Sabtu, 06 September 2014

Pembangunan Pangkalan Militer Dipastikan 2015

mercusuar-malaysia-berwarna-merah-putih_663_382
Tentara Nasional Indonesia (TNI) memastikan pembangunan pangkalan militer untuk mengamankan Tanjung Datu yang berada di ujung barat laut pulau Kalimantan itu, pada awal 2015.
Panglima TNI Moeldoko mengungkapkan, pembangunan pangkalan militer di wilayah yang rawan diserobot negera lain, sudah dimatangkan. Apalagi belum lama ini, TNI memperingatkan Malaysia untuk menghentikan pembangunan tiang mercusuar di kawasan itu.
“Pangkalan militer mulai 2015 dibangun,” katanya usai pengarahan peserta Apel Komandan Satuan (Dansat) TNI AD se-Indonesia di Markas Batalyon Infanteri 413/Bremoro Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, Rabu (3/9).
Menurut Moeldoko, pembangunan pangkalan militer untuk mengamankan wilayah perbatasan laut dan darat di Kalimantan Barat itu. Pembangunan realistis dilakukan, karena pada 2015 TNI diberikan porsi oleh APBN yakni Rp 95 triliun. Karena anggaran itu, tidak hanya untuk penambahan alutsista (alat utama sistem senjata) dan pembangunan sumber daya manusia (SDM).
“Ya demi pertahanan Indonesia yang lebih kuat. Kami tak ingin Tanjung Datu bergejolak diserobot negara lain,” papar dia.
Lebih lanjut lulusan terbaik Akabri 1981 itu menjelaskan, untuk pertahanan laut dan darat di area Tanjung Datu, akan ditempatkan batalyon di kawasan tersebut. Tak hanya rawan sengketa, karena di Tanjung Datu selama ini tidak ada gelar pasukan militer. Pihkanya pun berharap, nantinya setelah pembangunan pangkalan militer selesai dan ditempatkan pasukan, tidak lagi bergejolak.
“Dengan pasukan itu akan menjadi penyangga pertahanan di perbatasan. Soalnya ini masalah serius,” akunya.
Dia menambahkan, pembangunan pangkalan militer di Tanjung Datu, juga karena pertimbangan sengketa Laut Tiongkok Selatan. Di mana laut tepi bagian dari Samudera Pasifik yang berbatasan dengan negara-negara, termasuk Indonesia itu, saat bergejolak akan berdampak. Karena sebagian, berbatasan dengan kawasan Natuna. Apalagi Mabes TNI sudah mematangkan pembuatan pangkalan dengan Kementerian Pertahanan.
“Karena kondisi di Laut Tiongkok Selatan saat memanas, bisa memunculkan kondisi tidak stabil. Maka itu pangkalan miiter segera dibangun,” jelasnya. 

