Senin, 28 April 2014

Matt Pembajak Pesawat Virgin Blue itu diduga Parno

matt christopher
Matt Christopher Lockley ditangkap (sumber : dailymail.co.uk)

Jumat siang (25/4/2014), saat penulis sedang menyelesaikan pembuatan kata pengantar untuk buku yang akan diterbitkan, mendadak hand phone berdering, dari salah seorang sahabat yang mantan pejabat teras Bais TNI, mengabarkan bahwa telah terjadi pembajakan pesawat Australia Virgin Airline. Informasi awal menyebutkan pesawat itu dibajak dalam rute Brisbane-Bali (Ngurah Rai) dan sudah mendarat di Bali. Wah pasti ramai beritanya, pikir penulis.
Dari hasil kordinasi ke jaringan  di Bali, penulis mendapat informasi bahwa pesawat Boeing 737-800 (setipe dengan pesawat Presiden RI) dari maskapai Virgin Blue Australia flight number VOZ-41 telah dibajak. Detail lainnya, pilot pesawat mengirimkan distress call, mengaktifkan signal transponder "hijack" (terjadinya pembajakan). Signal yang diterima ATC Makassar dan Ngurah Rai kemudian dikonfirmasi ke pesawat, dijawab "hijack.".
Signal transponder pembajakan transmit pada pukul 14.05 Wita (13.05 Wib). Kemudian pesawat sesuai prosedur apabila terjadi pembajakan dituntun landing di Bandara Ngurah Rai pada pukul 14.45 Wita (13.45 Wib).
Sesuai prosedur, Bandara menyatakan "aerodrome close," dimana beberapa pesawat yang akan mendarat dialihkan ke Bandara Juanda. Komandan Lanud Ngurah Rai, Kolonel PNB Sugihartio Prapto segera menyiapkan team intelpam, Pom AU serta pasukan Lanud untuk mengantisipasi terhadap segala kemungkinan terburuk. Kordinasi ketat sesuai standard emergency dilakukan dengan Polda dan Kodam di Bali. Pesawat diparkir, diisolasi jauh dari terminal.
Setelah berhasil melakukan komunikasi dengan pilot pesawat, akhirnya pasukan pengamanan Lanud Ngurah Rai diijinkan naik ke pesawat dan kemudian melakukan pengamanan pelaku yang pada awalnya diberitakan membajak pesawat.
Fakta-fakta Terkait
Dalam pemeriksaan diketahui bahwa pelaku bernama Matt Christopher Lockley (28) adalah warga Queensland, bekerja sebagai kontraktor. Dia pernah berkunjung ke Bali dan saat itu akan berlibur seorang diri.  Yang bersangkutan duduk di seat 30A, kemudian berjalan kearah cockpit dan mengatakan kepada pramugari meminta obat, dia menggedor pintu cockpit. Saat itulah Captain menguncui pintu cockpit dan menghidupkan transponder hijack yang diterima Bandara Makassar dan Ngurah Rai.
Menurut Direktur Keselamatan dan Standarisasi Penerbangan Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) Wisnu Darjono, pesawat dengan registrasi VH-YIF dan flight number VOZ41 itu mengirim sinyal pembajakan (kode hijack 7500) ke petugas menara lalu lintas udara (air traffic controller/ ATC) pada pukul 14.05 Wita. Saat itu pesawat berpenumpang 137 orang dan 6 kru ini berada di ketinggian 38 ribu kaki, en route Brisbane-Rai. Pesawat  kemudian dipandu mendarat ke Bandara Ngurah Rai dan diisolasi.
Setelah dilakukan sterilisasi, Matt si pembuat kekacauan itu ditangkap dan dibawa ke posko Lanud untuk diperiksa dan kemudian diserahkan kepada pihak kepolisian untuk diproses lebih lanjut.
Menurut keterangan dari awak pesawat, setelah menggedor pintu cockpit, Matt dapat ditangkap dan diarahkan duduk ke seat paling belakang. Dijelaskan nampaknya Matt mereka katakan paranoid (istilah umum di Indonesia 'parno'). Akan tetapi kondisi ketegangan masih terasa, karena captain pilot yang berkebangsaan Australia tetap khawatir, mengingat apabila ada yang mengamuk dapat saja membuat celaka pesawat dan seisinya. Misalnya ulah pelaku membuka emergency window misalnya.
Kondisi Matt saat pemeriksaan seperti bingung (linglung) dan oleh pihak kepolisian Polda Bali dilakukan pemeriksaan darah untuk memastikan apakah dia sedang 'on' (mabuk narkoba), mabuk minuman keras atau karena persoalan mental seperti paranoid. Matt kemudian oleh pihak Lanus diserahkan ke Polda Bali untuk menjalani proses hukum lebih lanjut.
Analisis
Kondisi pilot yang diketahui panik saat ada indikasi tindak kekerasan di dalam pesawatnya dapat dimaklumi, mengingat masyarakat Australia, terlebih para pilot nampaknya masih trauma dengan kasus MH370 yang diduga dibajak tetapi masih merupakan misteri karena masih hilang dan diduga bangkai pesawat berada diarea dekat dengan Australia.
Ketakutan pilot dikritik oleh Direktur Keselamatan dan Standar Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia Wisnu Darjono, Jumat, 25 April 2014.  Menurut Wisnu, seharusnya pilot mematikan sinyal pembajakan setelah mengetahui keadaan aman terkendali. Tindakan pilot membuat aparat keamanan menjadi semakin serius, menganggap pembajak masih menguasai pesawat, karena pilot yang ternyata juga 'parno' tidak melakukan komunikasi.
Distress call yang dikirimkan Virgin tersebut adalah squawking (7500) yang akan memberi sinyal Hijack  pada air traffic control. Beberapa kode lainnya  yang terdapat pada transponder pemancar sinyal tersebut antara lain adalah emergency (kode 7700) misalnya engine trouble, dan  failure communication (kode 7600).
Perwakilan Virgin Air di Bandara Ngurah Rai, Heru kemudian menyatakan bahwa peristiwa bukanlah pembajakan, hanya miss komunikasi. Demikian juga pernyataan dari Direktur Utama Angkasa Pura I Tommy Soetomo mengatakan pesawat Virgin Australia bukan dibajak oleh teroris. "Itu bukan pembajakan," katanya.
Berita pembajakan pesawat jelas menyebabkan kegaduhan pemberitaan, kesibukan terjadi, dimana Menkopolhukam, Marsekal (Pur) Djoko Suyanto terus memonitor dan memerintahkan tindakan emergency dilakukan aparat keamanan apabila diperlukan.  Mabes TNI menyiapkan persiapan, kesiagaan apabila diperlukan untuk mengantisipasi kemungkinan ancaman. Kapuspen TNI Mayjen TNI M Fuad Basya juga meyatakan TNI terus memonitor distress call tersebut dan menyatakan telah menyiapkan dua team pasukan anti teror TNI yaitu Tim Gultor (penanggulangan teror Kopassus TNI AD) serta tim Den Bravo 90 (pasukan teror anti bajak udara Paskhas dari TNI AU). Disamping itu Polri juga menyiapkan tim Densus 88 yang juga mempunyai spesialis anti teror.
Demikian informasi perkembangan pemberitaan pembajakan, dimana setelah dinyatakan bahwa kasus bukan peristiwa pembajakan dan hanya ulah pemabuk, penulis batal memberikan analisis sebagai narsum di Metro TV dan TV One yang awalnya mengundang.
Sebagai catatan, apabila persoalan tidak teratasi, kasus paranoid atau mabuk di pesawat memang dapat menjadi kasus yang lebih serius dan menjadi tindak pembajakan. Sebagai contoh misalnya, pada tanggal 19 April 2009 pesawat Jamaica  (CanJet Airlines, Boeing 737-800) dengan 182 penumpang dan crew dibajak oleh Stephen Fray dari Motenggo Basy. Fray yang bersenjata membajak dan menginginkan pesawat diterbangkan ke Cuba. Pesawat akhirnya dapat diambil alih oleh pasukan anti teror militer Jamaica. Ternyata Fray adalah orang yang mengalami gangguan mental
Kasus pembajakan lainnya, pada tanggal 9 September 2009, pesawat Aero Mexico flight 576 (boeing 737-832) dengan 104 penumpang telah dibajak oleh José Marc Flores Pereira asal Bolivia dan mengancam akan meledakkan pesawat. Flores ternyata pecandu obat bius, mantan napi dan penggemar masalah gaib. Dia percaya bahwa dengan angka 9/9/09 dipercayainya seperti angka setan 666. Flores berbohong ternyata kotak bahan peledak yang diakuinya ternyata hanya minuman (juice). Akhirnya pembajak dapat diamankan dan dia dipenjara 7 tahun dan 7 bulan. Flores akhirnya dinyatakan mengalami gangguan mental.
Nah dari dua contoh kasus, bukan tidak mungkin kasus Virgin Air juga merupakan kejadian serupa, dimana Matt mengalami gangguan mental bisa karena narkoba, atau stress yang dialaminya. Atau juga hanya karena dia mabuk. minuman keras.
Sebuah pembelajaran bagi awak pesawat penerbangan sipil di Indonesia, bahwa dalam penerbangan ancaman serupa akan dapat muncul sewaktu-waktu, hanya bagaimana para awak pesawat benar-benar terlatih dan bersikap profesional apabila menghadapi ancaman dalam penerbangan. Pintu menuju ke cockpit harus dalam kondisi tetap terkunci (pintu hanya dapat dibuka dengan kode tertentu yang diketahui oleh pilot dan purser). Umumnya pilot di tanah air kurang disiplin dalam soal mengunci pintu cockpit itu.
Kemampuan pramugari Virgin sangat baik karena dapat mengatasi masalah dan menenangkan pelaku. Nah, sikap dan langkah profesional awak kabin patut di acungi jempol. Kepanikan pilot adalah wajar merupakan kelemahan manusia, ketakutan membayangkan nyawanya diujung tanduk, takut apabila pesawat diledakan di angkasa mungkin atau dia membayangkan apabila jatuh dari ketinggian 38.000 kaki. Yah itulah manusia, kadang rasa takut mengalahkan nalar kita. Semoga bermanfaat.
Oleh : Marsda (Pur) Prayitno Ramelan, www.ramalanintelijen.net

