Rabu, 23 April 2014

Indonesia-Filipina kerja sama militer

Indonesia-Filipina kerja sama militer
Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko (kiri) salam komando dengan Panglima Angkatan Bersenjata Filipina Jenderal Emmanuel Bautista (kanan) usai memberikan keterangan kepada wartawan mengenai Philindo Mc Meeting di Hotel Borobudur, Jakarta, rabu (23/4). (ANTARA FOTO/Zabur Karuru) 

Indonesia dan Filipina sepakat mengembangkan kerja sama militer kedua negara, pada berbagai aspek, sesuai pertemuan Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko, dan Panglima Angkatan Bersenjata Filipina, Jenderal Emmanuel Bautista, di Jakarta, Rabu.

Salah satu yang akan diintensifkan adalah kerja sama intelijen di antara TNI dan Angkatan Bersenjata Filipina, di antaranya tentang aktivitas separatis Filipina Selatan.

"15 perwira TNI dipimpin seorang kolonel ada di Filipina, mereka sebagai pengamat," kata Moeldoko kepada pers, saat memberi keterangan bersama Bautista. Berbagai instansi intelijen di tubuh TNI akan bekerja sama tentang ini, "Termasuk di Kodam VII/Wirabuana," kata Moeldoko.

Menanggapi koleganya, Bautista menyatakan, "Bagi kami, TNI merupakan teman sejati. TNI termasuk yang pertama hadir saat topan Haiyan menimpa kami saat itu. Kami sangat berterima kasih."

Pada kunjungannya ke Jakarta saat ini, Bautista juga menganugerahkan medali penghargaan kepada para personel TNI yang terjun ke Filipina menanggulangi dampak bencana topan Haiyan itu. 

Masalah Ini Bikin Pertahanan Udara RI Mudah Dibobol Asing

 TNI AU saat memaksa mendaratkan pesawat asing di Meulaboh, Aceh, Kamis 10 April 2014
 TNI AU saat memaksa mendaratkan pesawat asing di Meulaboh, Aceh, Kamis 10 April 2014

Salah satu penyebab mudahnya pesawat-pesawat asing tanpa izin memasuki wilayah pertahanan udara Indonesia adalah karena Indonesia kekurangan radar udara militer. Dari sekitar 32 radar udara militer yang dibutuhkan, Indonesia hanya memiliki sebanyak 20 radar.

Hal tersebut disampaikan oleh Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas), Marsekal Muda TNI Hadiyan Suminta Admadja, ketika melakukan kunjungan evaluasi pertahanan udara di Lhokseumawe, Aceh, Rabu, 23 April 2014.

"Sementara ini yang punya kita radar militer itu 20 radar dari Sabang sampai Merauke, ditambah dengan radar-radar penerbangan sipil, itu kita manfaatkan juga. Maksimalnya, paling tidak radar militer sendiri harus ada sebanyak 32," ujar Marsekal Muda TNI Hadiyan Suminta Admadja.

Ia menambahkan, saat ini untuk menutup kekurangan tersebut pihak TNI Angkatan Udara memanfaatkan radar udara penerbangan sipil. "Saat ini kekurangan tersebut diatasi dengan cara memanfaatkan radar-radar penerbangan sipil. Kan ada radar di Medan, Cengkareng, Ambon, itu datanya kita ambil," katanya.

Panglima Kohanudnas tersebut mengakui, kekurangan itu menjadi penyebab lemahnya pertahanan udara Indonesia. Sehingga dalam beberapa kali kesempatan, pertahanan udara Indonesia dengan mudah dimasuki oleh pesawat-pesawat asing tanpa izin.

Terakhir TNI AU berhasil memaksa pesawat jenis Swearingen SX 300 untuk mendarat di Lanud Soewondo, Medan, pada 10 April 2014. Pesawat yang dipiloti warga negara Swiss tersebut memasuki wilayah Indonesia tanpa izin.
Pesawat-pesawat asing tanpa izin tersebut berhasil lolos dari pantauan pertahanan Indonesia. "Ada, ada beberapa, karena pada saat itu kita tidak punya tangannya tadi itu (kekurangan radar)," katanya lagi.

Panglima Kohanudnas direncanakan mengunjungi sejumlah daerah melakukan pemantauan dan evaluasi pertahanan udara. Setelah dari Lhokseumawe, ia direncakan mengunjungi Medan, Dumai, Surabaya, Malang, dan Congot Kulon Progo.

Anggaran Terbatas

Sementara itu, Hadiyan mengaku keterbatasan anggaran menjadi alasan banyaknya celah pertahanan udara Indonesia. Sehingga upaya yang dilakukan masih jauh dari yang diharapkan. "Keterbatasan anggaran yang di plotkan untuk TNI kan belum mencukupi, harus kita akui," ujar Hadiyan.

Menurutnya, anggaran atau dana yang dibutuhkan untuk penyediaan radar udara militer tersebut sangat mahal. Namun Hadiyan enggan menyebutkan berapa harga radar tersebut satunya. "Waduh, saya tidak bisa menyebutkan harganya. Yang jelas untuk menciptakan aman itu memang mahal," ucapnya.

Akibat dari kekurangan alat radar militer tersebut, dia mengatakan hampir setiap saat ada yang melintas di wilayah udara Indonesia tanpa izin. Kata dia, pesawat-pesawat tersebut datang dari berbagai negara tanpa dokumen dan izin lengkap.