Kamis, 04 September 2014

Lanud Abd Saleh Dikunjungi Menwa Se-Indonesia

Lanud Abd Saleh Dikunjungi Menwa Se-Indonesia
Sejumlah 71 orang peserta Pelatihan Calon Pelatih Resimen  Mahasiswa (Menwa) Angkatan ke-XXVII yang terdiri dari 9 Komando Latihan dan 3 orang Pembina Komando Resimen Menwa se-Indonesia, pagi ini, Kamis (4/9) mengunjungi Lanud Abd Saleh.   Kunjungan diterima langsung oleh Komandan Wing 2 Lanud Abd Saleh Kolonel Pnb Wayan Superman beserta para pejabat Lanud Abd lainnya bertempat di lapangan apel Skadron Udara 32 Lanud Abd Saleh sekaligus dilaksanakan apel terlebih dahulu.
Dalam sambutannya Danwing 2, menjelaskan tentang sejarah Lanud Abd Saleh sekaligus mengenalkan pesawat-pesawat yang dimiliki Skadron Udara 32, 4, 21dan Skadron Teknik 022 Lanud Abd Saleh.   Danwing 2 berpesan kepada para Menwa untuk selalu menegakkan disiplin sebagaimana yang diterapkan dalam kehidupan Menwa yang tidak jauh berbeda dengan TNI.   Karena dengan disiplin, maka akan terbentuk sikap patuh terhadap semua peraturan yang berlaku di negeri ini dan tidak akan melakukan hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri maupun pihak lain. Usai apel, Koordinator Menwa menyerahkan cindera mata berupa vandel sebagai kenang-kenangan kepada Lanud Abd Saleh yang diterima oleh Komandan Wing 2, Kolonel Pnb Wayan Superman.
Koordinator Menwa 803 Universitas Brawijaya Kapten Arh. I Nengah Laba menyampaikan ucapan terima kasih atas penerimaan dan sambutan yang begitu hangat dari pihak Lanud Abd Saleh kepada para Menwa, sehingga membuat para Menwa merasa nyaman dan akrab dengan para Perwira dan anggota yang berada di Lanud Abd Saleh.  Dijelaskan pula maksud dan tujuan dari kunjungan ini adalah dalam rangka Kursus Pelatih Nasional Angkatan XXVII Menwa Indonesia.   Selain sebagai sarana pengenalan wawasan kedirgantaraan kepada calon-calon pelatih Resimen Mahasiswa se-Indonesia juga untuk melihat langsung kondisi dan keberadaan Lanud Abd Saleh Malang dengan harapan kelak para Menwa mampu menjadi pelatih berkualitas sehingga mampu menumbuhkan sikap kebangsaan yang merupakan bagian Wawasan Nusantara.
Setelah menerima sambutan, para Menwa yang mewakili dari seluruh Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia langsung mengikuti joy flight dengan rute mengelilingi kota Malang dan daerah Sendang Biru Malang Selatan selama 45 menit. Selanjutnya para Menwa mengunjungi Skadron Udara 21 yang mengoperasikan pesawat tempur taktis Super Tucano, Skadron Teknik 022, dan diakhiri dengan kunjungan ke Skadron Udara 32 dengan pesawat angkut berat C-130 Hercules.
Bagi para Menwa, kunjungan yang paling mengesankan adalah ketika mereka  diajak Joy Flight oleh Danwing 2 Lanud Abd Saleh untuk berkeliling Kota Malang Raya dan menyaksikan keindahan Pantai Sendang Biru dari udara. Disamping itu mereka juga menyaksikan static show pesawat Tempur Super Tucano di Skadron Udara 21.  Menurut Koordinator Menwa, kunjungan di Lanud Abd Saleh merupakan pengalaman yang sangat mengesankan apalagi terbang diudara dengan menggunakan pesawat Hercules karena suasana dalam kabin pesawat sangat berbeda dengan pesawat komersial.  Para Anggota Menwa merasa seakan pasukan perang yang diterbangkan menuju daerah sasaran medan pertempuran. Adrenalinpun ikut berpacu selama proses penerbangan berlangsung karena suasana dan proses penerbangan benar-benar bernuansa perang.

TNI. 

Intelijen harus Beradaptasi dengan Keterbukaan dan Profesional









Kondisi intelijen saat ini dengan intelijen di masa lalu sudah sangat berbeda. Perbedaannya adalah bentuk ancaman dilihat dari sudut pandang berbeda. Intelijen yang hebat untuk membuktikannya tergantung pada waktu, ancaman dan kepentingan negaranya. Demikian juga Badan Intelijen Negara (BIN) yang sudah berubah dari waktu kewaktu, terutama paska reformasi intelijen harus menjadi terbuka dan profesional sesuai tuntutan Undang-Undang. 

Berikut ini adalah kutipan wawancara dengan Sartomo Sardjono, widyaiswara BIN sekaligus dosen di Sekolah Tinggi Intelijen Negara, Sentul, Bogor, beberapa waktu lalu.

1. Bagaimana pendapat Anda tentang intelijen di berbagai negara saat ini?
Semua negara membutuhkan keberadaan intelijen untuk menjaga keutuhan negaranya. Masing-masing intelijen di negara manapun pasti mempunyai pengalaman berbeda dalam menjaga keamanan nasionalnya. Perbedaan paling menonjol di setiap intelijen negara adalah bentuk ancamannya. Setiap negara mempunyai badan intelijen tentunya dengan ancaman yang berbeda. Jadi, tidak bisa disamakan dan dibandingkan karena kembali pada hakekat ancaman dari masing-masing negara itu berbeda. Semakin negara mempunyai ancaman tinggi, intelijennya juga mempunyai performa yang sangat tinggi.Apabila suatu negara dikatakan mempunyai ancaman perang, tidak serta merta intelijen negara tersebut dikatakan lemah. Semua berpulang pada dimensi ancaman yang berbeda-beda dikaitkan dengan kepentingan negaranya,sehingga tidak bisa disimpulkan intelijennya lemah atau tidak bekerja.

