Selasa, 11 Agustus 2015

Pembentukan Pasukan Raider Kostrad

  image
Pasukan Raider Yonif 321/Galuh Taruna Kostrad, melakukan latihan pertempuran jarak dekat di Pusdikpassus Batujajar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 6/7/2015.
image
image
Kompi latihan C yang berjumlah 128 personil melaksanakan salah satu materi pelajaran di dalam masa latihan pembentukan Raider Yonif 321/Galuh Taruna, yaitu Pertempuran Jarak Dekat (PJD).
image
image
PJD merupakan pertempuran yang dilakukan dalam jarak dekat atau di dalam ruangan yang bersifat agresif, dadakan, surprise dan selektif fire. Para personil melaksanakan latihan dengan penuh semangat dan antusias. Mereka juga melaksanakan menembak basah dengan menggunakan munisi hampa dan munisi tajam. Kegiatan didampingi para pelatih.
image
Batalyon Infanteri 321/Galuh Taruna atau Yonif 321/GT merupakan Batalyon infanteri yang berada di bawah kendali komando Brigade Infanteri 13/Galuh, Divisi Infanteri 1/Kostrad. Markas Komando (mako) berada di Jalan Kyai Haji Abdul Halim, Majalengka (45418), Jawa Barat.

Republika.co.id
Foto: pr1v4t33r – defence.pk

Tiga Lanud TNI AU Resmi Naik Kelas, Kanon Oerlikon Skyshield Siap Beraksi

IMG_20141106_153651
Hari Senin lalu (3/8/2015), diwartakan ada tiga lanud TNI AU yang naik ‘kelas,’ dari tipe B ke tipe A. Ketiganya adalah lanud Supadio di Pontianak, lanud Roesmin Nurjadin di Pekanbaru, dan lanud Suryadarma di Subang. Naiknya status ketiga lanud menyiratkan peningkatan peran untuk mendukung misi strategis operasi udara.
Eksistensi lanud tipe A saat ini bisa disiratkan sebagai tempat bernaungnya Skadron Udara, terlebih pada keberadaan Skadron Tempur. Ambil contoh seperti lanud Iswahjudi di Madiun, lanud Hasanuddin di Makassar, lanud Abdurahman Saleh di Malang, dan lanud Halim Perdanukusumah. Yang disebut terakhir resminya memang tidak menaungi home base Skadron Tempur, tapi karena coverage-nya yang strategis untuk memayungi Ibu kota, di lanud Halim berlaku garnisun CAP (Combat Air Patrol) yang dilakukan bergiliran antar Skadron Tempur. Lain dari itu, lanud Halim menjadi rumah bagi beberapa skadron transport. Oleh karena mengemban peran strategis, lanud tipe A sejak awal dipimpin oleh perwira tinggi bintang satu.
1384066_968705596489103_3243297393611027129_n
Nah, terkait dengan naik kelasnya tiga lanud diatas, memang langsung berhubungan dengan elemen alutsista. Sebut saja lanud Roesmin Nurjadin menjadi home base Skadron Udara 16 yang berisi F-16 C/D Fighting Falcon, kemudian lanud Supadio meski sejak lama menjadi sarang Skadron Udara 1 Elang Khatulistiwa yang ditempati jet Hawk 109/209, baru-baru ini resmi menjadi home base bagi Skadron Udara 51, ini merupakan skadron UAV (drone) pertama yang ada di lingkup TNI AU. Dan terakhir lanud Suryadarma, meski sejak lama kondang sebagai home base helikopter latih, tapi ada proyeksi kedepan untuk dijadikan markas Skadron baru untuk helikopter Combat SAR EC-725 Super Cougar yang tak lama lagi dioperasikan.
10409118_10152503880482638_4773353747120442479_n
Karena ‘padatnya’ alutsista di lanud tipe A, maka unsur pertahanan pangkalan juga mutlak ditingkatkan. Selain keberadaan rudal MANPADS QW-3 yang melekat pada satuan Paskhas, sista lain yang diproyeksikan menjadi perisai lanud tipe A adalah kanon reaksi cepat Skyshield buatan Oerlikon Contraves – Rheinmetall Defence. Kanon laras tunggal ini dapat melontarkan proyektil hingga kecepatan 1.440 meter per detik dengan jangakaun tembak efektif hingga 4 kilometer. (HANS)


Indomil.

