengerasan jalan dan pengaspalan. Hingga akhir 2015 lalu, masih tersisa 658 kilometer jalan yang saat ini masih terputus karena tertutup hutan,” ujar Czi Berlin.
Total kekuatan yang dikerahkan jajaran Zeni Angkatan Darat berjumlah 394 orang personel dengan komposisi POP-1 meliputi Denzipur-10 dan Denzipur-12, mengerjakan ruas jalan Wamena-Habema dan Habema-Mbua. POP-2 yaitu Yonzipur-18, mengerjakan ruas jalan Mbua-Mugi dan Mugi-Paro, sedangkan POP-3 dari Yonzikon-14 mengerjakan ruas jalan Paro-Kenyam dan Kenyam-Mamugu, dengan kekuatan tiap POP berjumlah 107 personel.

Selain pembangunan jalan, direncanakan akan turut dibangun dua Dermaga di Mumugu dan Batas Batu. Seluruh pembangunan itu bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan PT Wijaya Karya.

Pembangunan infrastruktur itu diharapkan bisa membuka akses Wamena, Mbua, Paro, Batas Batu dan Mumugu menuju pantai selatan Papua. Dengan akses yang terbuka, maka diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua.

beritasatu.com

Jumat, 25 Maret 2016

Armada Pasifik Rusia Bergabung di Komodo 2016 Indonesia

Russian-Pacific-Fleet

Armada Pasifik Angkatan Laut Rusia memutuskan untuk berpartisipasi dalam latihan multilateral yang diorganisir Indonesia, Komodo 2016, ujar Angkatan Laut Rusia, mengkonfirmasinya.

Latihan Komodo kedua akan digelar pada bulan April 2016, di Padang – Sumatera Barat, Siberut dan di pulau Sapura, Indonesia.

Perwakilan dari Pacific Fleet Rusia ikut mengambil bagian dalam konferensi perencanaan latihan pada 15-17 Februari 2016, di pelabuhan Padang, Indonesia. Menurut Angkatan Laut Rusia, lebih dari 30 negara dari kawasan Asia-Pasifik diperkirakan akan ambil bagian dalam latihan ini.

Komodo pertama diselenggarakan pada tahun 2014 dan diadakan di Batam, Indonesia. Edisi pertama melibatkan 18 angkatan laut ASEAN-Plus yang berpartisipasi dalam fase Harbor, fase Laut dan Misi Masyarakat dengan tema “Kerjasama untuk Stabilitas”.

Komodo 2016 akan bertemakan “Kesiapan dan Kerjasama untuk Perdamaian” dan angkatan laut yang berpartisipasi akan fokus pada skenario operasi penjaga perdamaian maritim.

Navaltoday.com

Satradar 215 Congot Ikut Pantau Basis Militer di Pulau Christmas, Australia


radar tni


TNI AU akan melakukan peremajaan alat utama sistem persenjataan / alutsista Satuan Radar 215 Congot di Kulon Progo, Yogyakarta.

Panglima Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional (Kosek Hanudnas) I, Marsma TNI Noviyan Samyoga di Kulon Progo, Rabu (23/3/2016) mengatakan, TNI AU berencana melakukan pergantian alat utama sistem persenjataan / Alutsista di beberapa lokasi, termasuk pergantian alutsista di Satradar Congot.

“Kalau Satradar Congot dilengkapi radar yang lebih baik, selain berfungsi sebagai ketahanan negara, juga dapat untuk keamanan penerbangan,” ujar Marsma Samyoga, usai bertemu Bupati Hasto Wardoyo.

Menurut Marsma Samyoga, lokasi Satuan Radar 215 Congot sangat strategis dalam pengamanan wilayah dan ketahanan negara karena berdekatan dengan pulau Christmas yang menjadi pusat militer Australia.

“Jangan dibayangkan Australia sangat jauh. Pulau Christmas Australia hanya berseberangan laut sehingga keberadaan Satradar Congot, sangat strategis bagi ketahanan negara. Untuk itu, perlu ada peremajaan peralatan terbaru,” ujarnya.

Satuan Radar 215 Congot

Kebaradaan Satradar Congot dan bandara internasional yang akan dibangun di wilayah Kecamatan Temon akan saling memperkuat.