Kekurangan tersebut menjadi penyebab lemahnya pertahanan udara Indonesia. Sehingga dalam beberapa kali kesempatan, pertahanan udara Indonesia dengan mudah dimasuki oleh pesawat-pesawat asing tanpa izin.

Mengapa Singapura Mengutik Panglima TNI soal Jam Mewah

moeldoko
Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko (sbr : securityekspose.com)
Menarik berita yang dirilis oleh situs berita Singapura mothership.sg yang dimuat pada 22 April 2014 yang menayangkan artikel dengan judul “Indonesia’s General Moeldoko Has Got an Exquisite Taste for Watches.”  Selain itu harian terkenal di Singapura, Straits Times pada 25 Maret 2014 merilis foto Panglima TNI Jenderal  Moeldoko yang terlihat mengenakan jam tangan mewah bermerek Richard Mille RM 011 Felipe Massa Flyback Chronograph "Black Kite ".
Jam tangan yang dipakai Moeldoko itu kata motherships.sg sangat terkenal di dunia, dimana jam tersebut dibuat dalam edisi terbatas, dan hanya dibuat sebanyak 30 unit di Amerika Utara dan Selatan. Harga jam tangan itu berkisar Rp 1,1 miliar.
Selain itu mothership.sg juga memberitakan juga beberapa jam tangan lain koleksinya,  seperti, IWC Pilot’s Watch Chronograph Top Gun Miramar yang seharga USD$ 12,700. Audemars Piguet Royal Oak Offshore Jarno Trulli Chronograph seharga USD$38,300, dan juga Audemars Piguet Millenary seharga USD$ 43.000.
Berita dari situs berita Singapura tersebut yang diperkuat oleh Straits Times kemudian menimbulkan kehebohan dikalangan media, khususnya di jejaring sosial media. Bermacam tanggapan, ada yang diantaranya mengaitkan, Singapura tidak suka dengan Jenderal Moeldoko karena persoalan penamaan Usman-Harun bagi kapal perang Indonesia yang sedang dalam proses pembuatan di Belanda.
Tetapi apakah sentimen media Singapura hanya sebatas persoalan itu saja?Rasanya bukan juga. Mari kita bahas soal yang nampaknya menggelikan tetapi sebenarnya bisa sangat merugikan citra Panglima TNi yang gagah itu.
Bagi kalangan high society di Indonesia, ada dua hal yang mendudukkan diri seseorang menjadi terpandang saat bertemu. Status seorang pria akan dilirik pertama dari jam tangannya, kemudian yang kedua sepatunya. Baju dan yang lainnya adalah urusan ketiga. Demikian juga dengan mobil, rumah, dan lebih tinggi lagi kepemilikan pesawat jet pribadi.
Jadi jam tangan itu sangat penting. Jam tangan limited edition yang diproduksi pabriknya hanya berjumlah terbatas sangat disukai dan si pemakai akan bangga memakainya. Demikian juga dengan sepatunya, kalau sepatunya mengkilat dari merek mahal yang berharga puluhan juta, tanpa dia bicara, kalangan sosialita akan faham ini orang berkelas.
Nah, jam tangan yang dipakai oleh Panglima TNI itu dan khusus di foto oleh kuli tinta Singapura dan kemudian di ekspose memang apabila asli harganya selangit. Terlebih dengan anjlognya nilai rupiah dari dolar AS, makin mahal harga barang kecil tapi penting itu. Kalangan anggota DPR juga termasuk yang menyukai mengoleksi jam mahal serupa.
Persoalannya, mengapa fotografer harian Straits Time Singapura Kevin Lim tertarik dan menyempatkan diri memotret tangan sang Panglima, kemudian menayangkan ke media arus utama disana. Apakah hanya karena sentimen soal Usman Harun belaka? Menurut penulis masalah penamaan kapal perang nilainya hanya sesaat, karena hanya mengganggu perasaan para pejabat di Singapura sesaat.
Masalah yang lebih besar nampaknya terkait dengan pilpres yang akan dilaksanakan pada 9 Juli 2014. Singapura jelas sangat berkepentingan dengan siapa pemimpin nasional Indonesia masa mendatang, baik presiden maupun wakil presiden. Badan intelijen Singapura SIS (Secret Intelligence Service) seperti badan intelijen lainnya (Australia, Malaysia, bahkan AS) jelas melakukan spotting, memonitor perkembangan politik serta para calon pasangan capres-cawapres di Indonesia demi untuk kepentingan nasionalnya masing-masing.
Suport informasi intelijen SIS misalnya sangat diperlukan pemerintahnya. Jaringan agen maupun informannya sangat luas, tersebar dan tertata demikian rapihnya, mereka merekrut mulai dari sopir taksi, pedagang, wartawan, ilmuwan dan seterusnya. Secara berjenjang informasi terus mengalir tahap-demi tahap hingga ke analis dan terakhir pada end user. SIS ini sangat canggih, dan diberitakan melakukan kerjasama dengan badan intelijen Amerika Serikat untuk memata-matai Malaysia sebagai tetangga dekatnya. Jelas Indonesia juga menjadi target yang realistis penting.
