Kisah ini sengaja saya tulis berdasarkan
catatan-catatan tertulis yang saya punya dan juga cerita-cerita dari
para “Silent Warrior” pinisepuh saat mereka dulu bertugas mengawaki
“Hiu-hiu besi” kita dalam menjaga Kedaulatan NKRI yang mungkin selama
ini belum pernah terpublikasikan. Dan tulisan ini saya dedikasikan juga
kepada seluruh “Beliau-beliau” tadi berikut juga dengan para “Silent
Warrior” muda yang kini masih bertugas mengawal NKRI.
Kalo dijilid ketiga saya mengulas sedikit
tentang KS Whiskey Class maka di Jilid 4 ini akan saya tuliskan juga
beberapa kisah yang benar-benar terjadi dari adik-adiknya Whiskey Class
kita. Dan enggak lupa tulisan ini saya buat secara bersambung (soale
dibuat disela-sela kesibukan saya alias kalo lagi mood dan ada waktu
luang ya nulis, kalo enggak mood ya males nulis soale kerjaan saya
bejibun banyaknya). So harap maklum kalo-kalo nanti artikel sambungannya
lamaaa banget keluarnya.
Type 206A submarines
JADI CREW KS U-206 JERMAN SAAT LATIHAN NATO
Dalam mempersiapkan diri untuk mengawaki
dan membawa pulang KRI Cakra 401, KS type U-209 buatan HDW Jerman, Awak
KS TNI.AL dilatih di KS type U-206 milik German Navy yang berbobot hanya
sekitar 450 ton. Kebetulan banget bahwa saat Awak KS kita melaksanakan
sadaca, waktunya itu bersamaan dengan waktu pelaksanaan latihan bersama
Angkatan Laut Negara-negara NATO yang disebut dengan sandi “NATO TEAM
WORK 80”.
Saat itu empat orang perwira Awak KS kita dipimpin kapten G.R.Indiyanto (calon Palaksa KRI Cakra 401),
berada dikapal selam U-22 tipe U-206 yang berperan sebagai pihak Merah
dan ditugaskan menghadang Battle Group NATO di perairan sekitar Swedia.
Ketika saatnya tiba komandan kapal yang orang Jerman membawa U-22
bermanuver demikian lincahnya mencegat dengan mendekati sebuah KS
Amerika yang bertenaga Nuklir. Detik demi detik dilalui dan semua posisi
dari waktu ke waktu dicatat dengan cermat dalam journal. Sampailah U-22
ke suatu posisi point blank range / titik mati penembakan torpedo (suatu
titik yang demikian dekatnya dengan kapal lawan, sehingga probabilitas
lawan untuk selamat dari tembakan torpedo kita relative nol),
Komandan U-22 ini menggunakan
pengetahuannya tentang sifat propagasi sonar didaerah khusus dimana
mereka akan beroperasi, yang diperolehnya dari sub-chart (submarine
chart, yang amat rahasia, bahkan meliriknya saja, saat peta itu digelar
di meja peta Perwira Navigasi, Awak KS kita tidak diperbolehkan!)
dan memanfaatkan layer-layer lapisan air laut tertentu yang akan
mengaburkan signal kehadiran kapalnya. Tetapi sebaliknya akan
memperjelas signal kehadiran kapal lawan. Suara satu pompa pendingin
reactor KS Nuklir saja memang sudah jauh lebih berisik daripada motor
listrik pokok KS U-22/206 yang hanya berbobot empat ratus ton.
Komandan KS pun memerintahkan menembakkan
torpedo secara simulasi, dengan salvo dari dua peluncurnya. Setelah itu
U-22 melakukan withdrawal alias pengunduran diri dari lokasi peperangan
dan kembali ke tempat yang aman menunggu lewatnya mangsa yang baru.
Selama itu mulai dari proses approach, torpedo attack sampai withdrawal,
tidak ada satupun tanda-tanda bahwa pihak lawan mengetahui kehadiran
sebuah KS kecil U-22/206 yang telah “menikam” mereka dari jarak yang
demikian dekatnya.
