Rabu, 05 November 2014

Kopassus Style: Senyum, Sapa dan Salaman

Pen-KopassusDanjenDoni
Senyum, Sapa dan Salaman merupakan Kopassus Style yang di canangkan Danjen Kopassus kepada seluruh Prajurit Baret Merah. Ini tdk akan merubah profesionalisme seorang prajurit Komando, sebaliknya dengan simpati dan dukungan rakyat, korps baret merah akan semakin meningkatkan pengabdiannya kepada Bangsa Dan Negara, demikian jawaban Mayjen Doni Munardo atas pertanyaan beberapa Pemred kepada beliau pada kesempatan tatap muka Danjen dengan beberapa Pemimpin Redaksi media cetak, elektronik, online dan televisi, di Markas Kopassus, Cijantung.
Mayjen Doni memaparkan makna filosofi Senyum, Sapa dan Salaman secara gamblang bahwa seorang prajurit bila bertemu dengan masyarakat, maka sejogjanya diawali dengan senyuman ramah, bila dibalas dengan senyuman pula maka lanjutkan dengan menyapa,” Halo, apa kabar?”, bila sapaan tersebut juga disambut dengan persahabatan, maka lanjutkan dengan salaman, disitulah terjadi interaksi dalam hubungan kebatinan dan persahabatan.
Ditegaskan pula, saat ini bukan lagi masanya seorang prajurit yang dipelototin oleh seseorang lantas menunjukkan sikap garang. Mungkin saja orang tersebut justru kagum terhadap penampilan prajurit, sehingga sepantasnya ditanggapi dengan senyuman. Letak kekuatan TNI adalah dukungan rakyat, rakyat akan mendukung bila ada kepercayaan dan simpati. Sehebat apapun suatu pasukan khusus bila tidak mendapat dukungan rakyat, maka tidak akan ada artinya. “Ini akan kita coba kalau cocok akan kita kembangkan dan kalau tidak cocok akan kita evaluasi, “ ujar Mayjen Doni, yang juga mantan Danbrigif 3 Kostrad di Makassar.
Menjawab pertanyaan lain, Mayjen Doni juga menjelaskan tentang pentingnya pohon dan penghijauan. Sebatang pohon berkontribusi besar dalam menyumbang oxigen dan menyerap Co2 sebagai dampak dari pencemaran lingkungan. Termasuk dalam melestarikan pohon-pohon langka yang merupakan tanaman endemik di Indonesia. Contohnya, pohon Ulin dari Kalimantan, Ebony dari Sulawesi , Cendana dari Pulau Timor dan lain sebagainya yang saat ini sudah sangat langka ditemukan. Pohon sangat identik dengan sumber air dan unsur penting tersebut adalah sumber kehidupan. Bila ada pohon besar niscaya ditempat itu ada mata air, sebaliknya bila ada sumber air otomatis pohon mudah tumbuh dan berkembang biak. Demikianlah siklus kehidupan yang bergerak secara alami.