Terkait rencana pembangunan bandara yang berbatasan langsung dengan Radar Congot, TNI AU sangat mendukung. Satradar berfungsi dalam pertahanan udara. Sedangkan bandara akan memiliki radar sendiri untuk fungsi keselamatan penerbangan.

Menurutnya, fungsi keduanya justru akan saling memperkuat. Keberadaan Satradar Congot dan Radar Penerbangan yang saling berdekatan ini menjadi model yang bagus sekali, antara fungsi keselamatan penerbangan dengan fungsi pertahanan udara menjadi satu lokasi.

“Hal ini yang menjadi unik di Satradar Congot Kulon Progo,”.

Hingga saat ini, belum ada rencana pemindahan lokasi Satradar Congot, tetapi akan dilakukan penggantian radar yang teknologinya lebih maju. Ke depan rencananya TNI AU akan membeli beberapa radar dan salah satunya perlu dilakukan penggantian di Congot.

Republika.co.id

Kapal Selam Chang Bogo Indonesia, Mulai Melaut

kapal selam indonesia

Kapal selam dengan Hull Number H.7712 meluncur ke lautan di Demaga Okpo (24/3/2016) dan seketika, air biru terbelah menjadi dua dengan deburan dan pecahan air.

Disaksikan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, bersama Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan, John A Prasetio, dan Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Ade Supandi, kapal selam pertama dari 3 unit pesanan Indonesia, sebentar lagi memulai tugasnya dalam mengamankan teritorial Indonesia.

Proses pembangunannya kapal selam DSME209 ini, telah dimulai sejak tahun 2013 di galangan kapal Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) Okpo, Korea Selatan. Semua prosesnya di bawah kendali pengawasan Satuan Tugas Proyek Pengadaan Kapal Selam (Satgas Yekda KDSE DSME209) yang dipimpin Kolonel Laut (P) Iwan Isnurwanto, M.A.P., M.Tr (Han).

Sesuai dengan kontrak, pembangunan kapal selam pertama dan kedua berbobot 1400 ton ini, dilakukan di galangan kapal DSME. Sedangkan untuk pembangunan kapal selam ketiga, akan dilakukan di galangan kapal PT PAL Indonesia dengan proses Transfer of Technology (ToT).

Menhan RI Meninjau Kapal Selam Chang Bogo Indonesia ( M Aji Surya/ Detikcom)
Kapal Selam Chang Bogo Indonesia (Detik.com)

Untuk menjamin kesuksesan dalam pembangunan kapal selam ketiga, PT PAL telah mengirimkan 113 insinyur ke DSME, Korea Selatan, untuk terlibat dalam proses ToT dan pembelajaran pembangunan dan pengembangan kapal selam secara mandiri melalui tahap On the Job Training.

Kapal Selam Diesel Elektrik DSME209 merupakan produksi ekspor pertama Korea Selatan, hasil pengembangan dari kapal selam tipe Chang Bogo Class, Republic of Korean Navy (ROK Navy) dan Kapal Selam tipe Cakra klas milik TNI Angkatan Laut.

Kapal selam ini mempunyai panjang 61,3 meter dengan kecepatan ± 21 knot di bawah air, dan ketahanan berlayar lebih dari 50 hari. “Secara umum kapal selam DSME209 memiliki beberapa kelebihan dari sisi teknologinya, seperti State of The Art technology yang meliputi Latest Combat System, Enhanced Operating System, Non-hull Penetrating Mast and Comfortable Accomodation”, ujar Atase Pertahanan KBRI Seoul, Kolonel Laut (T) Aditya Kumara.

Selain dipersenjatai torpedo 533 mm dengan 8 tabung peluncura, kapal selam ini juga dirancang mampu menyebarkan ranjau laut, meluncurkan rudal anti kapal permukaan, serta mampu melepaskan Torpedo Counter Measure (TCM).

Sumber : Detik.com

TNI AL Dukung Pangkalan Militer Terpadu di Natuna

TNI AL Dukung Pangkalan Militer Terpadu di Natuna
Pengamanan laut terpadu oleh KRI dan dua Heli Bel 412  (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)

TNI Angkatan Laut menyambut baik rencana pemerintah yang akan memperkuat pangkalan militer di perairan Natuna. Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Luhut Binsar Pandjaitan, mengusulkan perairan Natuna dijadikan pangkalan militer terpadu.