2. Bagaimana intelijen menghadapi era keterbukaan seperti saat ini?
Pada suatu profesi pasti tetap mempunyai sisi atau hal tertutup, sehingga kata tertutup jangan dikonotasikan negative. Salah satu contohnya, dokter, apakah dokter dapat selalu demokratis dan terbuka, meskipun di era keterbukaan dan reformasi, semua tetap diatur dalam kode etik dokter. Buktinya semua pasien yang mempunyai riwayat hidup penyakit tidak boleh diceritakan, misalnya dalam beberapa waktu dekat atau dapat dikatakan seminggu lagi akan meninggal. Kode etik itulah yang harus dipertanggungjawabkan, kalau dilanggar, maka harus mempertanggungjawabkan kepada DewanKehormatan. Profesi lainnya, wartawan yang dikenal sebagai profesi yang paling demokratis di dunia, sebaliknya mempunyai sisi ketertutupan seperti tidak dibolehkan penyebutan sumber informasi sesuai kode etik. Akuntan juga tidak boleh sembarangan memberikan hasil penelitiannya kepada siapapun terhadap laporan keuangan di perusahaan yang bersangkutan. Begitu juga dengan peneliti, mereka akan menutup penelitiannya sebelum selesai dan mengumumkan hasil penelitiannya. Jadi, dapat disimpulkan dan dikatakan kepada publik bahwa semua profesi termasuk BIN tidak semuanya terbuka, harus mempertimbangkan hal-hal yang seharusnya harus tertutup. Jangan berpikiran bahwa ketertutupan itu hanya milik intelijen, semua profesi juga memiliki unsure ketertutupan. Intelijen di era keterbukaan ini harus bisa memilah mana yang harus ditutup rapat dan mana yang bisa dibuka. Intelijen harus bisa beradaptasi dengan situasi apapun, termasuk di era keterbukaan ini.

3. Bagaimana intelijan bisa menyesuaikan dengan kemajuan demokrasi?
Kalau melihat kemajuan demokrasi yang tidak bisa terbendungsaatini, sesuai pengalaman saya di dunia intelijen selama ini, sebenarnyapersonil di BIN sendiri mampu menyesuaikan dengan kondisi dan era apapun. Dalam era perang dan damai, intelijen terus berjalan. Seperti yang dikatakan ahli strategi China,Tsun Tzu, bahwa dalam perang dan damai intelijen harus mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri maupun lawan, serta cara bertindaknya. Lebih jauh Tsun Tzu mengatakan bahwa intelijen dapat dipakai dalam keadaan perang maupun damai. Dalam situasi perang dapat digunakan untuk membantu mencari kekuatan, kelemahan musuh, penyerang musuh, sedangkan dalam keadaan damai digunakan untuk pembangunan serta memetakan potensi-potensi kekuatan diri sendiri. Sekali lagi, dalam kondisi perang atau damai, intelijen mutlak diperlukan. Pandangan orang bahwa intelijen malah justru menabrak demokrasi, dinilai sangat sempit, orang-orang tidak mengerti esensi dari intelijen. Damai dalam artian bermanfaat dalam pembangunan, bukan selalu dikonotasikan menghadapi musuh. Jadi bagaimana pembangunan yang bermanfaat bagi orang banyak, intelijen sangat berperan didalamnya. Mengingat ruang lingkup intelijen cukup luas, dalam teori intelijen terdapat 9 komponen intelijen strategis (intelstrat). Mulai ideologi, sampai sosial budaya. Begitu luas spektrum dari intelijen. Begitu luas tugas pokok dari intelijen, meliputi seluruh kehidupan manusia. Sehingga intelijen bisa menyesuaikan dengan perkembangan demokrasi dan tidak melanggar HAM.

4. Bagaimana intelijen bisa menghadapi perang asimetris di era keterbukaan dan informasi?
Intelijen dalam menghadapi perang asimetris, kata kuncinya adalah peningkatan kualitas SDM. SDM intelijen harus mampu menghadapi setiap tantangan kemajuan di era keterbukaan dan perang informasi. Tehnologi informasi sangat berkembang pesat, sehingga SDM intelijen khususnya BIN harus bisa mengimbanginya. Oleh karena itu, kualitas lembaga pendidikan yang mempersiapkan SDM BIN harus berkualitas agar bisa menghasilkan generasi intelijen yang profesional. Jadi SDM-nya yang harus diperhatikan. Pendidikan teknis intelijen harus diperbanyak, terutama pelatihan-pelatiahan di lapangan baik di dalam maupun di luar negeri. Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) kualitasnya harus ditingkatkan, praktek-prakteknya lebih bagus lagi, kualitas calon-calonnya ditingkatkan yang otomatis juga pengajarnya juga ditingkatkan. Jangan kita melihat sebelah mata, hanya siswanya saja yang bagus, namun harus pengajarnya. Intinya ditingkatkan semuanya kalau kita ingin menghadapi era demokrasi. Intelijen sangat penting bagi negara. Intelijen bisa menyesuaikan dengan perkembangan jaman maupun demokrasi, sehingga tidak melanggar hak asasi manusi (HAM). Operasi intelijen dapat dilakukan dengan cara sangat halus, yang hanya bisa dirasakan manfaatnya bagi masyarakat, negara dan bangsa.


