Boeing CH-47 Chinook. ©istimewa
Indonesia kembali berencana menambah Alat
Utama Sistem Persenjataan (Alutsista), salah satu produk yang diincar
adalah Chinook. Heli transportasi serba bisa ini diharapkan tak hanya
berfungsi membawa prajurit ke medan tempur, tapi juga tanggap bencana.
"Ancaman
kita yang pertama bencana alam, bencana alam angkatnya kok pake sekop.
Berikutnya kalau mau kirim pasukan ke PBB pake kapal. Kasihan," jelas
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu di Gedung Kementerian Pertahanan,
Jakpus, Rabu (3/6).
Rencana membeli Chinook ini bukan yang
pertama kali terjadi. Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Pramono
Edhi Wibowo juga sempat ingin membelinya. Namun sayang, rencana itu
dibatalkan lantaran pemerintah memutuskan menaikkan harga bahan bakar
minyak bersubsidi.
Lalu, seperti apa sih ketangguhan Chinook yang membuat Indonesia kepincut?
CH-48 atau lebih dikenal dengan nama Chinook, merupakan produk
helikopter buatan perusahaan penerbangan asal AS, Boeing. Heli ini
pertama kali diperkenalkan pada dunia pada 1962 dan masih terus dibuat
sampai kini. Selain AS, sudah ada 22 negara yang menggunakannya.
Bobot
tubuhnya yang besar, ditambah 2 unit mesin Lycoming T55-GA-712
turboshaft serta dua buah rotor di atasnya, Chinook banyak dipakai
sebagai alat transportasi berat. Meski besar dan panjang, namun heli ini
memiliki kecepatan 170 knot, atay 315 km per jam.
Nama Chinook
sendiri diambil dari sebuah suku Indian di barat laut Pasifik,
Chinookan. Dalam perkembangannya, heli ini sudah memiliki belasan
varian, baik untuk penggunaan dalam negeri maupun ekspor.
Bicara
soal pengalaman tempur, heli ini sudah menjalani banyak medan
pertempuran, salah satunya Perang Vietnam sejak 1965. Kemudian sempat
dipakai AD Inggris saat merebut kembali Kepulauan Falkland dari
Argentina.
Heli ini mampu menjalani penerbangan hingga 161.000 jam terbang,
membawa jutaan penumpang dan mengangkut lebih dari 1,3 juta ton
peralatan. Heli ini dapat digunakan untuk memindahkan tank, pesawat
tempur dan alutsista berat lainnya hanya dengan menggunakan seutas tali.
Sekali terbang, heli ini bisa membawa 55 personel pasukan ke jantung pertahanan lawan dengan cepat.
Terdapat
3 pintle senapan mesin menengah pada heli ini, 1 terletak pada loading
ramp dan 2 di sisi kanan dan kiri jendela. Senapan yang bisa dipakai
umumnya 7,62 mm M240 atau FN MAG. Harga satu unit heli ini mencapai USD
38,55 juta, atau berkisar Rp 510,71 miliar.