Rabu, 14 Mei 2014

Segera Bentuk Sea & Coast Guard Indonesia

 http://jakartagreater.com/wp-content/uploads/2014/02/bakorkamla-2.jpg
Dari Sabang ke Merauke sama jaraknya dari London (Inggris) ke Istambul (Turki) itulah panjang diagonalnya Indonesia. Dengan kekayaan yang luar biasa yang luasnya sama dengan seluruh daratan Eropa, rakyat Indonesia seharusnya sudah mengenyam kemakmuran yang terutama disumbang oleh kekayaan laut.

Namun karena belum ada keseriusan dalam mengurusnya, laut Indonesia hanya merupakan wilayah illegal fishing negara lain, sebagai contoh, yang merupakan salah satu indikator tidak berdaulatnya laut Indonesia. Ini akibat tumpang tindihnya peraturan dari berbagai instansi yang terkait dengan laut. Oleh karena itu perlu segera dibentuk Coast Guard yang merupakan multitask single agency – badan tunggal dengan berbagai tugas.

Demikian diungkapkan Laksdya TNI (Pur) Didik Heru Purnomo, mantan Wakasal, mantan Kasum TNI dan sekaligus mantan Kalakhar Bakorkamla RI, pada Selasa (13/5) terkait pertanyaan tentang terpilihnya sebagai salah satu dari 21 Tokoh Berintegritas yang diusulkan oleh AM Putut Prabantoro, Ketua Pelaksana Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa) – dari wartawan, oleh wartawan dan untuk Indonesia.

Selain Didik Heru Purnomo, terpilih juga  Suryo Prabowo (mantan Kasum TNI), Oegroseno (mantan Wakapolri), Yunianto Sudriman Yogasara (mantan Dansesko AU), Basuki Tjahaja Purnama (Wagub DKI Jakarta), R Priyono (mantan Kepala BPMigas), Abdul Kholiq Arif (Bupati Wonosobo), Lukas Enembe (Gubernur Papua), Ridwan Kamil (Wali Kota Bandung), Teras Narang (Gubernur Kalteng), Ganjar Pranowo (Gubernur Jateng), KH Maman Imanulhaq (Pengasuh Pondok Pesantren Al Mizan, Majalengka), Herman Sutrisno (mantan Bupati Banjar), La Tinro La Tunrung (Bupati Enrekang), Yusuf Wally (Bupati Keerom, Papua), Bima Aria (Wali Kota Bogor), Tri Rismaharini (Wali Kota Surabaya), Suyoto (Bupati Bojonegoro), Hugua (Bupati Wakatobi), Abdullah Azwar Anas (Bupati Banyuwangi), dan Ignatius Jonan (Dirut PT KAI).

“Kita selalu gembar-gembor bahwa semangat bahari kita hilang, tetapi laut kita, yang luasnya 2/3 wilayah Indonesia, tidak diurus dengan benar. Anda bisa baca buku TAHUN 1511 – Limaratus Tahun Kemudian, yang berbicara tentang pengelolaan laut kita dari fakta lapangan para wartawan seluruh Indonesia,” ujar mantan Wakasal itu.

Menurut Didik, laut merupakan suatu rahmat yang besar bagi bangsa Indonesia dan merupakan sumber kesejahteraan. Namun demikian kesejahteraan itu, jika laut Indonesia tanpa pengawalan keamanan yang optimal. Sudah menjadi rumus, jika persoalan di laut semrawut itu artinya penegakan hukum di laut juga lemah. Padahal kalau dipikir, ada 8 (delapan) instansi yang memiliki kewenangan di laut Indonesia. Namun faktanya, sejumlah instansi tersebut bekerja secara sektoral sesuai bidang masing-masing.

“Persoalan di laut tidak bisa diselesaikan hanya oleh satu institusi. Jika tiap institusi punya komandan sendiri-sendiri, artinya persoalan tidak selesai. Harus dicari terobosan – semua penegak hukum dalam satu organisasi dan dengan satu komando. Artinya itu semua merupakan organisasi tunggal. Untuk menyatukan semua instansi terkait laut, diperlukan menghilangkan ego sektoral, meski tiap institusi bergerak berdasarkan peraturan masing-masing,” ujar mantan Kalakhar itu.

Dijelaskan lebih lanjut, menjadikan laut Indonesia yang aman (dan sekaligus nyaman) merupakan harga mati. Negara-negara kelautan seperti AS, Tiongkok, Australia bahkan Malaysia dan Singapura sudah memiliki Coast Guard (Penjaga Pantai) yang merupakan institusi satu komando dengan berbagai tugas. Bahkan Amerika sudah memiliki Coast Guard sejak tahun 1790 atau empat tahun setelah kemerdekaannya.

Mindset

“Laut bagi negara kepulauan Indonesia adalah yang menyatukan dan bukan memisahkan. Mindset ini harus ada dalam setiap penegak hukum darimanapun asal instansinya. Karena menyatukan, laut merupakan wilayah kedaulatan NKRI, yang harus senantiasa dijaga. Dirjen Beacukai tidak mungkin menangkap human trafficking, perompakan dlan lainnya. Atau juga Departemen Perhubungan tidak mungkin akan menangkap penyelundupan, apalagi menangani perkara ini. Oleh karena itu pembentukan Bakorkamla pada tahun 2006 merupakan langkah yang tepat,” ujar Didik.

Hanya saja, sekalipun dimiliki oleh 12 stakeholder (pemangku kepentingan), lanjut dia, Bakorkamla hingga kini belum menjadi badan tunggal sesungguhnya seperti yang dimiliki oleh negara-negara yang disebutkan tadi. Pemerintah, Didik yang menjabat sebagai Direktur IK2MI (Institut Keamanan dan Keselamatan Maritim Indonesia), harus secara serius menjadikan Bakorkamla menjadi Bakamla (Badan Keamanan Laut), dengan fungsi seperti Coast Guard.

Menurut mantan Kasum TNI ini, kejayaan bahari Indonesia sudah terhapus lebih dari 500 tahun lalu sejak Malaka jatuh ke tangan penjajah Portugis pada tahun 1511. Dan sejak tahun itu, laut nusantara dikuasai oleh penjajah asing. Bahkan Adipati Unus dari Kerajaan Demakpun harus tewas dalam upayanya merebut Malaka yang merupakan posisi strategis bagi nusantara dan berdasarkan sejarah Singapura adalah pulau terluar dari Kerajaan Sriwijaya.

Kejayaan bahari
Ketika dunia masih dibagi dua yakni utara dan selatan, ada dua kaisar yang ditakuti dan disegani yakni Kaisar Kubalai Khan dari Mongol dan Hayamwuruk dari Majapahit karena kedua kerajaan memiliki angkatan laut yang hebat dan kuat.

