Rabu, 13 Januari 2016

TNI AU Siap Hadapi Sengketa LCS

TNI AU siap hadapi sengketa Laut China Selatan
Dokumentasi pesawat tempur F-16 TNI AU mendarat usai latihan terbang bersama bertajuk "AMX Elang Ausindo 2015" di Kupang, NTT, Selasa (25/8).TNI AU akan meningkatkan latihan-latihan terbang di wilayah perbatasan. (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha)
Panglima Komando Operasi TNI AU I, Marsekal Pertama Yuyu Sutisna, menyatakan, "Kita tidak terlibat konflik namun kita harus siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi," katanya, di Padang, Selasa.

Dia menyinggung antisipasi perkembangan di Laut China Selatan alias Laut Tiongkok Selatan. Dia katakan itu setelah serah terima jabatan komandan Pangkalan Udara TNI AU Padang.

Salah satu antisipasi itu, kata dia, menaikkan status Pangkalan Udara Natuna di Kepulauan Riau menjadi tipe B yang dipimpin seorang kolonel, dari semula tipe C. Pangkalan udara ini adalah pangkalan udara terdepan Indonesia di tepian Laut China Selatan. 

"Dengan naiknya tipe Lanud Natuna maka akan ada pembangunan sarana dan prasarana secara bertahap dan memungkinkan akan adanya pergelaran pasukan sesuai kebutuhan," jelasnya.

Ia mengatakan kenaikan tipe pangkalan udara TNI AU itu diikuti enam yang lain, yaitu Pangkalan Udara TNI AU Padang, Pangkalan Udara TNI AU Palembang, Pangkalan Udara TNI AU Tarakan, Pangkalan Udara TNI AU Lombok, Pangkalan Udara TNI AU Morotai, dan Pangkalan Udara TNI AU Merauke.


Seabob Black Shadow 730: Skuter Tempur Bawah Air Kopaska TNI AL

SBS-4

Sebagai spesialis tempur laut khusus, lumrah bila Kopaska (Komando Pasukan Katak) TNI AL memiliki beberapa koleksi wahana tempur bawah air modern. Selain jenis KTBA (Kendaraan Tempur Bawah Laut) SEAL Carrier, Sub Skimmer, She Shadow dan DPS (Diver Propulsion Device) yang telah kami bahas di artikel terdahulu, namun ada lagi KTBA Kopaska yang tak bisa dilewatkan keberadaannya, yakni Seabob Black Shadow 730 buatan Rotinor GmbH, Jerman.

SBS-5SBS-3

Dengan dimensi 1,766 x 474 x 402 mm, Seabob Black Shadow 730 (SBS 730) yang masuk ketegori skuter (scooter) bawah air menjadi wahana tempur dengan ukuran paling kompak yang dioperasikan Kopaska. Selain desain yang ergomis, cirri khas SBS 730 ditandai penggunaan tenaga pendorong dari E-jet engine yang mengusung mekanisme torsi tinggi dengan kendali mikroprosesor yang dikendalikan 3 phase sinus power management system. Pihak Rotinor penggaan E-jet engine terbilang sangat efisien, minim perawatan, dan handal dalam pengoperasian, hal ini dibuktikan dari uji ketahanan 10.000 jam operasi dengan full load, SBS 730 tidak mengalami kerusakan dan penurunan kinerja.

Anggota Kopaska melaju dengan SBS 730.
Anggota Kopaska melaju dengan Seabob SBS.

Dengan menggunakan alat selam Closed Circuit misi penyusupan bisa melaju tanpa terdeteksi.
Dengan menggunakan alat selam Closed Circuit misi penyusupan bisa melaju tanpa terdeteksi.

Seperti halnya KTBA lainnya, SBS 730 dapat melaju senyap, baik saat melaju di bawah air atau di permukaan. Tenaga pendorong E-jet engine berasal dari baterai high-energy Li-Ion accumulators yang biasa digunakan sebagai baterai pada satelit. Baterai ini dirancang untuk dapat beroperasi optimal hingga 18 tahun. Dalam uji ketahanan 2.000 jam, tidak ada penurunan yang signifikan dari kinerja baterai, dan tidak ditemukan memory effect. Charging time yang dibutuhkan untuk baterai memakan waktu 4,5 jam.

