Jumat, 06 Februari 2015

Pindad ME-105: Prototipe Howitzer Lokal yang Terlupakan

me-105-pindad
Dipandang paling sesuai untuk gelar tempur di medan Tanah Air, porsi meriam tarik (towed) kaliber 105 mm cukup dominan di TNI. Selain digunakan Armed TNI AD, kaliber ini juga jadi andalan Armed Korps Marinir TNI AL. Untuk maksud modernisasi alutsista, kemudian datanglah meriam-meriam anyar kaliber 105 mm buatan luar negeri, seperti KH-178 dari Korea Selatan dan yang akan datang LG-1 MK III dari Perancis.
Tapi sejatinya, jauh sebelum kehadiran dua meriam tersebut, industri pertahanan dalam negeri, yakni PT Pindad sudah berhasil membuat prototip howitzer 105 mm, dengan label Pindad ME-105. Sosoknya muncul pertama kali dalam Indo Defence 2006 di Kemayoran, Jakarta. Howitzer buatan Pindad ini punya bobot 1.320 kg dan dioperasikan oleh tujuh personel. Dari segi kemampuan, ME-105 mampu melonarkan proyektil hingga jarak 10.500 meter. Sementara untuk kecepatan tembak (rate of fire) dapat dilepaskan 4 munisi untuk setiap menit.
Dari segi dimensi dan tampilan, Pindad ME-105 pas untuk menggantikan meriam gunung M-48 yang sudah memperkuat Yon Armed TNI AD sejak lima dekade. Selain dimensi yang sama-sama ‘mungil,’ antara M-48 dan Pindad ME-105 punya kemiripan dari segi operasional, dimana kedua meriam dapat dirancang untuk mudah dibongkar pasang. Pindad ME-105 dapat dibongkar menjadi 13 bagian.
3VFWbIe
Dalam kondisi komponen terurai, tim prajurit yang terlatih dapat memasang meriam dalam waktu 15 menit, dan meriam sudah siap ditembakkan. Sementara untuk membongkar meriam, diperlukan waktu 10 menit. Bahkan, pihak Pindad menyebut jika awak sudah sangat terlatih bisa dilakukan dalam waku 5 menit saja.
Jika merujuk dari kalibernya, yakni masuk dalam segmen kaliber sedang untuk artileri, maka Pindad ME-105 sekelas dengan howitzer M2A2 105 mm yang juga sudah lama dipakai Armed TNI AD. Namun secara visual, nampak ukuran laras ME-105 terlihat pendek. Meski kaliber boleh sama, tapi ada anggapan panjang laras juga membawa pengaruh pada performa meriam, makin panjang laras maka pembakaran mesiu bakal kian sempurna, ini artinya jarak tembak pun semakin jauh.
Meriam
Tidak ada informasi, apakah sudah pernah dilakukan uji tembak atau belum. Meski ME-105 besutan Pindad. Ada yang menyebut komponen larasnya masih di impor. Dan, laras menjadi komponen terpenting dari meriam, yang menjadi perhatian user utamanya soal daya tahan laras pada pemakaian tinggi, mengingat laras punya usia pakai tersendiri. Sayangnya, hingga kini howitzer buatan injiner lokal ini tak kunjung mendapat order dari Kemhan. (Gilang Perdana)

