Selasa, 05 Januari 2016

KSAU: pesawat T-50i masih tetap dioperasikan

KSAU: pesawat T-50i masih tetap dioperasikan
Pesawat T-50i Golden Eagle. (ANTARA FOTO/Siswowidodo)
 
Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Agus Supriatna mengatakan, pesawat T-50i Golden Eagle masih tetap dioperasikan, meski pada 20 Desember 2015 terjadi insiden jatuhnya pesawat buatan Korea Selatan yang menewaskan dua pilot, di Lanud Adisutjipto, Yogyakarta.

"Pesawat Golden Eagle tetap dioperasikan, tapi untuk melakukan latihan aerobatik itu saya hentikan dulu," kata Marsekal TNI Agus Supriatna usai memimpin Sertijab Pangkoopsau I, di Makoopsau I, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Selasa.

Saat ini, kata dia, investigasi insiden kecelakaan Golden Eagle yang dipimpin langsung oleh Wakil Kepala Staf TNI AU Marsekal Madya TNI Hadiyan Sumintaatmadja itu masih diselidiki. Kelemahan teknis pesawat tempur yang cukup baru itu masih didalami. Tim investigasi juga melibatkan teknisi pesawat dari Korea Selatan.

"Ini kerja sama tim, pesawat dari Korea. Orang Korea akan bantu dan ingin tahu, sehingga nantinya tidak ada kecelakaan lagi," ujarnya.

Agus mengatakan, pihaknya akan memberi penjelasan ke publik jika investigasi telah rampung.

Peristiwa yang menewaskan Letkol Penerbang Marda Sarjono dan Mayor Penerbang Dwi Cahyono itu terjadi saat acara Gebyar Dirgantara TNI AU di Yogyakarta.
 

5.000 personil TNI AD akan isi Kodam papua barat

5.000 personil TNI AD akan isi Kodam papua barat
Dokumentasi personel Batalion Infantri 711/Raksatama saat mengikuti upacara pelepasan pasukan Pengamanan Perbatasan (Pamtas) di Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (21/10). Sebanyak 450 personel dari kesatuan tersebut diberangkatkan ke Papua untuk menjaga perbatasan Indonesia-Papua Nugini. (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)
 
Markas Komando Daerah Militer Papua Barat, akan diisi sebanyak 5.000 personil TNI AD, yang akan dilakukan secara bertahap.

Komandan Distrik Militer 1703/Manokwari, Letnan Kolonel Infantri Stevanus Aribowo, di Manokwari, Senin, mengatakan, ditahap pertama, untuk tahap pertama 30 persen keperluan personel ini akan ditempatkan sebagai "kerangka" Markas Kodam Papua Barat. 

Dia berharap tahun ini Kodam Papua Barat sudah operasi. Sehingga berdampak besar terhadap, situasi keamanan dan pertahanan, serta pembangunan dan perekonomian di daerah tersebut.

Secara fisik, bangunan Markas Kodam Papua Barat sudah hampir selesai, termasuk rumah dinas panglima Kodam Papua Barat itu, asrama prajurit, perumahan staf, dan kompleks perkantoran lain. 

Setelah pembangunan Makodam selesai, tahun ini pun akan dilakukan pembangunan kantor Kodim Teluk Bintuni.

"Lahan sudah siap, pemerintah daerah setempat telah menyediakan lokasi di sana, untuk pembangunan Markas Kodim Teluk Bintuni," kata dia. Setelah itu, diikuti pembangunan markas-markas Koramil di jajaran itu.

Adapun Markas Kompi Batalion Infantri 752 Manokwari, kata dia, akan digeser ke tempat lain dari yang selama ini berada di dalam bangunan Markas Kodam Papua Barat. Batalion infantri inilah yang akan menjadi cikal-bakal batalion infantri/raider, sebagai batalion pemukul Kodam Papua Barat. 

Saat peluru sniper menembus kepala prajurit Kopassus di Ambon

Kopassus. ©Kopassus
Kopassus. ©Kopassus

Konflik SARA di Ambon pernah sangat mengerikan. Situasi semakin buruk saat gudang senjata Brimob dijarah. Sejumlah anggota TNI maupun Polri yang desertir dan bergabung dalam kerusuhan berdarah itu.

Mabes TNI kemudian mengirimkan batalyon elite yang terdiri dari Sat-81 Kopassus, Denjaka Marinir, dan Bravo Korpaskhas. Mereka ditugaskan selalu bergerak untuk menghentikan baku tembak di titik-titik panas sekaligus mencegahnya meluas.