5. Bagaimana BIN bisa menghadapi tahun politik ini?
Dalam menghadapi segala permasalahan, intelijen harus selalu siap, termasuk mengadapi tahun politik 2014 ini. BIN sudah menjalankan tugasnya dengan baik. Kepala BIN mampu menempatkan posisi intelijen yang profesional, artinya ditahun politik ini BIN tidak berpihak kemana-mana, hanya satu tujuan untuk kepentingan bangsa dan negara. Selain itu, saya selalu ingatkan apapun tugasnya, apapun ancamannya, SDM intelijen harus disiapkan sejak awal. Kesiapan SDM, memungkinkan 60-70 persen tugas akan selesai dengan baik. Ketimbang kita menugaskan orang yang tidak mengerti, tidak jelas, tidak tahu tugas pokoknya, tidak paham dengan sasaran, itu tingkat kegagalannya lebih tinggi.Seseorang intelijen profesional, akan mampu menghadapi setiap permasalahan yang ada di depannya. (*)

BIN. 

Seragam Militer Amerika yang Gagah Itu Ternyata Bikinan Wong Jogja

Tentara Amerika Serikat

Ternyata seragam militer tentara Negara Adidaya Amerika Serikat ternyata hasil design orang Yogya. Hobi seringkali bisa menjadi sebuah ladang bisnis subur apabila mampu membaca peluang. Arie Setya Yudha seorang designer asal kota Yogya mampu menjalani hingga sukses dan mengembangkan bisnis seragam militer di bawah bendera PT Molay Satria Indonesia.
Meski saat ini ia masih tercatat sebagai seorang mahasiswa, Pria sukses kelahiran 31 Maret 1990 kini sudah mampu menjelma sebagai seorang pebisnis sukses seragam tempur militer yang berhasil menembus pasar internasional. Produk yang dihasilkan tidak hanya pakaian tempur atau pakaian militer, tetapi juga perlengkapan militer lainnya, seperti topi, ikat pinggang, sepatu dan tas.
Arie mengandalkan penjualan lewat on line untuk memasarkan produknya ke luar negeri. Sementara, di dalam negeri dia sudah memiliki beberapa distributor resmi di kawasan Jakarta Pusat.
Niat dan dorongan kuat untuk memulai bisnis seragam militer saat itu, karena Aria memiliki kegemaran bermain airsoft gun. Sementara, biaya untuk permainan tersebut tidak murah. Apalagi hanya mengandalkan uang dari kiriman orang tua yang sangat terbatas. Namun, agar bisa terus menjalankan hobinya, Aria berniat mencari uang tambahan.
Kemudian terbesitlah sebuah ide untuk membuat sebuah seragam airsoft gun. Karena waktu itu saya hanya melihat seragam yang ada di pasar tidak memiliki kualitas yang bagus. “Jadi saya ingin buat seragam yang kualitasnya tinggi,” ujarnya.
Dengan menyisihkan sebagian uang jajan, Arie mengumpulkan modal dari Rp 280.000 untuk memulai usaha kecilnya pada tahun 2009. Modal ini ia gunakan untuk membeli 4 meter kain. Arie lalu membuat desain dan pola pakaian. Sedangkan proses pengerjaannya ia serahkan ke penjahit rumahan.
Setelah selesai kemudian ia mengunggah hasil produksi pertamanya ke forum jual beli di internet. Ternyata banyak yang suka dan tertarik dengan seragam hasil designnya. Seragam tersebut terjual seharga Rp 560.000. “Keuntungannya untuk bayar ongkos jahit dan modal produksi pesanan selanjutnya,” kata dia.
Pesanan seragam terus mengalir. Dia pun makin serius menjalani usaha ini dengan membuka rumah produksi yang berlokasi di Yogyakarta. Dengan modal Rp 25 juta dari keuntungan usaha yang dikumpulkan, Arie membeli sebuah mesin jahit dan beberapa peralatan lainnya untuk produksi. “Jadi sebenarnya saya beli mesin jahit dan saya kasih ke tukang jahit. Rumah mereka saya jadikan rumah produksi kami,” kata dia.