Didik Heru Purnomo mengatakan, jika ingin mengembalikan kejayaan bahari ke tanah nusantara, yang paling utama adalah menghilangkan ego sektoral masing-masing departemen terkait karena pada dasarnya seluruh instansi bekerja untuk negara dan bangsa. Semua instansi harus memiliki visi yang sama tentang laut Indonesia. Dan yang perlu diingat adalah tidak selamanya para pegawai instansi berada di institusi tersebut.

“Kita semua bekerja untuk bangsa dan negara. Di manapun kita bekerja itulah pengabdian kita dan tidak perlu untuk bersikukuh atas instansinya. Yang harus menjadi pegangan adalah kepentingan nasional. Dan, yang paling penting adalah adanya niatan pemerintah baik DPR, Presiden dan para stakeholder laut Indonesia, untuk segera membentuk multi task single agency seperti Sea and Coast Guard atau Bakorkamla diubah menjadi Bakamla,” ujar mantan Pangarmabar ke-17 ini.

Dalam prosesnya, kata Didik, Bakorkamla harus berjalan terus. Karena sesuai fungsinya Bakorkamla akan mewujud sebagai Indonesia Sea & Coast Guard atau Penjaga Laut dan Pantai Indonesia. Badan ini diharapkan terbentuk akhir tahun 2011 sesuai dengan amanat UU No 17/2007 tentang pelayaran. Diakui transformasi Bakorkamla menjadi Sea & Coast Guard memang tak mudah. Keselarasan dan kesolidan antar 12 pemangku kepentingan tak bisa ditawar lagi. 

Laga Rafale TNI AU vs Rafale TUDM

rafale-jkgr

Mengintai Jendela Tetangga:
LAGA RAFALE TNI AU vs RAFALE TUDM

Sejatinya, hari ini adalah hari libur. Kesempatan emas saya untuk mencurahkan kebahagiaan, kehangatan dan kecintaan bersama keluarga. Tapi tidak untuk saat ini..! Kemarin pagi, sebuah amplop berwarna cokelat tergeletak di atas meja kerja. Boss besar saya telah menyampaikan pesan pentingnya melalui email. Kami tidak sempat bertemu sebelum beliau bertolak ke Jedah, sementara saya masih berada di Brunei.

Hanya pesan biasa, tidak ada hal yang istimewa. Rincian menu Perancis untuk makan siang dan wine yang special. Hal yang sedikit mengerutkan kening adalah karena disitu ada bagian yang diwarnai sebagai tanda penekanan: “Keep it as a VIP order.” sambil merujuk pada nilai transaksi yang dalam bentuk dollar dan terbilang besar. Melihat pihak mana yang bertransaksi, saya hanya bisa mengangguk tanda maklum.

Namun tadi pagi sehabis joging, saya membaca artikel bung Narayana yang mengulas tentang rencana TNI AU yang akan mengakuisisi pesawat tempur Rafale F2 sebanyak 20 unit. Spontan lidah saya yang biasanya hanya bertutur bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, tadi pagi tiba-tiba saya terdorong untuk untuk bertutur dalam bahasa Perancis. Isteri saya yang melihat gelagat itu menjadi heran dan bertanya-tanya. Untunglah, isteri saya adalah wanita muslim Iran yang lahir dan besar di Bordeaux, Perancis. Jadi soal bahasa Perancis, mungkin dia jagonya. Hahaha..!
Sepanjang perjalanan ke kantor, pikiran saya terus menerawang. Meraba-raba siapa saja sosok yang akan saya temui nanti. Termasuk, pertanyaan apa yang mungkin bisa saya sampaikan dalam kesempatan tersebut.

Tidak terasa, kesibukan di dapur akhirnya sudah memasuki tahap finishing. Appetizer, soup, salad, cheese, maincourse, pasta, dessert, fruits, cake and pudding, coffee and tea, wine, cigar, hingga ke garnishing dan flowers, semua sudah stand by di atas serving table. Beberapa chef terbaik yang kami miliki, semua sudah siap membantu saya untuk membuat dan menyajikan hidangan terbaik dan menarik dari kami.
Tibalah saatnya, satu per satu tamu VIP yang kami nantikan mulai memasuki area dining room, yang sudah diset sedemikan rupa, sehingga terasa lebih indah dan elegan. Kami pun beraksi, menu demi menu kami keluarkan, hingga tinggallah mereka tersandar di atas kursi dengan perut yang kekenyangan, sembari mengobrol menikmati cerutu, minuman hangat dan cemilan kecil. Pada saat itulah, saya keluar untuk menyapa dan berbasa-basi. Satu per satu saya hampiri, bertanya kabar dan lain-lain.

Beberapa di antara mereka, ada yang sudah saya kenal, bahkan ada juga yang sudah sangat akrab. Di artikel saya yang sebelumnya mungkin saya pernah membahas salah satu sosok yang kebetulan pada kesempatan hari ini turut hadir juga bersama para petinggi militer Malaysia, yang apabila sedang berseragam akan terlihat deretan bintang di pundaknya. Saat yang paling mendebarkan adalah ketika saya harus menyapa salah satu pria bule jangkung dan ramah yang diapit oleh para pesohor di Malaysia. Dia adalah Daniel Fremont, CEO Dassault Aviation Malaysia. Ini adalah pertemuan kami yang kedua, setelah sebelumnya saya juga sempat bertemu dalam perhelatan DSA 2014 di PWTC. Senang sekali bisa bertemu lagi dengannya. Apalagi pada kesempatan ini, bisa dibilang dialah sosok sentralnya. Saya menyampaikan ucapan terima kasih dan salam dari Boss besar saya yang tidak bisa hadir. Saya juga tidak lupa mengucapkan selamat atas keberhasilannya menyelenggarakan event “UAV Siswa Challenge 2013-2014″ yang diikuti berbagai perguruan tinggi di Malaysia. Beberapa pertanyaan ringan pun sempat saya lontarkan.

Pada satu kesempatan, dia keceplosan berbahasa Perancis, sehingga langsung saya kejar juga dengan bahasa Perancis. Praktis, selama beberapa menit kami berkomunikasi dalam bahasa dia. Pertanyaan-pertanyan penting yang sedari rumah sudah disiapkan, berhasil disampaikan dengan baik dan mendapatkan jawaban yang cukup atau bahkan mungkin sangat menggembirakan. Berikut adalah kesimpulan yang saya peroleh:

A. Sebagaimana Indonesia, Malaysia juga akan mengakuisisi pesawat tempur Rafale, dan menyertakan industri lokalnya dalam program offset yang menyertainya.