SBS-7SBS-6

Dari kemapuan renangnya, SBS yang dapat ‘membawa’ 2 pasukan amfibi, punya kecepatan maksimum hingga 11,4 km per jam dan jarak jangkau 20 km. Sementara kemampuan menyelamnya sampai kedalaman 60 meter. SBS 730 yang punya bobot 110 kg, dilengkapi 10 level tingkat kecepatan. Dalam kondisi normal, SBS 730 memiliki endurance 3 jam. Sebagai wahan penyusupan pasukan amfibi, SBS 730 juga dirancang untuk mudah diterjukan ke laut lewat parasut.

SBS 730 dengan pasarut.
SBS 730 dengan pasarut.

Mengenai sensor yang melekat pada SBS 730 mencakup sonar head, sonar system, piezo sensor, underwater compass, dan digital operation display. Merujuk informasi dari situs survitecgroup.com, sampai saat ini pengguna SBS 730 baru Indonesia dan Singapura. Keberadaan wahana ini juga telah mendapat perhatian dari Menhan Ryamizard Ryacudu saat melakukan kunjungan Markas Kopaska di Pondok Dayung, Jakarta Utara pada bulan September 2015. (Haryo Adjie)

Spesifikasi SBS 730:
– Speed control: 10 power levels
– Speed up to: 11,4 km/hours
– Energy – without memory effect: High-Energy Li-Ion accumulators
– Total capacity: 4.5 kw/h; 60 V; 40 Ah
– Operating time- average: 3 hours
– Operating distance – average: 20 km
– Charging time: 4,5 hours
– Maximum diving depth: 60 meter
– Weight: 110 kg
– Dimensions in L x W x H: 1,766 x 474 x 402 (in mm)
 

Penembakan Rudal Grom Shorad Arhanud

  grom
Rudal Grom Shorad Arhanud (Photo : @ryan_boedi)

grom 2
Rudal Grom Shorad Arhanud (Photo : @ryan_boedi)

Setelah Rapier dipensiunkan, TNI AD memilih rudal Grom untuk pertahanan udara jarak pendek, short range air defence, SHORAD. Rudal SAM Grom, diproduksi pertama kali tahun 1995 yang dirancang oleh Military Institute of Armament Technology, dan diprodkusi Mesko, Skar?ysko-Kamienna, Polandia.

Rudal Grom ini sempat dikeluhkan TNI AD karena tingkat akurasinya yang belum memuaskan. Tidak tahu apakah sudah ada up grade dari Grom ini, atau masih seperti yang dulu.


Kini TNI AD telah memesan rudal yang lebih modern, Starstreak, buatan Thales Air Defence Inggris.

Defence.PK

Indonesian Fighter Xperiment IFX : Perspektif PTDI

  Desain Indonesian Fighter Xperiment (grafik : militerhankam.com)
Desain Indonesian Fighter Xperiment (grafik : militerhankam.com)

Kita sudah sering membicarakan tentang pembangunan pesawat tempur KFX IFX, kerja sama antara Korea Selatan dan Indonesia. Informasi yang banyak kita terima, adalah berita berita dari pihak Korea Selatan. Nah sekarang, mari kita simak keterangan dari pihak Indonesia, khususnya PT DI, seperti apa pesawat KFX IFX itu nantinya.

Menurut, Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI, Andi Alisjahbana usai penandatanganan KFX/IFX di Kementerian Pertahanan, Jakarta, (7/1/2016), varian Indonesia jet tempur itu bernama Indonesian Fighter Xperiment atau disebut IFX.

Proses pengembangan tahap awal dilakukan di Korea Aerospace Industries (KAI), setelah itu proses produksi dilakukan di masing-masing negara, di fasilitas milik KAI dan fasilitas Indonesia di Bandung, PT Dirgantara Indonesia, Bandung.

Jet tempur generasi 4.5 dirancang mengungguli jet tempur yang ada saat ini, yakni di atas kemampuan jet tempur F-16, F-18, Sukhoi-35, Dassault Rafale hingga Eurofighter Typhoon.

“Generasi 5 baru ada F-35 dan F-22. Kalau kita generasi 4,5. Kita di atas F-16, F-18 sampai Sukhoi-35, karena mereka generasi ke-4,” ucap Andi Alisjahbana.