Jelang Kedatangan Changbogo Class, TNI AL Percepatan Pembangunan Pangkalan Kapal Selam di Palu

new
Menjelang kehadiran unit perdana Changbogo Class yang dijadwalkan pada awal tahun 2017, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Tedjo Edhy Purdijatno, mengutarakan akan mempercepat realisasi pembangunan pangkalan kapal selam di Lanal Watusampu, Palu, Sulawesi Tengah.
Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal), Laksamana Pertama TNI M Zainudin, mengungkapkan, saat ini pihaknya memang terus melakukan upaya pengembangan pembangunan pangkalan kapal selam di Palu, Sulawesi Tengah. Pengembangan ini pun diharapkan selesai pada saat kedatangan dua kapal selam baru yang dipesan dari Korea Selatan.
Suasana Lanal Palu
Suasana Lanal Palu
Dikutip dari Republika.co,id (26/7/201), rampungnya pembangunan pangkalan itu nantinya dapat mendukung kedatangan dua kapal selam baru yang memperkuat TNI AL tersebut. ”Dua (kapal selam baru) di awal 2017 dan di akhir 2017. Jadi (pembangunan pangkalan kapal selam) diharapkan bisa sudah siap di awal 2017,” kata Zainudin.
4-1024x496
Kadispenal menambahkan, dalam upaya pembangunan pangkalan kapal selam itu, pihaknya melaksanakan secara bertahap. Selain itu, pembangunan itu disesuaikan dan berdasarkan anggaran yang didapat dari APBN. Saat ini, pembangunan dermaga dan dok untuk kapal selam sudah hampir rampung diselesaikan.
Saat ini, TNI AL baru memiliki dua kapal selam, yaitu KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402. Dua kapal selam itu pun sudah tergolong cukup tua dan beroperasi sejak 1980 silam. Alhasil, pemerintah lewat Kementerian Pertahanan telah menyepakati soal pembelian tiga kapal selam jenis Changbogo dengan skema transfer of techology (ToT). Dimana unit kapal selam ketiga, nantinya akan dibangun di galangan PT PAL Surabaya. Sementara untuk dua unit yang datang di tahun 2017, dibuat di Korea Selatan oleh perusahaan galangan kapal Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME). (Sam)

KRI Teluk Banten 516: Landing Ship Tank dengan Kemampuan Sebagai Kapal Markas

dewantoro2(1)
Jika dilihat saat ini, debut kapal perang buatan Korea Selatan ini serasa ‘pudar,’ maklum untuk peran angkut tank sebagasi asasinya, di kelas LST (Landing Ship Tank) kini yang paling besar dipegang KRI Teluk Bintuni 520. Sementara untuk mobilitas angkut logistik dan peran ekstra sebagai kapal markas, TNI AL cenderung mempercayakan armada LPD (Landing Plarform Dock) yang punya fasilitas modern, daya angkut besar dan fasilitas helipad plus hangar yang bisa menampung helikopter kelas medium.
kri-teluk-banten-51671IMG_20140906_140207
Yang dimaksud penulis dalam paragraf diatas adalah KRI Teluk Banten 516, sebuah kapal LST yang masuk dalam Teluk Semangka Class. Seperti diketahui, TNI AL pada awakl tahun 1980 memesan paket enam LST yang dibeli gress dari galangan kapal Tacoma SY (sekarang Hanjin Heavy Industries), Korea Selatan. Pengadaan LST ini juga dibarengi dengan pembelian empat KCR (Kapal Cepat Rudal) Mandau Class dari galangan yang sama.
02062014-Embarkasi-Latgab-t
Keenam LST asal Tacoma SY terdiri dari KRI Teluk Semangka 512, KRI Teluk Penyu 513, KRI Teluk Mandar 514, KRI Teluk Sampit 515, KRI Teluk Banten 516, dan KRI Teluk Ende 517. Karena faktor usia, sang leader KRI Teluk Semangka 512 telah berakhir masa tugasnya dan dijadikan sasaran uji tembak rudal Exocet MM-40 block II buatan Prancis dan Torpedo SUT pada Mei 2013. Sementara sisa kelima LST hingga saat ini masih dioperasikan penuh oleh Satfib (Satuan Kapal Amfibi) TNI AL.
Dari pengamatan penulis, diantara keenam LST Teluk Semangka Class, KRI Teluk Banten 516 terasa yang lebih sering dikedepankan dalam operasi militer utama. Selain kodratnya sebagai wahana penghantar tank amfibi dan pasukan Marinir, KRI Teluk Banten 516 beberapa kali dipercaya sebagai kapal markas. Salah satunya pada operasi Aru Jaya di tahun 1992 untuk menghalau masuknya kapal feri asal Portugal Lusitania Expresso yang berniat masuk ke perairan Timor Timur. Saat itu, KRI Teluk Banten 516 menjadi pusat kendali dari pergerakan beberapa kapal kombatan, seperti KRI Ki Hajar Dewantara 364, KRI Yos Sudarso 353 (Van Speijk Class), KRI Ngurah Rai 344 (Claude Jones/Samadikun Class), KRI Sorong 911 sebagai kapal tanker, KRI Kerapu 812, KRI Ajak 653, dan KRI Rakata 922.
IMG_20140703_151554