B. Malaysia akan mengakuisi 18 unit/1 skuadron Rafale, dengan skema leasing yang telah ditawarkan oleh salah satu bank internasional yang bekerja sama dengan bank lokal.

C. Indonesia TERPAKSA/DITUNTUT untuk mengakuisi minimal 20 unit Rafale pada TAHAP AWAL, sebagai prasyarat untuk mendapatkan TOT pada salah satu teknologi penting tertentu, yang akan dikerjakan oleh PT DI.

D. Indonesia tidak mengeluarkan biaya sepeserpun untuk TOT, tetapi seluruh nilai offset akan dialihkan untuk mendapatkan teknologi penting tertentu yang telah disepakati.

E. Mengingat 20 unit Rafale yang dipesan ini adalah pesanan tahap awal, berarti akan ada kontrak wajib untuk pesanan lain pada tahap-tahap berikutnya.

F. Yang justru menjadi pertanyaan terpenting dan terbesarnya adalah, berapa unitkah jumlah total Rafale yang dipesan oleh TNI AU pada Dassault Aviation?

(Untuk membantu agar lebih mudah mendapatkan jawabannya, bagaimana kalau kita rame-rame karungin Bung Narayana?) Hehehe..! Maaf cuma gurau Bung..!

Tidak terbayang bagaimana gemuruhnya angkasa raya Indonesia, manakala pespur-pespur itu berkejaran membelah langit dan merajut setiap jengkal kedaulatan yang terbentang luas di atas bumi khatulistiwa. Kali ini kita akan lebih gagah, meskipun sang tetangga turut memilikinya, bahkan rumah baru untuk mereka pun telah tuntas dibina.
Untuk pengetahuan semuanya, Malaysia baru saja meresmikan terbentuknya Markas Pemerintahan Wilayah Timur, atau kalau dibahasa Indonesiakan, mungkin artinya kurang lebih sama dengan Markas Komando Gabungan Wilayah Pertahanan di bagian Malaysia Timur, yang berkedudukan di Muara Tuang, kota Samarahan, Sarawak, Malaysia. Pada awal pendiriannya, konon tempat ini diperuntukan sebagai reaksi sekaligus juga langkah antisipasi terhadap kemungkinan semakin maraknya pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok pemberontak Sulu. Namun sahabat saya di Brunei mempertanyakannya, jika tujuannya untuk menghadapi pemberontak di Sabah, mengapa mereka mendirikannya di Sarawak, yang justru lebih dekat dengan Brunei dan Indonesia. Mau nangkis serangan dari Philipine, atau dari Brunei dan Indonesia?.
Yang jelas, menurut kabar burung yang nyangkut di pohon, Markas Pemerintahan Wilayah Timur, adalah sebuah soft reaction atas rencana strategis Indonesia yang akan segera membentuk beberapa Kogabwilhan, selain juga didorong oleh adanya aktifitas modernisasi fasilitas militer milik Brunei. Selamat bakar jagung, bung..! Hehehe..! (by:yayan@indocuisine / Kuala Lumpur, 13 May 2014).

JKGR. 

Selasa, 13 Mei 2014

“TRUE STORY” Secuil Kisah-kisah Awak “Hiu Kencana” yang tidak terpublikasikan Jilid 5

 Kisah ini sengaja saya tulis berdasarkan catatan-catatan tertulis yang saya punya dan juga cerita-cerita dari para “Silent Warrior” pinisepuh saat mereka dulu bertugas mengawaki “Hiu-hiu besi” kita dalam menjaga Kedaulatan NKRI yang mungkin selama ini belum pernah terpublikasikan. Dan tulisan ini saya dedikasikan juga kepada seluruh “Beliau-beliau” tadi berikut juga dengan para “Silent Warrior” muda yang kini masih bertugas mengawal NKRI.
Dan enggak lupa tulisan ini saya buat secara bersambung (soale dibuat disela-sela kesibukan saya alias kalo lagi mood dan ada waktu luang ya nulis, kalo enggak mood ya males nulis soale kerjaan saya bejibun banyaknya). So harap maklum kalo-kalo nanti artikel sambungannya lama banget keluarnya ya….

Hantu Laut Terbaru TNI AL
Tahun 2010, disaat Panglima Tertinggi kita (yang boleh kita sebut sebagai Jenderal Besar karena jasanya dalam memodernisasi Alutsista TNI, walaupun Beliau menolak) bertugas menjalankan roda pemerintahan dalam periode terakhirnya, dalam rangka pemenuhan kekuatan pertahanan yang telah dirintis selama masa pemerintahan pertamanya.
Beliau membuat suatu program yang bernama MEF, dimana pada tahap pertama ini sering dikenal dengan sebutan minimum esential force. Fokus dalam program ini adalah pemenuhan kekuatan pertahanan terutama alutsista baik itu buatan dalam negeri maupun pengadaan dari luar negeri.
Mengingat akan mendesaknya kebutuhan pertahanan kita, dimana kita membutuhkan sekali kuantitas alutsista secara cepat mengingat tinggi nya potensi ancaman yang kita hadapi selama beberapa tahun kedepan, Beliau menginstruksikan agar segera bertindak cepat, smart dan tidak lupa jangan sampai mengabaikan kualitas dari alutsista yang diadakan dalam arti disini adalah musti canggih dan modern.

(https://www.flickr.com/photos/arnekiel/5639729123/in/photostream/)