Membongkar Arsip "Top Secret" Amerika & Australia --Perihal Campur Tangan Asing Terhadap Kedaulatan Indonesia

Saudara-saudara,Ada kejadian menarik saat Prabowo hadir di kantor pusat PEPABRI (22/4/2014) memenuhi undangan seniornya di TNI seperti pak Agum Gumelar dan pak Wismoyo Arismunandar dkk--terjadi kebocoran pembicaraaan disana. Ruangan yang tertutup itu ternyata entah lupa atau disengaja--speaker nya masih menyala dan statement Prabowo terdengar jelas oleh para wartawan yang menunggu di luar.

Prabowo sempat mengucapkan soal krisis moneter 1998 yang dianggapnya "bohong" belaka. Menurut data yang dirangkumnya--memang terbukti tahun 1997-2000 tersebut Indonesia mampu meraih neraca positif export import yang tinggi. Rata-rata $ 25 miliar (Rp. 250 trilyun).

Prabowo menyebut saat itu yang terjadi adalah "perang ekonomi" karena adanya campur tangan pihak asing yang menjatuhkan nilai kurs rupiah yang mencapai penurunan 5000%.

Sungguh saya terkejut dan mencoba mencari perbandingan neraca export import saat ini. Makin terbelalak, tahun 2012 Indonesia defisit -$1,6 miliar (Rp. 16 Trilyun) dan 2013 lebih parah menjadi -$3,3 miliar (Rp. 33 Trilyun). Ini artinya, Indonesia sekarang sudah murni menjadi negara pengimpor dan sedang dalam kondisi krisis moneter sebenarnya.

Namun kita tidak dibuat tidak sadar dengan kondisi ini. Seperti dinina-bobokan.

Nah, kali ini saya tidak ingin panjang lebar membahas hal tersebut diatas. Saya ingin menggaris bawahi soal kata 'PERANG EKONOMI" yang esensinya sangat jelas bahwa kita memang sekarang sedang masuk dalam perang kemerdekaan jilid 2. Perang kedaulatan ekonomi.

Ya, saya tahu jika masih ada yang menganggap keterlibatan dan campur tangan asing khususnya Amerika adalah sekedar pengetahuan umum tanpa bukti kongkrit. Bahkan muncul semacam ledekan jika kita memberikan pertanda agar masyarakat Indonesia waspada terhadap campur tangan Amerika lagi terhadap hajatan Pilpres 2014. Katanya, "Iya, si copras-capres ini emang antek amerika--tuh lihat hidungnya segitiga". Ckckck...!

Coba sekarang mereka kita paksa membaca bocoran dokumen TOP SECRET yang saya unggah di google drive ini dengan link: https://docs.google.com/file/d/0BzmAljPlsjuoVXU1bmxjU09zZ1E/edit

Mungkin kita baru sadar dan terkejut.

Betapa memang Amerika dan sekutunya punya kepentingan yang sangat besar terhadap negara yang sangat kita cintai ini--INDONESIA!

Bahkan sejak negara kita ini berdiri tahun 1945 di zaman Bung Karno, pak Harto dan kini SBY.

13985587251913354451
Sumber: Top Secret

Boleh cek documen pertama bernama "Pentagon Pappers: Eisenhower Administration" tahun 1953 yang diberi tanda stabilo kuning --sangat jelas dituliskan jika Presiden Eisenhower saat rapat dengan gubernur-gubernur Amerika mengatakan:

--"Anda benar-benar tidak paham, mengapa kita begitu peduli dengan sebuah sudut di tenggara Asia (Indonesia)."--

--"jika kita kehilangan semua itu, bagaimanakah dunia bebas akan mempertahankan 'empire" Indonesia yang kaya?"--

--Jadi ..., ketika Amerika Serikat memutuskan mengeluarkan $400 juta dolar (tahun 1953) untuk membantu perang itu, kita tidak memilih untuk program "giveaway". Kami memilih cara termurah yang kami bisa untuk mencegah terjadinya sesuatu yang paling mengerikan bagi Amerika Serikat--khususnya keamanan kita, kekuatan dan kemampuan untuk mendapatkan hal-hal tertentu kita butuhkan dari kekayaan di wilayah Indonesia, dan dari Asia tenggara."--

Bagaimana? Mengerikan bukan? Dokumen ini dengan sangat gamblang menjelaskan bahwa kekayaan alam kita memang diburu Amerika dan sekutunya untuk dihisap.

Gayung bersambut pun muncul dari tetangga kita paling selatan--Australia. Dokumen-dokumen tersebut juga menginformasikan tentang pengetahuan Pemerintah Australia akan pergerakan untuk membuat Maluku, Sulawesi Selatan, Aceh, Maluku Utara dan Sumatera Tengah untuk merdeka dari Pemerintah Indonesia.

Walau pun--alhamdulillah sampai kini masih lebih banyak rakyat Indonesia yang memilih bersatu dibawah panji Merah Putih dan Pancasila

Ditambah dokumen lain yang mengkonfirmasi tentang bantuan kemanusiaan Amerika dan Australia sebagai cara menekan pemerintah Indonesia agar tidak menasionalisasi perusahaan minyak Amerika yang beroperasi di Indonesia.

Bahkan kita juga bisa melihat bagaimana tahun 1961--Australia membuat pendataan peralatan perang yang dimiliki oleh Indonesia, lengkap dengan analisa jangkauan pesawat TNI AU, kapasitas kekuatan TNI AD, ketakutan Australia akan kendali Papua Barat oleh Indonesia yang menjadi ancaman nyata untuk Australia yang ingin membentuk "Australian New Guinea" dan Australia Timur.

Belum lagi keinginan Amerika dan Australia agar Indonesia menjadi "ramah" terhadap ekonomi Singapore. Halah, preeeeet!

Makin menjengkelkan tentu berita kabel Kedutaan Australia di jakarta tahun 1965 yang berisi tetantang partisipasi Australia dalam menjatuhkan Pemerintah Soekarno.

Nah, itu fakta dari dokument TOP SECRET yang tersimpan dengan baik dan baru dibuka 30 tahun kemudian karena adanya UU untuk membuka dokumen negara ini.

Dokumen yang jelas menunjukan tujuan utama mereka yang sangat sederhana: Memastikan rejim yang berkuasa, "berkuasa sesuai" dengan kehendak mereka.