Jepang Dekati RI, Pesawat Amfibi US-2 Pun Ditawarkan

 us-2_03l
Indonesia dan Jepang tengah persiapkan perjanjian di bidang pertahanan yang akan memfasilitasi perdagangan dan produksi alutista dari kedua belah pihak. Yusron Ihza Mahendra, Dubes RI untuk Jepang, mengatakan nota kesepahaman (MoU) kemungkinan akan ditandatangani selama kunjungan presiden Indonesia Joko Widodo ke Tokyo, yang diperkirakan akan berlangsung pada bulan Maret 2015.
MoU ini memungkinkan negara kita mendapatkan pesawat amphibi ShinMaywa Industries US-2 yang telah lama diincar untuk kepentingan Search and Rescue. US-2, sebagai pesawat amfibi Short Take Off and Landing (STOL) dapat mendarat di tanah atau air. Ketujuh unit milik Jepang dioperasikan sebagai pesawat SAR oleh Departemen Pertahanan Jepang. Baik US-2 maupun pendahulunya US-1 telah 900 kali melakukan misi penyelamatan di laut Jepang.
Bagaimana dengan spesifikasi ShinMaywa Industries US-2? Pesawat ini mampu membawa 11 awak ditambah 20 penumpang atau 12 tandu pasien saat bertindak sebagai ambulance udara dengan beban maksimal sampai 17 ton. Pesawat dapat melaju 560 km per jam dengan mesin 4 × Rolls-Royce AE 2100J turboprop, 3,424 kW (4,591 shp), dan 6 baling-baling Dowty R414.
us2_3
Yang membuat pesawat ini istimewa adalah Ia tidak membutuhkan landasan pacu yang panjang. Kemampuan SOTL yang sempurna memungkinkan US-2 untuk lepas landas dan mendarat dengan jarak landasan yang lebih pendek – baik di darat dan di air, sehingga ia dapat lebih efektif ketika deployment.
US-2 dapat lepas landas di air dengan jarak pacu 280 meter. Untuk lepas landas di daratan, dibutuhkan landas pacu sepanjang 490 meter. Kemampuan ini jelas membuatnya lebih superior ketimbang Beriev Be-200 Altair yang sempat menjadi incaran TNI-AU. Sebagai perbandingan, Be-200 memerlukan jarak pacu 2.300 meter di air dan landas pacu darat sepanjang 1.800 meter.
Satu lagi keuntungan MoU dengan Jepang adalah ToT (transfer of technology) yang didapatkan. Seperti yang kita tahu, Rusia, produsen Be-200 terkenal ‘pelit’ dengan ToT, berbeda dengan Jepang atau Korsel.Namun disisi lain, US-2 memiliki ukuran yang lebih kecil. Be-200 bisa membawa 42 penumpang dan dapat dimuati 30 tandu pasien. Be-200 juga terkenal akan kemampuannya mengangkut air untuk pemadaman kebakaran hutan, sebuah insiden yang sering terjadi di Tanah Air.
Jadi siapa yang akan menjadi pujaan tim SAR Indonesia? Mungkinkah Indonesia mendapat keduanya? Kita lihat saja.

Spesifikasi ShinMaywa Industries US-2
  • Crew: 11
  • Capacity: 20 passengers or 12 stretchers
  • Length: 33.46 m
  • Wingspan: 33.15 m
  • Height: 9.8 m
  • Wing area: 135.8m²
  • Empty weight: 25,630 kg
  • Maximum speed: 560 km/h
  • Cruise speed: 480 km/h (259 knots, 298 mph)

Panglima Moeldoko: TNI Masih Ada, Tak Usah Cemas

Kepastian ini ia sampaikan di hadapan Presiden Joko Widodo.

Panglima Moeldoko: TNI Masih Ada, Tak Usah Cemas
Presiden Joko Widodo berbincang dengan Panglima TNI Jenderal Moeldoko ( ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)

Panglima TNI Jenderal Moeldoko memastikan masyarakat Indonesia tak perlu cemas dengan kondisi stabilitas negara. TNI akan menjadi garda terdepan untuk pengamanannya.

Kepastian ini juga yang disampaikan Moeldoko dalam tatap mukanya bersama Presiden Joko Widodo baru-baru ini.

"Prinsipnya kami memberikan masukan ke Presiden, TNI siap menjaga stabilitas, jadi tidak perlu masyarakat Indonesia ragu-ragu dan cemas. TNI masih ada untuk mengamankan kapan pun, di mana pun dan dalam keadaan apa pun," kata Moeldoko di Markas Komando Pasukan Khusus (Kopassus), Cijantung, Jakarta Timur, Jumat 6 Februari 2015.
Sementara itu, Moeldoko juga berjanji akan memberikan sanksi tegas pada oknum pelaku yang menjadi calo seleksi penerimaan prajurit TNI. "Siapa yang main-main untuk menjadi calo bagi calon prajurit, saya pecat," ujar Moeldoko.
Ia juga memastikan, bila memang terbukti calon prajurit yang diketahui lolos seleksi dengan bantuan "calo", calon tersebut dipastikan gugur.

"Sebelum prajurit itu diumumkan, kami undang keluarganya. Kalau ketahuan keluarga orangtuanya nyokong kepada siapa pun, itu tidak akan masuk," katanya.