Beliau juga menginstruksikan agar pemenuhan alutsista strategis tersebut diutamakan produk dalam negeri apabila kita sudah mampu membuatnya dan apabila kita belum mampu maka dilakukan pengadaan persenjataan strategis dari negara-negara sahabat dengan tidak lupa juga harus disertai dengan transfer of technology nya agar suatu saat kita mampu memproduksinya sendiri.
Singkat cerita tim kecil peninjau kita untuk pengadaan armada Kapal Selam segera bertolak menuju suatu kota bernama Kiehl, dimana dari proposal penawaran yang telah masuk terdapat sebuah KS tak bertuan yang konon dahulu kala KS itu adalah milik sebuah negara di benua Eropa yang terhantam krisis ekonomi paling pertama dan hingga saat ini negara itu masih tetap sekarat.
KS tak bertuan ini bukannya jelek dan bukan pula produk gagal, Galangan pembuatnya sejak KS ini pertama kali di launching sudah melakukan beberapa modifikasi sedemikian rupa sesuai permintaan negara sekarat tadi. tapi apa daya walaupun segala spek yang diminta telah dituruti oleh Galangan pembuatnya tetapi tetap aja negara sekarat ini ngeyel enggak mau menerima dengan berbagai macam alasan (padahal intinya mereka tidak mempunyai uang untuk membayar) hingga puncaknya sekitar bulan September 2009 terjadi pembatalan kontrak dan mereka berselisih hingga ke Badan Abitrase Internasional sana.
Tim kita yang meninjau KS telah berkesimpulan bahwa KS ini benar-benar cocok untuk mengawal wilayah NKRI kedepannya, selain canggih dan modern KS ini juga mempunyai kemampuan khusus, yaitu : spesialisasi sebagai pemburu KS lawan yang mumpuni.
Tim pun melaporkan hasil peninjauannya ini yang kemudian ditindak lanjuti oleh pemerintah dengan pembahasan secara intensif dengan pihak Galangan pembuat dan pemerintahan negaranya mengenai detail-detail mulai dari jumlah unit yang diinginkan hingga transfer of technologynya dimana nantinya kita juga mendapat bantuan dalam hal transfer of technology dari sebuah negara Eropa yang berpenduduk mayoritas beragama Islam, yang juga kebetulan memesan jenis KS yang sama dengan kita.
Singkat cerita pada sekitar awal tahun 2012 Kontrak ini ditandatangani dalam sebuah MoU berbarengan dengan pembelian alutsista-alutsista lainnya dari negara ini yang kemudian diperkuat oleh kesepakatan bersama alias MoU pada bulan Maret 2013 tentang perlindungan informasi guna keperluan pengembangan industri pertahanan agar keperluan informasi industri pertahanan dapat dikelola dan dijaga oleh kedua pihak, saat Kunjungan Resmi Panglima Tertinggi kita ke negara pembuat KS ini.
Setelah kontrak itu, tahun 2012 KS ini pun segera diupgrade sesuai dengan keinginan kita, sementara awak-awak Hiu Kencana yang akan mengawakinya juga serius berlatih disana, dan pada akhirnya menjelang akhir tahun 2013 semua persiapan telah beres dan KS kita ini berlayar selama hampir dua bulan menuju home base nya di Indonesia.
Tidak menunggu lama KS ini pun langsung diuji kemampuannya di lautan kita dalam berbagai operasi patroli termasuk Operasi Gabungan di perairan Ambalat yang tengah berlangsung sekarang ini.
Data KS kita tersebut adalah sebagai berikut: panjang 64 meter, lebar badan tekan 7 meter, sarat kapal 6 meter. Dengan Bouyancy nya yang diatas 20% yang berarti bahwa walau kapal ini mengalami kebocoran, akan tetapi dengan reserve buoyancynya yang sebesar itu kemungkinan penyelamatan kapal masih amat tinggi.
KS kita ini sudah dilengkapi dengan AIP fuel cell system, yaitu sistem propulsi yang merupakan penggabungan sistem konvensional yang terdiri dari generator diesel dengan baterai asam timbal dengan dengan sel bahan bakar yang dilengkapi dengan oksigen dan penyimpanan hidrogen. Sistem ini terdiri dari sembilan PEM (membran polimer elektrolit) sel bahan bakar dan masing-masing memberikan tenaga antara 30kW sampai dengan 50kW
Berat pemindahan airnya (displacement) diatas air 1.690 ton, dibawah air (menyelam) 1.860 ton. Kapal kita ditenagai dengan dua buah mesin diesel type MTU 16V-396 bertenaga 2350 HP, dibawah air bergerak dengan menggunakan dua motor listrik pokok Piller Ntb56.40-10 0.97 MW, dengan sistem AIP dua buah HDW Siemens PEM fuel cell module BZM120 (120 kW x 2), serta motor ekonomi satu buah Siemens Permasyn (2.85 MW). Besarnya tenaga diesel dikapal ini memberikan gambaran akan usaha memperkecil probabilitas discretion, dengan kemampuan menyelam yang sangat lama yaitu sekitar tiga minggu sebelum KS mengisi baterai kembali.
Transfer of powernya menggunakan system electrical transfer power, seperti pada type U-209 dan 877 K4b (636 mutan export version) yang sudah terlebih dulu kita miliki. Kecepatan KS kita ini berkisar sekitar 12 knot saat berlayar diatas air, 20 knot saat menyelam, dan 8 knot saat berlayar dengan rezim RDP (rabotayet diesel potwodoy / DBA diesel bekerja dibawah air,) dan 4 Knot saat menggunakan rezim motor ekonomis.
Jarak jelajahnya mencapai 12.000 mil (19.300 km). Dengan kecepatan 8 knot pada rezim RDP KS kita mampu mencapai jarak jelajah sejauh 420 nmi (780 km) dan saat berlayar dengan rezim motor ekonomis dan dalam kondisi silent run, akan dapat mencapai jarak 1.248 nmi (2.310 km) dengan kecepatan 4 knot.
Kemampuan kedalaman selam normalnya mencapai 250 meter dan dengan kedalaman maksimalnya 400 meter. Sementara Awak kapalnya berjumlah kurang lebih 27 orang dengan lima orang diantaranya Perwira, yang berarti bahwa walau bobot KS kita ini besar, akan tetapi dengan jumlah awak yang sedikit menandakan kalau seluruh jeroan KS kita ini berbentuk digital dan telah terkomputerisasi.
Disamping desainnya yang memang sudah dirancang untuk seminimal mungkin terdeteksi oleh sonar musuh, KS kita ini juga sudah dikaji magnetic anomaly signaturenya, sehingga selain susah dideteksi oleh MAD (Magnetic Anomaly Detection ) juga KS kita ini hampir tidak bersuara alias noiseless karena dari buangan mesin propolsinya hampir tidak memancarkan radiasi panas selain itu badan KS kita ini sepenuhnya terbuat dari logam non magnetik dan khusus bagian Lambung atau hull nya menggunakan logam non magnetik yang dilengkapi dengan anechoic tiles atau pelapis penyerap gelombang akustik sehingga bisa disebut KS kita ini berkemampuan stealth.
KS kita ini juga mempunyai kemampuan mumpuni untuk menyelam di perairan dangkal hingga kedalaman hanya 20 sampai 15 meter, itu dikarenakan desain struktur sirip kemudi belakang yang berbetuk silang dengan low noise skew back propeller nya. Sehingga sangat efektif dipakai patroli terutama di kawasan Indonesia bagian mana hayo? Hehehe…
 
(https://www.flickr.com/photos/49487861@N00/5639715247)