Lalu sekarang di tahun 2014 ini - tahun pergantian presiden Indonesia, apakah publik Indonesia akan kembali tunduk pada skenario Amerika, ataukah kita bisa memilih pemimpin kita sendiri?

Apakah 30 tahun dari sekarang, tahun 2044 ketika dokumen-dokumen yang hari ini dicap TOP SECRET oleh pemerintah Amerika dibuka, kita atau mungkin anak dan cucu kita akan menangis karena kalah pada skenario Amerika--atau bangga karena berhasil mengalahkan mesin propaganda media mereka untuk mengangkat presiden 'boneka"?

Saya kembalikan lagi kepada saudara-saudara sekalian sebangsa setanah air, walau saya tetap akan memilih berjuang demi Indonesia yang berdaulat penuh secara ekonomi, dan berdaulat penuh secara politik.

Selamat pagi dan tetap MERDEKA...! 
 

TNI AL Tingkatkan Patroli di Indonesia Timur


Patroli TNI AL
Patroli TNI AL

Sebanyak 14 kapal perang RI (KRI) dan dua pesawat jenis Cassa disiagakan menjaga pengamanan teritorial perairan laut Timur Indonesia. “Hingga saat ini ada 14 KRI yang rutin melakukan patroli pengamanan di laut Indonesia Timur, ya belum ditemukan pelanggaran hukum yang dilakukan kapal asing,” ungkap Komandan Gugus Keamanan Laut (Guskamla) Armada Timur Indonesia Laksamana Pertama TNI Heru Kuswanto di sela-sela perncanangan Hari Gerakan Malaria di Biak, Jumat (25/4/2014).
Ia mengakui luasnya wilayah perairan laut Indonesia dengan menyimpan beragam potensi kekayaan alam laut sangat rentan terjadinya pelanggaran hukum yang dilakukan oleh kapal asing. “Untuk mengantisipasi kasus pelanggaran hukum di wilayah perairan Indonesia, setiap waktu belasan kapal perang TNI AL berpatroli mengawasi wilayah teritorial laut Indonesia,” ujarnya.
Menyinggung wilayah perairan Papua yang rawan akan kasus pelanggaran hukum karena berbatasan dengan negara tetangga PNG, Komandan Guskamla mengatakan hingga sekarang masih sangat kondusif sehingga terus dilakukan pengamanan melalui kegiatan patroli KRI.
Ia menegaskan bahwa setiap kasus pelanggaran hukum yang terjadi di wilayah perairan teritorial Indonesia maka jajaran prajurit Guskamla akan meindak tegas sesuai aturan yang berlaku. “Jika terbukti ada kapal asing yang melakukan pelanggaran hukum di wilayah teritorial laut Indonesia Timur akan ditindak tegas sesuai hukum di Indonesia, ya kondisinya sekarang masih aman-aman saja,” ujar perwira bintang satu TNI AL.
Hingga saat ini aktivitas pelayaran di sepanjang perairan laut Kabupaten Biak Numfor tampak berjalan normal seperti hari biasanya.

JKGR. 

Integrated Armed Forces

Penyerahan Jabatan Marsdya TNI Boy Syahril Qamar, S.E. selaku Kasum TNI (dalam rangka pensiun) kepada Panglima TNI di Mabes TNI Cilangkap Jakarta, Jumat (25/4/2014) (Poskota)
Penyerahan Jabatan Marsdya TNI Boy Syahril Qamar, S.E. selaku Kasum TNI (dalam rangka pensiun) kepada Panglima TNI di Mabes TNI Cilangkap Jakarta, Jumat (25/4/2014) (Poskota)

TNI sedang mempelajari joint civil-affairs, joint civil-military operation dan joint military operations yang diharapkan bisa diekspresikan pada pemerintahan baru nanti. Menurut Panglima TNI Jenderal Moeldoko, konsep kerjasama ini didefinisikan sebagai meta gabungan, yang bukan hanya gabungan antar angkatan saja.
“Integrated Armed Forces merupakan suatu hal yang menarik dan tepat, karena joint pattern merupakan suatu isu pelatihan dan pendidikan utama bagi negara maju, bahkan pasukan khususnyapun digabungkan dalam suatu tim operasi gabungan”, ujar Panglima TNI dalam sambutan acara penyerahan Jabatan Marsdya TNI Boy Syahril Qamar, S.E. selaku Kasum TNI (dalam rangka pensiun) kepada Panglima TNI di Mabes TNI Cilangkap Jakarta, Jumat (25/4/2014).
Panglima berharap Integrated Armed Forces ini akan diwujudkan mulai dari tataran konsep hingga implementasi. Keberadaan ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) harus menjadi basis pembagian kompartemen strategis yang cukup logis, sebagai kriteria untuk pembagian komando gabungan, dengan asumsi bahwa dua atau lebih komando gabungan akan menerima beban tugas yang besar terhadap axis ancaman terdekat, baik di tingkat nasional maupun regional.
Latihan Gabungan TNI 2013
Latihan Gabungan TNI 2013

Dalam kaitan itu TNI harus melakukan rasionalisasi gelar kekuatan secara jelas. Berhitung sederhana, bila ancaman simetrik sementara belum ada, atau masih berada pada tataran most likely no symmetric’s threat, maka fokus area strategi TNI harus diarahkan pada empat small scale conflict atau boleh saja disebut medium scale conflict, empat titik seperti Aceh, Maluku, Papua dan Poso. “Hal ini sangat masuk akal, mengingat ancaman asimetrik dan skala konflik dari terendah sampai menengah melekat dalam perusuh di keempat wilayah tersebut”, ujar Jenderal Moeldoko.
Turut hadir dalam acara tersebut, antara lain: Wakasad Letjen TNI M. Munir, Wakasal Laksdya TNI Hari Bowo, Wakasau Marsdya TNI Sunaryo, Irjen TNI Letjen TNI Geerhan Lantara, Dansesko TNI Marsdya TNI Ismono Wijayanto dan para Asisten Panglima TNI serta Kapuspen TNI Mayjen TNI M. Fuad Basya.

Militer dan Kepolisian Berbeda Doktrin Penanggulangan Teror

 
Di negara negara demokratis pada umumnya penangangan teroris yang terjadi di dalam negeri dilakukan oleh unsur unsur non militer seperti kepolisian yang dibantu departemen terkait. Karena memang rata-rata tindak terorisme lebih didekatkan ke unsur pidana. Sama halnya negari kita, terorisme berdasarkan UU no 16/2003 tentang penanggulangan tindak pidana terorisme, oleh karenanya lembaga yang dianggap berwenang menangani hal ini adalah Polri. Tetapi karena terorisme juga tidak melulu membawa dampak korban sipil yang tidak berdosa saja, amat mungkin keamanan nasional juga menjadi taruhannya, banyak negara juga menyertakan militernya untuk berperan aktif dalam penanggulangan terorisme. Oleh karena banyak negara yang mengantisipasi hal ini dengan membentuk satuan anti teror yang fleksibel yang berbasiskan kepolisian namun mempunyai kemampuan seperti dimiliki militer yang biasa disebut sebagai paramiliter.

GSG-9

Contohnya Perancis memiliki Groupe d’Internvention de la Gendarmerie Nationale (GIGN) dan Jerman dengan Grenzschulzgruppe (GSG-9). GIGN meski dalam struktur organisasinya dibawah militer, tetapi dalam beroperasi menggunakan aturan pada umumnya kepolisian. Sedangkan GSG-9 jelas satuan ini berada di bawa kepolisian federal Jerman. Namun, negara seperti Inggris menggunakan militernya seperti SAS (Special Air Service) untuk menangani terorisme tetapi jelas tidak berdiri sendiri tapi “in conjunction with” pihak kepolisian. Jadi memang tampaknya institusi non-militer, atau tidak purely military yang digerakkan duluan untuk penanggulangan teror yang terjadi.

