Keberadaan kapal feri jamak untuk memenuhi kebutuhan transportasi
sipil. Contoh seperti ratusan armada kapal feri yang dikelola BUMN PT
ASDP Indonesia Ferry. Sebagai negara kepulauan, keberadaan kapal feri
amat vital sebagai penunjang urat nadi perekonomian, bisa dibayangkan
apa jadinya bila akses transportasi Jawa – Sumatera tanpa keberadaan
kapal feri.
TNI AL lewat Satuan Kapal Bantu (Satban) punya beberapa kapal BAP
(Bantu Angkut Personel). Meski masuk dalam etalase kapal perang dengan
label KRI, namun karena asasinya untuk misi angkut dan pergeseran
pasukan, jenis kapal BAP aslinya adalah kapal angkut sipil yang akhirnya
terkena “wajib militer.” Beberapa kapal TNI AL yang aslinya adalah
kapal angkut sipil seperti KRI Tanjung Nusanive 973 dan KRI Tanjung
Fatagar 974, keduanya adalah kapal penumpang eks PT Pelni. Lain dari
itu, ada lagi satu kapal BAP yang punya ciri khas berbeda, yakni KRI
Tanjung Kambani 971. Disebut beda dari yang lain karena KRI Tanjung
Kambani 971 diciptakan dari platform kapal feri (ferry).
Sebagai kapal feri, KRI Tanjung Kambani 971 punya kemampuan serupa
dengan kapal feri yang ada di lintasan Merak – Bakauheni. Layaknya kapal
feri, yang dapat diangkut tak hanya penumpang, melainkan kendaraan
bermotor. Beda dengan LST (Landing Ship Tank) yang hanya punya satu
pintu rampa untuk keluar masuk kendaraan, maka kapal feri KRI Tanjung
Kambani 971 dibekali dua pintu rampa pada haluan dan buritan. Dengan dua
pintu rampa, maka kendaraan yang berjalan masuk ke dalam kapal dengan
penggeraknya sendiri, bisa keluar dengan sendiri juga, sehingga jenis
kapal ini disebut kapal roll on – roll off atau disingkat
Ro-Ro. Bahkan untuk memudahkan mobilitas kendaraan, seperti halnya kapal
LPD (Landing Platform Dock), KRI Tanjung Kambani 971 juga dilengkapi
pintu rampa di sisi samping lambung.
Dirunut dari sejarahnya, KRI Tanjung Kambani 971 sebelumnya bernama Dong Yang No.6.
Kapal ini dibuat oleh galangan kapal Sanuki Zosen Co Ltd Jepang dan
diluncurkan pada bulan Maret 1982. Untuk memperkuat kebutuhan pergeseran
pasukan dan perlengkapannya, TNI AL mengakuisisi kapal ini pada tahun
2000. Dengan masuk sebagai arsenal kekuatan TNI AL, maka kapal feri
sipil ini pun perlu dilakukan modifikasi agar bisa menyesuaikan dengan
kebutuhan militer.
Modifikasi kapal dilaksanakan di galangan Dae Sun Shipbuilding &
Engineering di Busan, Korea Selatan. Modifikasi dilakukan selama lebih
kurang 6 bulan, mulai 1 Mei hingga 9 November 2000. Dalam modifikasi ini
ditambahkan fasilitas helipad tanpa hanggar, juga beberapa senjata
ringan anti serangan udara (PSU) kaliber 20 mm dan 35 mm. Guna menampung
jumlah pasukan dalam jumlah besar, dilakukan perubahan fungsi ruangan.
Kemampuan angkut ideal KRI Tanjung Kambani 971 dengan kapasitas tempat
tidur 460 orang. Namun dalam kondisi tertentu, kapal berbobot mati 7.138
ton ini dapat dimuati 1.500 orang. Secara resmi, KRI Tanjung Kambani
971 masuk dalam jajaran TNI AL pada 10 November 2000.
Bagaimana dengan kemampuan angkut? Mengutip dari Wikipedia.org, KRI
Tanjung Kambani 971 dapat dimuati truk sekelas REO M35 sebanyak 38 unit,
jenis truk ringan sekelas Unimog 45 unit, kendaraan minibus 65 unit dan
sedan 60 unit. Selain itu, kapal ini dapat membawa muatan kargo 20,83
ton, dan helipad-nya dapat di darati helikopter berbobot 6,8 ton. Ini
artinya, helikopter sekelas AS332 Super Puma tidak masalah mendarat di
kapal ini. Pada 24 Agustus 2002, Presiden Megawati Soekarnoputri sempat
menumpangi KRI Tanjung Kambani 971 untuk menyaksikan Latihan Tempur TNI
AL di Pulau Gundul, Karimunjawa. Dengan bekal helipad yang memadai, maka
jika ada kondisi mendesak, helikopter Super Puma Kepresidenan dapat
mendarat dengan mudah.
Untuk urusan persenjataan, bekal yang diusung memang sebatas PSU
(Penangkis Serangan Udara), diantaranya adalah tipe 2M3 Twin gun kaliber
25 mm. Ini bukan tipe kanon baru, melainkan kanon lawas buatan eks Uni
Soviet yang dahulu digunakan pada KCR (Kapal Cepat Rudal) Komar Class.
Kanon 2M3 saat ini juga terpasang pada KRI Viper 820 dan KRI Piton 821.
Mengingat punya geladak yang luas, bila keadaan mendesak, tentu tak
sulit untuk menempatkan rudal MANPADS di KRI Tanjung Kambani 971.
Nama KRI Tanjung Kambani diambil dari nama sebuah tanjung di Pulau
Peleng Propinsi Sulawesi Tenggara yang merupakan daerah tempat
berkumpulnya bagi Satuan Tugas Kapal – kapal Komando Lintas Laut Militer
(Kolinlamil) yang mengangkut pasukan selama Operasi Trikora pada tahun
1961. (Bayu Pamungkas)
Spesifikasi KRI Tanjung Kambani 971
– Negara asal: Jepang
– Galangan: Sanuki Zosen Co Ltd
– Awak: 119 orang
– Panjang: 114,5 meter
– Lebar: 19,8 meter
– Kedalaman: 6 meter
– Bobot mati: 7.138,9 ton
– Cargo palyload: 20,83 ton
– Endurance: 15 hari
– Kecepatan maksimum: 13 knots
– Kecepatan ekonomis: 11 knots
– Negara asal: Jepang
– Galangan: Sanuki Zosen Co Ltd
– Awak: 119 orang
– Panjang: 114,5 meter
– Lebar: 19,8 meter
– Kedalaman: 6 meter
– Bobot mati: 7.138,9 ton
– Cargo palyload: 20,83 ton
– Endurance: 15 hari
– Kecepatan maksimum: 13 knots
– Kecepatan ekonomis: 11 knots