Nah terkait dengan pemberitaan Jenderal Moeldoko, beberapa waktu terakhir diberitakan media bahwa capres PDIP Jokowi kini sedang menggodok beberapa kandidat cawapresnya. Selain sipil, ada juga calon dari militer. Nama yang santer diberitakan adalah Jenderal TNI (Purn) Riyamizard Ryacudu, mantan Kepala Staf TNI AD dan calon kedua adalah Jenderal TNI Moeldoko yang kini masih menjabat sebagai Panglima TNI. Nampaknya disinilah inti persoalan berita jam tangan tersebut.
Berita media Singapura itu bukan hanya berita iseng kurang kerjaan belaka, tetapi ini sebuah serangan yang sangat serius apabila dikaitkan dengan pilpres. Menurut penulis inilah serangan strategis cerdik, karena apabila Moeldoko masuk radar PDIP sebagai cawapres Jokowi, kepemilikan jam mewah yang harganya aduhai itu merupakan serangan mematikan baginya. Publik menyukai Jokowi karena diberitakan  media sebagai sosok yang jujur dan sederhana.
Nah dengan pemberitaan gaya kepemilikan Jam merek Richard Mille seharga Rp1,1 miliar, maka Moeldoko mereka perkirakan akan habis. Sederhana memang serangan itu tetapi menusuk ke sesuatu yang sangat prinsip. Jelas Ibu Mega beserta elit PDIP akan berfikir ulang apabila akan menduetkan Moeldoko dengan Jokowi. Jokowi dikenal sebagai perwakilan rakyat yang  sederhana, apabila disandingkan dengan Moeldoko  yang berkelas high society dengan jam tangannya itu akan menjadi tidak matching dan bahkan akan merugikan elektabilitas Jokowi. Itulah sasaran tembak psikologisnya sebagai latar belakangnya.
Singapura jelas sudah merasa ngeri-ngeri sedap dengan beberapa sikap Moeldoko dalam kemelut pemberitaan Usman-Harun dan tidak pernah meminta maaf kepada Singapura seperti yang diberitakan. Ada yang mereka takutkan, karena Moeldoko mereka nilai keras,  berani dan tetap memegang prinsip sebagai prajurit TNI, Saat acara Air Show di Singapura tanggal 11-16 Februari 2014, Moeldoko membatalkan kunjungannya bersama-sama para Kepala Staf Angkatan, karena Singapura membatalan undangan para perwira TNI lainnya. Sikap yang diacungi jempol bagi bangsa Indonesia, tetapi jelas  sangat tidak disukai oleh Singapura.
Apa tanggapan Mabes TNI soal berita tersebut? Kapuspen TNI Mayjen TNI Fuad Basya mengatakan bahwa Panglima TNI sudah mengetahui pemberitaan tersebut dan dari hasil konfirmasinya, dijelaskan, "Wah, saya dan panglima sudah lihat beritanya. Itu memang benar jam tangannya bermerek, tapi jam China semua," kata Fuad. Apakah jawaban seperti ini dapat menyelesaikan masalah sehinga ada cap Panglima mengoleksi jam tangan palsu, Kw-1, 2 atau 3. Yang penulis tahu di Blok M, harga jam tangan Rolex kronograph asli berlapis emas seharga Rp 300 juta, kw-1 nya hanya dijual Rp1,5 juta. Ini yang perlu dipikirkan dalam melakukan counter berita.
Pertanyaannya, mengapa Ryamizard tidak diserang? Karena Jenderal yang satu ini sudah cukup lama tidak terlibat dalam urusan baik politik maupun hubungan internasional, atau mungkin ketegasan Ryamizard mereka nilai masih dalam koridor toleransi dalam ukuran mereka.
Jadi itulah kondisi menjelang pilpres 2014. Pesan moralnya, pilpres Indonesia nanti bukan hanya menjadi kepentingan bangsa besar ini, tetapi negara-negara lain akan turut campur didalamnya, karena pengaruh globalisasi yang kian menggigit. Sebagai penutup, para elit parpol masa kini sebaiknya waspada dengan politik adu domba.
Kita lihat beberapa parpol setelah berjuang lama dengan sukses, kini terancam pecah, seperti PPP dan Golkar hanya karena soal kepentingan. Prabowo kembali mengalami kesulitan mendapat boarding pass dengan mundurnya PPP akibat ada kemelut internal. Ada apa ini, kan itu pertanyaannya.  Semoga perpecahan hanya disebabkan soal kepentingan  di internal saja dan tidak ada intelijen negara lain yang ikut campur. Begitulah membaca situasi dan kondisi menjelang pilpres apabila diukur dengan sense of intelligence.
Oleh : Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen
www.ramalanintelijen.net

