Minggu, 18 Mei 2014

4 Aksi TNI agar tak kalah dalam peperangan masa depan

4 Aksi TNI agar tak kalah dalam peperangan masa depan

Pertempuran di masa depan tak lagi soal adu otot dan senjata konvensional. Teknologi Informasi atau TI akan sangat menentukan kekuatan pertahanan suatu negara.

"Pertempuran saat ini dan di masa depan akan banyak ditentukan oleh teknologi informasi, sehingga dibutuhkan satu kecepatan manuver. Ke depan, pertahanan juga membutuhkan 'soft power'," kata Kepala Staf TNI AD Jenderal Budiman, Jumat (16/5).

TNI AD mengakui masih lemah dalam penguasaan teknologi informasi. Situs mereka berkali-kali tumbang dihajar peretas.

Situs TNI yang beralamat di www.tniad.mil.id pernah tumbang selama beberapa hari pada Juni 2013 oleh hacker yang menamakan dirinya Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Jauh sebelum itu, hacker Malaysia pun pernah menyambangi situs TNI AD. Begitu membuka situs TNI yang diretas, maka yang ada adalah tulisan 'This Website Has Been Hacked By m33h00n.'

Itu baru situs informasi biasa yang diretas, bagaimana jika peretas bisa masuk ke sistem persenjataan, personel, atau data-data penting. Tentu akan sangat berbahaya.

TNI AD pun tak mau hal ini terus terjadi. Berikut 4 aksi TNI mempersiapkan diri menghadapi peperangan masa depan:

4 Aksi TNI agar tak kalah dalam peperangan masa depan

1.
Latih Kopassus pintar dengan kemampuan TI

Tak hanya memperbaharui alat utama sistem bersenjata (alutsista), TNI juga mempersiapkan aparat yang tangguh menghadapi serangan di dunia maya. Sejumlah prajurit pun disiapkan berada di gugus terdepan pertahanan teknologi.

"Prajurit kita sekolahkan pada level tertentu, kita butuh percepatan kerja sama dengan melibatkan Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII). Kita pilih prajurit dengan IQ-nya di atas 120, yang ada di atas itu umumnya dinasnya di Kopassus," kata Kasad Jenderal TNI Budiman di Mabes AD, Jumat (16/5).

Masih menurut dia, TNI AD tidak perlu meniru standarisasi teknologi militer negara lain. Semua keunggulan negara maju diambil dan diramu untuk kemajuan militer Indonesia.

"Standarisasi kita tidak usah ngeblok tapi mana yg paling hebat kita ambil, tentu tergantung mereka ahlinya. Kalau mereka belajar di Amerika Serikat kan sesuai cara pikirnya, kalau belajar di China akan juga sesuai cara berpikirnya, yang paling bagus kita ramu dan kita rakit," terang dia.

4 Aksi TNI agar tak kalah dalam peperangan masa depan

2.
Upayakan pakai produk TI dalam negeri

TNI AD berupaya agar produk pertahanan berbasis teknologi dapat dikembangkan sendiri oleh prajurit TNI dengan asistensi dari para pakar teknologi.

"Kalau kita terus tergantung pada produk asing, maka semua dengan mudah akan diganggu. Oleh sebab itu, kita harus menguasai betul teknologi ini. Kebetulan potensi yang kita miliki sangat besar. Tak kalah dengan pihak asing," kata Jenderal Budiman.

TNI AD pun menggandeng Federasi Teknologi Informasi Indonesia dalam upaya memajukan kemandirian teknologi supaya para prajurit melek teknologi.

Kepala FTII Sylvia Sumarlin mengatakan pihaknya mendukung keputusan TNI AD untuk mengembangkan sendiri produk pertahanan teknologi.

"Kami dukung termasuk pemilihan teknologi. Beliau menghendaki teknologi lokal, aplikasi buat sendiri, dan sistem jaringannya yang dibuat sendiri," katanya.