Selain itu, pohon merupakan alat pengendali air yang sangat efektif. Bila pohon atau hutan rimbun dan lebat, maka pada musim hujan dapat mencegah terjadinya bencana banjir, sebaliknya pada musim kemarau tidak akan kekeringan. Suatu fenomena terbalik bila hutan, gunung dan lingkungan lain gundul dan gersang, maka musim hujan akan terjadi banjir dan musim kemarau akan kekeringan. Artinya selama manusia akan terancam dalam bencana akibat ulah manusia sendiri. Melihat kondisi demikian, Kopassus telah memberikan rekomendasi kepada Pemda Kalbar agar diterbitkan peraturan daerah, tentang larangan menebang pohon Ulin. Selain itu, akan dikirimkan bibit pohon Ulin untuk kegiatan reboisasi lahan gundul di Kalbar. Bibit tersebut telah dikembangkan di persemaian milik Danjen Kopassus di Sentul, Jawa Barat.
Pada kesempatan yang sama, salah seorang dari Pemred juga menanyakan kepada Danjen tentang Ekspedisi NKRI yang merupakan program tahunan Kopassus, dan saat ini adalah Ekspedisi yang ke lima. Ekspedisi pertama pada tahun 2011 di P. Sumatra (Ekspedisi Bukit Barisan), Ekspedisi Khatulistiwa di P. Kalimantan 2012, Ekspedisi NKRI koridor Sulawesi 2013, Ekspedisi NKRI Koridor Maluku – Maluku Utara 2014 dan yang sedang disiapkan sekarang adalah Ekspedisi NKRI koridor Bali-Nusa Tenggara 2015.
Seperti diketahui, ekspedisi ini melibatkan seluruh komponen bangsa baik TNI, Polri, Pemerintah daerah dan pusat, ilmuwan, mahasiswa, LSM, Media dan unsur-unsur lain tergabung dalam suatu ikatan yang sangat kompak demi keutuhan NKRI.
Danjen yang murah senyum dan mendapat julukan ‘Jenderal Trembesi’ ini memaparkan, dari hasil Ekspedisi yang melibatkan ilmuwan dan mahasiswa, telah ditemukan ribuan data potensi alam dan potensi sosial Indonesia yang sangat bermanfaat dalam penentuan kebijakan pembangunan Bangsa dan Negara. Bahkan beberapa flora dan fauna ditemukan dan belum ada nama latinnya, saat ini sedang diusulkan menggunakan nama dengan bahasa Indonesia.
Dijelaskan pula oleh Kolonel Rafael Grenada, perwira Kopassus yang selama ini terlibat langsung dalam kegiatan ekspedisi tersebut bahwa, salah satu daerah perbatasan di Kab. Malinau Kaltim merupakan blank spot area,terisolir dari signal selular dan telepon. Masyarakat mengalami kesulitan jika ingin menggunakannya, dan berdampak sulit melakukan komunikasi. Selama ini, perangkat selular yag mereka miliki hanya digunakan untuk mengambil gambar saja. Melihat keadaan demikian, Tim Ekspedisi menghubungi salah satu operator telekomunikasi Indonesia, dan saat ini di daerah tersebut telah berdiri BTS operator tersebut sehingga masyarakat dapat berkomunikasi ke mana saja.
‘Adapun kontribusi ke internal Kopassus bahwa, seluruh wilayah NKRI merupakan daerah Operasi Kopassus, sehingga perlu adanya data konkrit tentang kondisi wilayah meliputi Geo, Demo dan Konsos sebagai referensi dalam pelaksanaan operasi bila dibutuhkan, ujar Danjen Kopassus.| KAPEN



