Kondisi intelijen saat ini dengan intelijen di masa lalu sudah sangat berbeda. Perbedaannya adalah bentuk ancaman dilihat dari sudut pandang berbeda. Intelijen yang hebat untuk membuktikannya tergantung pada waktu, ancaman dan kepentingan negaranya. Demikian juga Badan Intelijen Negara (BIN) yang sudah berubah dari waktu kewaktu, terutama paska reformasi intelijen harus menjadi terbuka dan profesional sesuai tuntutan Undang-Undang.
Berikut ini adalah kutipan wawancara dengan Sartomo Sardjono, widyaiswara BIN sekaligus dosen di Sekolah Tinggi Intelijen Negara, Sentul, Bogor, beberapa waktu lalu.
1. Bagaimana pendapat Anda tentang intelijen di berbagai negara saat ini?
Semua negara membutuhkan keberadaan intelijen untuk menjaga keutuhan negaranya. Masing-masing intelijen di negara manapun pasti mempunyai pengalaman berbeda dalam menjaga keamanan nasionalnya. Perbedaan paling menonjol di setiap intelijen negara adalah bentuk ancamannya. Setiap negara mempunyai badan intelijen tentunya dengan ancaman yang berbeda. Jadi, tidak bisa disamakan dan dibandingkan karena kembali pada hakekat ancaman dari masing-masing negara itu berbeda. Semakin negara mempunyai ancaman tinggi, intelijennya juga mempunyai performa yang sangat tinggi.Apabila suatu negara dikatakan mempunyai ancaman perang, tidak serta merta intelijen negara tersebut dikatakan lemah. Semua berpulang pada dimensi ancaman yang berbeda-beda dikaitkan dengan kepentingan negaranya,sehingga tidak bisa disimpulkan intelijennya lemah atau tidak bekerja.
2. Bagaimana intelijen menghadapi era keterbukaan seperti saat ini?
Pada suatu profesi pasti tetap mempunyai sisi atau hal tertutup, sehingga kata tertutup jangan dikonotasikan negative. Salah satu contohnya, dokter, apakah dokter dapat selalu demokratis dan terbuka, meskipun di era keterbukaan dan reformasi, semua tetap diatur dalam kode etik dokter. Buktinya semua pasien yang mempunyai riwayat hidup penyakit tidak boleh diceritakan, misalnya dalam beberapa waktu dekat atau dapat dikatakan seminggu lagi akan meninggal. Kode etik itulah yang harus dipertanggungjawabkan, kalau dilanggar, maka harus mempertanggungjawabkan kepada DewanKehormatan. Profesi lainnya, wartawan yang dikenal sebagai profesi yang paling demokratis di dunia, sebaliknya mempunyai sisi ketertutupan seperti tidak dibolehkan penyebutan sumber informasi sesuai kode etik. Akuntan juga tidak boleh sembarangan memberikan hasil penelitiannya kepada siapapun terhadap laporan keuangan di perusahaan yang bersangkutan. Begitu juga dengan peneliti, mereka akan menutup penelitiannya sebelum selesai dan mengumumkan hasil penelitiannya. Jadi, dapat disimpulkan dan dikatakan kepada publik bahwa semua profesi termasuk BIN tidak semuanya terbuka, harus mempertimbangkan hal-hal yang seharusnya harus tertutup. Jangan berpikiran bahwa ketertutupan itu hanya milik intelijen, semua profesi juga memiliki unsure ketertutupan. Intelijen di era keterbukaan ini harus bisa memilah mana yang harus ditutup rapat dan mana yang bisa dibuka. Intelijen harus bisa beradaptasi dengan situasi apapun, termasuk di era keterbukaan ini.