Kanon PSU Rheinmetall 20 mm.
Kanon PSU Rheinmetall 20 mm.
Apa yang membuat KRI Teluk Banten 516 terasa spesial? Jawabannya bisa beragam, penulis yang di tahun 1993 pernah ikut berlayar seharian dengan kapal ini beranggapan, untuk peran kapal markas, KRI Teluk Banten 516 memang ideal, karena punya dek helipad yang cukup besar, bisa di darati helikopet sedang. Dalam pelayaran, penulis sempat merasakan take off dan landing menaiki helikopter NBell-412 Puspenerbal. Lebih dari itu, helikopter sekelas NAS-332 Super Puma pun tak masalah mendarat di helipadnya. Perlu dicatat, hingga tahun 2005, tepatnya sebelum era LPD hadir, boleh dibilang fasilitas kapal perang TNI AL dengan helipad luas plus hangar berukuran besar memang hanya dipegang oleh jenis LST ini.
Ada kisah lain, pada tahun 1987 diadakan KTT Asean di Filipina pada tanggal 14 – 16 Desember. Saat itu di Filipina baru terjadi suksesi atas presiden Marcos dan situasi di sana sangat rawan, ledakan bom dan ancaman dari kaum militer pembangkang masih menghantui. Banyak pihak meminta untuk memindahkan KTT tersebut dari Filipina, tapi pemerintah Indonesia dengan tegas menolak usulan tersebut dan meyakinkan bahwa ke Filipina aman, untuk meyakinkan maka Mabes TNI membuat persiapan untuk mengirimkan armada AL ke Filipina.
Embarkasi pasukan Marinir.
Embarkasi pasukan Marinir.
KRI Teluk Ende 517, punya desain yang serupa KRI Teluk Banten 516.
KRI Teluk Ende 517, punya desain yang serupa KRI Teluk Banten 516.
KRI Teluk Ende 517.
KRI Teluk Ende 517.
KRI Teluk Ende 517.
KRI Teluk Ende 517.
Setelah persiapan dimulai maka TNI AL mengirimkan 5 kapal perang untuk membentuk Gugus Tugas pengamanan Presiden dengan 2 kapal bersandar di Manila dan 3 kapal stand by di tengah laut. Akhirnya ada dua kapal yang stand by di Manila adalah KRI Teluk Banten 516 dengan Helikopter Puma di geladaknya dan frigat KRI Wihelmus Zakaria Yohannes 332 (Tribal Class) yang berperan sebagai pengawal.
Meski masuk dalam Teluk Semangka Class, tapi KRI Teluk Banten 516 dan KRI Teluk Ende 517 tampil beda dari keempat saudaranya. Kedua kapal ini masuk dalam varian komando. Varian ini dicirikan dengan adanya superstructure berupa hangar yang desainnya cukup besar. Di dalam hangar ini bahkan dapat memuat 2 helikopter sekelas NBell-412 atau Super Puma dalam kondisi baling-baling dilipat. Sementara untuk deck heli hanya mampu menampung 1 unit heli ukuran sedang/berat.
Di varian komando ini hanya dapat membawa 2 unit LCVP(Landing, Craft, Vehicle, Personnel). Sementara untuk elemen persenjataan, terdapat dua pucuk kanon Bofors 40 mm pada haluan. Dan uniknya 2 pucuk kanon Bofors 40 mm pada ujung haluan tidak dilengkapi dengan penutup pelindung (terbuka). Ada lagi dua pucuk kanon 20 mm buatan Rheinmetall, dan 2 pucuk SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7 mm. Untuk sistem navigasi, menggunakan jenis radar JRC dan Raytheon. Bila KRI Teluk Banten 516 laris sebagai kapal markas, kembarannya KRI Teluk Ende 517 kerap diperankan sebagai kapal rumah sakit.
KRI Teluk Banten 516 ditenagai 2 mesin diesel dengan dua unit propeller berkekuatan 5.600 HP. Dalam gelar operasinya, kapal buatan Korea Selatan ini mampu membawa muatan pada kargo seberat 690 ton, atau bisa memuat 17 tank setingkat MBT (main battle tank). Sudah jadi langganan dalam gelar operasi amfibi, jenis LST ini membawa tank PT-76 dan pansam BTR-50 Korps Marinir.
LST Capana Class AL Venezuela
LST Capana Class AL Venezuela
LST Kojoonbong Class AL Korea Selatan
LST Kojoonbong Class AL Korea Selatan
Kabar terakhir yang dikutip dari situs tnial.mil.id (27/2/2014), KRI Teluk Banten 516 ikut dilibatkan dalam Operasi Benteng Paus 2014 untuk melaksanakan pengamanan perbatasan yang meliputi pencegahan dan penangkalan serta penindakan terhadap pelanggaran wilayah disekitar perbatasan Indonesia-Australia-Timur Leste.
Dirunut dari sejarahnya, Teluk Semangka Class merujuk pada rancangan LST Capana Class yang juga buatan Korea Selatan. Capana Class sebanyak empat unit dibangun untuk kebutuhan AL Venezuela pada tahun 1980. Kemudian di tahun 1990, AL Korea Selatan melakukan peningkatan kemampuan pada LST, dan kemudian diberi nama Kojoonbong Class. Kapal perang ini masuk ke segmen medium LST. Teluk Semangka Class dibangun dengan desain lebih kecil dan bobot lebih ringan dari Capana Class (bobot penuh 4.070 ton) dan Kojoonbong Class (bobot penuh 4.200 ton). (Haryo Adjie)