Ada pihak asing ingin burukkan citra Selat Malaka

Ada pihak asing ingin burukkan citra Selat Malaka
Selat Malaka. (ANTARA/istimewa)
Itu dicurigai sebagai permainan, by design. Kapal dirompak karena kerja sama di dalam"
Gugus Keamanan Laut Armada Barat TNI AL menangkap gejala asing berusaha merusak citra aman Selat Malaka.

"Kondisi di Selat Malaka relatif aman, tapi ada indikasi upaya membuatnya tidak aman," kata Komandan Guskamla Armabar Laksamana Pertama TNI Harjo Susmoro usai sebuah rapat koordinasi di Batam, Kepulauan Riau, Rabu.

Dugaan Harjo didasari lima perompakan dan pencurian di Selat Malaka dalam empat bulan terakhir.

"Ada upaya perompakan pemindahan dari kapal tanker. Itu dicurigai sebagai permainan, by design. Kapal dirompak karena kerja sama di dalam," kata dia.

Kapal-kapal asing itu umumnya berbendera Thailand yang dirompak di Selat Malaka, namun tidak seperti umumnya perompakan, tidak ada permintaan tebusan dari yang dirompak.

Kapal berhasil diselamatkan dan dibawa ke Thailand tetapi begitu TNI AL berusaha mengetahui perkembangan kasus itu, pihak berwenang Thailand malah menyebutkan kasus sudah selesai.

"Dalam empat bulan, ada lima kejadian dengan modus yang sama," kata dia.

Ia menduga semua kejahatan itu sengaja direkayasa untuk mencitrakan Selat Malaka tidak aman sehingga kapal-kapal asing memilih jalur selain Selat Malaka.

Padahal, selat ini aman-aman saja dan jika pun ada kejahatan, skalanya kecil. "Hanya untuk cari makan," kata Harjo.
 

Indonesia beli 11 helikopter airbus anti-kapal selam

Indonesia beli 11 helikopter airbus anti-kapal selam
Ilustrasi- Helikopter milik TNI tengah melakukan misi pendaratan personel di atas kapal selam. (ANTARA FOTO)
 
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertahanan akan membeli sebelas helikopter rotorcraft Airbus AS565 MBe Panther untuk meningkatkan kemampuan perang anti-kapal selam atau "anti-submarine warfare".

"Panther kini menjadi salah satu platform ringan/sedang anti-kapal selam yang terbaik di dunia, dengan rangkaian ASW terdepan dan kemampuan untuk beroperasi dari korvet atau fregat kecil," kata Direktur Airbus Helicopters untuk Asia Tenggara dan Pasifik Philippe Monteux dalam keterangan tertulisnya pada pameran Industri Pertahanan Indo Defence Expo 2014 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Rabu.

Dengan jadwal pengiriman selama tiga tahun, helikopter AS565 MBe akan dipasok oleh Airbus Helicopters untuk PT Dirgantara Indonesia.

Melalui kesepakatan industri strategis antara dua mitra ini, PT Dirgantara Indonesia akan memperlengkapi rotorcraft ini dengan peralatan penunjang misi sebelum diserahkan kepada Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut.

Peralatan tersebut mencakup dipping sonar Helicopter Long-Range Active Sonar (HELRAS) dan sistem peluncur torpedo membekali armada itu dengan sistem yang sangat efektif untuk pengoperasian dari daratan maupun kapal.

"Solusi modern dan andal ini memenuhi kriteria kelautan Indonesia dan negaranegara lain di kawasan Asia-Pasifik, berkat kemitraan kami dengan PT Dirgantara Indonesia dan pemasok sistem terbaik yang ada di industri ini," katanya.

Pesanan ini akan menambahkan armada helikopter rotorcraft Airbus TNI, yang menjaga pertahanan negara di darat, laut, dan udara.

Tambahan armada ini terdiri dari Colibri EC120 ringan untuk pelatihan; Fennec dan BO-105 untuk misi serang ringan; Panther untuk misi perang anti-kapal selam; serta Puma dan Super Puma yang dioperasikan oleh TNI Angkatan Udara, yang dalam waktu dekat juga akan menerima helikopter EC725 untuk misi pencarian dan penyelamatan.

Perjanjian pemesanan tersebut dilakukan oleh PT Dirgantara Indonesia sebagai hasil kerja sama dan aliansi strategis yang telah berlangsung lama dengan Airbus Helicopters.

Dirut PT Dirgantara Indonesia, Budi Santoso menjelaskan kontrak terbaru ini menunjukkan kekuatan dan efisiensi kemitraan komersial dan industrial kami dengan Airbus Helicopters.

"Bersama-sama, kami dapat menentukan dan memberikan solusi paling modern dan hemat biaya kepada pemerintah Indonesia dan, sekaligus menjadikannya bagian dari keterlibatan signifikan industri Indonesia," tuturnya.
 