DMV-30 T/A: Rantis Serbu Detasemen Bravo Paskhas TNI AU

IMG-20140420-WA0005
Sejak Kopassus TNI AD kondang mengoperasikan jeep tempur Flyer 4×4 buatan Australia, di era reformasi berturut-turut satuan elit lain di lingkungan TNI juga ingin mendapatkan porsi penugasan dalam model pertempuran jarak dekat. Maklum saja, dimensi teror kian dinamis, sehingga setiap matra juga dituntut punya peran anti teror sesuai dengan wilayah penugasannya.
Setelah Kopaska TNI AL yang mengoperasikan P3 Cheetah, Detasemen Bravo (Den Bravo) sebagai pasukan elit yang usianya paling muda di lingkungan TNI, karena baru dibentuk tahun 1990, juga kedapatan rantis berupa jeep berkemampuan pertempuran jarak pendek. Dan jadilah kemudian Den Bravo mempunya DMV-30, dalam dua varian, yaitu DMV-30T (Tubular) dan DMV-30 (Armored).

DMV-30T
DMV-30T Bravo memiliki arti Dirgantara Military Vehicle, kendaraan ini menggunakan mesin berkapasitas 3.000 cc dan rangka pipa baja tubular. Dari semula rantis spesial ini dirancang untuk meningkatkan kemampuan dan kecepatan operasional tempur bagi regu pasukan khusus. Maka itu, rantis ini harus memenuhi syarat ringan namun handal, kuat serta memiliki mobilitas tinggi nan lincah.
DMV-30T
DMV-30T
DMV-30T handal untuk perang kota, mampu menapaki anak tangga tanpa masalah.
DMV-30T handal untuk perang kota, mampu menapaki anak tangga tanpa masalah.

Seperti halnya Flyer 4×4 Kopassus dan P3 Cheetah yang dipakai Kopaska, bodi DMV-30T didesain tanpa baju alias telanjang, dan disinilah peran rangka pipa tubular tadi. Meski terlihat kurus namun jangan salah, konstruksinya sangat tangguh walau menghadapi medan off road paling ekstrim sekalipun. Selain itu rangka pipa juga sanggup melindungi para awak di dalamnya walau kendaraan terguling atau terbalik. Bagi satuan elit yang punya tugas anti teror, desain bugil ini membuat prajurit bebas dan cepat bergerak keluar masuk dalam kondisi penyergapan musuh.
Kelebihan lain dari konstruksi ini adalah bobot rantis yang menjadi ringan. Kendaraan ini makin lincah bermanuver di kerapatan hutan maupun jalan sempit dalam perang kota. Tapi seperti halnya Flyer 4×4 dan P3 Cheetah, kekurangannya terletak pada zero protection bagi pasukan yang menggunakannya bila terjebak dalam perang medan terbuka. Meraka akan jadi sasaran tembak yang empuk.
DMV-30T
DMV-30T
Mampu membawa hingga 9 pasukan.
Mampu membawa hingga 9 pasukan.

DMV-30T diawaki empat orang. Rantis ini dilengkapi senapan mesin sedang, masing-masing FN Minimi kaliber 5,56 mm disamping pengemudi, dan senapan mesin FN MAG GPMG kaliber 7,62 mm di bagian atas pengemudi, ditempatkan pada dudukan atas roll bar. Kedua senapan mesin cukup handal untuk menyapu sasaran hingga radius 500 hingga 800 meter. Bahkan bila lawan yang dihadapi lebih ganas, DMV-30T pun dapat dipasangi SMB (senapan mesin berat) macam browning M2HB atau CIS 5.0 kaliber 12,7 mm. Agar punya daya gempur lebih sadis lagi, bisa pula pelontar granat otomatis AGL 40 dipasang di dudukan roll bar. Menyadari bahwa sang operator, Paskhas TNI AU punya rudal MANPADS SHORAD QW-3 buatan Cina, maka rantis ini juga dirancang nantinya untuk bisa menggotong rudal ini agar mobilitasnya dapat meningkat.
Agar memudahkan dalam operasional dan perawatan, serta tentunya irit bahan bakar, DMV-30T ditenagai mesin diesel 3.000 cc direct injection dengan sistem tranmisi otomatis. Kapasitas tangki internal di bagian belakang bodi mampu menampung 50 liter solar. Rantis ini mampu beroperasi dalam kurun waktu delapan jam. Sebagai tambahan, dua tangki eksternal menempel di samping belakang kiri dan kanan badan.
Punya mobilitas tinggi, tak sulit untuk masuk ke dalam ruang kargo C-130 Hercules.
Punya mobilitas tinggi, tak sulit untuk masuk ke dalam ruang kargo C-130 Hercules.
Senjata standarnya FN MAG 7,62 mm
Senjata standarnya FN MAG 7,62 mm

Peralatan lain sebagai kelengkapan survival di lapangan ada kapak dan skop yang ditempatkan di spatbor depan. Rantis berpenggerak 4×4 ini menggunakan heavy duty rigid axel serta suspensi double coil spring agar tetap nyaman di medan dengan kontur ekstrim, serta memiliki ground clearance yang tinggi agar mampu melibas parit, kubangan air atau lumpur dengan mudah.