KS kita memiliki enam tabung peluncur torpedo caliber 53,3 cm yang terbagi dalam dua grup dengan masing-masing grup berisi tiga peluncur torpedo yang tertata pada bagian haluannya. Peluncur ini dapat menembakkan torpedo kelas berat DM2A4 Atlas Elektronik standar Angkatan Laut Jerman, Torpedo kelas berat WS (Whitehead Alenia Sistemi Subaquei) Black Shark serta Torpedo SUT yang sudah bisa kita produksi sendiri dan sebagai konfigurasi alternatif setiap torpedo dapat digantikan dengan ranjau. Torpedo cadangan yang dibawanya berjumlah empat belas torpedo.
Pengendalian torpedonya pada kapal sudah menggunakan Kongsberg MSI-90U Basic Command and Weapons Control System (BCWCS) yaitu sistem kontrol yang dapat memadukan interface sistem navigasi, sensor dan kontrol senjata secara bersamaan. Sistem ini didasarkan pada data kinerja tinggi dengan sistem komputerisasi yang terdistribusi atas perintah dasar dan sistem kendali senjata (berdasarkan CTC). Dengan Kemampuan ini kecuali dapat dipergunakan untuk mengendalikan tembakan dua jenis torpedo sekaligus yaitu standard straight run long heavy weight torpedo bagi sasaran kapal atas air dan short torpedo kendali anti kapal selam, juga telah memungkinkan KS kita melacak (searching) beberapa sasaran sekaligus serta membidik dan menembak (tracking and firing) dua diantara sekian banyak sasaran yang telah dilacak dengan suatu kepresisian yang sempurna.
Kalau untuk mengatasi gangguan helicopter anti kapalselam yang mencoba mengintai KS kita ini juga dilengkapi dengan Rudal IDAS (Interactive Defense and Attack System for Submarines) yang merupakan pengembangan dari Rudal IRIS-T buatan Diehl BGT Defence, HDW and Kongsberg Defence & Aerospace, yang dapat ditembakkan dari peluncur torpedonya.
Sonar yang dipergunakan pada KS kita merupakan suatu sonar pelacak dan penyerang (search and attack) aktif pasif berfrekwensi rendah dari type Atlas Elektronik DBQS-40 sonar suite yang memiliki array silindris untuk deteksi frekuensi menengah pasif berupa type TAS-3 low-frequency towed array sonar dan type FAS-3 flank array sonar for low / medium-frequency detection, passive ranging sonar dan hostile sonar intercept system.
Sementara untuk deteksi sonar aktif frekuensi tingginya adalah type Atlas Elektronik MOA 3070 mine detection sonar, yang mampu mengindera kapal musuh dari jarak yang amat jauh.
Sistem sensor bawah lautnya adalah type Atlas Isus 90, yang dapat mengintegrasikan seluruh sensor secara elektronik dan terpadu baik itu dalam bentuk perintah dan fungsi kontrol di kapal selam. Sementara untuk sistem peperangan elektroniknya di KS kita telah terpasang EADS Thales FL1800U.
Sementara untuk Radarnya menggunakan surface search radar Kelvin hughes type 1007 I-band navigation radar, yang bekerja pada frekwensi sekitar 8 s/d 10 GHz , sedangkan sarana komunikasinya dilengkapi dengan TX/RX HF dan VHF.
Periskopnya menggunakan dua Zeiss Optronic SERO 14 search dan SERO 15 attack, yang dipergunakan baik sebagai attack maupun search periscope dengan penggunaan Quasi Binocular Viewing untuk mengurangi stress pada mata penggunanya. Selain itu sistem pengukuran sensor elektronik dan sistem penentuan posisi kapal selam juga dipasang di tiang Optronicsnya.
 
(http://www.military-today.com/navy/u_214_class_l6.jpg)

Sebagaimana juga pada KS Jerman pada umumnya KS kita ini juga memiliki senjata pengelabuan berupa decoy atau jammers berupa efektor yang berbentuk kendaraan bawah air kecil menyerupai bentuk torpedo dengan hydrophones dan emitter akustik. Dimana untuk senjata pengelabuan ini dintergasikan dengan sistem elektronik type TAU 2000 buatan ATLAS dan ELAC, Decoy ini sendiri ditempatkan pada empat peluncur khusus yang masing-masing berisi sepuluh tabung peluncur.
Bersambung…..
“Wira Ananta Rudhiro”
“Jalesveva Jayamahe”

“NKRI harga mati!”
By. Pocong Syereem

PRAJURIT KORPS MARINIR MENDARAT DI PANTAI BANONGAN




Dispen Kormar (Situbondo). Prajurit Korps Marinir TNI AL melakukan pendaratan amfibi di pantai Banongan, Asembagus, Situbondo, Selasa (13/05/2014).

 
Pendaratan amfibi prajurit Korps Marinir TNI AL yang disaksikan Kadis Komlek Kormar Kolonel Marinir Baedowi, Komandan Menkav-1 Mar Letkol Mar Herkulanus Herry Sintarto, Kabag Renhar Diskmlek Kormar Letkol Mar Edy Cahyo, Pabanren Sops Kormar Letkol Mar Mauriadi, Pasops Menkav-1 Mar Letkol Mar Kusyuwono, Taruna Akademi TNI Tingkat IV, Siswa IPDN dan sejumlah mahasiswa yang sedang mengikuti Latsitardanus tersebut merupakan latihan Parsial menjelang Latihan Gabungan TNI tahun 2014.


Dalam pendaratan amfibi yang dipimpin Komandan Pasrat Letkol Marinir Agus Gunawan Wibisono, PKBT Letkol Mar Aris Budiadi, Danyon Armed Letkol Mar Kurniawan B.C.P tersebut, selain melibatkan prajuritnya, Korps Marinir TNI AL juga menurunkan material tempurnya, diantaranya 10 unit BMP-3F, 3 unit PT-76 M, 24 unit BTR-50, 4 unit Kapa K-61, 2 unit Kapa PTS, 4 unit How-105 mm dan 1 unit RM-70 Grad serta 2 buah perahu karet beserta motor tempelnya.


Seluruh personel dan material tempur Korps Marinir TNI AL melaksanakan latihan Parsial dalam rangka persiapan Latihan Gabungan TNI tahun 2014 dengan menggunakan KRI Makassar-590, KRI Teluk Ende-517, KRI Teluk Banten-516, KRI Teluk Mandar-514 dan KRI Teluk Sampit-515, selain itu ada KRI Pulau Rupat, KRI Pulau Rengat dan KRI Rimau.

 
Latihan pendaratan amfibi diawali dengan taklimat dari Pangkogasgabfib “Daratkan Pasukan Pendarat” kemudian dilanjutkan dengan bantuan tembakan kapal, setelah itu meluncurlah Tank Amfibi PT-76 dan BMP-3F pada gelombang pertama pendaratan, kemudian diikuti gelombang dua dan tiga pendaratan yaitu BTR-50, dilajutkan Sekoci Pendarat Pasukan sebagai gelombang keempat, pada gelombang lima dan enam 4 unit Kapa-61 yang membawa senjata Howitzer 105 mm dan pada gelombang terakhir satu buah LCU dengan membawa roket multi laras RM 70 Grad.