Lapan Manfaatkan Karet untuk Redam Panas Roket

lapan22
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menggandeng satuan kerja PT Riset Perkebunan Nusantara, yaitu Pusat Penelitian Karet (Puslitkaret) dalam penggunaan karet Ethylene Propilene Diene Monomer (EPDM) sebagai material insulasi termal pada motor roket berbahan bakar padat. Kerja sama tersebut ditandai dengan penandatanganan nota kerja sama (MoU) baru-baru ini.
Kepala Lapan Thomas Djamaluddin mengatakan, semua roket membutuhkan peredam panas antara tempat pembakaran bahan bakar dengan tabung roket. Jika tanpa itu roket bisa meledak kalau panasnya tidak diredam.
“Kita menjalin kerja sama dengan PT RPN melalui Puslit karet untuk pengembangan bahan yang bisa dijadikan peredam,” katanya di Jakarta, Senin (20/10). Thomas menambahkan, Lapan sejauh ini sudah mengembangkan roket berdiameter 100 milimeter, 120, 320, dan yang akan datang lebih besar lagi 450, 550 milimeter.
Menurutnya untuk roket kecil seperti 100 dan 120 milimeter teknik yang saat ini digunakan sudah memadai. Namun, untuk roket yang lebih besar membutuhkan suhu pembakaran mencapai 3.000 derajat celcius perlu dibuat peredam panasnya. Kemudian dikembangkanlah material karet.
“Roket-roket Lapan berdiameter 100, 120 milimeter saat ini sudah mulai dipakai untuk keperluan sipil, termasuk uji roket sonda yang membawa muatan sensor penelitian atmosfer. Selain itu roket Lapan juga dikembangkan konsorsium roket nasional untuk roket pertahanan,” ungkapnya.
image
Untuk roket yang lebih besar, roket sonda mempunyai kemampuan yang lebih tinggi. Kementerian Pertahanan menggunakannya untuk pertahanan. Tetapi Lapan terbatas hanya mengembangkan roket sipil. Nantinya, tujuan akhir dari roket sonda ini sebagai roket peluncur satelit.
Dalam kerja sama tersebut terungkap bahwa karet ternyata merupakan bahan yang dapat digunakan dalam roket. Secara sederhana, insulasi termal adalah material atau proses atau metode yang berguna untuk mengurangi laju perpindahan panas. Wahana antariksa, termasuk roket, memiliki banyak kebutuhan insulasi. Untuk dapat meluncur sempurna, roket memerlukan suhu 3.000 derajat celcius.
Pembakaran dengan suhu tinggi seperti itu dapat berakibat fatal apabila sistem isolasi termal tidak bekerja dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan material karet atau polimer yang mampu menghambat penjalaran panas pada saat pembakaran.
Kerja sama ini nantinya meliputi bidang penelitian, pengembangan, perekayasaan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi bahan alam dan sintetik untuk kedirgantaraan serta pemanfaatan teknologi dirgantara untuk bidang perkebunan.
image

Kenangan roket Indonesia masa lalu (jas merah)
sejarah Roket dan Rudal di Indonesia dimulai sejak RI membeli berbagai Rudal SAM (Surface to Air Missile) dari Uni Soviet. Di Era Sukarno kita membeli persenjataan banyak untuk mempersiapkan konftontrasi Dwikora maupun Trikora.
Industri roket bukan hal baru bagi Indonesia. Teknologi pembuatan roket di Indonesia sudah dirintis sejak tahun 1960-an. Indonesia bahkan termasuk negara kedua di Asia dan Afrika, setelah Jepang, yang berhasil meluncurkan roketnya sendiri.
Sebenarnya pembangunan teknologi Rudal di dalam negeri sudah mulai dirintis. Namun sayangnya, Indonesia gagal melakukan alih-teknologi. ABRI (nama lama TNI) beserta ITB (Institut Teknologi Bandung) mencoba dan melakukan pengembangan lebih lanjut tapi karena keterbatasan dana dan politik, maka riset terasa lamban malah seperti terhenti. namun bangsa kita telah berhasil menciptakan prototye beberapa roket.
Sebenarnya masih banyak roket-roket besar bikinan AURI dan ITB, diantaranya WIDYA, YOGA, dan lain-lain, namun perkembangannya terhenti, setelah tahun 1965, AURI kena getahnya kasus G-30S.