Spesifikasi KRI Teluk Banten 516
– Galangan : Tacoma SY (Hanjin Heavy Industries), Masan – Korea Selatan
– Dimensi : 100 x 15,4 x 4,2 meters
– Bobot penuh : 3.770 ton
– Bobot standar : 1.800 ton
– Mesin 2 diesels, 2 shafts, 6.860 bhp
– Kecepatan maksimum : 15 knots
– Jarak jelajah : 13.890 Km dengan kecepatan 13 knots
– Total kapasitas helikopter : 3 unit (dua di dalam hangar)
– Jumlah awak : 115
– Jumlah pasukan : 202 (Marinir)

Senin, 03 Agustus 2015

M1939 52-K: Meriam PSU “Heavy AA” Legendaris Arhanud Marinir TNI AL

oke
Meski agak sulit mendapatkan informasi resmi, namun ada fakta yang menunjukkan bahwa TNI juga memiliki meriam (PSU) penangkis serangan udara yang berkategori heavy AA (anti aircraft). Maklum selama ini publik lebih mengenal keberadaan meriam PSU paling banter di kaliber sedang, seperti meriam S-60 kaliber 57 mm dan Bofors 40 mm. Meski bukan lagi barang keluaran baru, nyatanya etalase alutsista Arhanud Marinir TNI AL justru punya kaliber yang lebih dahsyat, yakni lewat tipe meriam M1939 52-K yang berkaliber 85 mm.
Mengingat usianya yang tua, jika meriam ini masih aktif, tingkat kesiapan senjata ini agak diragukan, tapi toh 52-K adalah legenda tersendiri dalam jagad sista penangkis serangan udara. Bersama dengan M1939 61-K, meriam 52-K punya reputasi tinggi selama Perang Dunia Dua. Seperti halnya meriam 61-K, meriam 52-K hadir atas desakan kebutuhan Arhanud Uni Soviet untuk menghalau gempuran bomber NAZI Jerman.
oke-1
10852-k-85mm-m1939-aa-gun
Prestasi meriam ini pun layak diacungi jempol, selama berlangsungnya Perang Dunia Dua, total ada 4.047 pesawat Jerman yang dirontokkan oleh kru meriam ini. Hitungannya, untuk menjatuhkan satu pesawat menghabiskan 598 peluru. Karena kalibernya yang besar dan bobot amunisi yang relatif lebih berat, kecepatan tembak meriam ini hanya 10 -12 peluru per menit. Sebagai perbandingan meriam K-61 yang juga dipakai Arhanud Marinir TNI AL, kecepatan tembaknya bisa mencapai 60 peluru per menit. Meski begitu, K-52 punya keunggulan dalam hal jangkauan tembak, dengan kecepatan luncur proyektil 792 meter per detik, jarak tembak maksimum K-52 ini mencapai 15.000 meter. Sementara jarak tembak efektif (dalam sudut vertical) mencapai 10.500 meter. Dengan kemampuannya tersebut, wajar bila meriam ini jadi momok yang menakutkan bagi pesawat tempur yang terbang di ketinggian tinggi.
3026_4-auto_downl9214436161_96e57aa8e2_b