4 Aksi TNI agar tak kalah dalam peperangan masa depan

3.
Kapok dikerjai peretas asing

Jenderal TNI Budiman mengakui kemajuan teknologi informasi belum merasuk ke tubuh TNI AD. Alhasil, kesatuannya pun menjadi bulan-bulanan di dunia siber.

Budiman menyebutkan, Indonesia mengalami banyak serangan dari negara-negara lain. Hanya saja, serangan itu tak serangan fisik melainkan aksi meretas.

"Kita menyadari kemampuan sumber daya manusia TNI AD. Kita perlu belajar bersama dan berlatih dalam hal ini (teknologi informasi)," kata KSAD TNI AD Jenderal Budiman di Mabes AD, Jumat (16/5).

Kelemahan itu menjadi mimpi buruk bagi TNI dalam menghadapi serangan dunia siber. Salah satunya pernah terjadi saat pasukannya akan menerbangkan pesawat.

"Saat penerbangan di Tanjung Priok ada kawan nge-jam, sehingga begitu terbang ternyata ada yang mainkan jamming sekitar situ. Ya itulah masih ada kawan-kawan yang masih ambisi dalam ekonomi," ujar dia.

 4 Aksi TNI agar tak kalah dalam peperangan masa depan

4.
Bikin sistem antisadap sendiri

Saat ramai-ramai penyadapan pada Presiden SBY oleh Australia dan Amerika Serikat, TNI Angkatan Darat bersama Universitas Surya bekerja sama kembangkan teknologi antisadap.

Mereka mengembangkan teknologi antisadap yang berfungsi untuk dapat mencegah penyadapan yang dilakukan oleh berbagai pihak.

"Dengan teknologi antisadap ini, minimal TNI AD tak bisa lagi disadap oleh berbagai pihak," kata Jenderal TNI Budiman akhir tahun lalu.

Dia mengklaim alat tersebut nantinya dapat mencegah komunikasi para pejabat Indonesia disadap oleh negara lain.


TNI AL Perlu Diperkuat untuk Jaga Eksistensi Laut Indonesia

Personel TNI AL memantau aktifitas nelayan dan kapal laut di perairan Benoa-Nusa Dua menjelang berlangsungnya Konferensi Asia-Pasifik "Open Government Partnership" (OGP) di Nusa Dua, Bali, Minggu (4/5). Pengamanan perairan dan pintu masuk Pulau Dewata mulai diperketat menyusul akan berlangsungnya konferensi OGP tersebut pada 6-7 Mei yang rencananya dihadiri sejumlah kepala negara termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Personel TNI AL memantau aktifitas nelayan dan kapal laut di perairan Benoa-Nusa Dua menjelang berlangsungnya Konferensi Asia-Pasifik "Open Government Partnership" (OGP) di Nusa Dua, Bali, Minggu (4/5). Pengamanan perairan dan pintu masuk Pulau Dewata mulai diperketat menyusul akan berlangsungnya konferensi OGP tersebut pada 6-7 Mei yang rencananya dihadiri sejumlah kepala negara termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. (sumber: Antara/Nyoman Budhiana)