Dengan generasi 4,5 maka, jet tempur karya Indonesia dan Korea Selatan memiliki teknologi semi stealth atau kemampuan yang bisa mengecoh radar musuh. Teknologi ini mirip dengan pesawat siluman F-22 Amerika Serikat.

“Secara struktur, pesawat ini punya teknologi stealth atau teknologi siluman yang ada di generasi ke-5”.


Direktur Utama PTDI, Budi Santoso menambahkan, Indonesia memilih kerjasama dengan Korea Selatan, karena bersedia memberikan penguasaan teknologi sampai 100%. Indonesia juga dilibatkan dari awal pengembangan hingga produksi. Padahal, andil Indonesia hanya 20% dari total proyek senilai US$ 8 miliar atau Rp 111,52 triliun.

Selain itu, Korea Selatan memiliki pengalaman mengembangan jet tempur T-50 Golden Eagle yang merupakan kerja sama antara KAI dan Lockheed Martin, Amerika Serikat.

“Yang penting adalah kita dapat semua teknologinya,” tambahnya.

Dengan penguasaan teknologi 100%, PTDI bisa secara mandiri memproduksi jet tempur di Indonesia mulai 2025. Namun untuk penjualan, share keuntungan antara PTDI dan KAI akan dibagi sesuai setoran modal.

“Sebanyak 20% komponen kita kerjakan, mereka 80% tapi teknologi kita dapat 100%,” ujar Direktur Utama PTDI.

Indonesia dan Korea Selatan juga berencana menaikkan kemampuan pesawat menjadi generasi 5 seperti F-22.

“Dengan mulai 4.5, kita nantinya masuk ke generasi 5. Ini penting setelah punya kemampuan updating system dan lain-lain di pesawat,” tutup Direktur Utama PTDI.

Sumber : Finance.detik.com

Kunjungan ke Satuan TNI di Pulau Terluar Indonesia

  Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengunjungi prajurit di pulau terluar
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengunjungi prajurit di pulau terluar

Melanjutkan kunjungannya ke Satuan TNI di Pulau-Pulau Terluar di wilayah Timur Indonesia, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo didampingi para Asisten Panglima TNI, Kapuspen TNI Mayjen TNI Tatang Sulaiman dan Pangdam XVI/Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo, mengunjungi tiga pulau terluar di Kabupaten Maluku Barat Daya. Tiga Pulau terluar tersebut : Pulau Lakor, Pulau Kaiwatu Moa, Leti dan Wetar.

tni

Pulau pertama yang dikunjunginya adalah Pulau Lakor, dimana terdapat sumber mata air yang berjarak 500 Meter dari bibir pantai. Sumber mata air tersebut biasa digunakan masyarakat setempat untuk air minum.

tni-6

Selanjutnya, Panglima TNI beserta rombongan mengunjungi Pulau Kaiwatu Moa dan disambut Kepala Desa setempat Bapak Jefri Sewta, dilanjutkan menuju Pos TNI AngkatĂ n Laut (Posal) Tanjung Tut Pateh yang berjarak 16 Km. Dalam kesempatan ini Danposal Lettu Laut Ady Sagita melaporkan jumlah personel Posal ini  3 orang dan hingga kini kesulitan komunikasi, karena belum terjangkaunya satelit ke wilayah ini.

tni-2

Dalam kesempatan tersebut, Panglima TNI mengecek langsung rumah dinas anggota Koramil 1507-04 Serwaru. Perumahan Koramil masih banyak yang kosong dikarenakan kurangnya personel Koramil. Koramil 1507-04 di komandani seorang Perwira Penghubung (Pabung) a.n. Mayor Arh La Musa dan memiliki personel berjumlah 11 orang, terdiri dari 8 Bintara dan 2 orang Tamtama.


tni-8

Panglima TNI juga mengunjungi Pos TNI AL di Pulau Kisar. Bangunan Pos TNI AL yang di tinjau Jenderal Gatot Nurmantyo merupakan bantuan dari gerakan pembangunan terpadu wilayah perbatasan Kementerian Kelautan. Bangunan bertipe 45 ini, dikomandani oleh Letda Laut Eko Warsito dengan jumlah personel 4 orang, terdiri dari 1 Danposal dan 3 orang anggota.