Saat ini, Arie sudah memiliki tujuh penjahit langganan untuk produksi sehari-hari. Sementara, jika produksi sedang banyak, ia juga menyebar pesanan jahitan ke penjahit lain.
Tak Ada Pendidikan Konveksi
Dengan modal yang masih terbatas kala itu, pria berusia 24 tahun ini terus mengembangkan usahanya. Kendati tak punya latarbelakang di bidang konveksi, Arie merasa hal itu tidak menjadi kendala. Ia banyak belajar secara otodidak dari internet. Pengetahuan tentang bahan baku yang berkualitas hingga cara mendapatkan pemasok dia dapatkan dari riset di internet.
Hingga kini, Arie masih terkendala mencari tempat produksi dan penjahit karena produksinya makin banyak. “Namun, masih terlalu sedikit sedikit jika dimasukkan ke pabrik besar,” kata dia.
Sepanjang tahun 2013, Aria mengaku bisa mengantongi omzet sebesar Rp 1,5 miliar. Pada delapan bulan pertama di tahun ini, omzet usahanya sudah sudah mencapai Rp 2 miliar. Dia optimistis hingga akhir tahun 2014 bisa mencetak omzet hingga Rp 3 miliar. Sebagai bukti kesuksesannya membangun bisnis, Arie pernah menjadi salah satu finalis Wirausaha Muda Mandiri pada tahun 2011 untuk kategori bisnis.
Kendati Kesuksesan sudah digapai, namun perjalanan Arie untuk membesarkan Molay Military Uniform Division tidak selalu berjalan mulus. Tidak memiliki pengalaman apapun di dunia konveksi, dia hadapi dengan belajar banyak dari internet. Meski sudah memiliki pemasok bahan baku langganan dari luar negeri, namun Arie mengaku masih kesulitan mencari pemasok yang benar-benar sesuai dengan kriterianya.
Selama ini sebagian bahan baku masih dia datangkan dari luar negeri, salah satunya dari Malaysia. Namun dia mengaku sebagian besar bahan baku tetap berasal dari dalam negeri.
Selain itu, terkadang dia juga kesulitan mencari tenaga penjahit untuk menyelesaikan pesanan yang datang. Kapasitas produksinya saat ini sudah terlalu besar untuk garmen kecil. Namun juga masih terlalu sedikit untuk dimasukkan ke garmen berskala besar. “Kapasitas produksi kami saat ini masih tanggung,” ujar Arie.
Saat ini rata-rata produksinya minimal 200 seragam per bulan. Harga jual produknya berkisar Rp 560.000 hingga Rp 2 juta per unit. Beberapa pasar internasional yang sudah berhasil dia tembus seperti Italia, AS, Swedia, Kanada, Austria, dan Norwegia
Terlepas dari berbagai kendala yang dia hadapi, Arie masih tetap semangat mengembangkan usahanya. Salah satunya caranya adalah dengan menyiapkan sistem pemasaran business to business (B2B) untuk memperbesar pasar. Sebab selama ini Molay Military Uniform Division baru terfokus pada penjualan ke konsumen ritel lewat internet. Pasar internasional yang berhasil dia tembus pun kebanyakan adalah pembeli ritel yang mendapatkan informasi produknya dari internet.
Dengan konsep pemasaran baru tersebut, Arie yakin permintaan bisa meningkat dan omzetnya otomatis akan makin besar. “Saya akan membangun hubungan dengan pengusaha lain yang tentunya bertujuan untuk bisa meraih konsumen yang lebih banyak,” kata dia.
Agar siap dengan ekspansinya memperluas pasar ke konsumen korporat atau perusahaan, tahun ini Arie mengaku telah menpersiapkan banyak produk-produk baru agar konsumen memiliki lebih banyak pilihan produk. Dari situ dia berharap bisa tetap mendapatkan kepercayaan dari konsumen dan mampu meningkatkan brand Molay Military di pasar lokal dan internasional.
Dia berharap bisa segera mendapat jalan keluar dari kendala SDM yang terbatas serta bisa mendapatkan lokasi rumah produksi yang tepat.
Sumber: Vivanews