Sebab itu, ia berharap agar masyarakat tak mudah terpengaruh dengan ajakan calo. Upaya itu agar tidak merugikan diri sendiri.


Vivanews.

Kamis, 05 Februari 2015

21 Pesawat F-16 Block 25 Uprade Diterima Tahun 2015

  F-16C block 25 (photo: f-16.net)
F-16C block 25 (photo: f-16.net)

Dengan tertundanya kedatangan Joint Strike Fighter F-35, maka tidak akan banyak kegiatan di pangkalan ini yang juga menyimpan pesawat F-16 di dalamnya. Namun bukan berarti negara lain tidak menginginkan F-16 tersebut.
Angkatan Udara AS baru saja menandatangani kontrak $ 94 juta dengan Sumaria Systems Inc, yang berbasis di Danvers, Mass., untuk mendukung penjualan beberapa F-16 mereka ke pihak asing. Pekerjaan di bawah kontrak baru akan dilakukan di Hill dan Wright-Patterson Air Force Base di Dayton, Ohio.
Berdasarkan kontrak lima tahun, yang diharapkan selesai 31 Maret 2020, Sumaria akan memberikan manajemen dan layanan profesional termasuk jasa rekayasa dan teknis, melakukan studi dan menyediakan analisis dan evaluasi untuk pesawat tempur itu dan juga sistem senjata serta subsistemnya.
Edith Crane, manajer situs Sumaria berbasis di Clearfield, mengatakan perusahaan mereka akan mendapat pekerjaan baru sebagai akibat dari pemberian kontrak.
F-16 akan dijual di bawah apa yang dikenal sebagai program Penjualan Militer Luar Negeri. Dalam program ini, AS dapat menjual alat pertahanan dan jasa ke negara-negara asing dan organisasi internasional yang sekaligus memperkuat keamanan AS dan mempromosikan perdamaian dunia.
Hill Air Force Base telah terlibat dalam penjualan F-16 ke asing sebelumnya. Pada bulan Juli, pangkalan Ogden Air Logistics Center mengirimkan tiga dari 24 pesawat F-16 Fighting Falcon kepada pemerintah Indonesia.
Pengiriman merupakan awal dari kontrak hampir $ 700 juta untuk akuisisi pesawat dan perbaikan setelah adanya kesepakatan antara Indonesia dan Amerika Serikat di mana pekerja pemeliharaan akan dilakukan di HILL untuk meng-upgrade avionik dan merombak sayap, landing gear dan komponen lain pada setiap pesawat.
Pada akhir 2015, Ogden ALC dijadwalkan untuk memberikan 21 pesawat F-16 lainnya kepada pemerintah Indonesia.
HILL saat ini memiliki 48 pesawat F-16 di Wing Fighter 419 dan 338.
Meskipun pesawat F-35 akan tiba di HILL AIR Force Base untuk menggantikan F-16 pada bulan September 2015, namun kedua jenis jet tempur itu hidup di bawah atap yang sama untuk waktu yang singkat.
Operasi jet akan berjalan bersamaan, menyusun kedatangan F-35 dan kepergian F-16 secara bertahap. Waktu yang pasti dari kepergian F-16 dari Hill Air Force Base tergantung pada anggaran tahunan dan waktu kedatangan F-35 terkait peralatan pendukung.
Peralihan ini akan membutuhkan modifikasi fasilitas, upgrade peralatan dan pelatihan untuk operasi (Wing) dan personil pemeliharaan pesawat. (standard.net) JKGR.