Proses Kelahiran DMV-30T
Digadang untuk Paskhas TNI AU, nyatanya kendaraan ini juga tak lepas dari keterlibatan industri dirgantara, yakni ada campur tangan PT DI (Dirgantara Indonesia). Lewat divisi Engineering Service (ES) PT DI terwujudlah kemudian DMV-30T yang secara khusus memang diperuntukkan bagi Paskhas. Pesanan awal rantis ini harus bisa diselesaikan dan diserahterimakan saat perayaan HUT Koprs Paskhas 17 Oktober 2007 di Lanud Sulaiman, Bandung. Dan jadilah proses penggarapan kendaraan tempur ini harus dituntaskan dalam waktu singkat. Kabarnya ES PT DI hanya membutuhkan waktu 15 hari siang malam untuk menyelesaikan DMV-30T.
IMG-20140420-WA0004
art_2007116_153356
Dalam tahap pertama, DMV-30T akan dibuat sebanyak 12 unit untuk menggantikan/melengkapi kendaraan taktis ringan Paskhas yang sudah dimakan usia, seperti Land Rover.
Kendaraan 4×4 ini dengan bentuk terbuka berbalut rangka pipa baja diberi nama DMV-30T (Tubular). Tampilan bugil ini memang memiliki kekurangan dalam perlindungan buat awak, tapi kelebihannya adalah membuat prajurit lebih cepat dan leluasa dalam pergerakannya. Rantis ini digunakan untuk pertempuran jarak dekat, bisa membawa lima hingga sembilan personel bersenjata lengkap. Dua dudukan senapan mesin ringan kaliber 5,56 mm dan diatas untuk senapan kaliber 7,62 mm.
Spesifikasi
Awak : 4 – 9
Panjang : 4 meter
Lebar : 1,9 meter
Tinggi : 1,9 meter
Wheel base : 2,8 meter
Berat kosong : 1,5 ton
Frame body : Tubular Steel
Cover body : Alumunium
Mesin : Turbo diesel injection 3.000 cc
Tangki BBM : 60 liter

DMV-30A
Berangkat dari suksesnya pengembangan DMV-30T, Paskhas TNI AU kembali memberi kepercayaan kepasa ES PT DI untuk mengembangkan rantis untuk operasi khusus Detasemen Bravo 90. Maka selang tiga bulan dari proyek DMV-30T, maka meluncurlah rantis DMV-30A (Armored). Untuk produksi rantis ini, dipercayakan kepada PT. Sentra Surya Ekajaya (SSE), manufaktur yang juga memproduksi P3 Cheetah yang digunakan Kopaska TNI AL.
DMV-30A
DMV-30A

DMV-30A
Dari segi rancangan, DMV-30A punya desain minimalis layaknya rantis militer pada umumnya dengan perpaduan bentuk persegi dan tajam. Sekilas, DMV-30A juga mirip dengan Panhard VBL yang telah digunakan satuan kavaleri TNI AD sejak lama. Setiap bagian dikejerjakan secara matang baik sisi fungsi maupun estetikanya. Potongan plat juga terlihat rapih dan halus karena pemotongannya telah terkomputerisasi menggunakan teknik potong laser.
Untuk bagian eksterior, mulai dari depan terpasang sebuah winch, lalu pendingin mesin radioator grill berada diatas engine hood dan samping kiri kanan atas roda depan. Pada bodi samping nampak plat tambahan multiguna yang bisa dilepas pasang. Pada bagian atas terdapat dua lubang palka untuk gunner dan juga bisa berfungsi sebagai pintu darurat. Sedangkan bagian interiornya, desain kabin menyerupai pesawat terbang, penuh dengan instrumen diatas antara kepala pengemudi dan penumpang depan. Serta ada perangkat alat komunikasi diatas console box. Begitu pula pada panel pintu dalam, tulangan sebagai reinforce dan engsel pintu terlihat unik namun fungsional.
IMG-20140420-WA0003
IMG-20140420-WA0009
Konsep kendaraan ini serupa dengan Land Rover versi armored yang telah dimiliki sebekumnya oleh Paskhas. DMV-30A (Armored) mengusung mesin diesel dengan kapasitas 2.500 cc berdaya 120 PS. Dengan ground clearance tinggi dan kaki-kaki tangguh menjadikan kemampuan DMV-30A cukup mumpuni melahap medan off road, bahkan juga sanggup untuk menaiki tangga gedung untuk pertempuran dalam kota. Perlengkapan senjata yang bisa diusung di atapnya cukup variatif, mulai dari senapan mesin kaliber 7,62 mm atau 12,7 mm hingga pelontar granat AGL 40. Bahkan jika mau, peluncur rudal anti tank pun bisa dipasang di DMV-30A. Untuk dukunan tembakan, tersedia pula lubang tembak dari dalam kabin sebanyak empat titik untuk senapan serbu yang dibawa oleh personel. (Sam)

Spesifikasi
Awak : 4
Panjang : 4 meter
Lebar : 1,9 meter
Tinggi : 1,8 meter
Wheel base : 2,8 meter
Berat kosong : 3,3 ton
Material body : Armor steel level III, mampu menahan proyektil 7,62 mm
Glass panel : Armor glass Level III, mampu menahan proyektil 7,62 mm
Mesin : Land Rover 120 PS Turbo diesel injection 2.500 cc
Tangki BBM : 140 liter

RENCANA PEMBUATAN STASIUN LUAR ANGKASA INDONESIA

 
Ilustrasi stasiun luar angkasa
Ilustrasi stasiun luar angkasa

Lapan sebagai induk dari pusat teknologi luar angkasa telah lama bermimpi memberikan hadiah besar kepada bangsa Indonesia dengan berbagai hasil riset dan penemuannya. Berbagai hal telah diraih untuk dipersembahkan kepada bangsa dan negara. Beberapa hal telah dapat kita lihat dan diuji coba, seperti contoh: Lapan Surveillance UAV 02 (LSU 02), Satelit Lapan A1 (Lapan Tubsat), roket rx 1220, rx 350, rx 550 dan berbagai satelit lainnya yang mampu memberikan sumbangsih besar dalam dunia teknologi bangsa Indonesia.
Setelah berbagai riset dan penelitian dilakukan, tidak salah kiranya jika bangsa Indonesia ingin selangkah lebih maju bermimpi memiliki “stasiun luar angkasa republik Indonesia”

Sesuai dengan undang undang nomor 21 tahun 2013 tentang keantariksaan.
Hal ini mendapat persetujuan dari TNI dan KeMenham, karena nantinya dapat digunakan sebagai sarana pertahanan negara Indonesia dari LUAR angkasa. Proyek “stasiun luar angkasa Republik Indonesia” dibantu beberapa negara seperti jepang, jerman, china, sehingga “stasiun luar angkasa republik Indonesia” mirip dengan ISS.