KS-12_85mm_anti-aicraft_gun
Dirunut dari sejarahnya, meriam K-52 dirancang oleh M. N. Loginov and G. D. Dorokhin, dan kemudian diproduksi dalam rentang 1939 hingga 1945. Keberadaan meriam ini di Indonesia diperkirakan terkait dengan kampanye operasi Trikora di awak tahun 60-an. Selain Indonesia, populasi meriam ini cukup merakyat di negara-negara sekutu Soviet, meski sebagian telah mengganti ke kaliber 100 mm.
Sempat hadir dalam model kit.
Sempat hadir dalam model kit.
Yang menarik dari meriam K-52 adalah pada larasnya yang mengambil basis laras pada tank. Dengan bobot total 4,5 ton, soal kelincahan memang tak terlalu maksimal, namun K-52 tetap dapat berputar 360 derajat dengan gerakan sudut elevasi laras antara -3 hingga 82 derajat. Pola pengisian amunisi tidak seperti meriam S-60, Bofors 40 mm dan 61-K yang menggunakan cartridge, di 52-K pengisian amunisi mengusung pola vertical sliding wedge. Sedangkan untuk mengantisipasi efek tolak balik dari laras menggunakan hydraulic buffer.
Tidak diketahui persis, apakah meriam ini masih operasional atau tidak, namun dari foto yang ada, meriam K-52 setidaknya pernah digunakan Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan (Yonmarharlan) TNI AL. (Haryo Adjie)

Spesifikasi M1939 K-52
– Kaliber : 85 mm (3.34 inchi)
– Panjang laras: 55 Cal
– Berat: 4.500 kg
– Panjang keseluruhan: 7,05 meter
– Lebar: 2,15 meter
– Tinggi: 2,25 meter
– Elevasi laras: -3 hingga 82 derajat
– Jarak tembak maksimum: 15.500 meter
– Jarak tembak efekif: 10.500 meter
– Jumlah awak: 7 orang