Rabu, 04 Februari 2015

KSAU Minta Pemerintah Lengkapi Radar TNI AU

KSAU Minta Pemerintah Lengkapi Radar TNI AU. (ist)
Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Agus Supriatna meminta pemerintah segera menambah radar milik TNI AU. Musababnya, TNI AU baru memiliki 20 dari total kebutuhan 20 radar pemantau. “Masih kurang 12 radar lagi,” kata Agus kepada wartawan di Markas Besar TNI AU, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu, 4 Februari 2015.
Menurut Agus, sebagian besar kekurangan radar TNI AU berada di wilayah Indonesia timur. Dalam program modernisasi alat utama sistem persenjataan TNI bertajuk Minimum Essential Force, Angkatan Udara sudah mengajukan penambahan 12 radar pemantau. Hasilnya, dalam waktu dekat, dua radar baru siap dipasang. “Masih kurang sepuluh radar lagi. Kami harap dapat segera terpenuhi,” kata Agus.
Agus mengatakan radar merupakan salah satu komponen penting pertahanan udara Indonesia selain pesawat tempur. Menurut dia, radar seperti mata TNI AU yang bertugas mendeteksi benda asing yang masuk ke wilayah Indonesia.
Agus menambahkan, kelengkapan radar dan pesawat tempur TNI AU merupakan salah satu penunjang program poros maritim pemerintahan Presiden Joko Widodo. Menurut dia, urusan maritim akan selalu berkaitan dengan udara. “Apakah bisa kekuatan darat dan laut Indonesia bergerak bebas kalau udara dikuasai negara lain?” kata Agus.
Pada 2014, TNI AU beberapa kali tercatat melakukan intercept terhadap pesawat asing yang memasuki kawasan Indonesia tanpa izin. KSAU sebelumnya, Marsekal Ida Bagus Putu Dunia, juga sempat menyatakan kendala yang dialami TNI AU dalam menjaga luas wilayah Indonesia adalah minimnya perlengkapan.
Sebelumnya, Agus menyatakan niatnya meningkatkan pertahanan udara dengan membeli dan memperbarui radar TNI AU. Agus berharap ada alokasi anggaran yang cukup, sehingga radar TNI AU dapat menjangkau seluruh titik wilayah Tanah Air.
“Kalau semua wilayah punya radar, tidak akan ada yang masuk. Pesawat asing masuk sebentar langsung di-intercept dan diturunkan,” kata Agus di Istana Negara, Jumat, 2 Januari 2015. 

(Tempo)

KRI Balikpapan 901: Kapal Tanker Tua Peninggalan Perang Dingin

c658e-1551209_20131121093714
Gelar kekuatan tempur di laut secara faktual bakal melibatkan elemen kapal tanker, terlebih untuk Indonesia yang punya luas wilayah lautan yang amat luas. Dan, diantara ratusan jenis kapal perang TNI AL, gugus kapal tanker di satukan dalam kelas BCM (Bantu Cair Minyak) dari Satban (Satuan Kapal Bantu). Sebagai identitasnya, lambung kapal diberi kode 9xx. Hingga kini, enam unit kapal tanker memperkuat TNI AL, dan di jadwalkan ada tambahan satu unit lagi dalam waktu dekat.
Keenam kapal tanker TNI AL adalah KRI Balikpapan 901, KRI Sambu 902, KRI Arun 903, KRI Sungai Gerong 906, KRI Sorong 911, dan KRI Tarakan 905. Bila dirunut dari yang terbesar adalah KRI Arun 903, sedangkan yang paling baru dan menjadi kebanggaan karena buatan dalam negeri adalah KRI Tarakan 905. Nah, ada yang cukup unik, ternyata diantara kapal tanker TNI AL tadi, ada yang merupakan buatan Uni Soviet, alias peninggalan era Perang Dingin.

Yang dimaksud disini adalah KRI Balikpapan 901 dan KRI Sambu 902. Merujuk dari sejarahnya, kapal tanker ini dibuat oleh galangan Zhdanov Shipyard, Leningrad. Pihak NATO memberi nama Khobi Class pada kapal tanker ini, sejatinya tanker ini diberi kode Project 437N oleh Uni Soviet. Kapal tanker ini dibangun antara tahun 1953 hingga 1958, dan resmi dioperasikan AL Soviet pada tahun 1955. Menurut situs Wikipedia, Khobi Class dibuat hingga 20 unit. Dimana dua unit diantaranya digunakan oleh TNI AL.
1551209_20131120103324
KRI Balikpapan 901 menjadi latar dari KRI Teluk Peleng 535 yang karam di Pondok Dayung, Jakarta Utara.
KRI Balikpapan 901 menjadi latar dari KRI Teluk Peleng 535 yang karam di Pondok Dayung, Jakarta Utara.