SAS Inggris

Lalu dimanakah militer negeri kita ditempatkan dalam upaya penanggulangan terorisme? Pemerintah kita tampak lebih cenderung menempatkan pasukan anti teror milik TNI berada di belakang Polri seperti yang tampak saat ini. Densus 88 menjadi leading sector dalam operasi penanggulangan tindak terorisme di negeri ini. Densus 88 sendiri lebih mirip seperti GIGN dan GSG-9 yang dicontohkan di atas. Berbasis kepolisian dan dilatih serta dilengkapi untuk mampu melakukan close quarters battle (CQB), atau pertempuran jarak dekat melawan teroris bersenjata. Ada catatan saya dalam hal ini. Dalam latihan gabungan TNI-Polri yang pernah saya ikuti, dua doktrin yang berbeda dijadikan satu menangani suatu kasus terorisme bersama sama dengan beban tanggungjawab yang dipikul sama mempunyai kelemahan. Lalu dimana letak kelemahannya? Militer dan kepolisian di manapun di dunia diciptakan berbeda doktrinnya. Militer adalah instrumen kekerasan milik negara yang diberi otoritas untuk menggunakan senjata dalam mempertahankan negara dari serangan militer negara lain. Itu adalah hakekat universal, tapi tentu saja dalam perkembangannya militer digunakan bukan melulu untuk mengatasi agresi militer negara lain. Mengatasi bencana dan penanggulangan terorisme adalah bagian dari tugas yang juga umum dilakukan militer dimanapun di dunia. Sedangkan kepolisian pada umumnya didefinisikan bebas sebagai institusi penegakan hukum, melindungi masyarakat di dalamnya serta menciptakan ketertiban. Namun, juga dipersenjatai, tapi jelas senjata ini adalah dalam rangka menegakkan hukum itu sendiri.

Densus 88 Polri

Dengan doktrin demikian maka penggerakan satuan penanggulangan teror TNI adalah apabila derajat ancamannya sudah sedemikian serius yang membahayakan keamanan nasional secara umum. Oleh karena amat mungkin kelompok teroris yang melawan dipastikan berakhir dengan kematian. Sebaliknya satuan anti teror milik Polri diharapkan lebih ditujukan untuk melumpuhkan daripada mematikan personil teroris. Satuan Gultor milik TNI dibekali senjata utama sub-machine gun seperti Hk MP-5 kaliber 9mm untuk keperluan close quarters battle (CQB). Sedangkan Densus 88 saat ini menggunakan senjata M4A1, assault rifle sebagai kelengkapan utama disamping pistol semi otomatik 9mm. Kaliber senapan serbu M4A1 ini 5,56 mm jelas tidak masuk katagori sub-machine gun. Dalam hal daya bunuh M4A1 lebih besar dari pada Hk MP5. Ini adalah terbalik, seharusnya satuan gultor Polri menggunakan sub-machine gun sedangkan TNI bisa menggunakan sub-machine gun dan assault rifle. Tergantung dengan jenis operasi yang dilakukan. Menggunakan sub-machin gun apabila satuan Gultor TNI dioperasikan untuk pembebasan sandera. Sub machine gun yang berkaliber 9 mm ini pada umumnya tidak akan menembus tubuh sasaran sehingga tidak membahayakan orang yang ada di baliknya. Dengan demikian kemungkinan kematian jiwa karena ketidak sengajaan dapat diminimalisir. Dalam operasi pembebasan sandera, keselamatan sandera adalah prioritas tertinggi yang harus dicapai oleh satuan penindaknya.

Sat 81 Gultor Kopassus

Perbedaan doktrin ini juga yang mendasari satuan penanggulangan teror yang berbasis kepolisian dilatih bukan untuk membunuh tetapi melumpuhkan. Contoh pasukan khusus anti teror milik Perancis, GIGN dilatih untuk menembak dengan senjata utama sub machine gun dengan sasaran di bahu untuk melumpuhkan sasaran teroris. Tujuannya memang diharapkan para begundal teroris ini masih hidup dan dapat diseret ke pengadilan. Kalau akhirnya dijatuhi hukuman mati pelakunya itu berdasarkan keputusan pengadilan. Sebaliknya satuan Gultor TNI dilatih untuk mematikan. Oleh karena mereka di latih untuk menggunakan senjatanya menembak di kepala, dengan cara double tap (menembak cepat dua kali) untuk memastikan sasaran yang ditembak mati.
Jadi dalam konteks penanggulangan teror di negeri kita memang tampak ada ironi dalam kasus ini, TNI menggunakan standar submachine gun untuk CQB sedangkan Polri malah menggunakan assault rifle. Jadi semua tersangka teroris sudah bisa dipastikan mati secara extra judicial. Di luar keputusan pengadilan. Ini jelas tidak sejalan dengan apa yang tertuang dalam UU yang menyebutkan terorisme sebagai tindak pidana, yang semestinya para teroris dilumpuhkan kerena kesaksiannya diperlukan di pengadilan.

Mekanisme Penggerakan Militer yang Diharapkan
Lalu bagaimana mekanisme hubungan antara militer dan Polri yang diharapkan dalam latihan gabungan anti teror yang baru saja berlalu? Pengalaman saya pada saat membawa Sat-81 Gultor Kopassus beberapa tahun lalu (mudah-mudahan tidak sama dengan mekanisme latihan yang baru lalu), semua unit anti teror (Sat-81 Kopassus, Den Bravo-90, Den Jaka dan Brimob/Gegana, Densus 88 belum ada) diberi sasaran yang berbeda dalam suatu kurun waktu yang sama yang Gedung DPR-RI Senayan disimulasikan sedang dikuasi kelompok teroris. Artinya semua satuan penanggulangan teror baik milik TNI maupun Polri mempunyai level yang sama dalam melakukan tugasnya. Tidak ada mekanisme penyerahan kewenangan penindakan dari kepolisian ke militer. Latihan di masa lalu tiap satuan anti teror TNI dan Polri di beri sasaran masing masing. Setelah tiap satuan selesai melaksanakan tugasnya yang ditandai dengan terbunuh dan tertangkapnya teroris maka hasilnya dilaporkan ke komando yang lebih tinggi dalam struktur manajemen krisis. Berbeda secara mekanisme, seperti contoh di Inggris, tanggunjawab penanggulangan teror dalam negeri pada umumnya tetap di pundak kepolisian. SAS digerakkan apabila memang kapasitas kepolisian dipandang tidak bisa mengatasi situasi yang terjadi. Artinya level SAS lebih tinggi dari kepolisian dalam konteks kemampuan penindakan terorisme, namun kepolisian berdasar UU lebih berwenang. Terjadi serah terima kewenangan dalam hal ini. Setelah melakukan penindakan SAS menyerahkan kewenangannya kembali di pihak kepolisian. Sampai bertemu lagi di pengadilan. Disinilah diharapkan latihan yang diadakan tampak mengatur mekanisme penyerahan kewenangan penindakan terorisme dari Polri kepada TNI, dan setelah selesai diserahkan kembali ke tangan Polri. Sehingga mekanisme ini sejalan dengan UU no 16/2003 tentang penanggulangan tindak pidana terorisme yang memberikan kewenangan Polri dalam upaya penanggulangan terorisme di tanah air. Mekanisme ini sekaligus menampakkan bahwa kemampuan penindakan terorisme TNI mempunyai derajat yang lebih tinggi dibanding satuan milik Polri.

FBI Special Force

Penanganan terorisme dalam negeri di USA juga bukan langsung di pundak militer, tetapi di era kini lebih ke Homeland Security dan dinas federal FBI yang memang mempunyai unit unit anti teror. Militernya digerakkan di luar negeri untuk menggebuk terrorist. Namun dalam kondisi tertentu militer juga dapat digerakkan untuk menangani terorisme di dalam negeri seperti terorisme yang terkait dengan Nubika (nuklir, biologi dan kimia), dimana militer mempunyai alat, skill dan personel yang lebih lengkap dibanding institusi lain. Dengan demikian militer ditempatkan sebagai institusi yang digerakkan sebagai upaya terakhir terakhir (last resort) atau karena pertimbangan derajat ancaman yang pada akhirnya harus ditangani oleh militer apabila terjadi di dalam negeri. Tetapi penggerakan militer tetap dengan mekanisme menyerahkan tugas dan kewenangan dari tangan institusi non militer seperti kepolisian ke militer. Mengapa demikian? Karena rata-rata negara demokratik menggolongkan tindakan terorisme di dalam negeri adalah sebagai tindak pidana. Oleh karena kepolisian lebih tepat menangani. Di negeri kita jelas menyatakan terorisme sebagai tindak pidana, dengan demikian satuan penanggulangan teror milik TNI ditempatkan berada di belakang Polri dalam posisi siap membantu kapan diperlukan. Latihan yang baru lalu mudah-mudahan sudah mengambarkan penyerahan kewenangan penindakan dari Polri ke TNI.

