Kisah ini sengaja
saya tulis berdasarkan catatan-catatan tertulis yang saya punya dan juga
cerita-cerita dari para “Silent Warrior” pinisepuh saat mereka dulu
bertugas mengawaki “Hiu-hiu besi” kita dalam menjaga Kedaulatan NKRI
yang mungkin selama ini belum pernah terpublikasikan. Dan tulisan ini
saya dedikasikan juga kepada seluruh “Beliau-beliau” tadi berikut juga
dengan para “Silent Warrior” muda yang kini masih bertugas mengawal
NKRI.
Dan enggak lupa tulisan ini saya buat secara bersambung (soale dibuat
disela-sela kesibukan saya alias kalo lagi mood dan ada waktu luang ya
nulis, kalo enggak mood ya males nulis soale kerjaan saya bejibun
banyaknya). So harap maklum kalo-kalo nanti artikel sambungannya lama
banget keluarnya ya….
Hantu Laut Terbaru TNI AL
Tahun 2010, disaat Panglima Tertinggi kita (yang boleh kita sebut sebagai Jenderal Besar karena
jasanya dalam memodernisasi Alutsista TNI, walaupun Beliau menolak)
bertugas menjalankan roda pemerintahan dalam periode terakhirnya, dalam
rangka pemenuhan kekuatan pertahanan yang telah dirintis selama masa
pemerintahan pertamanya.
Beliau membuat suatu program yang
bernama MEF, dimana pada tahap pertama ini sering dikenal dengan sebutan
minimum esential force. Fokus dalam program ini adalah pemenuhan
kekuatan pertahanan terutama alutsista baik itu buatan dalam negeri
maupun pengadaan dari luar negeri.
Mengingat akan mendesaknya kebutuhan pertahanan kita, dimana kita
membutuhkan sekali kuantitas alutsista secara cepat mengingat tinggi nya
potensi ancaman yang kita hadapi selama beberapa tahun kedepan, Beliau
menginstruksikan agar segera bertindak cepat, smart dan tidak lupa
jangan sampai mengabaikan kualitas dari alutsista yang diadakan dalam
arti disini adalah musti canggih dan modern.
(https://www.flickr.com/photos/arnekiel/5639729123/in/photostream/)
Beliau juga menginstruksikan agar
pemenuhan alutsista strategis tersebut diutamakan produk dalam negeri
apabila kita sudah mampu membuatnya dan apabila kita belum mampu maka
dilakukan pengadaan persenjataan strategis dari negara-negara sahabat
dengan tidak lupa juga harus disertai dengan transfer of technology nya
agar suatu saat kita mampu memproduksinya sendiri.
Singkat cerita tim kecil peninjau kita
untuk pengadaan armada Kapal Selam segera bertolak menuju suatu kota
bernama Kiehl, dimana dari proposal penawaran yang telah masuk terdapat sebuah KS tak bertuan
yang konon dahulu kala KS itu adalah milik sebuah negara di benua Eropa
yang terhantam krisis ekonomi paling pertama dan hingga saat ini negara
itu masih tetap sekarat.
KS tak bertuan ini bukannya jelek dan
bukan pula produk gagal, Galangan pembuatnya sejak KS ini pertama kali
di launching sudah melakukan beberapa modifikasi sedemikian rupa sesuai
permintaan negara sekarat tadi. tapi apa daya walaupun segala spek yang
diminta telah dituruti oleh Galangan pembuatnya tetapi tetap aja negara
sekarat ini ngeyel enggak mau menerima dengan berbagai macam alasan
(padahal intinya mereka tidak mempunyai uang untuk membayar) hingga
puncaknya sekitar bulan September 2009 terjadi pembatalan kontrak dan
mereka berselisih hingga ke Badan Abitrase Internasional sana.
Tim kita yang meninjau KS telah
berkesimpulan bahwa KS ini benar-benar cocok untuk mengawal wilayah NKRI
kedepannya, selain canggih dan modern KS ini juga mempunyai kemampuan
khusus, yaitu : spesialisasi sebagai pemburu KS lawan yang mumpuni.
Tim pun melaporkan hasil peninjauannya
ini yang kemudian ditindak lanjuti oleh pemerintah dengan pembahasan
secara intensif dengan pihak Galangan pembuat dan pemerintahan negaranya
mengenai detail-detail mulai dari jumlah unit yang diinginkan hingga
transfer of technologynya dimana nantinya kita juga mendapat bantuan
dalam hal transfer of technology dari sebuah negara Eropa yang
berpenduduk mayoritas beragama Islam, yang juga kebetulan memesan jenis
KS yang sama dengan kita.