Mengingat usianya yang sudah lanjut, kehadiran kapal tanker ini dipercaya terkait dengan operasi Trikora pada dekade 60-an. Boleh dibilang, sejarah kapal ini cukup panjang, bisa jadi mampu menandingi sejarah KRI Sorong 911.
Khobi Class termasuk kapal tanker ringan, dimensinya 63,2 x 10 x 4,5 meter dan punya bobot penuh 1.525 ton. Kapal tanker ini dibekali dengan deck untuk pendaratan helikopter. Kapal ini punya kapasitas angkut 1000 ton bensin dan 550 ton diesel. Kapal ini punya peran strategis dan taktis, misi yang diemban biasanya berupa penyaluran bahan bakar dan pembekalan logistik cair di laut (fleet underway replenishment at sea).
Dapur pacu kapal tua ini berasal dari dua mesin diesel Type 8DR 30/50 1.600 bhp dengan dua shaft propeller. Kecepatan kapal mencapai 13 knots. Jarak jelajah kapal mencapai 4.630 Km pada kecepatan 12,5 knots. Sayangnya, Khobi Class tidak dilengkapi persenjataan permanen. Tapi uniknya diantara kemampuan elektroniknya ada IFF (identification friend or foe).

KRI Sambu 902
KRI Sambu 902
1
Pada tahun 2013,KRI Balikpapan 901 telah selesai melaksanakan perbaikan body kapal, mesin kapal dan beberapa peralatan lainnya. Selanjutnya untuk pengecekan performa mesin juga dilaksanakan manuver-manuver yang bertujuan untuk mengukur kesiapan KRI dan personil dalam mengawaki alutsista tersebut dalam sea trial di teluk Jakarta. Selain Indonesia, di luar Uni Soviet kapal ini hanya digunakan oleh AL Albania.
Sebelum menjadi KRI Balikpapan 901, sebelumnya nama kapal adalah Sunta 658 yang meluncur dari galangan pada Januari 1956. Memang benar-benar sudah sepuh kapal ini. (Haryo Adjie)

Selasa, 03 Februari 2015

Uji Bom Pesawat T-50i Golden Eagle

image
Pemasangan Bom BDU-33, Launcher 68 dan Launcher 131 pada pesawat tempur T-50i Golden Eagle di Shelter Skadron Udara 15, Senin (2/2). (Foto Penerangan Lanud Iswahjudi)

Tiga pesawat tempur T-50i Golden Eagle dari Skadron Udara 15, melaksanakan uji coba bom buatan Dislitbangau, di Lanud Iswahjudi dengan sasaran Air Weapon Range (AWR), Pulung, Ponorogo, Jawa Timur, Senin (2/2/15).
Dalam Uji coba bom yang dipimpin oleh Komandan Skadron Udara 15 Letkol Pnb Marda Sarjono, ketiga pesawat tersebut menguji Bom BDU-33, Launcher 68 dan Launcher 131, dengan tujuan untuk mengetahui daya ledak bom serta ketepatan sasaran. selain itu juga merupakan ajang uji kemampuan bagi para penerbang tempur dalam ketepatan menembak Air to Ground atau menghancurkan sasaran sekaligus untuk meningkatkan kemampuan tempur yang handal dan profesional.
Uji coba disaksikan langsung oleh Komandan Lanud Iswahjudi Marsma TNI Donny Ermawan T. M.D.S., didampingi Direktur Enginering Koharmatau Kolonel Lek Dento Priyono, tim Dislitbangau, Para Pejabat dari Mabesau dan Lanud Iswahjudi, mulai dari pemasangan bom di wing pesawat T-50i Golden Eagle hingga pelaksanaan pengebomam di AWR Pulung, Ponorogo.
Komandan Lanud Iswahjudi, Marsma TNI Donny Ermawan T., M.D.S berharap pelaksanaan uji coba bom BDU-33, Launcher 68 dan Launcher 131 pada pesawat T-50i Golden Eagle ini dapat berjalan lancar, aman, selamat dan mendapatkan hasil yang memuaskan, sehingga dapat memperoleh sertifikat kelaikan dari Dislambangjaau. Dengan demikian kemandirian di bidang Alutsista akan terwujud, sehingga pesawat tempur TNI AU khususnya T-50i Golden Eagle memiliki Bom sendiri tanpa tergantung dari luar negeri. (tni-au.mil.id)