Bulan Oktober tahun 2000, Kompi C YonGab bergerak ke Saparua. Di sebuah desa, pasukan ini terlibat tembak menembak sengit dengan kelompok perusuh.

Cerita itu tertuang dalam buku Biografi Marsma (Pur) Nanok Soeratno, Kisah Sejati Prajurit Paskhas yang ditulis Beny Adrian dan diterbitkan PT Gramedia.

Kapten Psk Yudi Bustami yang memimpin kompi itu mengingat dari tembakan dan perlawanan, kelompok perusuh merupakan orang-orang yang terlatih.

Benar saja. Tiba-tiba ada teriakan meminta pertolongan medis. Seorang prajurit terkena tembakan di kepala.

Korban tertembak adalah Serda Asrofi, Komandan Regu dari Kopassus. Asrofi awalnya berlindung di balik tembok. Dia tertembak seditik setelah melongokan kepalanya untuk melihat situasi. Rupanya penembak jitu sudah mengincar posisi pasukan ini.

Peluru menghantam helm kevlarnya. Mengenai pelipis kiri hingga tembus ke pelipis bagian kanan.

Yudi memerintahkan tindakan evakuasi. Masih terdengar erangan kesakitan dari Serda Asrofi. Yudi yakin nyawa sersan pemberani ini masih bisa diselamatkan karena ada kapal TNI AL yang masih stand by di perairan Saparua.

Bukan perkara mudah melakukan evakuasi di tengah pertempuran. Empat personel yang mengangkut tandu darurat tentu bakal jadi santapan empuk. Yudi melakukan tindakan berani. Dia berlari di belakang tandu untuk menjadi tameng hidup bagi para prajuritnya yang memegang tandu.

Saat tandu berhenti sejenak di bawah sebuah pohon Ketapang, tepat di perbatasan Kampung Sori Muslim dan Kristen. Kopda Asep memeriksa kondisi Serda Asrofi. Tarikan nafasnya makin lemah. Tamtama kesehatan itu lalu berbisik pada Yudi.

“Komandan, ini tidak akan sampai di kapal,” kata Asep.

Yudi mencoba bersikap bijak. “Mari doakan yang terbaik,” ujarnya lirih.

Tubuh Asrofi terkulai melemah di pangkuan Asep yang dengan telaten merawat rekannya itu. Suasana haru, di dalam hati masing-masing terucap doa pada Allah SWT agar prajurit terbaik itu bisa selamat dan kembali ke rumah menemui keluarganya. Namun hari itu takdir berkata lain, TNI kehilangan seorang prajuritnya di medan tugas Tanah Saparua.

Tepat di bawah Pohon Ketapang itu Serda Asrofi gugur di pangkuan Kopral Asep Darma. Yudi menolak memakamkan Serda Asrofi di Desa Muslim atau Kristen. Dia membawa pulang jenazah anak buahnya itu.

Kejadian ini menyadarkan warga dua desa tak ada keberpihakan YonGab di Ambon. Bahkan salah seorang prajuritnya harus gugur karena mendamaikan kelompok yang bertikai.

Kompi C terus berada di Saparua selama tiga minggu lamanya. Mereka meneruskan tugas untuk merazia senjata api dan mendamaikan konflik SARA yang membuat Ambon menangis. (Merdeka)

Korvet KRI Fatahillah 361 Kembali Siap Memperkuat Angkatan Laut Indonesia

  kri_fatahillah_361
KRI Fatahillah 361 dengan tampilan radar lawas

KRI Fatahillah 361 telah selesai menjalani program perpanjangan masa hidup dan modernization (Mid Life Modernisasi-MLM).

Setelah lebih dari 2 tahun “bertapa” di galangan kapal PT.Dok dan Perkapalan Surabaya Tanjung perak, Surabaya, KRI Fatahillah siap kembali menjaga wilayah kedaulatan Republik Indonesia. Korvet gaek ini baru saja mengganti sistem Combat Management System (CMS), radar, sonar, mesin dan propelernya serta perangkat kelistrikannya.