Singkat cerita pada sekitar awal tahun 2012 Kontrak ini ditandatangani dalam sebuah MoU berbarengan dengan pembelian alutsista-alutsista lainnya dari negara ini yang kemudian diperkuat oleh kesepakatan bersama alias MoU pada bulan Maret 2013 tentang perlindungan informasi
guna keperluan pengembangan industri pertahanan agar keperluan
informasi industri pertahanan dapat dikelola dan dijaga oleh kedua
pihak, saat Kunjungan Resmi Panglima Tertinggi kita ke negara pembuat KS
ini.
Setelah kontrak itu, tahun 2012 KS ini
pun segera diupgrade sesuai dengan keinginan kita, sementara awak-awak
Hiu Kencana yang akan mengawakinya juga serius berlatih disana, dan pada
akhirnya menjelang akhir tahun 2013 semua persiapan telah beres dan KS
kita ini berlayar selama hampir dua bulan menuju home base nya di
Indonesia.
Tidak menunggu lama KS ini pun
langsung diuji kemampuannya di lautan kita dalam berbagai operasi
patroli termasuk Operasi Gabungan di perairan Ambalat yang tengah
berlangsung sekarang ini.
Data KS kita tersebut adalah sebagai
berikut: panjang 64 meter, lebar badan tekan 7 meter, sarat kapal 6
meter. Dengan Bouyancy nya yang diatas 20% yang berarti bahwa walau
kapal ini mengalami kebocoran, akan tetapi dengan reserve buoyancynya
yang sebesar itu kemungkinan penyelamatan kapal masih amat tinggi.
KS kita ini sudah dilengkapi dengan AIP
fuel cell system, yaitu sistem propulsi yang merupakan penggabungan
sistem konvensional yang terdiri dari generator diesel dengan baterai
asam timbal dengan dengan sel bahan bakar yang dilengkapi dengan oksigen
dan penyimpanan hidrogen. Sistem ini terdiri dari sembilan PEM (membran
polimer elektrolit) sel bahan bakar dan masing-masing memberikan tenaga
antara 30kW sampai dengan 50kW
Berat pemindahan airnya (displacement)
diatas air 1.690 ton, dibawah air (menyelam) 1.860 ton. Kapal kita
ditenagai dengan dua buah mesin diesel type MTU 16V-396 bertenaga 2350
HP, dibawah air bergerak dengan menggunakan dua motor listrik pokok
Piller Ntb56.40-10 0.97 MW, dengan sistem AIP dua buah HDW Siemens PEM
fuel cell module BZM120 (120 kW x 2), serta motor ekonomi satu buah
Siemens Permasyn (2.85 MW). Besarnya tenaga diesel dikapal ini
memberikan gambaran akan usaha memperkecil probabilitas discretion,
dengan kemampuan menyelam yang sangat lama yaitu sekitar tiga minggu
sebelum KS mengisi baterai kembali.
Transfer of powernya menggunakan system
electrical transfer power, seperti pada type U-209 dan 877 K4b (636
mutan export version) yang sudah terlebih dulu kita miliki. Kecepatan KS
kita ini berkisar sekitar 12 knot saat berlayar diatas air, 20 knot
saat menyelam, dan 8 knot saat berlayar dengan rezim RDP (rabotayet
diesel potwodoy / DBA diesel bekerja dibawah air,) dan 4 Knot saat
menggunakan rezim motor ekonomis.
Jarak jelajahnya mencapai 12.000 mil (19.300 km). Dengan kecepatan 8
knot pada rezim RDP KS kita mampu mencapai jarak jelajah sejauh 420 nmi
(780 km) dan saat berlayar dengan rezim motor ekonomis dan dalam kondisi
silent run, akan dapat mencapai jarak 1.248 nmi (2.310 km) dengan
kecepatan 4 knot.
Kemampuan kedalaman selam normalnya
mencapai 250 meter dan dengan kedalaman maksimalnya 400 meter. Sementara
Awak kapalnya berjumlah kurang lebih 27 orang dengan lima orang
diantaranya Perwira, yang berarti bahwa walau bobot KS kita ini besar,
akan tetapi dengan jumlah awak yang sedikit menandakan kalau seluruh
jeroan KS kita ini berbentuk digital dan telah terkomputerisasi.
Disamping desainnya yang memang sudah dirancang untuk seminimal mungkin
terdeteksi oleh sonar musuh, KS kita ini juga sudah dikaji magnetic
anomaly signaturenya, sehingga selain susah dideteksi oleh MAD (Magnetic
Anomaly Detection ) juga KS kita ini hampir tidak bersuara alias
noiseless karena dari buangan mesin propolsinya hampir tidak memancarkan
radiasi panas selain itu badan KS kita ini sepenuhnya terbuat dari
logam non magnetik dan khusus bagian Lambung atau hull nya menggunakan
logam non magnetik yang dilengkapi dengan anechoic tiles atau pelapis
penyerap gelombang akustik sehingga bisa disebut KS kita ini
berkemampuan stealth.