 
Setelah semua personel dan material tempur sudah mendarat, dilanjutkan dengan penembakan Howitzer 105 mm dan roket RM 70 Grad dari pantai Banongan dengan sasaran berada di daerah latihan Puslatpur Korps Marinir Baluran yang berjarak 20 km.

Komandan Kancil di palagan Timor

Komandan Kancil di palagan Timor
Malam itu Prabowo Subianto mengumpulkan seluruh anak buahnya. Dia sadar prajuritnya resah lantaran selentingan beredar dia bakal ditarik ke Jakarta buat mengikuti sekolah lanjutan perwira Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat.

"Saya tahu kalian sudah dengar saya mau sekolah, tapi saya tidak akan pulang. Biar adik-adik saya sekolah dulu tidak apa-apa," begitu kata Kapten Infanteri Prabowo Subianto kepada prajuritnya dari Satuan Penanggulangan Teror 81 Komando Pasukan Khusus saat menjalani operasi militer di Timor Timur pada 1983. Prabowo ketika itu mendapat panggilan untuk mengikuti sekolah lanjutan perwira Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat buat naik pangkat menjadi mayor.

Dia menolak panggilan sekolah itu demi menyelesaikan misi di wilayah bekas jajahan Portugis itu. "Biar saya selesaikan tugas saya dulu. Yang mau pulang di kanan saya, yang mau tugas ke belakang saya," ujar Prabowo kepada seluruh anak buahnya.

Sontak suasana malam itu menjadi hening. Tanpa berpikir panjang, seorang anggota pasukannya berlari ke belakang Prabowo. Dia memilih bertahan untuk memerangi milisi Fretilin. Langkah itu diikuti prajurit lainnya. Semua anak buah Prabowo memilih setia mengikuti sang komandan.

"Komandan mau Selapa, berarti kita pulang," ujar seorang sumber Selasa pekan lalu saat ditemui merdeka.com di sebuah hotel di bilangan Cikini, Jakarta Pusat.

Dikenal berotak encer, karier Prabowo sebagai tentara moncer. Dia diberhentikan secara hormat dengan pangkat terakhir letnan jenderal. Putra dari bengawan ekonomi Soemitro Djojohadikusumo ini kini bertarung lagi dalam pemilihan presiden dua bulan mendatang.

Bagi mantan anak buahnya selama bertugas di Timor Timur, Prabowo dikenal sebagai komandan tegas dan selalu memikirkan kesejahteraan prajuritnya. Bahkan dia selalu ada di barisan depan bersama serdadunya. Prabowo tidak pernah meninggalkan pasukannya di medan perang. Panggilannya di radio komunikasi dikenal dengan sebutan Kancil. "Dia selalu ada di posisi paling bahaya," tuturnya.

Hashim Djojohadikusumo mengakui awalnya keluarga tidak merestui kakaknya terjun menjadi tentara. Ayahnya berkehendak lain. Dia ingin Prabowo meneruskan sekolah hingga sarjana di luar negeri.

Namun langkah diambil Prabowo untuk sekolah di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) - sekarang berganti nama menjadi Akademi Militer - di Magelang, Jawa Tengah, sudah bulat. Sebagai bukti, Prabowo menjadi lulusan terbaik pada 1974. "Awalnya keluarga tidak merestui," kata Hashim kepada merdeka.com Jumat pekan lalu di Kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerakan Indonesia Raya.

Penghasilan prajurit saat itu pas-pasan. Apalagi untuk membantu keluarga, terbilang sulit. Sumber yang sama bercerita seorang anak buah Prabowo pernah membeli radio buat hiburan dirinya di barak.

Prabowo marah mengetahui hal itu. Dia menyuruh radio itu diberikan kepada keluarganya. Sebagai ganti, dia membelikan televisi berikut radio untuk semua anak buahnya di barak. "Saya ingat waktu zaman saya, pulang tugas kita beli radio. Beliau bilang, 'Sudahlah itu kamu kasihkan ke orang tua'," kata sumber itu.

Bahkan saat hendak bertugas ke Timor Timur, seluruh anak buahnya disuruh melengkapi kekurangan kebutuhan pribadi di Koperasi. Semua dibayar lunas tanpa memotong gaji mereka.

Pesan Prabowo hingga kini masih disimpan dalam-dalam oleh anak buahnya. "Saya nggak mungkin kasih uang, nggak mungkin kasih beras, maka saya berikan nama baik. Itu beliau pesan ke para prajurit," ujarnya mengingat.


 Hikayat singkong, rebung, dan cokelat

Hikayat singkong, rebung, dan cokelat
Meski sedang bertugas di medan perang, Prabowo Subianto tidak pernah berhenti membaca buku. Saban malam dia membaca buku-buku dia bawa.

Kebiasaan membaca ini membuat Prabowo memiliki pengetahuan luas, termasuk soal strategi perang dan menjadi pemimpin bagus. Dia kerap melontarkan ide-ide cemerlang dan inovatif.

Mulai dari teropong malam, cokelat, dan vitamin penambah tenaga dia siapkan untuk pasukannya. Perlengkapan itu dibeli dari dana pribadi Prabowo. "Dulu di TNI belum ada teropong malam, tapi Pak Prabowo sudah memakai itu," kata seorang sumber saat ditemui merdeka.com Selasa pekan lalu di sebuah hotel di Cikini, Jakarta Pusat. Bahkan Prabowo mempersiapkan pakaian perlengkapannya sendiri. Dia membeli kebutuhan perlengkapannya memakai kocek sendiri.

Bukan hal mengejutkan ketika itu gaji tentara pas-pasan. Namun Prabowo selalu berusaha agar para prajuritnya semangat menjalani hidup. Meski lahir dari keluarga kaya, dia memilih mengabdi sebagai serdadu. Dia tidak pernah sekalipun menjual nama besar ayahnya, Soemitro Djojohadikusumo, untuk mengerek karier militernya.

Kepribadian ini begitu berkesan di mata anak buahnya sampai sekarang. Mereka masih ingat pesan Prabowo. "Saya nggak mungkin kasih uang, nggak mungkin kasih beras, maka saya berikan nama baik kepada keluarga," ujar sumber yang sama.

Bagi kalangan mantan prajurit Perang Timor Timur, Prabowo memang dikenal apa adanya. Dia kerap makan di kantin dan berpergian dengan mobil dinas jeep milik Angkatan Darat. Tak pernah sekalipun Prabowo datang dengan mobil pribadi.