361_2


Yang paling canggih pada program MLM ini adalah penggantian radar Racal DeccaAC 1229 dan Signal DA 05 dengan radar 2D Terma Scanter 4001, radar multitarget permukaan dan udara sekaligus. Sebuah radar yang mampu menjejak sasaran kecil pada jarak hingga 145 km. Hanya saja radar ini memiliki kelemahan, radar Terma Scanter 4001 masih 2 Dimensi (belum 3D) hanya mampu menghitung arah dan jarak sasaran dan tidak mampu menghitung ketinggian sasaran yang diendusnya.

terma
361_4
KRI Fatahillah dengan tampilan radar baru

Sistem persenjataan KRI Fatahillah tidak termasuk dalam program modernisasinya, alias masih mengandalkan meriam bofors 120 mm, rudal anti kapal Exocet MM38, 2 canon 20 mm, torpedo Honeywell dan mortar bofors ASR 357 mm. Suatu hal yang sangat disayangkan, karena rudal Exocet MM-38 sebenarnya sudah tidak layak dalam peperangan laut modern saat ini.

Tapi mudah-mudahan saja dengan penggantian sistem CMS, TNI AL bisa mengganti rudal Exocet MM-38 nantinya, karena sistem radar yang baru sangat memungkinkan penggunaan rudal dengan jangkauan yang lebih jauh. Dengan jangkauam radar yang 145 km, menurut Penulis, KRI Fatahillah bisa menggotong rudal KH-35 Uran buatan Rusia yang berdaya jangkau 130 km misalnya (KH-35 Uran memiliki bobot lebih ringan daripada Exocet).

Kita tunggu saja kehadiran kembali korvet KRI Fatahillah 361 yang “baru” ini, walaupun masih memiliki kekurangan tapi lumayanlah untuk memperkuat kekuatan TNI AL di tengah keterbatasan anggaran militer Indonesia saat ini.
 

Kopassus Membentuk Batalyon Baru

  kopasus-3

Kopassus menambah jumlah pasukannya dengan pembentukan Batalyon 14 Grup-1, ”Bhadrika Sena Baladhika” dengan Komandan Batalyon Mayor Inf. I Made Putra Suhartawan. Peresmian Batalyon 14 Grup-1 Kopassus ini dilakukan oleh Danjen Kopassus Mayjen TNI M.Herindra di Stadion Untung Suntoro, Kemang, Bogor, Jawa Barat (30/12/2015).

kopassus-1

Batalyon 14 Grup 1 Kopassus memiliki sesanti ”Bhadrika Sena Baladhika” yang bermakna wadah prajurit pilihan yang gagah berani. Menurut Danjen Kopassus, hal itu merupakan doa sekaligus kebanggaan bagi prajurit yang terpilih sebagai bagian dari Batalyon 14 Grup 1 Kopassus. “Jadikan ini sebagai cambuk pemicu semangat untuk menjadi yang terbaik”, ujar Danjen Kopassus.


kopassus-3

Danjen Kopassus meminta prajurit Batalyon 14 Grup 1 Kopassus, dapat mengasah kemampuan keprajuritan dengan berlatih, berlatih dan berlatih, sesuai harapan pimpinan Angkatan Darat bahwa prajurit Kopassus adalah petarung yang hebat, berdisiplin tinggi, jago perang, jago tembak, jago beladiri dan memiliki fisik yang prima.

Turut hadir dalam peresmian itu, para Asisten Danjen Kopasus, Komandan Satuan Kopassus dan pimpinan Muspida Bogor.

Sumber : kopassus.mil.id

Senin, 04 Januari 2016

Kh-59ME: Rudal Anti Kapal Andalan Sukhoi Su-30MK2 Flanker TNI AU

kh59me-e1451712767238

Akhir dari babak Operasi Trikora di tahun 60-an jelas dipengaruhi kemampuan diplomasi RI yang mampu menekan pemerintah Belanda lewat kampanye psy war. Hadirnya alutsista sangar, seperti kapal penjelajah KRI Irian, jet tempur supersonic MiG-21, kapal selam Whiskey Class, dan pembom Tupolev Tu-16 Badger memberi tekanan keras pada kekuatan militer Belanda di Papua. Tak tanggung-tanggung, eksistensi kapal induk HNLMS Karel Doorman pun ikut terancam.

Lantas yang jadi pertanyaan, siapakah pengancam terberat bagi Karel Doorman? Sebagai kapal induk ringan, setiap pergerakannya sudah pasti mendapat pengawalan dari korvet atau frigat. Potensi serangan dari permukaan dan bawah laut relatif masih bisa ditangani kapal-kapal perang pengawal Karel Doorman, tapi ada yang diperkirakan tak sanggup diatasi, yakni ancaman serang dari rudal anti kapal. Maklum pada masa itu, sistem pertahanan anti serangan udara di kapal permukaan belum mengenal teknologi semacam CIWS (Close In Weapon System).

x59

Dan ditakar dari kekuatan militer yang ada, ancaman yang mampu mengkandaskan Karel Doorman tak lain rudal anti kapal AS-1 Kennel. Hanya dibutuhkan dua kombinasi tembakan dari AS-1 Kennel, maka Karel Doorman yang berbobot 19.900 ton dapat dihancurkan. Sebagai wahana peluncur AS-1 Kennel yakni Tu-16 B (Tu-16KS) milik TNI AU (d/h AURI). AS-1 Kennel dengan dimensi sebesar jet tempur MiG-15, punya bobot aduhai hingga 3 ton yang didalamnya terdapat hulu ledak 600 kg high explosive. Bisa dibayangkan seperti apa kehancuran yang bakal dialami AL Belanda jika saat itu nekad melawan RI.