Indonesia perlu menjaga eksistensi laut miliknya. Peran TNI Angkatan Laut (AL) untuk mengamankan eksistensi tersebut tidak bisa ditawar lagi.
Komandan Detasemen Markas (Dandenma) Mabes TNI Kolonel Laut Ivan Yulivan mengatakan upaya memperkuat TNI AL untuk tetap mampu menjaga stabilitas keamanan maritim baik nasional, regional maupun global adalah suatu keniscayaan.
"Memperkuat TNI AL menjadi AL yang berkelas dunia (World Class Navy) dapat diartikan sebagai AL yang dapat disejajarkan kemampuan profesi personelnya dengan kemampuan AL negara yang lebih maju atau modern," ujar Ivan saat menjadi pembicara dalam Dikusi Kebangsaan dengan topik Krisis Identitas dan Kebangkitan Negara Maritim dengan memperkuat Perhubungan Laut dan Lintas Udara di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (17/5).
Ivan menambahkan TNI AL juga memiliki kemampuan alutsista yang modern setara dengan kemampuan alutsista dari AL negara lain yang lebih kuat.
Ia mengatakan kemampuan profesi personel adalah kemampuan untuk menguasai bidang keahliannya dan kemampuan untuk mahir dalam mengawaki dan mengoperasikan peralatan yang diawakinya. Sedangkan kemampuan alutsista disini dalam arti kualitas dan bukan kuantitasnya.
"Kemampuan ini bukan hanya dalam pengoperasian secara individu tetapi juga secara bersama. Kebersamaan ini bukan hanya dengan satu matra angkatan, namun juga dengan matra lainya dan juga secara bersama dengan alutsista dari negara lain (Joint Operation)," ujar Ivan.
Ia menerangkan AL sejak pembentukannya sudah dituntut harus memiliki kualitas sebagai AL kelas dunia. Ia menyebut hal itu cukup relevan dengan teori tentang peran tradisional AL secara universal yang dikemukan Ken Booth.
"AL secara tradisional memiliki tiga kategori peran yaitu militer, diplomasi, dan polisionil," ucap Ivan.
Ia mengatakan peran militer dibentuk karena karakter konvensional sebagai angkatan bersenjata. Lalu peran diplomasi karena melaksanakan tujuan politik negara.
"Dan peran polisionil berkaitan dengan penegakan hukun nasional dan internasional yang telah diratifikasi serta perlindungan klaim wilayah," pungkas Ivan.
 

Kopassus ber-IQ di atas 120 disekolahkan untuk lawan hacker

 Kopassus ber-IQ di atas 120 disekolahkan untuk lawan hacker

Tak hanya memperbaharui alat utama sistem bersenjata (alutsista), TNI juga mempersiapkan aparat yang tangguh menghadapi serangan di dunia maya. Sejumlah prajurit pun disiapkan berada di gugus terdepan pertahanan teknologi.

"Prajurit kita sekolahkan pada level tertentu, kita butuh percepatan kerja sama dengan melibatkan Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII). Kita pilih prajurit dengan IQ-nya di atas 120, yang ada di atas itu umumnya dinasnya di Kopassus," kata Kasad Jenderal TNI Budiman di Mabes AD, Jumat (16/5).

Masih menurut dia, TNI AD tidak perlu meniru standarisasi teknologi militer negara lain. Semua keunggulan negara maju diambil dan diramu untuk kemajuan militer Indonesia.

"Standarisasi kita tidak usah ngeblok tapi mana yg paling hebat kita ambil, tentu tergantung mereka ahlinya. Kalau mereka belajar di Amerika Serikat kan sesuai cara pikirnya, kalau belajar di China akan juga sesuai cara berpikirnya, yang paling bagus kita ramu dan kita rakit," terang dia.

Selain itu, dia menilai di negara maju ilmu berkembang dari institusi militer. Hasil dari ilmu pengetahuan tersebut diabdikan untuk negara, baru setelah itu dilempar ke bidang ekonomi.

"Di negara maju ilmu dimulai oleh riset militer. Penemuannya baru diberikan pada pemerintah setelah itu diberikan ke ranah bisnis, sampahnya dijual ke negara-negara tertinggal," pungkas dia.

Kemampuan IT lemah, TNI AD banyak diserang peretas asing

Kepala Satuan Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Budiman mengakui kemajuan teknologi informasi belum merasuk ke tubuh TNI AD. Alhasil, kesatuannya pun menjadi bulan-bulanan di dunia siber.

Budiman menyebutkan, Indonesia mengalami banyak serangan dari negara-negara lain. Hanya saja, serangan itu tak serangan fisik melainkan aksi meretas.

"Kita menyadari kemampuan sumber daya manusia TNI AD. Kita perlu belajar bersama dan berlatih dalam hal ini (teknologi informasi)," kata KSAD TNI AD Jenderal Budiman di Mabes AD, Jumat (16/5).

Kelemahan itu menjadi mimpi buruk bagi TNI dalam menghadapi serangan dunia siber. Salah satunya pernah terjadi saat pasukannya akan menerbangkan pesawat.