KS kita ini juga mempunyai kemampuan mumpuni untuk menyelam di perairan
dangkal hingga kedalaman hanya 20 sampai 15 meter, itu dikarenakan
desain struktur sirip kemudi belakang yang berbetuk silang dengan low
noise skew back propeller nya. Sehingga sangat efektif dipakai patroli
terutama di kawasan Indonesia bagian mana hayo? Hehehe…
(https://www.flickr.com/photos/49487861@N00/5639715247)
KS kita memiliki enam tabung peluncur
torpedo caliber 53,3 cm yang terbagi dalam dua grup dengan masing-masing
grup berisi tiga peluncur torpedo yang tertata pada bagian haluannya.
Peluncur ini dapat menembakkan torpedo kelas berat DM2A4 Atlas
Elektronik standar Angkatan Laut Jerman, Torpedo kelas berat WS
(Whitehead Alenia Sistemi Subaquei) Black Shark serta Torpedo SUT yang
sudah bisa kita produksi sendiri dan sebagai konfigurasi alternatif
setiap torpedo dapat digantikan dengan ranjau. Torpedo cadangan yang
dibawanya berjumlah empat belas torpedo.
Pengendalian torpedonya pada kapal sudah
menggunakan Kongsberg MSI-90U Basic Command and Weapons Control System
(BCWCS) yaitu sistem kontrol yang dapat memadukan interface sistem
navigasi, sensor dan kontrol senjata secara bersamaan. Sistem ini
didasarkan pada data kinerja tinggi dengan sistem komputerisasi yang
terdistribusi atas perintah dasar dan sistem kendali senjata
(berdasarkan CTC). Dengan Kemampuan ini kecuali dapat dipergunakan untuk
mengendalikan tembakan dua jenis torpedo sekaligus yaitu standard
straight run long heavy weight torpedo bagi sasaran kapal atas air dan
short torpedo kendali anti kapal selam, juga telah memungkinkan KS kita
melacak (searching) beberapa sasaran sekaligus serta membidik dan
menembak (tracking and firing) dua diantara sekian banyak sasaran yang
telah dilacak dengan suatu kepresisian yang sempurna.
Kalau untuk mengatasi gangguan
helicopter anti kapalselam yang mencoba mengintai KS kita ini juga
dilengkapi dengan Rudal IDAS (Interactive Defense and Attack System for
Submarines) yang merupakan pengembangan dari Rudal IRIS-T buatan Diehl
BGT Defence, HDW and Kongsberg Defence & Aerospace, yang dapat
ditembakkan dari peluncur torpedonya.
Sonar yang dipergunakan pada KS kita merupakan suatu sonar pelacak dan
penyerang (search and attack) aktif pasif berfrekwensi rendah dari type
Atlas Elektronik DBQS-40 sonar suite yang memiliki array silindris untuk
deteksi frekuensi menengah pasif berupa type TAS-3 low-frequency towed
array sonar dan type FAS-3 flank array sonar for low / medium-frequency
detection, passive ranging sonar dan hostile sonar intercept system.
Sementara untuk deteksi sonar aktif
frekuensi tingginya adalah type Atlas Elektronik MOA 3070 mine detection
sonar, yang mampu mengindera kapal musuh dari jarak yang amat jauh.
Sistem sensor bawah lautnya adalah type Atlas Isus 90, yang dapat
mengintegrasikan seluruh sensor secara elektronik dan terpadu baik itu
dalam bentuk perintah dan fungsi kontrol di kapal selam. Sementara untuk
sistem peperangan elektroniknya di KS kita telah terpasang EADS Thales
FL1800U.
Sementara untuk Radarnya menggunakan
surface search radar Kelvin hughes type 1007 I-band navigation radar,
yang bekerja pada frekwensi sekitar 8 s/d 10 GHz , sedangkan sarana
komunikasinya dilengkapi dengan TX/RX HF dan VHF.
Periskopnya menggunakan dua Zeiss Optronic SERO 14 search dan SERO 15
attack, yang dipergunakan baik sebagai attack maupun search periscope
dengan penggunaan Quasi Binocular Viewing untuk mengurangi stress pada
mata penggunanya. Selain itu sistem pengukuran sensor elektronik dan
sistem penentuan posisi kapal selam juga dipasang di tiang Optronicsnya.
(http://www.military-today.com/navy/u_214_class_l6.jpg)
Sebagaimana juga pada KS Jerman pada
umumnya KS kita ini juga memiliki senjata pengelabuan berupa decoy atau
jammers berupa efektor yang berbentuk kendaraan bawah air kecil
menyerupai bentuk torpedo dengan hydrophones dan emitter akustik. Dimana
untuk senjata pengelabuan ini dintergasikan dengan sistem elektronik
type TAU 2000 buatan ATLAS dan ELAC, Decoy ini sendiri ditempatkan pada
empat peluncur khusus yang masing-masing berisi sepuluh tabung peluncur.
Bersambung…..
“Wira Ananta Rudhiro”
“Jalesveva Jayamahe”
“NKRI harga mati!”
By. Pocong Syereem