Tidak ada manuver avoiding/penghindaran
yang akan menunjukkan bahwa pihak lawan menyadari kehadiran U-22. Ketika
kemudian U-22 yang di dalamnya ada Awak KS kita sempat naik ke
kedalaman periskop dan melaporkan keberhasilan tersebut kemarkas KS
pihak “Merah”, segera muncul telegram yang berbunyi “bravo zulu, ticket to Siberia cancelled”!
Keberhasilan U-22/206 menenggelamkan KS
Nuklir Amerika ini dibukti kan kebenarannya dalam wash up yang dilakukan
kemudian di AWU, (semacam attack teacher KOLATARMA kalo di kita), di markas U-boot Flotile I (Flotila Kapal selam Jerman I) di Eckernforde. Komandan U-22/206 (yang cuma berpangkat kapitan leute nant, setingkat kapten kita), menyatakan bahwa KS nya berhasil menenggelamkan KS Nuklir Amerika.
Komandan KS Amerika (yang berpangkat captain of the Navy,
setara dengan kolonel kita) tentunya merasa enggak terima dan meminta
sang kapten muda Jerman membuktikan ucapannya. Sang kapten lalu membuka
journal U-22 dan meminta dengan hormat agar sang Colonel US Navy itu
mencocokkannya dengan journal KS Nuklir sang kolonel. Ternyata benar
bahwa pada hari, tanggal dan waktu yang diklaim oleh sang kapten, kedua
KS secara bersamaan memang berada dalam posisi point blank range yang
amat dekat satu sama lain, hanya 600 meter. Sang Komandan KS Nuklir
Amerika terpaksa geleng-geleng kepala, sebab kalau saja ini perang
beneran bisa dipastikan ia dan seluruh Awak KS nya pasti sudah modar
semua saat itu!
Kenapa bisa begitu?
Keberhasilan ini disebabkan karena KS sang
kapten dari tipe U206/U-22 yang relatif kecil memiliki suatu noise
signature, sonar signature maupun magnetic dan thermal signature yang
amat kecil dan sedemikian rupa sehingga sama sekali tidak dapat
dideteksi oleh sensor KS Nuklir yang sebenarnya jauh lebih canggih akan
tetapi tidak dapat mendengarkan dengan lebih baik karena relative “tuli”
oleh kebisingan yang ditimbulkan oleh peralatan bantu serta desing
suara turbin mereka sendiri yang memiliki angka db (decibel) yang
relatif amat tinggi.
LAKSAMANA MUDA Dr. SYAMSUL ANWAR
Untuk Para Silent Warrior Pinisepuh pasti
kenal dengan sosok Beliau yang satu ini, ya Beliau adalah satu-satunya
dokter (saat itu) yang bertugas salah satunya adalah untuk menjaga
kesehatan awak KS kita.
Pada tahun 1987 sekelompok Perwira KS kita
memperoleh perintah untuk berangkat ke Jerman mempersiapkan diri untuk
mengawaki KS baru buatan HDW dari tipe U-209 / klas 1300 ton. Mengingat
bahwa kemudian perjalanannya menuju ke Indonesia yang akan memakan waktu
dua bulan lebih maka untuk menghindarkan hal buruk dalam kaitan
kesehatan awak KS kita, Pimpinan Angkatan Laut telah menentukan
kebijaksanaan untuk mengikut sertakan seorang Dokter dengan spesialisasi
KS guna mengikuti perjalanan jauh ini, dan pilihan tentu saja jatuh
pada Dokter Syamsul Anwar
Beliau datang di GPA (Gedung Punggahan
Awak) KS tipe U-209 di Kiel, yang lebih dikenal dengan julukan “Istana
Drakula” dan terletak dipojokan jalan Gross Ebenkampf Kiel sekitar tiga
bulan sebelum KS harus berlayar kembali ke Indonesia. Kedatangannya
tentu saja disambut Awak KS kita dengan gembira
Untuk merokok, Dokter yang satu ini (maaf jangan marah ya pak hehehe… ), tidak pernah memberikan contoh yang baik, karena beliau ini malah merokoknya itu lho, nglecis banget. (perokok berat!).