Roket Kartika : roket pertama hasil alih teknologi pertama
image
Roket Kartika 1 adalah roket pertama Indonesia hasil kerjasama AURI dan ITB pada tahun 1962 berdasarkan perintah Perdana Menteri Juanda yang merupakan hasil “pendidikan dan kursus kilat teknologi dari uni sovyet saat itu. Bayangkan, tahun 1960 an hanya beberapa negara di dunia yang bisa bikin roket dengan keterbatasan teknologi saat itu.
Dari hasil “belajar privat “itulah Indonesia akhirnya berhasil meluncurkan roket buatannya sendiri yang bernama Kartika 1 dengan berat 220 Kg dari stasiun peluncuran roket Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat.
Setelah itu perkembangan roket dan rudal semakin semarak di Indonesia, bahkan Indonesia kembali meluncurkan roket Kartika 2 dengan berat 66,5 Kg dan berjarak tempuh 50 Km. Namun sayang, setelah orde lama jatuh, diganti orde baru. Perubahan poros politik terjadi. Rusia ditingalkan dan beralih ke barat. Untuk mencegah kemajuan roket Indonesia saat itu, muncullah “pembonsaian” terhadap kemajuan roket Indonesia.
Riset dan penelitian dihentikan atas desakan Amerika Serikat dan Inggris. Akibatnya, teknologi rudal dan roket kurang berkembang di era orde baru dan membuat Indonesia semakin jauh tertinggal dibandingkan negara-negara lain, bukan hanya di Asia namun di dunia. Boleh dibilang saat memasuki Orde Baru teknologi roket Indonesia seperti mayat hidup.
Pada saat itu LAPAN belum terbentuk. LAPAN dibentuk tanggal 27 November 1963, melalui Keppres Nomor 236 tahun 1963, namun dibatasin hanya untuk riset dan pendidikan, bukan untuk militer.
image
Boleh dibilang pembuatan roket Kartika 1 pada masa itu itu asli buatan AURI bersama ITB (bisa diliat logo segilima merah putih di fin-roket). Setelah Kartika sukses, barulah LAPAN lahir dengan personel dari AURI dan ITB yg masuk tim riset PRIMA (Proyek Roket Militer dan Ilmiah Awal).
Saat ini Lapan sedang bergerak maju untuk mengejar ketertingalannya, dimulai dengan langkah kecil setapak demi setapak akan menjadi pembuka jalan kejayaan bangsa Indonesia seperti dekade 1960. (by: Telik Sandi, Biro Jabodetabek)
Sumber : LAPAN
Ensiklopedia TNI AU dasawarsa 1960

Saksikan Produk Canggih Saab di Indo Defence 2014

Pesawat tempur produk Saab, Gripen (shepardmedia.com)