tni-9

Usai meninjau Pos TNI AL, Panglima TNI juga mengecek secara langsung Koramil 1507-05 Kodim 1507 Wonreli dan Koramil 1507-06 Wetar Pulau Wetar di Desa Iwake. Di Koramil 1507-06 Wetar Pulau Wetar, Panglima TNI disambut langsung oleh Danramil Lettu Inf Rudy T.

tni-3

Kunjungan malam hari Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan rombongan di pulau terluar Indonesia

Sumber : Puspen TNI

Selasa, 12 Januari 2016

Lanud Palembang Markas Jet Tempur F-5-E/F Tiger II

  F-5 Tiger TNI AU (photo: Eddy Februanto Putra)
F-5 Tiger TNI AU (photo: Eddy Februanto Putra)

Palembang – Ditingkatkannya status Pangkalan Udara (Lanud) Palembang dari tipe C menjadi tipe B, akan diikuti dengan penempatan jet tempur F-5-E/F Tiger II di Pangkalan tersebut. Tak hanya diberikan pesawat tempur, para prajurit juga akan dilengkapi penambahan logistik, termasuk sistem persenjataan.

Hal ini disampaikan Marsekal Pertama TNI Yuyu Sutisna SE MM, usai sertijab Danlanud dari Letkol PNB M.R.Y Fahlefie kepada Kolonel PNB Ronald Lucas Siregar ST di Mako Lanud Palembang, Senin (11/1/2016).

F-5 Tiger TNI AU
F-5 Tiger TNI AU

“Dengan naiknya tipe Lanud Palembang, kami menyiapkan pesawat tempur di Lanud Palembang. Untuk saat ini, baru ada pesawat jenis F5 yang usianya sudah relatif tua. Akan tetapi, kami masih menunggu untuk menempatkan pesawat tempur yang baru di Lanud Palembang. Untuk Skadron masih dibahas lebih lanjut,” ucapnya.


Kenaikan tipe Lanud Palembang, diharapkan membantu operasi TNI AD, AL maupun Kepolisian di wilayah Sumatera Selatan. Penjagaan aset Lanud Palembang yang telah ada juga terus dilakukan dan menjadi persoalan yang serius bagi Lanud Palembang.

“Dengan meningkatnya status ini harus menunjang kinerja Lanud Palembang. Selain itu, dapat ikut menjaga keamanan di wilayah Sumatera selatan, terutama melalui udara,” kata ?Marsekal Pertama TNI Yuyu Sutisna.

Sumber : Sripoku.com

Senin, 11 Januari 2016

DPD STIDD Systems: Wahana Tempur Bawah Air Andalan Kopaska dan Kopassus

1551209_201412130709431551209_20141213070954

Di lingup TNI setidaknya ada dua matra yang punya kekhususan dalam operasi tempur bawah air, yang pertama jelas Kopaska (Komando Pasukan Katak) TNI AL , dan dari TNI AD diwakili Kopassus (Komando Pasukan Khusus) dengan UDT (Underwater Demolition Team). Selain banyak kesamaan pada penggunaan senjata perorangan, nyatanya dua satuan khusus TNI ini juga mengadopsi wahana tempur bawah air yang sama, yakni DPD (Diver Propulsion Device) buatan STIDD Systems, manufaktur peralatan selam militer dari Amerika Serikat.

DPD yang bisa disebut sebagai skuter bawah air, berperan sebagai wahana intai dan penyusupan yang efekif bagi pasukan amfibi. Menjadikan waktu tempuh renang pasukan lebih singkat ke area sasaran, dan pastinya turut mengemat energi pasukan sebelum beraksi. DPD melaju secara senyap dengan tenaga pendorong yang dipasok dari baterai jenis lithium ion, sehingga minim emisi suara. Meski di daulta sebagai skuter bawah air, DPD juga dapat melaju dengan efektif di permukaan air.

Wahana DPD Kopaska TNI AL saat diperlihatkan dihadapan Menhan Ryamizard Ryacudu di Pondok Dayung.
Wahana DPD Kopaska TNI AL saat diperlihatkan dihadapan Menhan Ryamizard Ryacudu di Pondok Dayung.

Aksi Kopaska dengan DPD.
Aksi Kopaska dengan DPD.

Uji DPD Kopaska TNI AL.
Uji DPD Kopaska TNI AL.