Komentarnya kalau ditegur oleh Pak Tedjo tentang kebiasaannya merokok: “Dokter kok malah nguwehi contoh elek, ngrokok” (Dokter kok malahan memberikan contoh yang jelek, merokok. walau sebetulnya Letkol Tedjo Purnomo sendiri yang komplain juga nglecis
alias perokok yang luar biasa beratnya juga, habis yang satu langsung
disambung satu batang lagi! hehehe…). Jawabannya beliau dengan adem ayem
adalah: “ aku iki ngrokok ngono lak aku Dokter, dadi lek sakit iso
nambani awakku dewe, lha sampeyan lak dudu dokter, nek loro arep nambani
awak lak kudu leren golek dokter disik” ( aku ini walau merokok
begitu kan dokter, jadi kalau sampai sakit bisa mengobati diri sendiri,
lha kalau Kamu kan bukan dokter, kalau sakit ya berobat kan dan harus
cari dokter dulu)
Singkat cerita akhirnya KS KRI Cakra / 401
berangkat pulang ke Indonesia. Dalam perjalanan dari Kiel ke salah satu
pelabuhan di Spanyol, Cadiz, yang cukup jauh dan ditempuh sekitar dua
minggu pelayaran berjalan normal-normal saja. Akan tetapi perjalanan
berikutnya dari Cadiz ke Jibouti yang memakan waktu juga hampir dua
minggu, nah mulailah tampak keanehan-keanehan khususnya bagi dokter
Syamsul Anwar. Mengapa? Ya karena beliau tidak memiliki suatu kesibukan
yang harusnya dapat mengisi waktu senggang tersebut. Kalo para awak
kapal semua memiliki tugas tertentu, dalam sehari mengalami dua kali
tugas jaga dengan lama tugas empat jam. Jadi waktu seolah-olah pergi dan
datang dengan tidak terasa. Tapi tidak bagi dokter Syamsul Anwar, yang
tidak punya kesibukan tertentu semacam ini ternyata malah menjadi beban.
Saking bingungnya mencari pengisi waktu beliau sempat-sempatnya
mengukur panjang ruang hidup kapal dari haluan keburitan dengan ukuran
panjangnya telapak kaki beliau. Hehehe…
Kalau kami setelah kelelahan sehabis jaga
berangkat pergi tidur, beliau malah duduk-duduk di longroom, bibirnya
berkomat kamit berzikir dan berdoa untuk kita agar selamat sampai ke
Indonesia, dan syukur alhamdullillah berkat doa Beliau KS kita memang
selamat sampai ke Indonesia. Terus terang saja selama perjalanan itu
para Awak KS kita merasa kasihan melihat beliau yang tampak seperti
seorang pesakitan yang ditahan diruang tahanan, walaupun ruang itu
sebenarnya adalah long room kapal. Dari situasi inilah timbul kelakar
bahwa peran sekarang berbalik, beliau bukan seorang dokter di antara ke
tiga puluh tujuh pasiennya alias para awak KS kita, tetapi justru beliau
adalah seorang pasien diantara tiga puluh tujuh dokter. Hehehe…
(Tulisan ini saya dedikasikan khusus untuk beliau…. )
Whiskey Class Submarine
JAMMING RUSIA
Tahun 1981, tepatnya menjelang acara HUT ABRI tanggal 5 Oktober, sejumlah alutsista (peralatan utama sistem senjata pertahanan)
yang konon keseluruhannya kita beli dari Negara Barat termasuk juga
Kapal Atas air maupun KS kita yang baru dibeli dan tiba dari Jerman
sedang berada di laut di daerah Cilegon, Jawa Barat (sekarang Banten)
Semua melaksanakan latihan dalam
mempersiapkan diri guna pelaksanaan acara HUT ABRI 5 Oktober, dalam
gladi bersih sehari sebelum dilaksanakannya upacara, di saat semua
alutsista tersebut sedang bergerak latihan tiba-tiba saja seluruh
peralatan komunikasi alutsista tersebut mengalami blank. Tidak ada
satupun peralatan komunikasi kita yang “bisa berbunyi” pada saat itu.