Penulis: Wisnubroto
Perusahaan pertahanan dan keamanan terkemuka dari Swedia, Saab memamerkan produk-produk terbaru dan tercanggih di darat, udara dan laut di ajang Indo Defence 2014 di Jakarta. Produk terbaru mereka meliputi piranti pertahanan militer dan sipil, keamanan dan solusi manajemen komunikasi.
Saab berpartisipasi dalam ajang Tri-Service Defence Expo & Forum internasional Indonesia - Indo Defence 2014 di stand D 025 dan D 052, 5 -8 November 2014. Pameran ini akan digelar di Jakarta International Expo (PRJ) Kemayoran.
Di samping menggelar eksebisi Saab juga akan menggelar Konferensi Pers di PUSKOM Hall D Lantai 3 pukul 11:00 WIB, Kamis 6 November 2014 selama Tri-Service Defence Expo & Forum.
Di Indo Defence, Saab menampilkan rangkaian portofolio produk Saab, transfer teknologi Saab dan efisiensi produk Saab. Gelaran produk ini bertujuan untuk memperkuat komitmen Saab dalam memenuhi semua kebutuhan militer dan sipil Indonesia dengan kualitas bernilai tinggi dan kemitraan di masa depan.
Stand Saab akan menampilkan antara lain; Model Pesawat Gripen, Simulator Gripen GCS, Sistem Peringatan Dini Udara (ERIEYE), Pesawat Pengawas 340 MSA, Sistem Manajemen Misi 9AIRBORNE, Pesawat Latih RBS70 NG, 9Land C2 (BMS), kendaraan bawah air Double Eagle, MAPAM , Battleteck dan NLAW beserta dengan penawaran-penawaran terbaru lainnya.
Selain itu, selama pameran Saab juga bakal menampilkan Sistem Manajemen Tempur 9LV, Rudal Anti-Kapal RBS-15, CEROS 200, Sea Giraffe AMB / 1X, TactiCall, Bofors 40mm Mk model 4 senjata dan tampilan video untuk Electronic Warfare Systems, Manajemen Pengawasan, dan Manajemen Lalu Lintas Udara.
"Indo Defence adalah kesempatan besar bagi kami untuk menampilkan produk-produk lengkap kami untuk Indonesia. Pada pameran, kami juga akan meluncurkan produk baru yang menarik dari kolaborasi sukses research & development. Kami memiliki penawaran yang kuat untuk berbagai program di Indonesia dan kami berharap, melalui pameran ini, untuk dapat menampilkan teknologi dan inovasi kami," ujar Dan Enstedt, Presiden & CEO Saab Asia Pasifik.
Menurut Peter Carlqvist, Kepala Saab Indonesia, partisipasi mereka tidak hanya untuk menampilkan produk tetapi juga untuk menyoroti pendekatan kerja sama Saab dengan Indonesia. "Ini disebabkan Indonesia sudah membuka jalan kemandirian dalam produksi alat-alat pertahanan. Kami senang untuk berbagi blueprint Saab agar bisa terlibat dengan tujuan produksi alat-alat dan sistem pertahanan Indonesia."
Saab baru-baru ini meluncurkan laman resmi di Indonesia, yakni www.saabgroup.com/indonesia, dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia untuk membangun hubungan lebih dekat dengan masyarakat Indonesia, pemerintah dan lembaga-lembaga terkait. Secara khusus situs www.saabgroup.com/INDODEFENCE2014 adalah ruang virtual untuk berita terbaru dari stand Saab di Indo Defence 2014.
Adapun Saab juga menggelar kompetisi online, Saab Commander Challenge. Program ini untuk menguji pengetahuan masyarakat tentang produk Saab dan pilihan yang tersedia di medan perang. Saab Commander Challenge dapat dilihat di www.saabcommander.com dan bagi peserta permainan itu akan mendaptkan hadiah menarik Saab. Kontes ini sudah diluncurkan sejak Jumat, 24 Oktober dan diikuti oleh banyak peserta.
Selamat datang di stand Saab D 025 & D052 di Indo Defence 2014.
 