Guna dan Tujuannya adalah:
1.Sebagai pusat penginderaan jarak jauh;
2.Pusat pengujian cuaca dan deteksi dini bencana alam;
3.Pusat operasi riset militer: kendali uav,rudal pinter, rudal balistik, sistem anti serangan udara;
4.Pusat kendali sistem radar, sains antariksa dan citra bumi dan atmosphers.
Negara yang membantu untuk point 1 dan 3 : rusia, china, jerman. Negara yang membantu point 2 dan 4 : jepang

Target dan pemantapan:
1.Riset dan uji coba awal baik roket dan modul pendukung;
2.Pelatihan calon astronot Indonesia;
3.Seleksi titik penempatan stasiun ruang angkasa;
4.Merumuskan dan memantapkan rencana;
5.Pembuatan space shuttle stasiun ruang angkasa bekerja sama dengan iss/eropa;
6.Peluncuran perdana ditargetkan 2030-2035 oleh putra putri bangsa Indonesia.
Beberapa riset telah dilakukan UNTUK mendukung RENCANA PEMBUATAN STASIUN LUAR ANGKASA INDONESIA, baik design dan teknologi roketnya, terutama roket pendorong.
Ilustrasi citra stasiun luar angkasa
Ilustrasi citra stasiun luar angkasa

BIDANG TEKNOLOGI MOTOR ROKET
Bidang Teknologi Motor Roket mempunyai tugas melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan dan perekayasaan teknologi motor roket, serta penyiapan bahan pelaksanaan kerjasama teknis dibidangnya. Dalam melaksanakan tugas, Bidang Teknologi Motor Roket menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan rencana kegiatan Bidang Teknologi Motor Roket;
b. Pelaksanaan kegiatan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Motor Roket Padat, Roket Cair dan Propulsi Maju;
c. Pelaksanaan kegiatan Perancangan, Asembling dan Pengujian motor roket padat, Roket Cair dan Propulsi Maju;
d. Pelaksanaan kegiatan Simulasi dan anlisis dinamika fluida Sistem propulsi Roket padat, Roket Cair dan Propulsi Maju;
e. Pelaksanaan kegiatan pengkajian sistem kontrol pada enjin roket cair dan serta propulsi maju serta pengujiannya;
f. Pelaksanaan kegiatan penelitian, pengembangan dan analisis untuk peningkatan performa motor roket padat, roket cair dan Propulsi Maju;
g. Pelaksanaan kegiatan pelayan pengujian dan informasi data performa system propulsi roket padat, Roket cair dan Propulsi Maju;
h. Evaluasi dan penyusunan laporan hasil pelaksanaan program
Bidang Teknologi motor roket terdiri dari sejumlah tenaga peneliti di bidang Teknik Mesin, Teknik kimia, Teknik fisika, Teknik elektro, aerodinamika, dinamika fluida, fisika, matematika terapan, termodinamika, Teknologi Material, instrumentasi, dan bidang lain yang berkaitan serta tenaga teknisi, analis dan laboran dalam jabatan fungsional yang terbagi dalam kelompok-kelompok :
a. Kelompok Penelitian Motor Roket Padat;
b. Kelompok Penelitian Enjin Roket Cair;
c. Kelompok Penelitian Propulsi Maju;
d. Kelompok Penelitian Kontrol roket Cair dan propulsi maju;
e. Kelompok Penelitian Komputasi dan Dinamika Fluida;
f. Kelompok Penelitian Data Akusisi Uji Motor Roket.

Riset Propelan dan Aerodinamika
Bidang Propelan terdiri dari sejumlah tenaga peneliti di bidang struktur mekanika, mesin, kimia, fisika, aerodinamika, fisika nuklir, matematika, termodinamika, bahan, instrumentasi, dan bidang lain yang berkaitan serta tenaga teknisi, analis dan laboran dalam jabatan fungsional yang terbagi dalam kelompok-kelompok :
a. Kelompok Penelitian Komposisi Dasar Propelan Padat;
b. Kelompok Penelitian Proses Pembuatan Propelan;
c. Kelompok Penelitian dan Pengembangan Teknologi Proses Pembuatan Propelan;
d. Kelompok Penelitian dan Pengembangan Liner-Inhibitor;
e. Kelompok Penelitian dan Pengembangan Bahan Pyroteknik;
f. Kelompok Penelitian Uji Mutu Propelan Padat;
g. Kelompok Penelitian Pembuatan Bahan Baku Propelan.