TNI sebagai the last resort dalam penanggulangan teror mengandung konsekwensi untuk dilengkapi dengan baik. Asumsinya adalah sebagai pamungkas manakala diperlukan harus berhasil. Oleh karena tidak semestinya dalam era kini ada yang masih berpikir kalau TNI tidak diberiperan dalam upaya penanggulangan teror. Karena hal ini hanya masalah waktu dan kesempatan. Anggapan ini seharusnya tidak ada apabila satuan anti teror TNI juga dilengkapi dengan alat, tingkat ketrampilan, dan personel yang lebih baik dari satuan sejenis milik Polri. Mudah-mudahan situasi saat ini demikian dan bukan sebaliknya justru alat milik TNI amat tertinggal dibanding milik rekan Polri. Pemerintah mempunyai tanggungjawab untuk memperhatikan isu ini.

Penutup

Hal yang lebih penting lagi tidak perlu ada diskusi mana yang lebih tepat menangani militer atau kepolisian hingga seolah ada “rebutan” pelaksanaan tugas. Apabila kita mengetahui posisi masing masing tampaknya kita bisa saling menyiapkan dari menghadapi setiap kemungkinan ancaman yang terkait dengan terorisme. Satuan Gultor TNI akan digerakkan manakala derajat ancaman semakin meningkat dan berada di luar kemampuan satuan anti teror Polri untuk menangani. Mudah-mudahan pimpinan kita juga tidak mengambil “middle route,” antara tugas militer atau kepolisian dalam penindakan terorisme dengan digelarnya latihan bersama yang justru malah mengaburkan tingkat kewenangan dan kemampuan ke dua institusi yang berlatih bersama. Tapi sudah harus jelas memberikan batasan kemampuan antara TNI dan Polri. Latihan gabungan ini seyogjanya bertujuan untuk melatihkan mekanisme, dan prosedur penanggulangannya. Bukan seperti di masa lalu yang lebih cenderung menunjukkan kepada masyarakat bahwa TNI dan Polri kompak dalam pemberantasan terorisme. Saat ini yang dibutuhkan adalah mekanisme yang sesuai dengan aturan hukum dan perundangan yang sudah efektif. Militer membantu tugas Polri dalam penanggulangan terorisme manakala Polri mempunyai keterbatasan. Apabila belum terakomodasi dalam peraturan maka perlu dibuat aturannya tentang kapan waktu penyerahan kewenangan penindakan terorisme dari Polri ke TNI. Sehingga akan tampak batasan Polri dan kemampuan TNI dalam penanggulangan terorisme yang terjadi di negeri kita. Dengan demikian komentar orang seperti Neta S. Pane tidak perlu membuat dongkol kita semua, tetapi dijadikan sebagai bagian dari materi evaluasi latihan yang akan datang.

Oleh: Kol. Inf Joko Putranto MSc.

Sabtu, 26 April 2014

BTR-40 : Panser Yang Nyaris Jadi Besi Tua

BTR-40 hasil retrofit Bengkel Pusat Peralatan TNI-AD

Satu lagi inventaris alutsista TNI-AD yang berusia sepuh, yakni panser BTR (Bronetransporter)-40. BTR-40 bisa dikategorikan sebagai mesin perang satu angkatan dengan tank amfibi PT-76/BTR-50P buatan Rusia yang legendaris. Yakni sama-sama didatangkan pada awal tahun 1960-an. Meski menyandang ”gelar” BTR, panser ringan ini tidak mempunyai kemampuan amfibi. Pada masanya BTR-40 sangat diunggulkan sebagai kendaraan taktis berpenggerak roda 4×4.
Persiapan konvoi BTR-40 TNI-AD

Diperkirakan populasi BTR-40 di Indonesia mencapai 85 unit. Dan seperti halnya mesin perang ex Rusia, BTR-40 sempat terbengkalai dalam waktu lama akibat ketiadaan suku cadang. Bisa dikatakan sebagian panser ini telah menjadi besi tua. Sadar akan jumlahnya yang relatif banyak dan kualitas baja yang cukup baik. BTR-40 pada tahun 1995/1996 dicoba untuk ”dibangkitkan” dari ”kubur”. BTR-40 mengalami program retforofit besar-besaran. Utamanya mencakup penggantian mesin dari bensin ke diesel, perangkat komunikasi, rangka, persenjataan, dan masih banyak lainnya. Program retrofit BTR-40 dilakukan oleh Direktorat Peralatan Bengkel Pusat Peralatan TNI-AD. BTR-40 hasil retrofit pertama kali diperlihatkan ke publik pada pameran ABRI di tahun 1995.
Tapi perubahan yang cukup mudah dilihat adalah dilengkapinya BTR-40 hasil retrofit dengan atap model tetutup. Hal ini menjadikan personel dan awak panser terlindungi dari serangan peluru lawan. BTR-40 retrofit pun kini sudah dilengkapi air conditioner. BTR-40 dirancang dengan beragam versi, TNI-AD memiliki tipe APC (Armoured Personel Carrier) dengan bekal standar senapan mesin kaliber 7,62 atau 12 mm. Dengan desain persenjataan yang terbilang minim, akhirnya diputuskan sebagian BTR-40 disalurkan untuk satuan Brimob Polri. Di tangan Polri, justru BTR-40 banyak mengemban penugasan, contohnya keterlibatan BTR-40 dalam menumpas GPK GAM di Aceh.
BTR-40 Polri, dirancang untuk penangkal aksi huru hara
BTR-40 Retrofit Polri saat beroperasi di Aceh

Sejarah BTR-40
Pengembangan desain BTR-40 dimulai pada awal tahun 1947 oleh biro Gorkovsky Avtomobilny Zavod (GAZ). Rancang bangun BTR-40 didasarkan dari kendaraan truk tipe GAZ-63 4×4 yang berbobot 2 ton. BTR-40 sejak tahun 60-an hingga kini masih digunakan di banyak negara, terutama di negara-negara sahabat Rusia, seperti RRC, Vietnam, Korea Utara, eks Jerman Timur, Ukraina, Polandia, Yaman Utara, Cuba, dan Mesir. Bahkan Israel pun sempat memiliki BTR-40 hasil dari rampasan perang saat melawan Mesir.
BTR-40 versi awal milik pejuang Palestina
Beragam varian BTR-40

BTR-40 terbilang fleksibel untuk urusan persenjataan, selain versi APC, BTR-40 juga bisa disulap sebagai pengusung mortir dan dapat dipasangi kanon anti serangan udara tipe ZPTU twin gun kaliber 14,5 mm. Di lingkungan TNI-AD, BTR-40 ditempatkan sebagai komponen unit kavaleri di beberapa Kodam di luar pulau Jawa.
BTR-40 dengan kanon anti AA ZU23 kaliber 14,5mm