Cerita mengesankan datang saat Prabowo masih memimpin Komando Pasukan Khusus bertempur di Timor Timur. Selama sepekan Prabowo dan pasukannya tidak mendapatkan pasokan makanan lantaran memasuki daerah rawan. Helikopter tidak berani mendarat. Dari sana, kebersamaan dengan prajurit diingat hingga saat ini.

Dalam keadaan tanpa makanan, Prabowo bersama pasukannya tetap bertahan hidup. Dengan mengandalkan singkong dan rebung, pasukannya terus mengejar milisi Fretilin. "Seminggu kita nggak makan, hanya makan singkong dan rebung. Beliau selalu ada bersama kita," tutur sumber itu.

Bagi anak buahnya, Prabowo selalu memberikan yang terbaik. Sebagai contoh, saat akan memulangkan pasukannya dari Timor Timur usai Operasi nanggala 28, Prabowo langsung meminta agar diangkut dengan pesawat Herkules. Padahal saat itu bala tentara lain kembali ke Jakarta naik kapal. "Malamnya barang-barang diangkut ke kapal dan kita naik Herkules," katanya.

Selain fasilitas agar prajuritnya tidak memikirkan selama bertugas, Prabowo menghargai kerja bawahannya. Dia tidak menghalangi untuk mempromosikan anak buahnya ikut sekolah perwira. Jadi jangan heran jika di masa kepemimpinannya, Prabowo dikenal sebagai komandan paling digandrungi. "Dia tidak pernah melarang kita untuk sekolah," ujarnya.

Selalu di depan dan perhatian

Selalu di depan dan perhatian

Bagi mantan anak buahnya Letnan Jenderal Purnawirawan Prabowo Subianto dikenal gigih menjalani tugas sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat. Tidak hanya itu, semasa menjadi tentara di Komando Pasukan Khusus Prabowo dikenal sebagai komandan perhatian terhadap kesejahteraan anggota pasukannya.

Bahkan dia berani pasang badan untuk anak buahnya di medan perang. Seorang sumber merdeka.com bercerita Prabowo dikenal pemberani dan berjiwa nasionalis tinggi. "Dia heroik, selalu ada di pasukan paling membahayakan. Begitu komandan sepatutnya," ujar sumber itu Selasa pekan lalu saat ditemui di sebuah hotel di Cikini, Jakarta Pusat.

Dia mengatakan Prabowo selalu memikirkan kesejahteraan anak buahnya. "Beliau tidak ingin anggota ini sengsara karena kurang dukungan. Kalau keadaan perlu sesuatu dia selalu mengusahakan," ujarnya.

Ada cerita menarik soal kepemimpinan Prabowo di palagan. Dalam keadaan darurat memburu pasukan Fretilin di hutan Timor-Timur, Prabowo masih sempat memberi pelajaran bahasa Inggris kepada anak buahnya. Dia kerap menceritakan hadis nabi soal peperangan buat menjaga semangat prajuritnya. "Setiap malam diajarin bahasa Inggris," tuturnya.

Kegigihan Prabowo menjadi tentara boleh dibilang bukan isapan jempol. Bukti nyata keberhasilannya tercatat saat pertama kali turun di Timor Timur. Bersama pasukannya dalam Operasi Nanggala 28, Prabowo berhasil menewaskan pemimpin Fretilin Nicolau Lobato.

Pertempuran itu dilakukan saat Prabowo berpangkat letnan satu. Upaya damai gagal membuat Prabowo kembali diterjunkan ke medan tempur Timor Timur. Dengan pangkat kapten, Prabowo melakukan gencatan senjata hingga masuk hutan.

Sebelum melakukan tugas, ada ritual dilakukan Prabowo dan pasukannya. Dia kerap berdoa dan mencium bendera merah putih. "H-1 sebelum berangkat kita dikumpulkan, di sana ada upacara salah satunya memberi motivasi dan kemudian mencium bendera," kata sumber yang sama.

Mantan anak buah Prabowo dalam operasi tempur 1986-1989 membenarkan cerita soal kepahlawanan Prabowo. Dia mengatakan Prabowo memang dikenal sebagai komandan pemberani. Dia tidak menyangkal semasa dipimpin Prabowo kesejahteraan prajurit benar-benar terjamin.

Bukti nyata keberadaan Prabowo selalu hadir di tengah para prajuritnya juga diakui. Meski pangkatnya jauh di atas para prajuritnya, namun Prabowo selalu hadir di tengah pasukannya untuk ikut berperang. "Ada kalanya rasa takut menjadi hilang," kata anak buah Prabowo berpangkat mayor saat ditemui Jumat pekan lalu.

Jenderal 08 di teras Kopassus

 Jenderal 08 di teras Kopassus

Operasi Seroja. Begitu sandi untuk invasi Indonesia ke Timor Timur. Operasi itu dimulai sejak 7 Desember 1975. Indonesia menyerbu Timor Timur karena ada desakan dari Amerika Serikat dan Australia. Hal itu dilakukan agar Fretilin dengan paham komunisme tidak berkuasa di sana.

Selain itu, serbuan dilakukan lantaran sebagian rakyat Timor Timur ingin bersatu dengan Indonesia atas alasan etnik dan sejarah. Invasi itu melahirkan beberapa operasi dari Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat salah satunya Nanggala. Prabowo Subianto terlibat dalam Operasi Nanggala 28.

Kedatangan Komando Pasukan Khusus dipimpin Prabowo bertujuan memburu Nicolau dos Reis Lobato atau dikenal dengan nama Nicolau Lobato. Dia adalah pendiri dan wakil ketua ASDT, partai kemudian berubah nama menjadi Fretilin. Nicolau Lobato diangkat menjadi perdana menteri pertama Timor Timur setelah wilayah itu lepas dari penjajahan Portugis.

Nicolau Lobato saat itu memimpin Fretilin dan bergerak ke arah selatan. Letnan Satu Prabowo mendapat laporan kemudian diteruskan kepada Komandan Batalion Mayor Yunus Yosfiah. Formasi dibentuk. Tim Nanggala 28 dikomandoi Prabowo menyerang dari sisi utara. Sedangkan Batalion Infanteri 700 dan Batalion Infanteri 401 menyerbu dari sebelah timur. Sebagai ujung tombak penyerangan dilakukan Batalion Infanteri 744.

"Awalnya kita tangkap adiknya dulu Antonio Lobato, dari sana kita suruh untuk mencari jejak Nicolau Lobato," kata seorang sumber saat ditemui merdeka.com Selasa pekan lalu di sebuah hotel di Cikini, Jakarta Pusat.

