Dimulai sejak masa kampanye Pemilu Presiden 2014, debut drone alias UAV (Unmanned Aerial Vehicle) seolah terdongkrak lewat niatan Capres Jokowi saat itu untuk memberdayakan peran drone untuk kepentingan intai pertahanan. Dari situlah beberapa instansi yang tekait iptek kian terpacu untuk mewujudkan prototipe drone. LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) menjadi ‘salah satu’ pemain yang diperhitungkan di Tanah Air. Setelah sukses dengan proyek prototipe LSU (LAPAN Surveillance UAV)-02 yang berhasil take off dari dek kapal perang KRI Diponegoro 365.
Berangkat dari kesuksesan LSU-02, berlanjut kemudian ke LSU-03 dan LSU-04, dan paling baru akhirnya hadir LSU-05. LSU-05 dirancang dengan dimensi dua kali lebih besar dari LSU-02, dan mampu mewakili peran dari LSU-03 dan LSU-04. Dari segi rancangan dan kinerja, LSU-05 memang tak punya perbedaan berarti dengan drone Wulung yang dibesut PT Dirgantara Indonesia dan BPPT. Hanya saja tampilan moncong LSU-05 terlihat lebih streamline. Oleh LAPAN, LSU-05 digadang punya keunggulan pada jarak jangkau dan lama terbang (endurance). LSU-05 didesain mampu terbang hingga 8 jam dengan kecepatan rata-rata 100 km/jam. Artinya jika kecepatan rata-ratanya 100 km/jam, dan mampu terbang selama 8 jam, maka pesawat ini akan mampu terbang secara otomatis sejauh 800 km. Kondisi tersebut jelas berbeda dengan LSU-02 yang hanya mampu terbang otomatis sejauh 200-400 km. Jangkauan terbang LSU-05 pun terbilang lebih jauh ketimbang Wulung yang hanya 200 km.
LSU-05 pun telah berhasil melakukan uji terbang perdana pada 22 Desember 2014 di Balai Produksi dan Pengujian Roket Pameungpeuk, Garut – Jawa Barat. Saat uji perdana, LSU-05 mampu melakukan test high speed taxi dengan kecepatan 80 kilometer per jam.
Awalnya, pesawat yang dirancang sejak akhir 2013 ini, didedikasikan untuk penelitian bersama dengan Chiba University. Pesawat tersebut ditargetkan mampu membawa muatan (payload) yang didesain Tim Chiba University yang berbobot hingga 30 kilogram. Design requirement pesawat cukup menantang. Selain harus mampu membawa muatan, pesawat ini juga dituntut memiliki kemampuan terbang dengan kestabilan tinggi sesuai dengan kebutuhan pemetaan yang menggunakan radar.
Lantas apa yang menjadikan LSU-05 mampu terbang jauh dengan waktun cukup lama? Pertama terletak pada keunggulan desain aerodinamis yang mengandalkan material GFRP (Glass Fiber Reinforced Polymer) dengan menggunakan ply-wood sebagai penguat dengan konsep semi monocoque. Lalu untuk sayap mengadopsi high wing memberikan kestabilan yang lebih baik ditambah dengan penambahan hedral. Sayap memiliki sweep sebesar 0 derajat dan bentuk taper memberikan distribusi lift yang baik. Penempatan engine dengan konfigurasi pusher juga memberikan bagian depan pesawat ruang yang bebas untuk meletakkan payload dan sensor tanpa interferensi dan getaran dari sistem propulsi. Ditambah lagi bagian ekor yang terpasang pada dua boom memberikan kestabilan maksimal. Untuk payload diletakkan pada bagian dalam fuselage dengan pintu bukaan pada bagian atas dengan tambahan untuk dibawa pada bagian bawah fuselage.
Bicara tentang engine, dapur pacu LSU-05 mengandalkan mesin piston dengan 15 hp dan propeller 28 inchi. Teknologi mesin mengacu pada EFI (electronic fuel injection) sebagai perangkat sistem propulsi motor bakar piston di mesin. Teknologi EFI memberikan tenaga maksimal namun tetap hemat bahan bakar, melalui sistem pengaturan penyedia bahan bakar dan oksigen secara elektronik agar mampu menyesuaikan dengan kondisi di sekitarnya. Lepas dari mesin, guna keperluan listrik di drone mengandalkan baterai yang terpasag di pesawat.
Tentang sistem kendali, tak ada yang istimewa LSU-05 masih mengacu pada pilihan kendali jarak jauh dengan sinyal radio dari ground station. Pesawat juga dapat dikendalikan secara otomatis dengan menggunakan sistem autonomous lewat dukungan waypoint GPS (Global Positioning System).
Meski punya keunggulan komparatif dari segi endurance dan jangkauan terbang, namun finalisasi desain pesawat masih membutuhkan waktu lagi. Kabarnya di tahun ini LAPAN akan memaksimalkan desain dengan melakukan performance test flight sebanyak mungkin dan re-manufacture struktur untuk mengurangi bobot pesawat agar lebih efektif.
Dengan keunggulaan daya jelajahnya itu, tepat jika LSU-05 ini diperuntukkanuntuk pengamatan area yang jangkauannya sangat luas. Tinggal dipasangkan perangkat sensor seperti kamera dan FLIR (Forward Looking Infra Red) rasanya drone karya anak bangsa sudah layak menjadin tuan rumah di negeri sendiri. (Gilang Perdana)
Spesifikasi LAPAN LSU-05
Dimensi luar
Span (rentang sayap) : 5,5 m
Lenght (panjang) : 4.1 m
Height (tinggi) : 1,13 m
Berat dan payload
MTOW (Max Take Off Weight) : 120 kg
Berat kosong : 31 kg
Berat payload : 30 kg
Berat fuel : 16 kg
Prestasi terbang
TOG (take off ground run) : 60 m
RoC (climb rate) : 182 meter/menit
Range : 240 – 800 km
Endurance : 8 jam
LG (landing ground run) : 83 meter
Ketinggian terbang max : 3.657 meter
Ketinggian jelajah : 1.000 meter
Kecepatan jelajah : 100 km/h