BTR-40 Retfofit TNI-AD/Polri
Tentu BTR-40 di era Sukarno berbeda dengan BTR-40 di era reformasi. Untuk urusan body memang tetap dipertahankan, tapi pada versi retrofit ditambahkan armoured steel plate armox 500S setebal 6 hingga 8 mm. Ini menjadikan BTR-40 punya atap, dan personil lebih terlindungi baik dari serangan lawan dan cuaca hujan/panas.
Rangka BTR-40 yang nyaris jadi besi tua
Proses retrofit di Bengkel Peralatan TNI-AD
BTR-40 Retrofit dengan senjatan GPMG 7,62 mm tanpa kubah
Dari sisi mesin, BTR-40 retrofit menggunakan dapur pacu Isuzu 4 BEI motor diesel dengan 4 silinder. Jumlah percepatan yakni 5 maju dan 1 mundur, tipe silinder Isuzu MSA 5G. Kecepatan maksimumnya 100 km/jam dengan jarak jelajah 660 Km. Bandingkan dengan BTR-40 versi jadoel, mesin menggunakan jenis GAZ-40 motor bensin dengan 6 silinder. Jumlah percepatan 4 maju dan 1 mundur, kecepatan maksimumnya hanya 80 Km/jam dengan jarak jelajah 288 Km. Jelas dari performa mesin, BTR-40 retrofit punya kinerja yang jauh lebih baik.
BTR-40 TNI-AD tanpa kubah
Bagaimana dengan persenjataan? Untuk versi kavaleri TNI-AD, BTR-40 dilengkapi variasi pilihan senjata, diantaranya pelontar granat otomatis AGL 40mm, senapan mesin berat kaliber 12,7 atau senapan mesin ringan kaliber 7,62 mm GPMG. Untuk menjamin keamanan awak penembak, BTR-40 dilengkapi kubah lapis baja yang dapat berputar kesegala arah. Bila panser terjebak di medan perang tak perlu khawatir, BTR-40 dibekali pelontar granat asap kaliber 66 mm sebanyak 8 tabung. Untuk keamanan pengemudi, BTR-40 punya kaca anti peluru dari jenis bullet protective glass setebal 62 mm dengan kemiringan 45 derajat.
Ruang kemudi BTR-40
BTR-40 milik AD Rusia
Bila BTR-40 jadoel tak dilengkapi alat komunikasi, BTR-40 retrofit sudah dibekali radio komunikasi tipe PRC 64. Sebagai kendaraan dengan kemampuan four wheel drive, BTR-40 sangat siap untuk terjun di medan off road. Kemampuan ini semakin afdol berkat penambahan alat pionir seperti kapak, skop, gergaji, dan kabel sling. Untuk jelajah off road, BTR-40 dibekali winch, pada versi jadoel winch digerakan secara mekanis pada gearbox dengan beban tarik 5 ton. Sedangkan pada BTR-40 retrofit, winch menggunakan jenis electronic ramsey model RE10.000 dengan beban tarik 4,5 ton. (Haryo Adjie Nogo Seno)

Spesifikasi BTR-40 Retrofit
Panjang : 4,780 meter
Lebar : 1,880 meter
Tinggi : 2,695 meter (versi kanon dengan kubah)
Mesin : Isuzu 4 BE1 Diesel
Berat kosong : 4960 Kg
Berat tempur : 6000 Kg
Awak + personel : 10 orang
Radius putar : 6,7 meter
Kapasitas tanki : 110 liter
Kecepatan max : 100 Km/jam
Sumber listrik : Alternator 24 volt

“TRUE STORY” Secuil Kisah Awak Hiu Kencana

Kapal Selam Whiskey Class Project 613  Rusia yang sudah nonaktif di ST Petersburg
Kapal Selam Whiskey Class Project 613 Rusia di ST Petersburg (photo: Soulim Mikhail)

“TRUE STORY”

Secuil Kisah-kisah Awak “Hiu Kencana” yang tidak terpublikasikan
Kisah ini sengaja saya tulis berdasarkan catatan-catatan tertulis yang saya punya dan juga cerita-cerita dari para “Silent Warrior” pinisepuh saat mereka dulu bertugas mengawaki “Hiu-hiu besi” kita dalam menjaga Kedaulatan NKRI yang mungkin selama ini belum pernah terpublikasikan. Dan tulisan ini saya dedikasikan juga kepada seluruh “Beliau-beliau” itu, berikut juga para “Silent Warrior” muda yang kini masih bertugas mengawal NKRI. Dan tulisan ini saya buat secara bersambung (soale dibuat di sela-sela kesibukan saya).
Gili Genteng dan “Torpedo” yang hilang.

Kredit Foto : Bilik Hitung Penembakan Torpedo TAS L2 KS Whiskey Class
Kredit Foto : Bilik Hitung Penembakan Torpedo TAS L2 KS Whiskey Class

Gili Genteng merupakan sederet pulau-pulau yang terletak di sebelah timur Pulau Madura. Dideretan pulau pulau ini juga terdapat pulau lain, antara lain Gili Iyang, dan masih banyak lainnya, Laut luas, kedalaman lebih dari cukup, dan yang pasti bukan merupakan jalur lalu lintas kapal niaga, kesemuanya merupakan faktor ideal yang menunjang pemilihannya sebagai Daerah Latihan KS kita. Penduduk pulau pulau ini penghasilannya dari bercocok tanam rata-rata jagung. Di samping itu mereka juga memelihara ternak yang kebanyakan kambing. Hal ini membuat awak KS kita akan dengan mudah memperoleh seekor kambing muda, untuk menu santap malam setelah selesai latihan seharian. Biasanya dalam memperoleh kambing itu selain dengan pembelian juga ditambah barter, tukar dengan bahan perlengkapan kita, seperti makanan dalam kaleng, roti kabin atau lain lainnya, yang jarang bisa diperoleh dipasaran bebas. Awak KS kita biasanya menerima kambing tersebut sudah dalam bentuk dipotong potong, bersih dan tinggal memasaknya doang. Semua masih lengkap, kepala, sampil, jeroan, kaki, dan, terutama yang harus dicek: “torpedo”nya! Karena ini yang pasti jadi rebutan nantinya. Dan begitu Komandan tahu anak buahnya membeli kambing, betul juga, beliau yang nomor satu pesan : “torpedone kanggo aku lho ya!” udah deh kalo Komandan udah bersabda kayak begitu itu yo anak buah musti patuh!.
Waktu terus berlalu dan tibalah saatnya makan malam. Juru masak yang mau memasak masakan pesanan khusus Komandan, mencari bahan pesanannya Komandan tadi, tetapi entah kenapa tidak berhasil menemukannya. Tentu saja, alamat yang ditujunya pertama kali untuk melaporkan kehilangan tersebut adalah Sersan Mulyono, Jabatan utamanya Pak Mulyono ini adalah Juru TAS-L dua, alias Torpedo Elektrik, sedangkan jabatan rangkapnya menjadi Bintara Polisi. Otomatis kalau ada sesuatu yang berkaitan dengan pelanggaran hukum, seperti ada sesuatu yang hilang, maka ia yang paling dahulu mengurusnya. Sersan Mulyono tentu saja kalang kabut mendengar kehilangan ini. Dia mencarinya bersama dengan sang Juru Masak, mulai dari Ruang Satu sampai Ruang Tujuh, tidak lupa trium Ruang Diesel pun dilongok kalau-kalau ada yang nekad menyembunyikannya di sana. Dia juga bertanya kesetiap orang yang dicurigai, tetapi hasilnya tetap nihil. (ya iyalah, mana ada maling mau ngaku!) Akhirnya, karena putus asa sang Bintara Polisi ini menghadap Perwira Jaga, minta ijin mengumumkan pengumuman penting.
Setelah mendapat clereance, “OK, silahkan”. Dan mulailah pengumuman penting tersebut terdengar lewat MKTU, ia mengumumkan : ”….perhatian ruangan ruangan, siapa tadi yang makan (maaf) Biji P*l*r Komandan….” Dengan nada tinggi. (kesal mungkin dia).
Tentu saja seluruh Awak KS tertawa mendengar pengumuman yang konyol macam itu!.
Yang pertama kali kaget sudah pasti sang Perwira Jaga yang sudah mengizinkan Sersan Mulyono tadi, bisa diganyang Komandan dia ada pengumuman kayak itu. Untungnya Komandan saat itu Pak Antonius Soebiyarto (terakhir Laksamana Muda, alm) melihat wajah Sersan Muljono yang memelas, udah enggak sampai hati lagi akan marah. Beliau yang saat itu ada dianjungan cuma komentar: ”sembrono betul bocah iki...”,