"Saat penerbangan di Tanjung Priok ada kawan ngejam, sehingga begitu terbang ternyata ada yang mainkan jamming sekitar situ. Ya itulah masih ada kawan-kawan yang masih ambisi dalam ekonomi," ujar dia.

Menurutnya pertempuran antar negara tidak lagi ditentukan persenjataan berat saja. Penguasaan teknologi menjadi kunci utama.

"Ternyata serangan terhadap Indonesia di bidang IT yang sangat luar biasa. Dan penyerangnya oleh orang tersembunyi yang tanpa pamrih," lanjut Budiman.

Meski menghadapi berbagai serangan di dunia maya, namun Budiman memberi ancungan jempol terhadap kemampuan Indonesia di bidang IT. Baginya, kemampuan itu tidak kalah dari negara lain.

"Kita juga menyadari potensi kita di bidang IT luar biasa. Kita juga bisa lebih cepat, perlu adanya komitmen dan policy juga kesinambungan dalam kegiatan-kegiatan," terang dia.

Panglima TNI Segera Bentuk Kogabwilhan


Dalam kunjungannya ke wilayah perbatasan, khususnya di wilayah Kalimantan Utara (Kaltara) Jumat (16/5), Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko bersama rombongan sekitar 15 orang tiba di Tarakan sekitar pukul 7.30 wita, setelah bermalam di Balikpapan.
Panglima TNI berkunjung ke Satuan Radar 225 dan Pangkalan Angkatan Udara (Lanud) Tarakan. Kemudian, ia terbang menggunakan pesawat Helly Bell Seri 420, Helly Bell Seri 412 dan Helly Bell Seri 516  milik TNI AL ke Sebatik, Seimanggaris kemudian ke Sungai Nyamuk untuk melaksanakan ibadah sholat jumat. Selanjutnya, ke KRI Surabaya untuk makan siang di KRI sekaligus meninjau wilayah perbatasan di Karang Unarang Ambalat. Setelah itu, rombongan ke Tarakan untuk kembali ke Jakarta.
Usai berkunjung ke wilayah perbatasan di Kaltara, Panglima TNI mengungkapkan telah meresmikan rencana Operasi Garda Wibawa ke-14 menjadi operasi. Sebenarnya, rencana operasi ini telah dimulai tahun 2005, tapi operasi ini berdiri sendiri dari TNI AU, TNI AL dan TNI AD.
“Mulai sekarang, saya mengintegrasikan dan menginteroperability (sistem komando dan kontrol) menjadi satu satuan komando, satu kendali operasi. Untuk TNI AL dan TNI AU sudah menginteroperabilitykan Panglima Armada Timur (Pangmaritim) menjadi Panglima Komando Tugas Gabungan. Ke depan, TNI akan membentuk Komando Wilayah Pertahanan (Kolwilhan) atau Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan),” ujar Panglima TNI dikonfirmasi saat akan menaiki Pesawat Boeing milik TNI AU untuk kembali ke Jakarta.
Ia berkata, dibentuknya Komando Tugas Gabungan untuk menyatukan operasi, sehingga begitu ada Panglima Kogabwilhan semua akan berjalan dengan baik. “Alutista TNI cukup baik. Sekarang, belum terlalu kelihatan, jika ada penambahan alutista. Tapi, sampai Oktober 2014 nanti, akan mulai berdatangan terus alutista kita. Tahun 2015 sampai  2016, alutista akan semakin padat datangnya. Perkembangannya cukup baik,” jelas Panglima TNI.
Ia menjelaskan, alasan memilih Pangmaritim sebagai kepala komando, karena wilayah Kaltara ini merupakan wilayah kerjanya. Dalam struktur komando, Panglima TNI juga menempatkan Panglima Komando Sektor Makassar sebagai Wakil Panglima karena merupakan satu wilayah.