AS-1 Kennel di sayap pembom Tu-16 TNI AU
AS-1 Kennel di sayap pembom Tu-16 TNI AU

Sejak era AS-1 Kennel berakhir, praktis Indonesia tak pernah lagi memiliki varian rudal anti kapal yang diluncurkan dari platform pesawat tempur tau bomber. Yang ada justru taburan variasi rudal anti kapal yang diluncurkan dari platform korvet dan frigat. Padahal gelaran konsep pertempuran bakal sangat berbeda, meski labelnya sama-sama rudal anti kapal. Dengan dihantar lewat jet tempur, rudal akan lebih cepat menyasar menuju target.

Dan bicara dalam konteks saat ini, rupanya TNI ingin mengenang supremasi AS-1 Kennel dengan pengadaan rudal anti kapal jenis baru, Kh-59ME besutan pabrik Tactical Missile Corporation (TMC),Rusia. TMC sendiri sudah tak asing bagi sistem senjata TNI AU, pasalnya TCM juga yang memproduksi rudal Kh-31P dan Kh-29TE untuk Sukhoi Su-27/Su-30 Flanker Skadron Udara 11 TNI AU.

Kh-59M dan rudal R-27
Kh-59M dan rudal udara ke udara Vympel R-27

Sukhoi Su-30MK Rusia dengan Kh-59 (rudal berwarna merah).
Sukhoi Su-30MK Rusia dengan Kh-59 (rudal berwarna merah).

Mengutip dari Wikipedia.com dan berita di Janes.com (29/12/2015), menyiratkan bahwa Kh-59ME sudah dalam proses pengadaannya untuk TNI AU. Malahan DPR RI memberi alokasi pembelian rudal ini senilai US$18 juta. Kh-59ME merupakan varian ekspor dari keluarga rudal Kh-59. Rudal ini punya bobot 930 kg, menjadikan rudal terberat alias paling gambot yang dimiiki TNI AU. Sebagai perbandingan rudal udara ke permukaan Kh-29TE bobotnya 600 kg dengan hulu ledak 320 kg, dan rudal Kh-31P punta bobot 600 kg dengan hulu ledak 90 kg. Kh-59ME sendiri punya berat hulu ledak 320 kg yang dipicu dengan sistem cluster atau shaped charge fragmentation.

Sistem pemandu Kh-59ME mengandalkan mode kombinasi inertial guidance dan TV guidance (pemandu TV), serupa dengan rudal Kh-29TE. Inertial guidance digunakan untuk membimbing rudal ke area sasaran, dan TV guidance lebih untuk memandu rudal pada identifikasi sasaran yang tepat. Dengan TV guidance juga memungkinkan bagi operator pengendali untuk melhat sasaran secara visual dan real time atas sasaran yang akan dikunci. TV guidance akan diaktifkan 10 km menjelang rudal tiba di area sasaran. Untuk memantau pencitraaan, transmisi TV Kh-59ME dapat dikoneksikan dengan perangkat APK-9ME pod yang ditempatkan pada sisi pesawat tempur.

Kh-29ME disokong dua mesin, mesin utamanya berupa two stage rocket, dan sebagai pendukung ada mesin turbofan eksternal, terdapat di bawah bodi. Dengan spesifikasi tersebut, Kh-59ME sanggup terbang sejauh 115 km dengan kecepatab sub sonic, antara Mach 0,72 – 0,88. Rudal dapat melaju dengan pola sea skimming di ketinggian 7 meter diatas permukaan laut, atau terbang jelajah di ketinggian 1.000 meter.

Kh-59 dirancang okeh biro desain Raduga, dan seri Kh-59ME dihadirkan sebagai versi peningkatan dari Kh-59 standoff missile, dan dipekenalkan ke publik pada tahun 1990. Versi perdana Kh-59 sendiri telah dioperasikan Uni Soviet pada tahun 80-an. Kh-59ME memang dirancang untuk diluncurkan dari keluarga jet tempur Sukhoi Su30 MK2. Namun tak semua Kh-59 melaju dengan sistem TV guidance, ada varian serang permukaan darat Kh-59MK2 yang menggunakan millimeter wave active radar seeker, teknologi ini memungkinkan rudal beraksi secara fire and forget.