Selasa, 28 Juli 2015

Mamba MK2 SWB: Rantis Serbu MRAP Sat-81/Gultor Kopassus TNI AD

Mamba1
Guna siap menjalankan misi-misi tempur khusus, prajurit andalan Sat-81/Gultor (Penanggulangan Teror) Kopassus memang harus siap tampil dengan wahana rantis (kendaraan taktis) yang juga mumpuni. Selain wahana dituntut punya proteksi lapis baja di seputaran bodi, menyikapi medan operasi yang dinamis, beberapa rantis Kopassus juga dibekali kemampuan MRAP (Mine Resistant Ambush Protected).
Beberapa rantis Kopassus dengan kualifikasi MRAP yang telah dikenal seperti PMV Bushmaster, Casspir MK3, dan Mamba MK2. Bushmaster dan Casspir sebelumnya telah kami kupas di artikel terdahulu, dan kini giliran dikupas sekilas Mamba MK2. Dirunut dari kehadirannya, rantis Mamba bisa dibilang tidak terlalu baru di Indonesia. Sosok Mamba MK2 resmi diperlihatkan ke muka publik dalam Latihan Gabungan Anti Teror TNI-Polri tahun 2011. Menyandang gelar MRAP, Mamba dirancang dengan kelengkapan proteksi dari efek ledakan ranjau. Mamba menggunakan sasis monokok dan tameng ‘V-shaped’ dibawahnya, diciptakan untuk menahan efek ledakan ranjau IED (improvised exposive device) hingga 7 kg yang sengaja dipasang sepanjang jalan.
Mamba Kopassus TNI AD.
Mamba Kopassus TNI AD.
Tampil dalam Latihan Gabungan Anti Teror tahun 2011.
Tampil dalam Latihan Gabungan Anti Teror tahun 2011.
Namba diandalkan sebagai rantis Sat-81/Gultor.
Namba diandalkan sebagai rantis Sat-81/Gultor.
Seperti halnya rantis Casspir, Mamba dirancang atas dasar kebutuhan operasi militer Afrika Selatan guna menghadapi konflik di perbatasan yang sarat penggunaan ranjau darat. Varian awal Mamba dibangun oleh Mechmen Consultant, bagian dari Denel Group. Pada awalnya Mamba masih mengusung penggerak 4×2 (two wheel drive). Baru selanjutnya pada Mamba MK2 yang dikembangkan oleh Reumech OMC, rantis ini menggunakan penggerak four wheel drive (4×4) dan lapisan bajanya ditingkatkan 7 mm lebih kuat dari varian terdahulu (MK1).
Mamba MK2 SWB ikut andil dalam misi SFOR di Bosnia.
Mamba MK2 SWB ikut andil dalam misi SFOR di Bosnia.
Meski sosoknya garang dan serba baru, namun Mamba MK2 mengusung platform sasis truk Unimog yang legendaris. Baja pada hull dan kaca, dirancang untuk mampu menahan terjangan proyektil kaliber 5,56 dan 7,62 mm. konfigurasi Mamba tak beda dengan rantis APC (armoured personnel carrier) pada umumnya, sopir duduk berdampingan dengan komandan, dan dibekalangnya ada setting kursi untuk sembilan pasukan. Pada posisi komandan terdapat roof hatch yang dapat terkoneksi dengan dudukan senapan mesin atau pelontar granat otomatis.
__thumb_-2-mamba_1Alvis-4-SFOR1
1
Tak hanya sasis yang merujuk ke Unimog, untuk urusan sistem kemudi dan suspense, Mamba MK2 menggunakan Mercedes-Benz UNIMOG 416 (4×4) yang handal melahap medan off road. As roda depan dan belakang dilengkapi dengan pegas koil dan peredam hidrolik. Untuk urusan dapur pacu, Mamba MK2 ditenagai mesin diesel Mercedes Benz 352N 6-cylinder yang menghasilkan tenaga 123 HP, sehingga kendaraan dapat dipacu hingga kecepatan 102 km per jam. Mesin diesel menggunakan empat kecepatan synchromesh gearbox penuh dengan rentang tinggi dan rendah, memberikan total delapan depan dan empat gigi mundur.

Mamba MK2 (Komanche)
Untuk tujuan komersial, Mamba dirancang sebagai kendaraan multi varian, sejak tahun 1993, hingga kini Mamba telah diproduksi sampai varian MK5 dan varian Taipan. Dari segi reputasi, keluarga Mamba terbilang ‘harum,’ selain wara wiri menjelajahi medan konflik di beberapa negara Afrika. Mamba yang secara lisensi diproduksi Inggris, ikut aktif mendukung pasukan NATO SFOR dalam Perang di Bosnia.
Mamba MK2 dengan sasis panjang.
Mamba MK2 dengan sasis panjang.
Beraksi dalam misi militer di Uganda.
Beraksi dalam misi militer di Uganda.
Mamba juga laris manis diandalkan sebagai rantis pasukan PBB.
Mamba MK2 (sasis panjang) juga laris manis diandalkan sebagai rantis pasukan PBB.
Sementara dirunut dari sejarahnya, produksi Mamba telah berganti-ganti pemilik. Reumech OMC yang menggarap Mamba MK2, kemudian diambil alih oleh Vickers Defence Systems dari Inggris, dan berganti nama jadi Vickers OMC. Dan di akhir tahun 2002, Alvis PLC membeli Vickers Defence Systems and Vickers OMC, yang selanjutnya namanya berganti menjadi Alvis OMC. Terakhir pada tahun 2004, Alvis PLC diambil alih oleh BAE Systems, dan kemudian Alvis OMC berganti nama jadi BAE Systems Land Systems OMC.
Mamba MK2 hadir dalam beberapa sub varian, salah satunya adalah Mamba MK2 Komanche. Berbeda dengan varian reguler yang tampil lebih panjang dan bisa membawa sembilan pasukan. Komanche tampil dengan sasis pendek, varian ini dikenal dengan sebutan short wheeled base (SWB). Varian inilah yang digunakan Kopassus, karena tampilan yang lebih kecil, pasukan yang dibawa pun lebih sedikit, yakni 7 orang. Ada lagi varian yang lebih kecil, yakni Sabre yang hanya bisa dimuati 4 orang pasukan. (Bayu Pamungkas)