“Kita sudah cek Sukhoi terbang di atas air. Antara TNI AL maupun TNI AU dapat berkomunikasi dengan baik dan memberi input data, sehingga persoalan di laut begitu didapat, satuan udara memberi bantuan satuan di laut,” bebernya.
Disinggung permasalahan perbatasan antara Indonesia dan Malaysia terkait wilayah perbatasan di perairan Karang Unarang, hal itu merupakan urusan politik dan diplomatik. Tugas TNI akan tetap menjaga kedaulatan RI. “Sudah saya katakan kepada semua prajurit, dalam menjaga keutuhan atau kedaulatan sangat jelas dan tegas sikap kita. Tapi, jangan berbuat yang provokatif, karena akan memberi penafsiran yang berbeda oleh negara-negara di sekitar kita, dan akan mengganggu sistem diplomatik,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjend TNI Muhammad Fuad Basya juga menambahkan, wilayah perbatasan merupakan domainnya laut dan udara. Karena itu, menunjuk Panglima Armada Timur untuk menjadi Panglima Komando dalam rangka pengamanan perbatasan.
“Pengamanan perbatasan ini sebenarnya rutin dilakukan. Sebagai Kogabwilhan di bawah Panglima TNI, Kaltara masuk dalam Kogabwilhan 2. Karena itu, di bawah Pangmaritim. Kogabwilhan ini tinggal menunggu Keputusan Presiden (Keppres) turun, tapi semua pengajuan sudah masuk,” jelas Kapuspen TNI.
Di Nunukan sendiri, Panglima TNI Jendral TNI Dr Moeldoko membuka secara resmi operasi gabungan yang dilakukan oleh TNI AD, AL dan AU di perairan Karang Unarang Ambang Batas Laut (Ambalat) Indonesia-Malaysia. Ia juga menyempatkan diri berkunjung ke garis perbatasan di Pulau Sebatik yang berdampingan dengan Negara tetangga Malaysia. Fokus kunjungannya, yaitu melihat secara langsung patok-patok Indonesia yang terbentang di sepanjang garis perbatasan.
“Kunjungan Panglima TNI ke Nunukan dalam rangka mengawasi jalannya operasi gabungan dalam mempertahankan NKRI dengan berbagai kegiatan di dalamnya. Ia juga ingin melihat langsung wajah Indonesia di hadapan Negara tetangga Malaysia,” ujar Staff Humas dan Protokol Setkab Nunukan, Ayub kepada Koran Kaltara.
Beberapa daerah yang menjadi fokus operasi ini adalah Sebatik, Seimanggaris, Sebuku, Kecamatan Krayan yang merupakan wilayah Indonesia yang berhubungan langsung dengan Negara bahagian Sabah dan Serawak di bumi Malaysia.
“Kunjungan Pangliman TNI ditutup dengan upacara bendera di perairan Karang Unarang dan menuju Kota Tarakan mengikuti beberapa kegiatan lainnya,” terang Ayub.
Nunukan menjadi perhatian serius Pemerintah Pusat termasuk unsur militer, karena tingginya peredaran narkoba di daerah ini, sehingga menjadi alasan diperketatnya pengawasan di wilayah perbatasan. Selain itu, bergesernya beberapa patok Indonesia juga menjadi perhatian serius dari TNI.
Sebut saja, beberapa kasus yang dilaporkan Satgas Pamtas Yonif 141/ AYJP beberapa waktu lalu saat diwawancara khusus oleh Koran Kaltara, yaitu ada sebagian patok Indonesia bergeser dan dilaporkan hilang. Beberapa penangkapan besar sabu-sabu terjadi di Pulau Sebatik dan Kecamatan Krayan.(www.korankaltim.com)