Seluruh kegiatan dengan amat terpaksa
dihentikan, karena ketiadaan komunikasi akan berarti ketiadaan kendali!
Suatu keputusan Pimpinan Latihan yang amat bijak, sebab, gerakan sekian
banyak alutsista tanpa kendali tentunya akan dapat mengakibatkan sesuatu
kecelakaan yang fatal!
KRI Cakra 401, KS type U-209 kita yang
terbaru yang baru saja datang dari Jerman dan kebetulan berada pada
garis terluar dilaut saat latihan itu melaporkan bahwa secara sekilas
mereka melihat suatu silhoutte kapal dengan tiang yang penuh dengan
antenna komunikasi yang centang perenang.
Tidak seberapa lama kemudian keseluruhan
peralatan komunikasi kembali dapat berbunyi, sama mendadaknya dengan
saat tiba-tiba tidak dapat berbunyi tadi. dan kejadian berfungsinya
alat-alat komunikasi hampir bersamaan dengan hilangnya kapal misterius
yang teramati di cakrawala tadi.
Kredit foto : Awak KS Whiskey Class saat beroperasi
Sepertinya kapal dengan tiang yang penuh dengan antenna komunikasi yang saling silang tadi adalah salah satu kapal “communication jammer” milik Uni Soviet (Rusia), diam-diam mereka masih menaruh hati juga pada kita!
Operation Sovereign Borders (ilustrasi)
OPERASI SOVEREIGN BORDERS SONOTAN
Kisah ini merupakan kejadian yang terbaru
dari KS kita, disaat hubungan diplomatik kita sedang tegang-tegangnya
dengan Sonotan terkait masalah penyadapan dan pemulangan paksa Manusia
Perahu yang hendak menyeberang kembali ke wilayah terotori kita dalam
bentuk operasi Sovereign Borders.
Saat itu sebetulnya KS type 636 dan 877 K4b
kita sudah mengetahui pergerakan beberapa Kapal atas air Sonotan yang
sering bolak-balik memasuki perairan wilayah terotori kita. KS kita juga
terus membututi Kapal-kapal atas air itu dan jujur saja awak KS kita
sebetulnya sudah gatal ingin menenggelamkan Kapal-kapal Sonotan yang
kurang ajar itu, namun Perintah yang turun dari Pusat hanyalah
“bayang-bayangi dan dokumentasikan”
-
Periscope shots KRI-401 Cakra.
Kenapa tidak ditorpedo aja? toh mereka telah melanggar wilayah kita.
Jawabnya adalah tidak semudah dan segampang itu mentorpedo Kapal yang diatasnya ada orang-orang pengungsi manusia perahu itu.
Kenapa KS kita tidak timbul kepermukaan buat mengahalau Kapal-kapal Sonotan itu?
Jawabnya adalah karena Pemerintah mempunyai
strategi cerdik lain. Dan hanya memerintahkan KS kita untuk terus
membayang-bayangi dan dokumentasikan setiap pelanggaran yang dilakukan
Sonotan tanpa menunjukan jati diri KS kita yang telah menguntit.
Jadi selama itu KS kita hanya terus
membayangi dan memfoto serta memvideokan aktifitas-aktifitas Kapal-kapal
Sonotan yang menghalau para manusia perahu itu memasuki wilayah
terotori kita. Kemudian bukti-bukti tersebut digunakan oleh Kementrian
Luar Negeri kita untuk mengajukan Nota Protes resmi kepada Sonotan sana
yang disertai juga selain bukti foto, film juga posisi kordinat dari
Kapal-kapal Sonotan saat itu saat melanggar wilayah kita.