Spesifikasi Mamba MK2
 Dimensions
 Overall Length: 5 460mm
 Overall Width: 2 205mm
 Overall Height: 2 495mm
 Wheel Base: 2 900mm
 Wheel Track: 1 790mm
 Engine
 Make: Mercedes Benz
 Model: 352 N
 Type: Liquid cooled, direct injection, four stroke, 6 cyl diesel
 Displacement: 5 675 cm3
 Maximum Power (DIN): 92 kw @ 2 800 Rpm
 Minimum Torque (DIN): 348 NM @ 1 900 Rpm
 Transmission
 Make: Mercedes Benz
 Type: 4 Speed synchromesh
 Axles
 Make: Mercedes Benz
 Type: Rigid, incorporating portal hub reduction with pneumatically operated differential locks
 Masses
 Tare: 5 710kg
 GVW: 6 800kg
 Crew: Driver + 10
 Sustained Road Speed: 90km/h
 Max Road Speed: 102km/h
 Road Range: 900km
 Brakes
 Dual hydraulic / air system
 Discs on front and rear
 Suspension
 Front: Single coil
 Rear: Double coil
 Shock absorbers: Double acting telescopic, hydraulic
 Road Wheels and Tyres
 Tyres: 12.5 x 20 Michelin XSL
 Steering System
 Hydraulically assisted recirculating ball
 Protection
 Ballistic Up to 7,62 x 52mm NATO Ball
 Mines 7kg TNT under any wheel