Sabtu, 17 Mei 2014

Panglima TNI Kunjungi Perbatasan Kalimantan Utara

 Panglima TNI Kunjungi Perbatasan Kalimantan Utara

Panglima TNI Jenderal TNI Dr. Moeldoko didampingi Kasal Laksamana TNI Dr. Marsetio, Asisten Operasi (Asops) Panglima TNI Mayjen TNI Ridwan, Asisten Logistik (Aslog) Panglima TNI Marsda TNI Karibiyama, Asisten Teritorial (Aster) Panglima TNI Mayjen TNI Ngakan Gede Sugiartha dan Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI M. Fuad Basya melakukan kunjungan ke perbatasan Kalimantan Utara, Jumat siang (16/5/2014).
Dengan menggunakan pesawat Foker-28 TNI AU, Jenderal TNI Moeldoko dan rombongan tiba di Bandara Juwata Tarakan, dilanjutkan meninjau Markas Satradar-225, Pangkalan Udara Tarakan dan meninjau Posko Kogasgab Ambalat. Dalam kesempatan tersebut, Panglima TNI memberikan bantuan sembako kepada para prajurit TNI.
Selanjutnya, dengan menggunakan Heli Bell TNI AL (HU-420 dan HU-415) serta Heli Bell 412 TNI AD, Panglima TNI dan rombongan menuju Pos Sei Manggaris Nunukan dan meninjau perbatasan perairan Indonesia-Malaysia di Karang Unarang Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara dan Pos Aji Kuning.  Sebelumnya, Panglima TNI dan rombongan mengunjungi KRI Surabaya 590 sebagai pos Komando Tugas Laut yang menjaga wilayah perairan Indonesia di Pulau Sebatik.
Pada saat mengunjungi Pos TNI AL Sei Pancang, Jenderal Moeldoko memberikan bantuan kepada seluruh satuan prajurit yang bertugas di wilayah perbatasan di Kabupaten Nunukan seperti Satgas Pamtas Yonif 100/Raider, Kodim 0911/Nunukan, Satgas Marinir Ambalat Yonif 5, dan prajurit Pangkalan TNI AL.
Panglima TNI mengatakan bahwa, rangkaian kunjungan ini adalah komitmen TNI dalam menjaga kedaulatan dan keamanan negara. TNI tidak mau lengah dan tetap konsisten dengan tugas pokoknya untuk tetap menjaga kedaulatan NKRI.

TNI. 

CIIA: "Teroris Lamongan", Proyek Kontra Terorisme

 Penangkapan Terduga Teroris (ilstrsi)

Penangkapan terduga teroris Ramuji alias Kapten, oleh aparat Detasemen Khusus Antiteror Polri (Densus 88), sarat dengan aroma rekayasa. Penangkapan itu untuk kepentingan proyek kontraterorisme yang banyak kehilangan momentum.
Pendapat itu disampaikan Direktur The Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya, kepada intelijen (15/05). “Ramuji ditangkap hanya berdasarkan dugaan dan perkiraan intelijen. Dan analisa saya, alasan atau argumen dasar penangkapan Ramuji ini adalah narasi yang dibuat-buat. Sarat aroma rekayasa,” tegas Harits.
Menurut Harits, penangkapan terduga teroris di Lawanga, Poso, sebelumnya dengan penangkapan Ramuji dua peristiwa yang terpisah, tetapi saling dikaitkan dengan muara yang sama. Yakni kelompok Santoso, serta cerita tentang ancaman ‘teroris’ terhadap Pilpres 2014.
Harist mengungkapkan, berdasarkan penelusuran yang dilakukan CIIA, Ramuji hanya seorang kuli bongkar ikan di Brondong, Paciran, Lamongan. Menurut kolega, Ramuji tidak pernah kemana-kemana,  apalagi pergi jauh luar pulau.
“Kawan-kawan Ramuji sangat heran dengan tuduhan Ramuji pernah ikut pelatihan di Poso untuk merakit bom dan kemudian juga menjadi kurir kelompok Santoso. Bahkan yang lebih mengagetkan adalah tuduhan Ramuji akan melakukan bom bunuh diri di Pilpres Juli mendatang,” ungkap Harits.
Terkait bom Poso, Februari 2014, kata Harist, dua orang yang ditangkap dan menjadi tertuduh, Paimin alias Ade dan Ardi, dituduh sebagai produk pelatihan yang dikendalikan Santoso cs. Di sisi lain, rencana bom bunuh diri Ramuji juga dituduh sebagai hasil pelatihan Santoso di pegunungan Poso.
Harist juga menyebutkan, ledakan bom di Desa Pantangolemba, Poso Pesisir Selatan (25/02/2014), sangat mungkin adalah rekayasa belaka.  Apalagi sebelumnya, sebelum ledakan sudah ditemukan  rangkaian bom di depan bangunan  Baruga Adat Desa Pantangolemba yang kemudian diekpos oleh pihak kepolisian setempat.
Alasan Harist, berdasarkan keterangan Datodaga, seorang petani merangkap Bendahara Desa Patanggolemba yang beragama Nasrani (Kristen) dari Suku Pamona, sebelum ditemukan benda yang mencurigakan dan peristiwa ledakan bom di malam harinya, Datodaga sempat bertemu dan berkomunikasi dengan seorang tidak dikenal (OTK). OTK bertanya arah jalan ke Padanglembara.
“Sekitar pukul 15.40 Wita, OTK ini terlihat meluncur dari arah TKP di mana bom meledak menuju ke arah Poso. Dan OTK tersebut  ada  warga yang menyaksikan singgah di rumah salah satu anggota Brimob yang ada di Desa Pantangolemba,” ungkap Harits.