"Prinsipnya kalau itu kebijakan pemerintah, kami menyetujui wacana itu, kami senang, karena itu kan penguatan alutsista. Kami TNI ini hanya user, yang punya anggaran Kementerian Pertahanan," kata Kepala Sub Dinas Penerangan TNI AL, Kolonel Laut Suradi Agung Slamet kepada VIVA.co.id, Kamis, 24 Maret 2016.

Selama ini kata Suradi, kapal patroli TNI AL terus melakukan pengamanan rutin di sekitar perairan Natuna. Selain patroli sepanjang tahun, TNI AL juga memiliki dua pangkalan TNI AL di Natuna, yang akan membantu pergerakan patroli KRI di pulau terdepan wilayah Indonesia tersebut.

"Kalau patroli, kita sepanjang tahun patroli perbatasan, keamanan laut, ada gugus tempur laut, itu setiap tahun, itu sudah ada anggarannya. Dan itu kita lakukan terus sepanjang tahun," ujar dia.

Sementara itu mengenai insiden pelanggaran kapal nelayan China dan provokasi kapal coast guard China di perairan Natuna, Suradi menjelaskan bahwa peristiwa itu kebetulan ditemui oleh Kapal Pengawas (KP) Hiu 11 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan RI.

"Peristiwanya pas kapal kita (TNI AL) lagi jalan. Kapal punya pemerintah KKP yang mergoki. Jadi siapa saja yang terdekat patroli kapal kita datang. Kalau pas kewalahan mereka (KKP) kontak radio, kapal TNI AL langsung reaksi cepat datang. Pas kapal kita (TNI AL) datang, kapal (nelayan) China sudah pergi," paparnya.

Suradi menganggap insiden pencurian ikan oleh nelayan negara lain memang sering ditemui di lapangan. Sekalipun sudah berulang kali diperingati, nelayan tersebut tetap nekat mencuri ikan di wilayah perairan Indonesia. "Mereka sudah tahu konsekuensinya. Nelayan kita juga banyak kok yang ditangkap nyari ikan di negara lain," ucap dia.

Terlepas dari insiden tersebut, penguatan alutsista TNI AL, melalui pengadaan kapal induk menjadi penting untuk operasi terpadu di wilayah-wilayah rawan terjadi pelanggaran kedaulatan negara. Namun demikian Suradi mengatakan pengadaan alutsista itu perlu mempertimbangkan banyak aspek.

"Idealnya untuk alutsista kita butuh (kapal induk), sesuai kebutuhan kita sebagai negara kepulauan. Tapi pemeliharaannya (kapal induk) luar biasa, operasionalnya. Harus disesuaikan dengan kemakmuran bangsa, aspek keuangan negara. Kalau cuma beli bisa, kelanjutannya itu bagaimana? Butuh anggaran besar," tuturnya.

Sebelumnya Ketua Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Mahfudz Siddiq mengakui rencana pembangunan pangkalan militer Indonesia di Kepulauan Natuna sudah ada sejak tahun 2015.

DPR pun sudah menyatakan dukungannya atas rencana tersebut. Anggaran pun sudah disiapkan meski terbatas di APBN 2015 dan APBN Perubahan 2016. "Dibutuhkan tambahan anggaran sekitar Rp1,3 triliun dari sebelumnya sekitar Rp400 miliar," ungkapnya.

Namun, anggaran tersebut baru untuk pembangunan pangkalan militer. Belum termasuk persenjataan tiga matra TNI. Sementara untuk kebutuhan senjata, peralatan dan anggota TNI yang akan disiagakan pemerintah, masih dilakukan kajian sesuai kebutuhan. "Target 2017 harus selesai," kata Mahfudz.

Viva.