Dengan bobot yang ringan, di darat sekitar 75 kg dan bobot di bawah air 0 kg, menjadikan mobilitas DPD yang nampak seperti belahan torpedo mudah diangkut dan dipindahkan. Salah satu kehebatan DPD adalah kemampuan menyelam , yakni bisa menjangkau kedalaman 80 meter. Bahkan DPD dapat dipasang antena untuk pemancar sinya untuk komunikasi data. Antena komunikasi ini dipasang secara optional, letaknya berada di bagian depan sebelah kiri. Beberapa perangkat elektronik yang bisa disematkan di DPD mencakup dual frequency sonar, 40 channel GPS (Global Positiong system), fiber optic gyro internal measurement unit, dan 600 Khz dopplet velocity log. Jenis solusi tambahan ini disebut sebagai DPD Recon Navigation System (RNAV).

Aksi pasukan AS dengan DPD saat melaju di permukaan.
Aksi pasukan AS dengan DPD saat melaju di permukaan.

DPD melaju di permukaan air sungai.
DPD melaju di permukaan air sungai.

Saat di darat DPD dapat ditarik menggunakan wheeled cart dengan alumunium frame.
Saat di darat DPD dapat ditarik menggunakan wheeled cart dengan alumunium frame.

Tampilan dashboard navigasi DPD.
Tampilan dashboard navigasi DPD.

Dengan penggerak propeller dari solid state pulse dengan modulator power controller dan electric thruster 28 VDC, DPD saat melaju di dalam air mampu menggapai kecepatan hingga 3,2 knots. Sementara jika melaju di permukaan, kecepatan DPD bisa sampai 2,3 knots. Bicara tentang kecepatan, bila melaju di bawah permukaan air, jarak jangkaunya mencapai 12,9 km, sedangkan jarak jangkau di atas permukaan air mencapai 10,1 km. DPD dibangun dengan standar NATO, dan telah mendapat sertifikat dari NAVSEA 9310 dan sudah mendapat approved dari US Navy, USMC, US Army, dan beragam kesatuan elit dunia. Pihak STIDD Systems menyebut sampai saat ini lebih dari 500 unit DPD telah beropeasi di penjuru dunia.

Standard DPD - Extended Range.
Standard DPD – Extended Range.

DPD dengan antena Recon Navigation System.
DPD dengan antena Recon Navigation System.

Secara keseluruhan, STIDD Systems menawarkan tiga varian DPD, yakni standard DPD, standard DPD – Extended Range, dan Dual Thruster DPD-XT. TNI sendiri mengadopsi dua varian terakhir. Dengan dua baterai, standard DPD – Extended Range mampu mengkau jarak 200% lebih jauh dari varian standard DPD. Sedangkat Dual Thruster DPD-XT menawarkan kecepatan yang 33% lebih tinggi dari standard DPD. Dengan dua unit baterai, Dual Thruster DPD-XT mampu ditambahkan additional towing capacity untuk 3-4 penyelam dengan full load.

DPD-main-image1

Tentang keberadaannya di Indonesia, DPD yang per unitnya ditaksir seharga US$90 ribu, digunakan 12 unit oleh Kopaska, sedangkan kopassus menggunakan 5 unit. Debut DPD mulai terangkat saat dipamerkan dalam ajang Pameran Alutsista TNI AD 2014 di Lapangan Monas, Jakarta. Saat itu DPD menjadi etalase di stand Direktorat Pembekalan dan Angkutan (Ditbekang) TNI AD. (Haryo Adjie)

Spesifikasi DPD:
– Panjang: 223 cm
– Lebar: 108 cm
– Tinggi: 61 cm
– Panjang (dilipat): 103 cm
– Kapasitas penyelam: 2 orang
– Berat di darat: 76,5 kg
– Berat di dalam air: 0 kg
– Kapasitas cargo: 85.000 cm3
– Kedalaman selam maks: 80 meter

Kemampuan di dalam air
-Kecepatan maks: 3,2 knots (1 orang)/ 2,7 knots (2 orang)
– Kecepatan normal: 2,3 knots (1 orang)/ 2 knots (2 orang)
– Jarak tempuh: 12,9 km (1 orang)/ 9,6 km (2 orang)

Kemampuan di permukaan air
– Kecepatan maks: 2,3 knots (1 orang)/ 2,1 knots (2 orang)
– Jarak tempuh: 10,1 km (1 orang)/ 9,26 km (2 orang)
 
Indomil.