Kerja sama dengan negara luar
kerja sama dengan jepang: diwakil:i JAMSS (Japan Manned Space System) kita belajar :Pressurized Module (PM), 2) Exposed Facility (EF), 3). Experiment Logistics Module-Pressurized Section (ELM-PS), 4)Experiment Logistics Module-Exposed Section (ELM-ES), 5) Japanese Experiment Module Remote Manipulator System (JEMRMS), dan 6)Inter-orbit Communication System (ICS).
Sementara Lapan diwakili Pusteksat menjelaskan tentang program pengembangan satelit yang sudah dilakukan sejak peluncuruan satelit LAPAN-TUBSAT tahun 2007 hingga rencana pengembangan satelit di tahun 2025.dalam rangka mewujudkan peluncuran perdana 2030-2035.

Pusat peluncuran:
“Untuk bandara antariksa, posisi Indonesia di khatulistiwa, peluncuran roket nantinya di wilayah ekuator karena cenderung lebih murah. Daerah yang sedekat-dekatnya dengan ekuator yaitu Biak dan Morotai.

Kerja sama dengan TNI/kEMENHAM
Lapan memiliki cita-cita untuk dapat meluncurkan roket pengorbit satelit dan membantu pemenuhan kebutuhan persenjataan TNI. Dalam ini tni mengingkan suatu sistem kendalisatelit yang dapat meraba, mendengar, dan merasakan serta melacak baik dengan suara, panas bumi, dan titik panas,semua ancaman serangan militer. Sistem anti serangan rudal dan anti balistic misile untuk itu beberapa model satelit hasil riset telah diuji coba dan dapat diterapkan pada stasiun luar angkasa RI.

Uji coba berkala
Beberapa model roket Lapan yang telah di produksi oleh Pusat Teknologi Roket diantaranya adalah RX 320 yang merupakan jenis roket pengorbit satelit. Roket ini berhasil di uji statik pada 2 Juli 2013 di Instalasi Uji Statik Roket milik Lapan di Rumpin Bogor. Roket yang mempunyai daya dorong maksimum 6 Ton tersebut dirancang dengan tujuan untuk mendukung program pembuatan Roket Pengorbit Satelit (RPS) secara mandiri. Rencananya, RPS terdiri dari empat tingkat kombinasi dari dua jenis roket, yaitu RX-420 dan RX-320. Kegiatan uji statik roket RX 320 ini mempunyai tujuan untuk menguji validasi sistem propulsi dan menguji validasi kekuatan struktur motor roket dimana nantinya dapat dipilih jenis roket yang akan menjadi pengantar dalam mendukung RENCANA PEMBUATAN STASIUN LUAR ANGKASA INDONESIA. (by Telik Sandi).

JKGR. 