3. Bagaimana intelijan bisa menyesuaikan dengan kemajuan demokrasi?
Kalau melihat kemajuan demokrasi yang tidak bisa terbendungsaatini, sesuai pengalaman saya di dunia intelijen selama ini, sebenarnyapersonil di BIN sendiri mampu menyesuaikan dengan kondisi dan era apapun. Dalam era perang dan damai, intelijen terus berjalan. Seperti yang dikatakan ahli strategi China,Tsun Tzu, bahwa dalam perang dan damai intelijen harus mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri maupun lawan, serta cara bertindaknya. Lebih jauh Tsun Tzu mengatakan bahwa intelijen dapat dipakai dalam keadaan perang maupun damai. Dalam situasi perang dapat digunakan untuk membantu mencari kekuatan, kelemahan musuh, penyerang musuh, sedangkan dalam keadaan damai digunakan untuk pembangunan serta memetakan potensi-potensi kekuatan diri sendiri. Sekali lagi, dalam kondisi perang atau damai, intelijen mutlak diperlukan. Pandangan orang bahwa intelijen malah justru menabrak demokrasi, dinilai sangat sempit, orang-orang tidak mengerti esensi dari intelijen. Damai dalam artian bermanfaat dalam pembangunan, bukan selalu dikonotasikan menghadapi musuh. Jadi bagaimana pembangunan yang bermanfaat bagi orang banyak, intelijen sangat berperan didalamnya. Mengingat ruang lingkup intelijen cukup luas, dalam teori intelijen terdapat 9 komponen intelijen strategis (intelstrat). Mulai ideologi, sampai sosial budaya. Begitu luas spektrum dari intelijen. Begitu luas tugas pokok dari intelijen, meliputi seluruh kehidupan manusia. Sehingga intelijen bisa menyesuaikan dengan perkembangan demokrasi dan tidak melanggar HAM.
4. Bagaimana intelijen bisa menghadapi perang asimetris di era keterbukaan dan informasi?
Intelijen dalam menghadapi perang asimetris, kata kuncinya adalah peningkatan kualitas SDM. SDM intelijen harus mampu menghadapi setiap tantangan kemajuan di era keterbukaan dan perang informasi. Tehnologi informasi sangat berkembang pesat, sehingga SDM intelijen khususnya BIN harus bisa mengimbanginya. Oleh karena itu, kualitas lembaga pendidikan yang mempersiapkan SDM BIN harus berkualitas agar bisa menghasilkan generasi intelijen yang profesional. Jadi SDM-nya yang harus diperhatikan. Pendidikan teknis intelijen harus diperbanyak, terutama pelatihan-pelatiahan di lapangan baik di dalam maupun di luar negeri. Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) kualitasnya harus ditingkatkan, praktek-prakteknya lebih bagus lagi, kualitas calon-calonnya ditingkatkan yang otomatis juga pengajarnya juga ditingkatkan. Jangan kita melihat sebelah mata, hanya siswanya saja yang bagus, namun harus pengajarnya. Intinya ditingkatkan semuanya kalau kita ingin menghadapi era demokrasi. Intelijen sangat penting bagi negara. Intelijen bisa menyesuaikan dengan perkembangan jaman maupun demokrasi, sehingga tidak melanggar hak asasi manusi (HAM). Operasi intelijen dapat dilakukan dengan cara sangat halus, yang hanya bisa dirasakan manfaatnya bagi masyarakat, negara dan bangsa.
5. Bagaimana BIN bisa menghadapi tahun politik ini?
Dalam menghadapi segala permasalahan, intelijen harus selalu siap, termasuk mengadapi tahun politik 2014 ini. BIN sudah menjalankan tugasnya dengan baik. Kepala BIN mampu menempatkan posisi intelijen yang profesional, artinya ditahun politik ini BIN tidak berpihak kemana-mana, hanya satu tujuan untuk kepentingan bangsa dan negara. Selain itu, saya selalu ingatkan apapun tugasnya, apapun ancamannya, SDM intelijen harus disiapkan sejak awal. Kesiapan SDM, memungkinkan 60-70 persen tugas akan selesai dengan baik. Ketimbang kita menugaskan orang yang tidak mengerti, tidak jelas, tidak tahu tugas pokoknya, tidak paham dengan sasaran, itu tingkat kegagalannya lebih tinggi.Seseorang intelijen profesional, akan mampu menghadapi setiap permasalahan yang ada di depannya. (*)