Kh-59MK2, versi serang darat dengan sistem fire and forget.
Kh-59MK2, versi serang darat dengan sistem fire and forget.

Meski ini kabar baik untuk dunia alutsista TNI, namun jangan anggap rudal ini special Indonesia punya, pasalnya Malaysia dan Vietnam malah sudah lebih dulu mengoperasikan Kh-59ME. Di luar Indonesia, Malaysia, Rusia, dan Vietnam, negara pengguna Kh-59 adalah India, Venezuela, Cina, Aljazair, dan Korea Utara. (Haryo Adjie)

Spesifikasi Kh-59ME
– Diameter: 380 millimeter
– Panjang: 5,70 meter
– Wingspan: 1,30 meter
– Max Cruising Flight Altitude: 1.000 meter
– Max Launch Altitude: 1.500 meter
– Max Range: 115 kilometer
– Min Cruising Flight Altitude: 50 meter
– Min Launch Altitude: 200 meter
– Sea-Skimming Flight Altitude: 7 meter
– Max Launch Airspeed: 1,100 km per jam
– Min Launch Airspeed: 600 km per jam
– Top Speed: 0.88 mach
– Berat total: 930 kg
– Berat hulu ledak: 320 kg

Baron G-58 Perkuat Puspenerbal

TNI AL dalam hal ini Pusat Penerbangan Angkatan Laut (Puspenerbal) resmi memiliki pesawat latih terbaru multi engine Baron G-58 sebanyak 2 unit. Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Ade Supandi, S.E., M.A.P., meresmikan pengoperasian pesawat latih lanjut tersebut bertempat di Base Ops Lanudal Juanda, Surabaya, Rabu (23/12). Pesawat udara BARON G-58 merupakan pesawat latih TNI AL menggantikan pesawat latih lama jenis Nomad N-22/24 yang kini sudah dinonaktifkan. Pesawat latih tersebut dibutuhkan untuk memperlancar proses kualifikasi penerbang TNI AL yang selanjutnya akan mengawaki pesawat udara operasional seperti CN 235-200 maupun Casa NC 212-200.



(all photo: Dispenal)
 
Menurut Kasal Laksamana TNI Ade Supandi, S.E., M.A.P., pengoperasian pesawat latih BARON G-58 ini merupakan perwujudan penyiapan personel penerbang sebagai jawaban menghadapi tantangan dalam mendukung tugas TNI AL untuk mempertahankan dan mengamankan kedaulatan perairan yurisdiksi nasional. “Pembinaan kesiapan personel kualifikasi penerbang membutuhkan sarana latih pesawat udara yang nantinya akan dipersiapkan untuk mengoperasikan unsur udara dalam operasi laut khususnya pesawat udara jenis fixedwing,” tegas Kasal. Kasal juga menjelaskan pesawat latih BARON G-58 yang memiliki kapasitas 6 orang ini selanjutnya akan terus ditingkatkan jumlahnya menjadi 6 unit agar lebih efektif dalam memperlancar peningkatan kualifikasi para penerbang fixedwing TNI AL.



BARON G-58 memiliki tingkat keamanan dan keselamatan penerbangan yang tinggi, dapat dioperasikan sesuai kebutuhan manuver yang diprogramkan, dilengkapi dengan kemajuan teknologi pesawat udara terkini Glasscockpit Technology yang terintegrasi dengan  Engine Instrument, Flight Instrument, Communications, Navigation, Auto Pilot dan Radar Cuaca, memiliki Endurance 5 jam secara terus menerus dengan kecepatan 180-223 knots (333-413 Km/jam), memiliki performa mesin penggerak Double Engine masing-masing 300 HP, serta dapat dioperasikan hingga 20 tahun ke depan atau lebih.

Turut hadir dalam peresmian pengoperasian pesawat tersebut Komandan Puspenerbal, para pejabat utama Mabesal, para Pangkotama TNI AL, Direktur PT Pirusa Sejati, para Penerbang TNI AL, serta undangan lainnya. Untuk Pesud Baron masuk jajaran Skuadron 200 Wing Udara 1 (Skuadron Latih) untuk Latihan terbang lanjut bagi Siswa Senerbal yang Fixed Wing, sebagai ganti Nomad yg saat ini sdh di grounded.