Hasilnya jelas Sonotan kebakaran jenggot
dan tetap berkilah bahwa pelanggaran tersebut tidak disengaja, mengutip
pernyataan Menteri Imigrasi Australia Scott Morrison mengatakan “ia sudah mengetahui apa yang ia sebut sebagai pelanggaran
tidak sengaja sejak beberapa hari lalu dan Kami akan memastikan bahwa
semua isu akibat dari pelanggaran tidak disengaja atas kedaulatan
teritori Indonesia ini akan diperbaiki dan tidak akan terulang lagi,” kata Morrison.
Dan berdasarkan data dari kita pula mereka
melakukan Evaluasi atas pelaksanaan Operasi Sovereign Borders tersebut
yang kemudian dirilis resmi oleh Pemerintah Sonotan sana :
Hasil laporan resmi dari evaluasi yang
dilakukan militer Australia yang dirilis Rabu (19/2/2014),
mengungkapkan, bahwa Angkatan Laut (AL) Australia melanggar perairan
Indonesia sebanyak enam kali.
Aksi pelanggaran wilayah kedaulatan
Indonesia itu terjadi pada Desember 2013 dan Januari 2014 dalam operasi
keamanan perbatasan. Canberra sebelumnya mengklaim pelanggaran
itu tidak disengaja, namun merahasikan jumlah pelanggaran yang dilakukan
terhadap wilayah perairan Indonesia. Mereka juga pernah meminta maaf
setelah pelanggaran itu terungkap.
”Pada setiap kesempatan pelanggaran
perbatasan perairan Indonesia bukan sebagai tindakan yang disengaja atau
kesalahan navigasi,” bunyi bocoran laporan evaluasi militer Australia
itu, seperti dilansir Zee News.
Dan beberapa waktu lalu mereka juga memecat komandan kapal-kapal yang menerobos tersebut.
KRI Cakra-401
SILUMAN LAUT 401
Kisah ini juga merupakan kejadian yang
terbaru yang melibatkan Armada KS kita. Dimana waktu itu Kapal Induk
Armada VII Amrik sedang melakukan tour of duty dan meminta izin resmi
clearance untuk melewati jalur ALKI 3 kita, kisah ini lah yang disebut
Cilukbaaa nya KS kita.
Saat Kapal Induk dan pengiringnya itu mulai
memasuki perairan Selat / Laut Maluku mereka sudah disambut kehadiran
satu KS kita yang berlayar di permukaan agak jauh dari iring-iringan dan
lalu menanyakan identitas Kapal Induk tersebut “what ship, what ship”
yang dibalas kemudian “we are United States man of war, Super Carrier
CVN 7….” dan KS kita pun membalas “we are Indonesian man of war,
submarine Cakra 401, Oke, clearence ”
Nah Saat iring-iringan Kapal Induk itu
memasuki alur laut Banda, mereka kembali disambut oleh penampakan satu
KS kita dan tetap berlayar agak jauh dari iring-iringan dan lalu
menanyakan identitas Kapal Induk tersebut “what ship, what ship” yang
dibalas kemudian “we are United States man of war, Super Carrier CVN 7…”
dan KS kita pun membalas “we are Indonesian man of war, submarine Cakra
401, Oke, clearence ”
Begitu pun saat iring-iringan Kapal Induk
itu memasuki alur laut Sawu, mereka kembali disambut oleh penampakan
satu KS kita dan tetap berlayar agak jauh dari iring-iringan dan tetep
menanyakan identitas Kapal Induk tersebut “what ship, what ship” yang
dibalas kemudian “we are United States man of war, Super Carrier CVN 7…”
dan KS kita pun membalas “we are Indonesian man of war, submarine Cakra
401, Oke, clearence ” tetapi kali ini mereka membalas lagi “ Oh my God,
why they are different types of submarines but one name” kali ini KS
kita cuma membalas “Oke, have a nice sailling” yang dibalas mereka
dengan kalimat “same to you”
KRI Teluk Lampung-540
KRI TELUK LAMPUNG
Kisah yang satu ini memang tidak ada
hubungannya dengan para Silent Warrior kita, akan tetapi saya coba
menuliskan kisah yang pernah terjadi ini dikarenakan ada satu hal yang
mungkin bisa kita semua tiru yaitu mengenai sebuah bentuk tanggung jawab
tanpa pamrih.