Rabu, 03 September 2014

Puluhan Tank Leopard Tiba di Indonesia

 

Petugas berada di samping tank Leopard asal Jerman yang terparkir setelah diturunkan dari kapal di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, Selasa (2/9). Sebanyak 52 tank yang terdiri dari 24 tank Leopard dan 28 tank Marder itu selanjutnya akan dibawa ke Surabaya untuk memeriahkan parade militer saat HUT TNI pada 5 Oktober mendatang.
http://cdn.metrotvnews.com/dynamic/photos/2014/09/02/6349/tank2.jpg?w=1111
Sumber   :    (ANTARA/Wahyu Putro A/ip/  foto.metrotvnews.com)
_________________________________________________________________________________________________

52 Tank TNI yang Dibeli dari Jerman Tiba di Jakarta



52 Unit tank milik TNI yang dibeli dari Jerman tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. 52 Tank yang tiba di Indonesia itu terdiri dari 24 tank Leopard dan 28 tank Marder.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Malam SCTV, Senin (1/9/2014), tank-tank tersebut kemudian diangkut menggunakan truk trailer untuk diberangkatkan menuju Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur.
Tank-tank tersebut rencananya akan digunakan dalam acara parade militer saat peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) TNI 5 Oktober mendatang.
52 Tank tersebut merupakan bagian dari 164 unit tank Leopard dan Marder yang sudah dipesan dari Jerman. Kedatangan tank yang diproduksi Rheinmetall AG perusahaan industri pertahanan asal Jerman sekaligus menandai babak baru kerja sama militer antara Indonesia dan Jerman.
Tank Leopard adalah kendaraan tempur berbobot 62 ton dengan tinggi 3 meter. Tank jenis ini juga dilengkapi dengan meriam kaliber 120 meter. Selain itu, kendaraan perang tersebut juga dilengkapi sistem pengontrol penembakan digital dan laser penjejak jarak serta mampu membidik dalam kegelapan.
Sementara tank jenis Marder memiliki berat lebih ringan, yakni sekitar 33 ton. Tank jenis ini mampu mengangkut prajurit dengan kapasitas 9 orang.
 

Selasa, 02 September 2014

Medium Girder Bridge: Jembatan Taktis Andalan Zeni Tempur TNI AD

IMAG1469
Dalam gelaran operasi militer, laju gerak ranpur dan rantis kerap membutuhkan dukungan dari satuan zeni. Semisal jembatan di suatu wilayah telah rusak atau hancur oleh gempuran lawan, atau bisa juga memang ada medan berat yang merintang, seperti sungai dan ceruk yang dalam, maka solusinya adalah keberadaan jembatan darurat atau kerap disebut jembatan taktis militer.
Boleh jadi, satuan kavaleri dapat mengatasi rintangan dengan hadirnya tank jembatan yang melekat secara mandiri di tingkat batalyon. Tanpa harus mendapat dukungan dari satuan zeni, satuan tank dan panser dapat melintasi medan cerukan yang dalam dengan wahana berjenis AVLB (armored vehicle launched bridge), dalam bahasa lain sering disebut tank bridgelayer, atau tank penggelar jembatan. Sejak generasi tank ringan AMX-13, TNI AD sudah mengenal yang namanya tank jembatan, sebut saja AMX-13 AVLB, Stormer AVLB, dan yang akan datang Leopard 2A4 AVLB. Meski dapat digelar cepat dan praktis, tapi jembatan yang dapat digelar punya keterbatasan, terutama pada panjang bentang jembatan. Ambil contoh, dalam tempo 5 menit, Stormer AVLB bisa menggelar jembatan sepanjang 15 meter. Sementara Leopard 2A4 AVLB bentang jembatannya mencapai 22 meter. Persoalannya, bagaimana bila yang dibutuhkan jembatan dengan panjang lebih dari kemampuan AVLB?
Mau tidak mau agar operasi dapat mencapai target diperlukan aksi dari satuan zeni. Untuk urusan yang satu ini, korps zeni mengandalkan dua tipe jembatan darurat, yaitu jembatan ponton (pontoon bridge) dan jembatan Bailey (Bailey bridge). Jembatan ponton merupakan penggabungan dari wahana apung yang dideretkan membentuk jalur yang bisa dilewati manusia maupun kendaraan dengan bobot maksimum tertentu. Wahana tersebut bisa berupa perahu, tongkang atau drum/silider yang kedap air. Di kedua ujung sistem pontoon, wahana apung terakhir ditambatkan dengan penambat sehingga keseluruhan badan jembatan tidak bergeser akibat arus sungai.
MGB Single Storey milik Yon Zipur 9 dalam Pameran Alutsista TNI AD 2013.
MGB Single Storey milik Yon Zipur 9 dalam Pameran Alutsista TNI AD 2013.
MGB juga berperan penting dalam operasi militer NATO di Afghanistan.
MGB juga berperan penting dalam operasi militer NATO di Afghanistan.

Satunya lagi adalah jembatan Bailey, tidak lain adalah jembatan darurat tipe rangka (tuss bridge) seperti banyak dijumpai pada umumnya. Bedanya jembatan Bailey mampu diangkut ke lokasi yang membutuhkan serta bisa digelar dengan cepat, bahkan lebih cepat ketimbang jembatan ponton. Namum minusnya, lebar jembatan Bailey cenderung terbatas, biasanya hanya memuat satu jalur untuk kendaraan.

Medium Girder Bridge (MGB)
Dalam pengembangan teknologi jembatan darurat, pada tahun 1971 Inggris memperkenalkan yang namanya Medium Girder Bridge (MGB). MGB merupakan jembatan taktis militer sedang yang berfungsi untuk menyeberangkan material maupun dukungan logistik yang pemasangannya sangat praktis dan mempunyai daya dukung yang besar dan mampu menahan beban yang melintas diatasnya dengan kapasitas 60 Ton. Selain daya sanggah yang besar, MGB digadang mudah dalam perawatan serta konstruksinya mudah dibongkar pasang.
Fleksibilitas dan daya tahan yang kuat menjadi keunggulan MGB.
Fleksibilitas dan daya tahan yang kuat menjadi keunggulan MGB.
Prajurit AD Inggris menjadi mentor penggunaan MGB di Dunia.
Prajurit AD Inggris menjadi mentor penggunaan MGB di Dunia.
Gelar MGB hanya membutuhkan sedikit keterlibatan prajurit.
Gelar MGB hanya membutuhkan sedikit keterlibatan prajurit.