Kalah taktik dengan Komandan di Pasir Putih.
Daerah Latihan KS di Pasir Putih suasananya agak lain dari di Gili Genteng. Walaupun sama sama selesai latihan KS lego jangkar, tetapi KS lego tepat di depan Pantai Wisata Pasir Putih, pada jarak yang tercapai oleh perahu karet. Tentu saja, acara pengisian baterai setiap pulang dari latihan tetap merupakan acara rutin, tetapi kan bisa saja diatur, Perwira Pendorong Satu jaga baterai dan Perwira Pendorong Dua pesiar ke pantai. Besoknya gantian.
Dan begitulah, walaupun telah ditetapkan bahwa pesiar paling lambat pulang jam 22.00 atau jam sepuluh malam, maksudnya untuk menjaga kondisi badan para awak selama latihan, akan tetapi toh dalam kenyataannya ada saja awak KS kita yang bandel yang justru berangkat pesiar pada jam 23.00 alias jam sebelas malam!.
Tentu saja, caranya bukan dengan menstart mesin Johnson (motor tempel untuk menenagai perahu karet) dari tepi lambung kapal. Tetapi perahu karet didayung dulu sampai agak jauh sehingga suara start mesin Johnson tidak akan kedengaran oleh Komandan. Kayak-kayaknya taktik SEAL pun kalah dengan taktik pengelabuan musuh yang dilakukan oleh para awak KS kita ini.
Pulang pesiar mereka melakukan hal yang sama. Mesin Johnson dimatikan jauh-jauh sebelum mendekat ke lambung kapal, lalu perahu karet didayung perlahan lahan dan naik bergantian, yang satu menolong yang lain. Suatu saat dalam “silent operation” semacam ini saat pulang, ada anggota jaga yang kebetulan berada di atas geladak. Dan Holdman Satu Sersan Supardi, sambil melempar tali buangan dengan ramahnya menegur: “hey, Komandan sudah tidur ya…?” Yang ditanya diam saja tetapi menerima lemparan tali buangan dari perahu karet dan membantunya mengikatkannya pada tupai tupai.
Yakin atas kebaikan hati sang anggota jaga yang membantunya mengikat perahu karet, tetapi masih merasa belum memperoleh jawaban yang pas sang Holdman Satu mengulangi pertanyaannya, “Hey, ditanya kok diam aja, Komandan sudah tidur ya…” Kali ini ada jawaban, suatu suara yang khas sekali dan berat: “ Belum, Dik…” . Betapa terkejutnya sang Holdman Satu dan keseluruhan penumpang gelap yang pesiar melebihi batas waktu yang ditentukan, soalnya yang menjawab itu justru Komandan sendiri! Infiltrasi SEAL awak KS kita ketangkap basah langsung oleh Komandan Pak Antonius Soebiyarto Alm, yang justru menggunakan jurus taktik Speznatse.
Kebayangkan habis itu hukumannya kayak apa?

Technical Assistance Rusia.
Sadaca alias latihan terintegrasi, khas Rusia bukan hanya dilakukan kalau ada pergantian pejabat, dalam hal ini, Komandan atau KKM. Bila kapal baru selesai perbaikan besar, dan lama berada dalam dock, misalnya, maka team secara keseluruhan harus melaksanakan sadaca. Begitu juga dengan KRI Bramastra 412 setelah selesai perbaikan besar, kapal juga diharuskan menjalani sadaca, untuk mengingatkan awak kapal akan tugasnya, setelah sekian lama nongkrong di atas dock! Perbaikan besar KRI Bramastra ini tadinya ditangani oleh “Projek 613” yang lengkap dengan Technical Assistance dari Rusia, tetapi dalam rangka peristiwa G30S/PKI mereka lalu ditarik pulang kembali semua. Perbaikan jadi agak terkatung katung, dan lama baru selesai. Setelah diyakini, bahwa kapal memang telah siap, diadakanlah sadaca, berturut turut mulai sadaca satu dan dua. Tiba giliran sadaca tiga, di laut, kita mengundang para Technical Assistance Rusia, yang dulu ikut memperbaiki kapal ini, untuk kita minta pertanggungan jawaban atas perbaikan dan modifikasi (kalau ada) yang dilakukannya. Mereka memang berjanji akan datang. Dan, sebagai biasa, orang Timur, untuk menyambut kedatangan mereka, yang kita anggap sebagai tamu terhormat, kapal dilengkapi dengan bumbu serta makanan khas Rusia, antara lain adalah acar bawang putihnya.
Singkat cerita KS telah ada di daerah Latihan Gili genteng. Untuk kesekian kalinya, kapal dipersiapkan untuk berlayar dan bertempur, serta dilanjutkan dengan persiapan kapal untuk menyelam. Semua katub katub yang harus ditutup telah ditutup, dan yang memang harus terbuka telah diberi kedudukan terbuka. Ruangan ruangan laporan kesiapan menyelam. Sekarang, giliran KKM dan orang Rusianya melakukan pemeriksaan kebenaran kedudukan katub. Pemeriksaan berjalan lancar, semua katub berada dalam kedudukan yang benar. Tetapi, begitu selesai memeriksa ruangan belakang, yang lalu dilanjutkan kepemeriksaan ruangan depan, mereka kembali ke Sentral, Ruang Tiga, dengan wajah yang tegang. Ketika salah satu awak KS kita ada yang bertanya dengan bahasa Rusia yang sepotong sepotong, “dawarits, pachimu eto, karazow?”, enggak disangka-sangka, tanpa basa basi, mereka menjawab ”nyet, nyet karazow…” lalu naik keanjungan, dan dari sana mereka berdua langsung terjun ke laut dan berenang ke kapal TCB Rante Kombala yang bertugas mengawasi KS KRI Bramastra menyelam.
Awak KS kita tadi enggak mau bertanya lagi kepada mereka, apakah mereka mau ikut meyelam dengan kita atau tidak. Habis jawabannya udah pasti sih: “nyet! nyet!”
Terus bagaimana dong? apa mau kembali ke pangkalan dan tidak menjalankan pengujian kelayak lautan kapal hanya karena mereka para Technical Assistance Rusia tidak mau ikut menyelam? Komandan Squadron Kapal Selam saat itu Letnan Kolonel Rahadi, setelah berunding dengan Komandan kapal dan KKM lalu memutuskan dengan atau tanpa orang Rusia kita akan tetap melaksanakan pengujian kelayak lautan kapal selam KRI. Bramastra. Yang penting harus hati hati dan sesuai prosedure serta segala sesuatunya dilaksanakan dengan bertingkat, step by step. Jadilah kita melaksanakan pengujian kapal tanpa Technical assistance dan nyatanya kita juga berhasil menguji kapal dengan baik. Kapal dinyatakan lulus serta mendapat sertifikat layak berlayar, menyelam dan bertempur!
Catatan kecil :
Sadaca : Latihan terintegrasi, khas Rusia
Karazow : Baik, bagus, prima.
Nyet karazow : Tidak bagus
Pachimu eto : Bagaimana itu
Dawarits : Sapaan kepada teman atau saudara
Nyet : Tidak.

Kredit Foto : Mantan KSAL (Pak Rudolf Kasenda Alm) saat itu masih berpangkat Kolonel saat ikut menyelam bersama salah satu KS. Whiskey Class.
Kredit Foto : Mantan KSAL (Pak Rudolf Kasenda Alm) saat itu masih berpangkat Kolonel saat ikut menyelam bersama salah satu KS. Whiskey Class.

Tarempa dan Kandang Babi.
Kredit Foto : kursi di Ruang II. KS Whiskey Class. meja makan, yang kalau dalam keadaan darurat, menjadi meja operasi kalau malam juga berubah fungsi menjadi tempat tidur. Sandaran kursi bisa dilipat keatas, menjadi tempat tidur gantung. Yang tidur dibawah, akan serasa tidur dalam peti mati
Kredit Foto : kursi di Ruang II. KS Whiskey Class. meja makan, yang kalau dalam keadaan darurat, menjadi meja operasi kalau malam juga berubah fungsi menjadi tempat tidur. Sandaran kursi bisa dilipat keatas, menjadi tempat tidur gantung. Yang tidur dibawah, akan serasa tidur dalam peti mati