Kamis, 24 Maret 2016

Panglima TNI : Dipundak Kirimu Adalah Merah Putih

Dipundak kirimu adalah Merah Putih yang selalu kamu lihat dimanapun kamu bertugas, sikap dan tingkah lakumu membawa nama Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tentunya TNI. Maka, satu saja kesalahan yang kamu buat akan mencoreng nama negara, mencoreng nama TNI dan mencoreng nama Angkatan.
Hal tersebut ditegaskan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dalam pengarahannya pada upacara pemberangkatan 800 Prajurit TNI Satuan Tugas Batalyon Komposit (Satgas Yon Komposit) TNI Kontingen Garuda (Konga) XXXV-B/Unamid (United Nations Mission In Darfur) yang akan bertugas sebagai Pasukan Pemeliharaan Perdamaian Misi PBB di Darfur-Sudan, Afrika Utara, bertempat di Plaza Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (23/3/2016).
Dalam kesempatan tersebut, “Saya perintahkan kepada Komandan, kalau ada indikasi anggotamu akan berbuat kesalahan, diingatkan. Kalau berbuat kesalahan sekecil apapun kembalikan sebelum dia melakukan kesalahan-kesalahan yang lebih besar, karena kesalahan yang besar berawal dari kesalahan kecil. Buatkan ketentuan protap, karena selama ini semua yang dikirimkan tidak ada yang tidak terbaik, pasti terbaik, di PBB pun terbaik,” kata Panglima TNI.
Panglima TNI juga mengatakan bahwa, penentuan pasukan yang berangkat untuk satuan tugas adalah dipilih dari satuan-satuan yang berhasil dalam melaksanakan tugas operasi dan dilengkapi dengan prajurit-prajurit pilihan, terbaik di angkatan masing-masing, sehingga Indonesia hanya mengirimkan satuan yang tergabung dari prajurit-prajurit pilihan yang terbaik. “Kalian semua adalah prajurit-prajurit terbaik yang disiapkan, dilatih, dilengkapi dan diberi pengetahuan untuk melaksankan tugas misi internasional PBB,” ucap Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.
“Siapapun kamu, apapun jabatanmu, apapun pangkatmu, walaupun kamu Prajurit Dua, kamu adalah perwakilan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam tugas misi PBB. Pesan saya, ini adalah peluang yang sangat berharga pemberian oleh negara dan penghormatan yang sangat tinggi, laksanakan dengan baik,” pungkas Panglima TNI.
800 Prajurit Pasukan Perdamaian yang akan bertugas di Darfur-Sudan tersebut, dipimpin oleh Letkol Inf Singgih Pambudi Arinto, S.I.P sebagai Komandan Satgas, yang sehari-hari menjabat sebagai Dandim 0907/Tarakan, Kodam VI/Mulawarman, Kalimantan Timur. Batalyon Komposit Konga XXXV-B/Unamid merupakan misi Satgas TNI kedua yang dipersiapkan untuk menjadi Pasukan Perdamaian PBB di Darfur-Sudan, Afrika Utara dan akan melaksanakan tugas selama satu tahun untuk menggantikan Satgas Yon Komposit Konga XXXV-A/Unamid. Sementara itu, kendaraan taktis yang dilibatkan dalam mendukung kegiatan Satgas di Darfur, terdiri dari : 24 Panser Anoa, 30 Truk dan 34 Jeep.
Satgas Yon Komposit TNI Konga XXXV-B/Unamid akan melaksanakan mandat pemeliharaan perdamaian berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1769 tahun 2007. Dalam pelaksanaan tugasnya, Satgas Yon Komposit akan ditempatkan pada dua UN Camp, yaitu Markas Batalyon beserta Kompi Bantuan dan 3 Kompi Senapan yang berada di Supercamp Secwest Unamid di El Geneina dan 1 Kompi Senapan Berdiri Sendiri berada di Masteri Camp dengan jarak lebih kurang 70 km dari Supercamp El Geneina. Autentikasi : Kabidpenum Puspen TNI, Kolonel Czi Berlin G. S.Sos., M.M.

Video Kapal SKIPI yang Dikirim ke Natuna







Agar Kasus kapal coast guard China tidak terulang, Kementerian Kelautan dan Perikanan akan mengirimkan kapal SKIPI untuk mengawal pemberantasan illegal fishing, di Laut Natuna, Kepri. “Kita akan kirim kapal SKIPI (Sistem Kapal Inspeksi Perikanan Indonesia), sehingga kalau ada apa-apa kita lebih mampu,” ujar Susi Pudjiastuti.
Adapun untuk rincian kapal SKIPI, yakni panjang kapal 60 m dengan kecepatan maksimum 24 Knots dan kapasitas bahan bakar 138.000 liter.
Tambahan, Kapal KRI Teluk Bintuni :




JKGR.