Sebagai unit tempur elit, penggunaan beragam jenis senjata genggam menjadi sesuatu hal yang lumrah. Seperti kiprah SMG (Submachine gun) yang tak bisa dilepaskan dari eksistensi satuan Sat-81 Gultor/Kopassus, Raider, Denjaka/Taifib Marinir, Kopaska dan Den Bravo 90 Paskhas. Meski MP5 masih bertengger sebagai SMG paling kondang di lingkungan TNI, namun jenis-jenis SMG baru terus bermunculan menawarkan beragam keunggulan komparatif. Salah satu SMG terbaru di arsenal TNI adalah MP9 buatan Brugger & Thormet.
Dari situs Wikipedia, disebutkan pengguna MP9 di Indonesia adalah satuan Kopaska (Komando Pasukan Katak) TNI AL dan kopassus (Komando Pasukan Khusus) TNI AD. Untuk Kopaska, merujuk informasi dari majalah Commando Edisi 4 2015, mulai diterima pasukan katak pada 20 Juli silam.
Adopsi MP9 untuk unit tempur khusus memang pas adanya, Sosok senjata ini memang begitu ringkas, tidak lebih lebar dibanding sehelai kertas A4. Dipegang sebagai pistol tidak terlalu besar, sementara digadang sebagai SMG juga jelas tidak salah. Dengan ukurannya yang kompak, MP9 masih bisa disembunyikan di balik jaket.
Mekanisme operasi MP9 menganut prinsip blowback, namum MP9 selangkah lebih maju dalam menerapkan rotating barrel. Dengan mekanisme semacam ini, laras jadi tidak perlu bergerak jauh-jauh untuk mengompensasi efek tolak balik, sehingga dimensi senjata bisa dbuat sekompak mungkin. Konstruksi dasar MP9 terhitung sangat revolusioner, yakni mempercayakan polimer untuk seluruh konstruksi pembuatannya. Gagang depan dicetak menyatu dengan receiver bawah. Fitur-fitur bawaan menyerupai pistol, seperti bolt release yang ditempatkan seperti posisi slide releae, mudah dimanipulasi dengan jempol tanpa perlu melepas genggaman. Untuk memaksimalkan potensi sebagai SMG, MP9 dilengkapi popor lipat bawaan yang melipat ke kanan saat tak digunakan.
Panjang senjata dengan popor dibuka mencapai 52,3 cm, sementara dengan popor dilipat, panjang senjata hanya 30,3 cm dengan lebar 4,5 cm dan tinggi 20,7 cm. Berat senjata ini terbilang ringan, hanya 1,56 kg sehingga membuat senjata ini dapat diperankan sebagai pistol, namun bisa juga digunakan dalam moda seperti senapan.
Dengan kaliber 9 mm, senjata ini bisa menembakkan peluru secara semi otomatis bahkan full automatic dan dapat dilengkapi dengan silencer (peredam suara) untuk mendukung penugasan yang dalam pelaksanaanya membutuhkan kesenyapan.
Secara teori, MP9 adalah pistol yang bisa ditembakkan secara full automatic. Dalam gelar operasi, penggunaan senjata ini telah dibagikan kepada unit Kopaska Koarmabar dan Kopaska Koarmatim. Kehadiran senjata ini mendapat respon positif, mengingat perannya yang multifungsi. Hadirnya MP9, melengkapi koleksi SMG Kopaska TNI AL, selain keluarga MP5SD (berperedam) besutan Heckler & Koch dan Daewoo K7 dari Korea Selatan.
Dirunut dari sejarahnya, desain MP9 dikembangkan oleh Steyr TMP (Taktische Maschinenpistole/Tactical Machine Pistol) pada tahun 1989 oleh Friedrich Aigner di Austria. Kemudian pada tahun 2001, Steyr menjual desain dan paten senjata ini ke pabrikan senjata asal Swiss, Brugger & Thormet di Swiss. Poin perbedaan yang mencolok setelah senjata ini berpindah paten adalah adanya picatinny rail dan trigger safety model baru. Penggunaan picatinny rail menjadikan MP9 mudah untuk dipasangi beragam aksesoris, contohnya seperti beragam jenis alat bidik optik. (Gilang Perdana)
Spesifikasi MP9:
– Manufaktur: Brugger & Thormet, Swiss
– Mulai digunakan: 2004
– Panjang total: 523 mm
– Panjang laras: 130 mm’
– Berat (kosong): 1,4 kg
– Kaliber: 9 x 19 mm Parabellum’
– Magasin: 15/20/25 dan 30 peluru
– Kecepatan proyektil: 370 meter per detik
– Jangkauan tembak: 75 meter