Dalam suatu waktu KS KRI Nagarangsang 404 mendapat penugasan untuk beroperasi ke Tarempa dan patroli di Gugusan Spratley di Laut China Selatan. Karena cukup jauh, perjalanan tidak dilaksanakan langsung dari Surabaya ke Tarempa, tetapi dilakukan dengan stop over di Jakarta. Kalau sudah seperti ini KS seperti biasa dipersiapkan betul-betul sebelum melaksanakan perjalanan jarak jauh ini.
Perjalanan Surabaya ke Jakarta yang ditempuh dalam dua hari relatif biasa saja, tapi pelayaran berikutnya Jakarta ke Tarempa, baru ini yang namanya berlayar dengan kapal selam. Bayangkan perjalanan yang ditempuh dalam waktu yang hampir dua minggu, dengan jumlah awak kapal sebanyak 67 orang, dan air tawar yang dimiliki dikapal hanya sebelas ton, diulangi lagi, sebelas ton!. Bagi awak KS, dengan keterbatasan air yang dapat dibawa di tangki kapal, dapat setengah liter air tawar sehari pun sudah harus bersyukur sekali.
Setiap pagi awak KS kita biasa bangun pagi dengan selalu diiringi musik “merdu” tiupan bootsman fluit dari schipper, diiringi kemudian dengan kata kata Perwira Jaga lewat MKTU : “…perhatian ruangan ruangan, waktu bangun pagi, waktu bangun pagi…” Belum betul betul sadar dari tidur yang tidak nyenyak, yang diputus begitu drastic oleh bunyi bootsman fluit yang melengking nyaring, Awak KS diserbu lagi oleh bunyi bel krrriiiiiing tiga kali panjang, disusul banyak bel pendek, kriing kriiing kring kring tanda latihan kedaruratan. kembali dengan komentar sang Perwira Jaga: “…perhatian ruangan ruangan,…….latihan kedaruratan, kebakaran di ruang sekian di motor pesawat bantu so and so….atau kebocoran di ruang sekian, Kingston peralatan so und so bocor…..”, ini berlangsung setiap pagi dan di setiap hari lho!.
Setelah genap dua minggu akhirnya sampai juga KRI Nagarangsang 404 ketempat tujuan, Tarempa. Peran muka belakang, lalu kapal sandar dan akhirnya setelah dua minggu berturut turut mencium bau laut, awak KS kita mencium lagi bau daratan. Setelah selesai apel, (sekedar untuk untuk meyakinkan bahwa selama pelayaran tidak ada awak kapal yang jatuh di laut mungkin, hehehe…) semua bebas untuk pesiar.
Pesiar?
Ya Pesiar!
Pesiar di sini itu mencari tempat untuk mandi. Hehehe… (bayangkan dua minggu enggak mandi-mandi) dan kondisi Lanal Tarempa saat itu jangan dibayangkan kayak sekarang wong WC nya saja saat itu terbatas sekali jumlahnya dan biasanya itu sudah jatahnya Komandan!.
Gugus Aju (hehehe… pinjam istilah Marinir biar keren) dari beberapa orang awak KS yang telah lebih dahulu keluar memberikan informasi bahwa di Utara dermaga ada sungai yang cukup besar, bisa menampung seluruh anggota untuk mandi sekaligus. Wah, ini dia. Grup Pendarat berikutnya, dengan membawa segebok pakaian kotor segera mengikuti petunjuk regu aju tadi, menuju ke sungai.
Betul juga ada sungai yang cukup luas, jernih lagi. Tanpa perlu ada komando lagi semua awak KS kita langsung turun, tanpa membuka pakaian dan langsung mandi sepuas puasnya. Terus terang daki yang menempel dikulit selama tidak mandi dua minggu dalam pelayaran kemarin walau udah digosok dengan sabun cap Jangkar khusus Angkatan Laut, tetap aja butuh waktu setengah jam lebih untuk itu daki-daki lepas dari kulit. Selesai mandi langsung mencuci pakaian. Bayangkan aja, setelah dua minggu tidak berjumpa air dalam jumlah yang cukup dan sekarang air berlimpah, banar-benar rasa segar yang luar biasa.
Selesai mandi, seperti biasa selalu ada saja Reconnaisance Team dari beberapa awak KS kita yang kini telah ganti pakaian bersih, yang dengan sukarela berpatroli mencari informasi intelijen tentang daerah sekitar kita. Mereka berjalan menyusur ke arah hulu sungai, tetapi pulangnya beberapa anggota tadi kelihatan memberengut dan beberapa tampak komat-kamit mulutnya kayak lagi baca doa. Setelah dekat, baru deh ketahuan kalau mereka semua bukan membaca doa, tapi mengumpat: “… sialan, di hulu sungai di atas sana ternyata ada peternakan babi dan mereka membuang kotoran babi itu langsung ke sungai tempat kita mandi ini…”.
Beeuh…
Kredit Foto : sistem tangki pemberat pokok dan sistem penghembusan KS Whiskey Class
Kredit Foto : sistem tangki pemberat pokok dan sistem penghembusan KS Whiskey Class

Membuat Heboh Pesawat Tempur USAF
Suatu waktu pada saat Angkatan Laut kita mengikuti kegiatan Latihan Bersama dengan Philipina dengan sandi Philindo (Philipine Indonesia Joint Exercise) KS Pasopati 410 kita diikutsertakan dalam latihan tersebut yang saat itu memang berlangsung di Philipina sebagai tuan rumahnya.
Kita mulai meninggalkan wilayah Indonesa, dengan memasuki wilayah Philipina lewat Laut Zulu. Pada saat mengarungi Laut Zulu ini dengan posisi berlayar di permukaan laut, KS kita sempat dibayang bayangi beberapa pesawat jet F-4 Phantom dari USAF. Mereka melintasi kapal kita dalam formasi siap menyerang, dari arah lambung memotong haluan kapal secara tegak lurus!1) Peluru kendali yang bergantungan dirak bawah sayapnya kelihatannya siap diluncurkan, kalau-kalau saja kita membuat tindakan yang provokatif seperti misalnya menyiapkan senjata.
Dapat dimaklumi, mengapa mereka membayang bayangi kita. Alasan pertama, karena kita kan menggunakan KS Whiskey class ex Soviet, sedangkan pada saat itu mereka masih sedang gigih bertikai dengan Vietnam Utara yang notabene merupakan negara satelitnya Soviet. Alasan kedua aatu mungkin yang lebih utama adalah mereka kan memiliki suatu pangkalan Angkatan Laut serta Angkatan Udara yang luar biasa besarnya di daerah Philipina saat itu, yaitu Subic Point dan Clark Field. Jadi wajar wajar saja kalau mereka memiliki ketakutan, jangan jangan ini serangan mendadak Armada KS Soviet ke Subic Point! Hehehe…
Tetapi setelah beberapa kali mengitari kita dan melihat bendera Merah Putih yang berkibar di tiang di depan samaleot 2), mereka lalu terbang satu kali lagi, kali ini sejajar dengan haluan kapal, di arah lambung kanan, sambil membuat gerakan menggoyangkan sayapnya 3) dalam seperempat roll, sebagai isyarat,”kami tahu kalau kamu kawan, selamat bertempur”! Di samping itu ternyata di bawah Komandan memang telah memerintahkan agar panggilan radio mereka yang mengkonfirmasikan identitas kita, dengan isyarat “what ship, what ship”,4) dijawab dengan jelas, “we are Indonesian Man Of War 5), submarine ship Pasopati” . Atas kewaspadaan mereka yang dianggap ada unsur keangkuhannya kayak pamer kekuatan, Komandan KS kita saat itu Pak Soeprajitno, (saat itu Lekol, terakhir beliau berpangkat Laksamana Pertama) cuma komentar: “Mister mister, mbok yaa do not worry worry too much toh mister, wong we just come to Philipine like a tourist that want to make a journey round round Manila City kok, only like that kok yaa bussy-bussy amat sih”, maksudnya, heboh bener sih mereka!
Catatan Kecil :
1. formasi serang: pesawat terbang yang menyerang kapal atas air akan lebih suka mengambil arah memotong tegak lurus haluan kapal yang diserang, sedemikian rupa sehingga mereka dapat melihat sasarannya dengan bidang tembak yang seluas mungkin.
2. samaleot: suatu sistem pipa gas bekas diesel pada saat diesel bekerja dibawah air. Dibuat demikian agar gas bekas telah menjadi dingin ketika keluar dari permuka an air, supaya tidak mudah terdeteksi oleh sensor infra merah
3. menggoyangkan sayap: code antara penerbang, terutama penerbang pesawat tempur. Bisa berarti “follow me”, ikuti saya, kalau diberikan kepada wingman nya (teman terbangnya dalam formasi terkecil), atau, kalau diberikan kepada orang lain, bisa juga berarti ”kami tahu kalau kamu kawan, selamat bertempur”.
4. What ship: suatu etika bertanya dari satu kapal (biasanya kapal pemilik hegemoni didaerah tersebut), kepada kapal lain yang melewat daerahnya. KRI Cakra 401 ketika melewati Selat Gibraltar juga medapat signal seperti itu.
5. “man of war”, suatu istilah untuk membahasakan kapal perang.
Bersambung…..



JKGR.