Rupanya Nicolau Lobato menolak menyerah. Dia memerintahkan pasukannya terus melawan anak buah Prabowo. Baku tembak itu menewaskan banyak anggota Fretilin, termasuk Nicolau Lobato. Dia terbunuh dengan luka tembak di perut.

"Kita nggak tahu yang mana Nicolau Lobato," ujar sumber itu. Dalam operasi tu, Prabowo dikenal dalam radio komunikasi dengan sebutan Kancil.

Pada 1983 Prabowo dikirim kembali membawa pasukan Satuan Penanggulangan Teror 81 Komando Pasukan Khusus. Berpangkat kapten, Prabowo bertugas memburu anggota Fretilin lantaran kedua pihak gagal berdamai. Dia menyebut misi itu dengan nama sandi Bravo. "Dia sudah pakai gaya-gaya Amerika," tutur sumber yang sama.

Ketika masih menjadi Wakil Komandan Jenderal Pasukan Khusus, nama sandi radio untuk Prabowo adalah 08. Sedangkan 09 dipakai oleh Komandan Kopassus Luhut Binsar Panjaitan. Nama sandi 08 tetap dipertahankan meski dia naik jabatan menggantikan Luhut.

LIPI & Iran Elektronik Industri, pengembangan sistem radar

(sumber photo  : http://www.liniberita.com)

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Industri Elektronik Iran (IEI) akan bergabung untuk mengembangkan dan memproduksi sistem radar aktif dan pasif untuk kepentingan sipil dan militer.
Joint venture  yang pertama di bidang telekomunikasi, karena, Iran dianggap memiliki tepi di kemajuan teknologi dan transfer teknologi.
Kepala Divisi LIPI telekomunikasi Mashury Wahab kepada The Jakarta Post Baru saja di Batam, Kepulauan Riau, bahwa LIPI akan bekerja dengan IEI untuk mengembangkan dan manufaktur sistem radar dengan bekerja sama dengan perusahaan Indonesia PT Dirgantara Aviation Enterprise.
Mereka akan mengembangkan kedua sistem radar aktif dan pasif. Sistem radar pasif mendeteksi sinyal dari sebuah partikel yang berbeda, sedangkan sistem radar aktif memiliki kemampuan untuk melawan musuh.
“Iran dan Indonesia akan bekerja sama dalam mengembangkan dan memproduksi dua sistem radar . Mereka akan digunakan dalam kepentingan pihak militer Indonesia [TNI] sistem senjata utama serta penerbangan sipil di bandar niaga, “kata Mashury.
“Iran memiliki  teknologi dalam bidang ini, seperti kapasitas hingga 500 kilometer radius. Iran juga memiliki teknologi bagus dan komponen mereka digunakan oleh lebih dari 52 negara,”ujarnya di sela-sela konferensi internasional ke-3 pada Radar, antena, Microwave, elektronik dan telekomunikasi (ICRAMET) di Batam.
Menurut Mashury, kolaborasi ini diharapkan dapat terwujud tahun ini, sehingga PT Dirgantara Aviation Enterprise segera bisa menghasilkan sistem radar.
Produk akan dicap sebagai “made  in Indonesia”, sedangkan untuk penggunaan militer, LIPI akan menyampaikan masalah kepada Komite kebijakan industri pertahanan (KKIP) untuk dimasukkan dalam alat utama sistem senjata  TNI .
Sementara itu, perwakilan IEI Ali Nasheer Ahmadi pada konferensi ICRAMET, mengatakan bahwa teknologi dapat memberikan keamanan bagi Indonesia dan Iran.
“Indonesia dan Iran, negara-negara Muslim, dapat bekerja sama untuk mengembangkan berbagai teknologi telekomunikasi di masa depan,” katanya.
Berdasarkan pernyataan dari LIPI, IEI adalah perusahaan negara Iran yang terlibat dalam pengembangan teknologi dan mempekerjakan hingga 5.000 orang. (http://www.thejakartapost.com)
 

TNI AL Lirik Teknologi Kapal Selam ITS

KSAL serahkan cinderamata kepada Rektor ITS3
KSAL dan Rektor ITS bertukar cinderamata / Foto : Windi


TNI AL memerpanjang kerjasamanya dengan ITS Surabaya. Penandatanganan kerjasama itu dilakukan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Dr Marsetio MM dengan Rektor ITS Prof Dr Ir Tri Yogi Yuwono DEA, di gedung Rektorat ITS, Senin (12/5/2014).
Kerjasama yang dijalin kedua pihak, sebenarnya sudah berjalan lama. Peran TNI AL memang besar atas berdirinya ITSm sebab Institut Angkatan Laut menjadi cikal bakal berdirinya ITS. Piagam Kesepakatan Bersama dan Perjanjian kerjasama antara TNI AL dengan ITS yang ditandatangani oleh Rektor ITS dan KSAL, diperpanjang dalam bentuk kerjasama bidang pendidikan.
Laksamana TNI Marsetio mengatakan, TNI AL telah bekerjasama dengan 25 Perguruan Tinggi di Indonesia, termasuk ITS yang tertua sejak 1950-an. “Dahulu banyak pengajar dari AL dan namanya juga Institut AL. Pengajar-pengajar tersebut merupakan cikal bakal berdirinya ITS,” ujar Marsetio.
Ia juga mengungkapkan bahwa saat ini TNI AL sedang membangun industri pertahanan dalam negeri. Namun dalam upaya mengembangkan industri pertahanan dalam negeri itu, ternyata masih belum banyak melibatkan perguruan tinggi. Yang paling banyak dilibatkan adalah industri saja. “Ke depan, pengadaan kapal harus melibatkan perguruan tinggi dan kebetulan pertengahan September nanti kita kedatangan tiga buah kapal baru, jenis fregat dari Inggris,” ujar Marsetio.
Sementara Rektor ITS Tri Yogi Yuwono menjelaskan, ITS saat ini juga memiliki kapal selam yang merupakan riset ITS. “Kita juga sedang menggarap kapal selam dan masih belum jadi, baru sekitar 70 persen rampung. Yakni Kapal Perang Crocodile-Hydrofoil (KPC-H),” papar Tri Yogi.
Awalnya, kapal tersebut didanai Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek), namun terhenti. Saat ini ITS sedang mengupayakan agar bisa mendapatkan pendanaan dari Kemdikbud. “Ya semoga bisa untuk membantu riset tersebut,” ucapnya.
Mendengar sambutan Triyogi, Marsetio pun menanggapi bahwa beliau tertarik dengan tawaran ITS. “Mendengar ada kapal perang crocodile tersebut, saya tertarik untuk melihatnya terlebih dahulu,” ujarnya. (www.centroone.com)