Perbatasan negara di Pulau Sebatik aman

Perbatasan negara di Pulau Sebatik aman
Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko (ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang )

Keamanan perbatasan negara di Pulau Sebatik dalam keadaan aman dan Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Indonesia-Malaysia TNI selalu berpatroli bersama dengan mitra Malaysia-nya.

"Kalian jangan bermasalah dengan rakyat di sini. Tingkatkan disiplin dan selalu waspada," kata Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko, di Pos Simanggaris, Pulau Sebatik wilayah Indonesia, Jumat. Dia memimpin delegasi Markas Besar TNI meninjau pelaksanaan latihan/operasi Komando Satuan Tugas Gabungan Ambalat TNI 14.

Latihan/operasi Komando Satuan Tugas Gabungan Ambalat 14 itu menjadi satu "terobosan" meningkatkan efektivitas dan perampingan birokrasi dan rantai komando pengamanan perbatasan negara. Komando Satuan Tugas Gabungan Ambalat 14 itu dipimpin Laksamana Muda TNI Agung Pramono yang sehari-hari adalah panglima Komando Armada Indonesia di Kawasan Timur TNI AL.

Turut dalam rombongan itu di antaranya, Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Marsetio, Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional TNI, Marsekal TNI Hadiyan Suminta, Asisten Teritorial Panglima TNI, Mayor Jenderal TNI Ngakan Gede Sugiartha, dan beberapa yang lain.

Pos Simanggaris satu dari sekian banyak pos Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Indonesia-Malaysia TNI, yang kini dilaksanakan Batalion Infantri 100/Raider, dari Komando Daerah Militer I/Bukit Barisan. Mereka bertugas selama enam bulan untuk kemudian diganti satuan lain.

Di Pos Simanggaris, terdapat juga pos serupa dari Tentera Darat Diraja Malaysia. Berbeda dengan Markas Besar TNI yang menempatkan satu peleton (39 personel), maka Tentera Darat Diraja Malaysia menempatkan cuma 10 personelnya.

"Kami memiliki hubungan yang baik sekali dengan teman-teman kami dari TNI. Kami berpatroli bersama dan banyak lagi aktivitas lain bersama-sama, termasuk belanja bareng hingga masak makanan bersama," kata Komandan Tim Tentera Darat Diraja Malaysia, Sersan Adios, yang turut menyambut Moeldoko dan rombongan.

Pulau Sebatik di Kabupaten Nunukan terbagi dua hampir sama persis oleh garis membujur lurus. Bagian utara dimiliki Malaysia dan bagian selatan milik Indonesia. Jika garis perbatasan itu diteruskan ke timur, maka akan bertemu dengan Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan yang semula milik Indonesia namun sejak 2004 dimiliki Malaysia.