Karena reputasinya, jembatan MGB sudah banyak dipakai oleh angkatan bersenjata di seluruh dunia seperti Inggris, Amerika Serikat dan sekutu-sekutu NATO lainnya. Total 38 negara telah menggunakan MGB, termasuk Indonesia yang mengoperasikan MGB sebagai elemen kekuatan Yon Zipur (Zeni Tempur) 9 Para/Kostrad. Yon Zipur 9 yang bermarkas di Ujung Berung, Jawa Barat ini pernah menampilkan MGB dalam Pameran Alutsista TNI AD 2013 di Lapangan Monas. Saat itu MGB Single Storey ‘dinaiki’ satu unit tank ringan AMX-13.
Unit MGB mempunyai berat yang lebih ringan ketimbang jembatan Bailey dan pastinya lebih mudah diangkut dan bisa beradaptasi. Hebatnya lagi, MGB dapat dipasang oleh satu peleton satuan Zeni. MGB tidak memerlukan pembatas yang permanen sehingga dapat mengakomodasi kendaraan yang mengangkut barang yang lebih lebar dari pada kendaraan itu sendiri, dan apabila dibutuhkan dapat dipasang jembatan lagi berdampingan disamping jembatan yang sudah ada.
MGB punya batang-batang penyusun yang dibuat secara prefabrikasi, dalam arti telah dibuat sebelumnya. Setiap batang dibuat standar yaitu hanya beberapa tipe ukuran saja. Jembatan ini memanfaatkan pembagian/distribusi gaya akibat beban yang dipikul melalui batang-batang baja yang disusun beraturan yang hasil akhirnya secara keseluruhan membentuk semacam kerangka (frame) saling tersambung dengan baut. MGB memiliki kerapatan antar batang penyusun rangka yang cukup rapat. Lebar jembatannya pun tidak bisa terlalu lebar, umumnya cukup untuk sejalur kendaraan berat atau tank. Berkat sifatnya yang modular dan perfebrikasi, MGB mampu disusun cepat. Bagian-bagian jembatan mampu digotong beberapa prajurit saja. Kalaupun diperlukan derek untuk mengangkat bagian yang cukup berat, crane lapangan seperti tersedia pada beberapa tipe CEV (combat engineer vehicle) sudah cukup memadai. Penasaran dengan seberapa cepat MGB dapat dipasang, simak demo pemasangan MGB yang dilakukan prajurit zeni AD Inggris pada video dibawah ini, pengerjaan MGB Single Storey hanya membutuhkan waktu 8 menit 59 detik.



Seluruh komponen jembatan menggunakan bahan berkualitas terbaik terbuat dari high tensile steel pins yang dibuat dari metal aerospace aluminium–zinc –magnesium alloy sesuai dengan standar NATO. Dalam gelaran MGB, ada beberapa opsi yang digunakan Zeni TNI AD, diantaranya:

1. MGB Single Storey
Ini merupakan MGB dengan satu tingkat, menggunakan satu panel bagian atas (top). Single Storey punya bentang maksimum hingga 9,8 meter. MGB Single Storey dapat menahan beban hingga 70 ton. Jembatan ini dapat dibangun oleh 9 hingga 17 prajurit zeni.
SINGLE_STOREY_MGB

2. MGB Double Storey
Ini merupakan MGB dengan dua tingkat plat, menggunakan top dan bottom panel. Dari segi daya, beban yang bisa ditahan hingga 70 ton. Namun, karena memakai dua panel plat, bentang maksimumnya lebih jauh dari Single Storey, yaitu hingga 31,1 meter. Normalnya MGB Double Storey dapat disiapkan oleh 25 prajurit.
japan2

3. MGB Double Storey with Link Reinforcement Set (LRS)
Serupa dengan MGB Double Storey, namun ditambahkan rangka penguat pada bagian bawah. Karena rancangan dan strukturnya lebih rumit, maka untuk membangun jembatan ini membutuhkan 34 prajurit. MGB Double Storey LRS punya bentang hingga 49,4 meter. Dengan bentang yang lebih panjang dari Single Storey dan Double Storey, kapasitas bebannya melorot jadi 60 ton.
header-mgb-2
TM-5-5420-212-10-1_115_1
1014114_350015231768602_2117538410_n
Aksi prajurit Zipur TNI AD dalam pemasangan MGB.