Isi Markas Baru, Prajurit Yonif-10 Marinir Berangkat ke Setoko Batam

Foto: TNI AL

Penulis: Adityo Nugroho
Prajurit Batalyon Infanteri-10 Marinir melaksanakan pergeseran pasukan dari Jakarta ke Setoko, Batam, Kepri, menggunakan KRI Surabaya 591 melalui Dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (31/10/2014).
Pergeseran pasukan tersebut dalam rangka mengisi markas baru Yonif-10 Mar di Setoko yang telah diresmikan 17 Oktober 2014 oleh presiden RI waktu itu, Susilo Bambang Yudhoyono, di Akademi Militer Magelang.
Sebelum diberangkatkan, Komandan Batalyon Infanteri-10 Letkol Marinir Kresno Pratowo memberikan pengarahan kepada segenap prajurit Yonif-10 Marinir. Setelah menghadap mantan presiden RI tersebut, Danyon menyampaikan pesan SBY, selamat jalan dan selamat bertugas untuk seluruh prajurit Marinir yang akan bertugas. Amanah bangsa ada di pundak prajurit Yonif-10 Marinir dan bawalah nama baik yang harum.
SBY juga direncanakan akan berkunjung serta memberikan sesanti untuk dipasang di Batalyon dengan semboyan ‘Satria Bhumi Yuda’ tersebut.

Selasa, 04 November 2014

Thyphoon untuk Indonesia?

Eurofighter Thyphoon, pesawat swing role buatan Eurofighter selama ini tidak terlalu menonjol walaupun sering disebut-sebut dalam kancah persaingan pengadaan pesawat tempur untuk Indonesia. Walau telah digunakan dan beroperasi penuh di 7 negara seperti Jerman, Itali, Spanyol, Inggris yang merupakan negara-negara yang bersatu dalam konsorsium Eurofighter untuk membuat pesawat tempur berukuran panjang 15,96m dan lebar sayap 10,95m ini serta memiliki thrust to weight ratio 1.15 ini sering masih kalah pamor dengan Su-35 maupun Saab Gripen dalam kancah persaingan perebutan pasar pesawat tempur Indonesia.
Thyphoon, dengan kemampuan tinggi terbang maksimal 55.000 feet dan berkecepatan maksimal 2 kali kecepatan suara (Mach 2.0) ini memang baru kali ini tampil di publik Indonesia. Bahkan penampilan kali ini cukup unik, adalah dengan mengadakan acara mengundang komunitas pemerhati dirgantara dan militer ke booth yang berada di lokasi Car Free Day pada hari Minggu 2 Nov. 2014 tepat di depan Menara BCA, Jl. Thamrin, Jakarta. Acara yang berlangsung dari jam 7.00 hingga jam 10.00 pagi ini langsung dipadati para komunitas dan pemerhati aviasi dan militer, tampilnya seorang pilot test Thyphoon dan sekarang merupakan Capability Development Manager Eurofighter, Paul Smith yang makin memberikan antusiasme yang tinggi dari yang hadir.
Tim ARCinc, berfoto bersama Paul Smith

Disela-sela acara, Tim ARCinc menyempatkan berdiskusi dengan Joe Parker, Export Director Eurofighter mengenai peluang memasarkan Thyphoon ke Indonesia. Jawaban beliau cukup diplomatis dengan mengatakan bahwa sebenarnya pihak Indonesia sudah mengajukan RFI (Request for Information) ke pihak Eurofighter, itulah makanya mereka menyempatkan hadir di Indodefence 2014, tapi Parker juga menyatakan seperti halnya kita membeli kendaraan, RFI artinya baru pada taraf keinginan mengetahui kemampuan dan apa saja yang bisa ditawarkan Eurofighter ke Indonesia. Pembelian alutsista adalah proses yang cukup panjang menyangkut banyak hal seperti kesiapan pendanaan, transfer of technology, dan tentunya suasana politik yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembelian sebuah senjata apalagi senjata canggih dan strategis seperti Eurofighter Thyphoon.
Dalam soal kecanggihan, tidak diragukan lagi bagi pesawat yang telah menyelesaikan 418 unit pesanan dari total 570 pesanan dan telah operasional penuh di negara-negara pemesannya. Namun apakah Pemerintah Indonesia akhirnya berminat dan mengakuisisi pesawat dengan kemampuan berubah peran dari peran udara ke darat dan sebaliknya ini bergantung pada faktor-faktor yang telah disebutkan di atas.

ARC.