Senyum, Sapa dan Salaman merupakan Kopassus Style yang di canangkan Danjen Kopassus kepada seluruh Prajurit Baret Merah. Ini tdk akan merubah profesionalisme seorang prajurit Komando, sebaliknya dengan simpati dan dukungan rakyat, korps baret merah akan semakin meningkatkan pengabdiannya kepada Bangsa Dan Negara, demikian jawaban Mayjen Doni Munardo atas pertanyaan beberapa Pemred kepada beliau pada kesempatan tatap muka Danjen dengan beberapa Pemimpin Redaksi media cetak, elektronik, online dan televisi, di Markas Kopassus, Cijantung.
Mayjen Doni memaparkan makna filosofi
Senyum, Sapa dan Salaman secara gamblang bahwa seorang prajurit bila
bertemu dengan masyarakat, maka sejogjanya diawali dengan senyuman
ramah, bila dibalas dengan senyuman pula maka lanjutkan dengan menyapa,”
Halo, apa kabar?”, bila sapaan tersebut juga disambut dengan
persahabatan, maka lanjutkan dengan salaman, disitulah terjadi interaksi
dalam hubungan kebatinan dan persahabatan.
Ditegaskan pula, saat ini bukan lagi
masanya seorang prajurit yang dipelototin oleh seseorang lantas
menunjukkan sikap garang. Mungkin saja orang tersebut justru kagum
terhadap penampilan prajurit, sehingga sepantasnya ditanggapi dengan
senyuman. Letak kekuatan TNI adalah dukungan rakyat, rakyat akan
mendukung bila ada kepercayaan dan simpati. Sehebat apapun suatu pasukan
khusus bila tidak mendapat dukungan rakyat, maka tidak akan ada
artinya. “Ini akan kita coba kalau cocok akan kita kembangkan dan kalau
tidak cocok akan kita evaluasi, “ ujar Mayjen Doni, yang juga mantan
Danbrigif 3 Kostrad di Makassar.
Menjawab pertanyaan lain, Mayjen Doni
juga menjelaskan tentang pentingnya pohon dan penghijauan. Sebatang
pohon berkontribusi besar dalam menyumbang oxigen dan menyerap Co2
sebagai dampak dari pencemaran lingkungan. Termasuk dalam melestarikan
pohon-pohon langka yang merupakan tanaman endemik di Indonesia.
Contohnya, pohon Ulin dari Kalimantan, Ebony dari Sulawesi , Cendana
dari Pulau Timor dan lain sebagainya yang saat ini sudah sangat langka
ditemukan. Pohon sangat identik dengan sumber air dan unsur penting
tersebut adalah sumber kehidupan. Bila ada pohon besar niscaya ditempat
itu ada mata air, sebaliknya bila ada sumber air otomatis pohon mudah
tumbuh dan berkembang biak. Demikianlah siklus kehidupan yang bergerak
secara alami.
Selain itu, pohon merupakan alat
pengendali air yang sangat efektif. Bila pohon atau hutan rimbun dan
lebat, maka pada musim hujan dapat mencegah terjadinya bencana banjir,
sebaliknya pada musim kemarau tidak akan kekeringan. Suatu fenomena
terbalik bila hutan, gunung dan lingkungan lain gundul dan gersang, maka
musim hujan akan terjadi banjir dan musim kemarau akan kekeringan.
Artinya selama manusia akan terancam dalam bencana akibat ulah manusia
sendiri. Melihat kondisi demikian, Kopassus telah memberikan rekomendasi
kepada Pemda Kalbar agar diterbitkan peraturan daerah, tentang larangan
menebang pohon Ulin. Selain itu, akan dikirimkan bibit pohon Ulin untuk
kegiatan reboisasi lahan gundul di Kalbar. Bibit tersebut telah
dikembangkan di persemaian milik Danjen Kopassus di Sentul, Jawa Barat.
Pada kesempatan yang sama, salah seorang
dari Pemred juga menanyakan kepada Danjen tentang Ekspedisi NKRI yang
merupakan program tahunan Kopassus, dan saat ini adalah Ekspedisi yang
ke lima. Ekspedisi pertama pada tahun 2011 di P. Sumatra (Ekspedisi
Bukit Barisan), Ekspedisi Khatulistiwa di P. Kalimantan 2012, Ekspedisi
NKRI koridor Sulawesi 2013, Ekspedisi NKRI Koridor Maluku – Maluku Utara
2014 dan yang sedang disiapkan sekarang adalah Ekspedisi NKRI koridor
Bali-Nusa Tenggara 2015.
Seperti diketahui, ekspedisi ini
melibatkan seluruh komponen bangsa baik TNI, Polri, Pemerintah daerah
dan pusat, ilmuwan, mahasiswa, LSM, Media dan unsur-unsur lain tergabung
dalam suatu ikatan yang sangat kompak demi keutuhan NKRI.
Danjen yang murah senyum dan mendapat
julukan ‘Jenderal Trembesi’ ini memaparkan, dari hasil Ekspedisi yang
melibatkan ilmuwan dan mahasiswa, telah ditemukan ribuan data potensi
alam dan potensi sosial Indonesia yang sangat bermanfaat dalam penentuan
kebijakan pembangunan Bangsa dan Negara. Bahkan beberapa flora dan
fauna ditemukan dan belum ada nama latinnya, saat ini sedang diusulkan
menggunakan nama dengan bahasa Indonesia.
Dijelaskan pula oleh Kolonel Rafael
Grenada, perwira Kopassus yang selama ini terlibat langsung dalam
kegiatan ekspedisi tersebut bahwa, salah satu daerah perbatasan di Kab.
Malinau Kaltim merupakan blank spot area,terisolir dari signal
selular dan telepon. Masyarakat mengalami kesulitan jika ingin
menggunakannya, dan berdampak sulit melakukan komunikasi. Selama ini,
perangkat selular yag mereka miliki hanya digunakan untuk mengambil
gambar saja. Melihat keadaan demikian, Tim Ekspedisi menghubungi salah
satu operator telekomunikasi Indonesia, dan saat ini di daerah tersebut
telah berdiri BTS operator tersebut sehingga masyarakat dapat
berkomunikasi ke mana saja.
‘Adapun kontribusi ke internal Kopassus
bahwa, seluruh wilayah NKRI merupakan daerah Operasi Kopassus, sehingga
perlu adanya data konkrit tentang kondisi wilayah meliputi Geo, Demo dan
Konsos sebagai referensi dalam pelaksanaan operasi bila dibutuhkan,
ujar Danjen Kopassus.| KAPEN