Dengan spesifikasi diatas, maka tak ada kesulitan bagi MGB untuk dilintasi aneka tank ringan milik TNI AD dan TNI AL. Tapi yang jadi perhatian adalah saat MGB nantinya dilintasi MBT (Main Battle Tank) Leopad 2A4. Dari lebar jembatan yang empat meter, masih dirasa oke. Tapi dari segi daya tahan harus jadi perhatian, MGB Single dan Double Storey masih aman dilintasi Leopard 2A4 yang bobotnya diatas 62 ton. Namun MBT Leopard 2A4 TNI AD rasanya tidak cocok bila harus melintasi MGB Double Storey LRS.
Truk Iveco Yon Zipur 9 Kostrad TNI AD
Truk Iveco Yon Zipur 9 Kostrad TNI AD
IMAG1473
IMAG1463
MGB dapat diangkut melalui air dengan menggunakan Plat bed Truck yang dimobilisasi dengan Ferry Bridge Ponton, dan melalui udara dengan heli angkut berat sekelas Chinooks. Untuk jalur darat, komponen MGB bisa dibawa dengan truk. Yon Zipur 9 Para yang personelnya punya kemampuan Linud (Lintas Udara) dalam Pameran Alutsista TNI AD 2013 turut menampilkan truk pengangkut material MGB, yaitu dari jenis Iveco ADN380T38H. Truk buatan Italia yang dirakit di Spanyol ini punya kapasitas mesin 13.000 cc dengan bobot keseluruhan 38 ton. Untuk memudahkan loading dan unloading material, truk ini juga dilengkapi dengan perangkat crane. (Haryo Adjie Nogo Seno)

Spesifikasi Teknis
Mempunyai daya sanggah yang besar
Mudah dalam perawatan.
Konstruksinya mudah dibongkar dan dipasang
Panjang bentangan : 49,4 meter.
Lebar keseluruhan : 4 meter.
Lebar Deck unit : 2,76 meter.
Berat material : 36,2 ton.

Indomil. 

Minggu, 31 Agustus 2014

2015 Markas Batalion Infanteri Hadir di Natuna

http://bimg.antaranews.com/kepri/2014_08/small/brigjen-tni-b.-zuirman.jpg
Komandan Korem 033/Wira Pratama Kepri Brigadir Jenderal TNI B Zuirman (antarakepri.com/Zam Jambak)

Pada tahun 2015 nanti, satu batalion infanteri TNI AD akan hadir di Natuna. Penambahan dan penempatan kekuatan TNI tersebut adalah sebagai salah satu upaya dalam pengembangan gelar kesatuan di wilayah terdepan NKRI.
“Benar, pada tahun 2015 nanti akan ada batalion infantri di Natuna. Ini adalah salah satu upaya dalam pengembangan gelar kekuatan pasukan TNI di wilayah perbatasan,” ungkap Danrem 033/Wira Pratama Kepri Brigjen TNI B Zuirman di sela kunjungan ke Natuna, Rabu.
Jenderal bintang satu itu mengatakan, nantinya markas batalion tersebut akan ditempatkan di daerah Sepempang, Kecamatan Bunguran Timur dengan nama Batalion Infanteri 135.
Mengapa Batalion Infanteri, sebab batalion ini adalah pasukan yang bisa di arahkan kemana saja dan siap tempur kalau terjadi apa-apa nantinya, juga taktis. Sedangkan alat perangnya adalah yang terdepan atau utama,” kata Brigjen B Zuirman.
Perlu diketahui, tambah jenderal lagi, Kabupaten Natuna merupakan daerah NKRI yang berbatasan langsung dengan perairan Vietnam, dan wilayah timurnya berbatasan dengan Malaysia Timur, Thailand dan Brunei, yang bila terjadi konflik sangat riskan dijadikan musuh sebagai pangkalan sebelum masuk ke wilayah Indonesia.
“Posisi Natuna ini sangat strategis dan banyak pulau-pulau kecil, yang dikelilingi oleh negara asing, bila terjadi konflik, sangat mungkin dijadikan pangkalan oleh musuh sebelum masuk ke wilayah RI, oleh sebab itu, perlu ada tambahan pasukan yang terpusat di wilayah ini,” tambahnya.
Sementara ini kata dia, untuk lahan, Pemerintah Daerah Natuna sudah mempersiapkannya, dan menunggu sertifikatnya saja. Sedangkan dana untuk pembangunan markas tersebut, berasal dari pusat.
“Kita juga memberikan apresiasi kepada Pemerintah Kabupaten Natuna, yang sudah mempersiapkan lahan untuk TNI, semoga pada tahun 2015 nanti apa yang kita harapkan dan bisa terwujud, demi keutuhan dan keamanan NKRI di daerah perbatasan,” pungkasnya. (kepri.antaranews.com)