KRI Tanjung Kambani 971: Ini Dia! Kapal Feri Yang Dipersenjatai

kolinlamil-sub1
Keberadaan kapal feri jamak untuk memenuhi kebutuhan transportasi sipil. Contoh seperti ratusan armada kapal feri yang dikelola BUMN PT ASDP Indonesia Ferry. Sebagai negara kepulauan, keberadaan kapal feri amat vital sebagai penunjang urat nadi perekonomian, bisa dibayangkan apa jadinya bila akses transportasi Jawa – Sumatera tanpa keberadaan kapal feri.
TNI AL lewat Satuan Kapal Bantu (Satban) punya beberapa kapal BAP (Bantu Angkut Personel). Meski masuk dalam etalase kapal perang dengan label KRI, namun karena asasinya untuk misi angkut dan pergeseran pasukan, jenis kapal BAP aslinya adalah kapal angkut sipil yang akhirnya terkena “wajib militer.” Beberapa kapal TNI AL yang aslinya adalah kapal angkut sipil seperti KRI Tanjung Nusanive 973 dan KRI Tanjung Fatagar 974, keduanya adalah kapal penumpang eks PT Pelni. Lain dari itu, ada lagi satu kapal BAP yang punya ciri khas berbeda, yakni KRI Tanjung Kambani 971. Disebut beda dari yang lain karena KRI Tanjung Kambani 971 diciptakan dari platform kapal feri (ferry).
kri-tanjung-kambani-971Foto-KRI-Tanjung-Kambani-di
Sebagai kapal feri, KRI Tanjung Kambani 971 punya kemampuan serupa dengan kapal feri yang ada di lintasan Merak – Bakauheni. Layaknya kapal feri, yang dapat diangkut tak hanya penumpang, melainkan kendaraan bermotor. Beda dengan LST (Landing Ship Tank) yang hanya punya satu pintu rampa untuk keluar masuk kendaraan, maka kapal feri KRI Tanjung Kambani 971 dibekali dua pintu rampa pada haluan dan buritan. Dengan dua pintu rampa, maka kendaraan yang berjalan masuk ke dalam kapal dengan penggeraknya sendiri, bisa keluar dengan sendiri juga, sehingga jenis kapal ini disebut kapal roll on – roll off atau disingkat Ro-Ro. Bahkan untuk memudahkan mobilitas kendaraan, seperti halnya kapal LPD (Landing Platform Dock), KRI Tanjung Kambani 971 juga dilengkapi pintu rampa di sisi samping lambung.
KRI Tanjung Nusanive 973 dan KRI Tanjung Kambani 971
KRI Tanjung Nusanive 973 dan KRI Tanjung Kambani 971
Pintu rampa pada sisi lambung KRI Tanjung Kambani 971
Pintu rampa pada sisi lambung KRI Tanjung Kambani 971
KRI Tanjung Kambani 971 dilengkapi pintu rampa pada bagian buritan.
KRI Tanjung Kambani 971 dilengkapi pintu rampa pada bagian buritan.
Dirunut dari sejarahnya, KRI Tanjung Kambani 971 sebelumnya bernama Dong Yang No.6. Kapal ini dibuat oleh galangan kapal Sanuki Zosen Co Ltd Jepang dan diluncurkan pada bulan Maret 1982. Untuk memperkuat kebutuhan pergeseran pasukan dan perlengkapannya, TNI AL mengakuisisi kapal ini pada tahun 2000. Dengan masuk sebagai arsenal kekuatan TNI AL, maka kapal feri sipil ini pun perlu dilakukan modifikasi agar bisa menyesuaikan dengan kebutuhan militer.
Modifikasi kapal dilaksanakan di galangan Dae Sun Shipbuilding & Engineering di Busan, Korea Selatan. Modifikasi dilakukan selama lebih kurang 6 bulan, mulai 1 Mei hingga 9 November 2000. Dalam modifikasi ini ditambahkan fasilitas helipad tanpa hanggar, juga beberapa senjata ringan anti serangan udara (PSU) kaliber 20 mm dan 35 mm. Guna menampung jumlah pasukan dalam jumlah besar, dilakukan perubahan fungsi ruangan. Kemampuan angkut ideal KRI Tanjung Kambani 971 dengan kapasitas tempat tidur 460 orang. Namun dalam kondisi tertentu, kapal berbobot mati 7.138 ton ini dapat dimuati 1.500 orang. Secara resmi, KRI Tanjung Kambani 971 masuk dalam jajaran TNI AL pada 10 November 2000.
Piintu rampa utama pada bagian haluan
Piintu rampa utama pada bagian haluan
Suasana ruang anjungan
Suasana ruang anjungan
Bagaimana dengan kemampuan angkut? Mengutip dari Wikipedia.org, KRI Tanjung Kambani 971 dapat dimuati truk sekelas REO M35 sebanyak 38 unit, jenis truk ringan sekelas Unimog 45 unit, kendaraan minibus 65 unit dan sedan 60 unit. Selain itu, kapal ini dapat membawa muatan kargo 20,83 ton, dan helipad-nya dapat di darati helikopter berbobot 6,8 ton. Ini artinya, helikopter sekelas AS332 Super Puma tidak masalah mendarat di kapal ini. Pada 24 Agustus 2002, Presiden Megawati Soekarnoputri sempat menumpangi KRI Tanjung Kambani 971 untuk menyaksikan Latihan Tempur TNI AL di Pulau Gundul, Karimunjawa. Dengan bekal helipad yang memadai, maka jika ada kondisi mendesak, helikopter Super Puma Kepresidenan dapat mendarat dengan mudah.
Kanon 2M3 25 mm twin gun pada KRI Tanjung Kambani 971
Kanon 2M3 25 mm twin gun pada KRI Tanjung Kambani 971
Untuk urusan persenjataan, bekal yang diusung memang sebatas PSU (Penangkis Serangan Udara), diantaranya adalah tipe 2M3 Twin gun kaliber 25 mm. Ini bukan tipe kanon baru, melainkan kanon lawas buatan eks Uni Soviet yang dahulu digunakan pada KCR (Kapal Cepat Rudal) Komar Class. Kanon 2M3 saat ini juga terpasang pada KRI Viper 820 dan KRI Piton 821. Mengingat punya geladak yang luas, bila keadaan mendesak, tentu tak sulit untuk menempatkan rudal MANPADS di KRI Tanjung Kambani 971.
Nama KRI Tanjung Kambani diambil dari nama sebuah tanjung di Pulau Peleng Propinsi Sulawesi Tenggara yang merupakan daerah tempat berkumpulnya bagi Satuan Tugas Kapal – kapal Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) yang mengangkut pasukan selama Operasi Trikora pada tahun 1961. (Bayu Pamungkas)

Spesifikasi KRI Tanjung Kambani 971
– Negara asal: Jepang
– Galangan: Sanuki Zosen Co Ltd
– Awak: 119 orang
– Panjang: 114,5 meter
– Lebar: 19,8 meter
– Kedalaman: 6 meter
– Bobot mati: 7.138,9 ton
– Cargo palyload: 20,83 ton
– Endurance: 15 hari
– Kecepatan maksimum: 13 knots
– Kecepatan ekonomis: 11 knots