KRI Teluk Lampung, salah satu dari kapal
type Frosch yang dipurchase dari Jerman Timur dalam perjalanannya dari
Jerman kembali ke Indonesia diperairan Perancis telah mengalami
terjangan badai yang sedemikian rupa hebatnya, sehingga pintu rampa
depan terbuka dan air masuk kedalam ruangan ruangan dikapal.
Kapal mengalami trimm (miring) kedepan yang
luar biasa besarnya dan mengalami kondisi probabilitas untuk tenggelam
yang tinggi tetapi pada kenyataannya tetap tidak tenggelam.
Kenapa?
Hal ini adalah tidak lain dan tidak bukan berasal dari design “zwei kompartement schiffe”, (kapal dengan dua kompartemen) yang biasa digunakan oleh Angkatan Laut Negara Timur (Rusia). Design seperti ini biasanya memiliki sepuluh sampai dua belas ruangan,
yang satu sama lain dipisahkan oleh dinding dan pintu kedap.
Keseluruhan peralatan kapal yang memiliki pengaruh amat tinggi terhadap
pengoperasian kapal (seperti system pendorongan, system pengendalian tempur dll)
, dibagi dalam ruangan yang berbeda, yang dalam keadaan normal akan
saling menujang, tetapi didalam keadaan darurat juga mampu berdiri
sendiri.
Kapal yang memiliki design semacam ini dicanangkan akan tetap terapung dan bahkan akan tetap mampu bertempur juga apabila separoh dari keseluruhan ruangannya telah tergenang air akibat kebocoran.
Beberapa contoh kapal milik kita yang memiliki design ini adalah antara lain adalah kapal jenis MPK (Mally Protiwolodotsky Korabli, kapal perang kecil anti kapal selam) type Parchim, kapal LST highspeed type Frosch I dan II, serta juga kapal penyapu ranjau samudra type Kondor. (Kapal
PFK Parchim, Frosch dan Kondor ini merupakan bekas kapal NVA, (Neue
Volks Armee / Angkatan Laut Jerman Timur) yang telah kita “purchase dan
upgrade” sebanyak tiga puluh Sembilan kapal sekaligus).
Dalam kondisi yang demikian parahnya itu
kapal tersebut telah ditolong dan diselamatkan oleh sebuah kapal
penyelamat Perancis, lalu diseret kesalah satu pelabuhan Perancis untuk
mengalami perbaikan seperlunya dan kemudian meneruskan kembali
perjalanan pulang ke Tanah Air dan tiba di Indonesia dengan selamat.
Pada saat keseluruhan awak kapal akan dievakuasi oleh team penolong dari Perancis, (karena keadaan kapal yang dianggap telah amat kritis) sang Komandan Kapal saat itu Mayor Laut Tedjo Edhi Purdiyanto, menolak
untuk ikut dievakuasi dan memilih tetap tinggal dikapal dan bahkan bila
perlu apabila kapal sampai tenggelam, memilih akan ikut tenggelam
bersama kapalnya!
Karena itu mereview sejarah heroik tersebut
dan tentu saja juga mereview keseluruhan kapabilitasnya yang lain,
kelak dikemudian hari Beliau diangkat menjadi KSAL ;
(Tulisan ini saya dedikasikan khusus untuk Beliau…)
Bersambung…..
“Wira Ananta Rudhiro”
“Jalesveva Jayamahe”
“NKRI harga mati!”