“BALANCE OF POWER” DAN KEKUATAN INTELIJEN KITA

intelijen
Sebuah negara yang memiliki kekuatan pertahanan kuat bisa dilihat dari bentuk dan pengorganisasian intelijennya. Karena dengan keberadaan institusi tersebut perkembangan setiap wilayah bisa diketahui dan dianalisis untuk diolah dan dijadikan data ketahanan wilayah.
Intelijen sebagai mata dan telinga negara, memiliki peranan sangat penting, khususnya untuk kepentingan nasional dalam menjaga stabilitas dan mengendus suatu ancaman sedini mungkin. Dahulu saat perang dingin masih berlangsung antara Uni Soviet dengan Amerika Serikat, operasi intelijen secara besar-besaran namun tertutup, digelar di tiap-tiap wilayah lawan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan masing-masing sasarannya.
Keberadaan AS dengan CIA-nya sering tercium di beberapa Negara kawasan yang menjadi bidikannya. Khususnya saat AS berusaha membendung kekuatan komunis di Asia Tenggara keberadaan CIA terasa memasuki ke semua elemen pemerintahan termasuk Uni Soviet. Ada pepatah yang mengatakan bila ingin menghancurkan sebuah Negara bersama kekuatannya maka hancurkan intelijennya terlebih dahulu. Dengan begitu Negara sasaran akan menjadi buta dan mandul sehingga bisa ditaklukkan dan dikuasai dengan mudah.
Di indonesia sendiri saat ini kita telah memiliki 5 (Lima) institusi Intelijen yaitu BIN, BAIS (TNI), BIK (Polri), Intelijen Kehakiman/Jaksa dan Intelijen Imigrasi/Bea Cukai yang mempunyai tugas pokok dan tanggung jawabnya masing-masing.
Dibentuknya intelijen bukanlah tidak ada maksud akan tetapi berguna untuk melakukan kontra intelijen di bidang ipoleksosbudhankam. Kita sadari bahwa sampai dengan 25 tahun yang akan datang kemungkinan perang secara terbuka/ konvensional ada terindikasi akan terjadi, namun demikian perang secara tertutup (intelijen) khususnya politik, ekonomi, sosial dan budaya sesungguhnya sudah dimulai dan akan menghantui kita.
Sebagai contoh Tanpa disadari perang nubika (Nuklir, Biologi dan Kimia) sudah mulai dibuka dengan mengggunakan senjata biologi secara tertutup melalui bahan makanan seperti; keracunan massal, perusakan lingkungan, wabah penyakit hewan yang menjalar ke manusia, perang narkoba dsb. Semuanya itu merupakan rekayasa negara lain yang menyerang negara Indonesia. Hal ini dilakukan untuk melemahkan negara Indonesia di bidang kesehatan, yang berdampak terhadap keseluruhan kepentingan terutama regenerasi dan lingkungan.
Intelijen yang kita miliki perlu diatur untuk menjaga stabilitas negara dari kepentingan dalam maupun luar negeri. Intelijen yang kita miliki terlihat saling tumpang tindih antara satu dengan yang lain sehingga sangat telat untuk melakukan kontra intelijen yang berasal dari luar sedangkan intelijen kita sibuk hanya menangani kepentingan dalam negeri dan sangat mudah didikte negara asing.
Semenjak berpisahnya TNI dengan Polri maka keamanan dalam negeri diambil alih oleh Polri demikian juga dengan RUU TNI terbaru yang sampai saat ini belum diselesaikan, membuat intelijen TNI dalam hal ini BAIS TNI seolah berpangku tangan karena belum memiliki legitimasi hukum melakukan penanganan dan bantuan kepada Polri maupun BIN. Akan tetapi apabila terjadi serangan teroris masyarakat akan menyoroti masalah intelijen yang tidak mampu melakukan deteksi dini dan cegah dini, di sisi lain intelijen belum dipayungi hukum untuk melakukan tugasnya sehingga tugas yang dilakukan terkesan setengah hati dan tidak maksimal cenderung takut terlibat kasus HAM. Dengan demikian untuk penanganan yang bersifat “area abu-abu” harus dikerjakan bersama-sama dengan mengutamakan kepentingan nasional dari pada kepentingan institusi.
Seiring dengan perkembangan zaman dan kecanggihan sekarang ini BAIS selaku institusi Intelijen dibawah bendera TNI diminta untuk selalu meningkatkan kemampuannya agar memiliki daya tangkal yang baik dan mampu melakukan deteksi dan cegah dini terhadap setiap ancaman secara tepat dan akurat.
ilustrasi-rahasia-negara-intelijen
Sesuai dengan amanat UU No 34 tahun 2004 tentang TNI, BAIS memiliki tugas pokok dalam menyelenggarakan kegiatan dan operasi intelijen strategis serta pembinaan kekuatan dan kemampuan intelijen strategis dalam mendukung tugas pokok TNI. Bila di lihat dari ancaman spektrum yang ada maka bisa dikatakan tugas dari BAIS lebih berat. Ancaman tersebut bisa dikategorikan menjadi dua jenis yaitu ancaman tradisional dan non tradisional. Meskipun begitu BAIS sebagai lembaga intelijen strategis harus bisa dan mampu menjadi yang terdepan dalam menjalankan tugasnya untuk menyiapkan intelijen strategis. Struktur pengorganisasian TNI yang lengkap dan memiliki jaringan intelijen yang sangat baik hingga tingkat desa sangat berpotensi dalam mendeteksi setiap ancaman yang ada.
Sebagai contoh saat Pemerintah AS meluncurkan program pendidikan bahasa Inggris, English Access Micro-scholarship Program (EAMP), kepada warga Papua. Program yang merupakan hasil kerja sama PT Freeport Indonesia, Kedubes AS, Learning Partnerships dan Universitas Cenderawasih ini, diresmikan oleh Wakil Dubes AS, Thed Osius, yang berkunjung ke Papua pada 20 Januari 2010 lalu.
Empat hari setelah kunjungan Osius (24/1/2010), keamanan di Papua kembali memanas. Sekelompok orang tidak dikenal menyerang karyawan PT Freeport Indonesia. Serangan ini menyebabkan korban luka beberapa aparat anggota kepolisian dan karyawan perusahaan tambang emas swasta milik AS tersebut.
Hasil data intelejen menyatakan kunjungan Osius sebagai bagian dari propaganda untuk lebih menancapkan eksistensi AS di Papua. Sekarang ini AS menerapkan politik dua kaki di Papua. “Satu pihak mendukung kelompok OPM yang ingin lepas dari NKRI. Pada pihak lain mendukung Papua masuk wilayah NKRI”, Indonesia musti bersikap hati-hati terhadap kebijakan AS di Papua. Sebagai contoh program pendidikan yang digulirkan AS dengan PT Freeport. “Program pendidikan bahasa Inggris ini hanya lip servis yang bertujuan memberikan citra positif AS. Padahal berapa keuntungan yang diperoleh AS mengeruk Freeport selama ini”,
Sejatinya pemerintah Indonesia juga membuat beberapa program unggulan untuk menarik warga Papua. Tapi sayangnya dana program-program yang dikucurkan itu banyak yang dikorupsi pejabat.
Tentang situasi papua yang kian memanas banyak pihak yang menuding bahwa terdapat kegiatan intelijen asing yang bermain di bumi cendrawasih. Dengan menggunakan berbagai kedok seperti LSM, Lingkungan hidup dan lain sebagainya, asing dapat leluasa memainkan perannya untuk menggoncang papua agar terangkat ke panggung internasional untuk dijadikan perhatian publik. Dengan begitu agenda mereka untuk membuat papua terlepas dari NKRI dapat berjalan dengan baik dengan dukungan PBB melalui referendum papua.
Pemain utama dibalik layar tentang “pementasan” papua sudah dapat ditebak, siapa lagi kalau bukan negara yang memiliki kepentingan terhadap hasil bumi papua yang kaya akan hasil tambang dan SDAnya untuk digunakan sebagai penopang ekonomi negaranya seperti Amerika Serikat (AS) dengan Freeport. Soal memanasnya kembali keamanan di Freeport, dan kita mencurigai pihak AS yang melakukan dengan memanfaatkan OPM.
Selain itu sebagai contoh lainnya, setelah aksi penyergapan dan pengungkapan kelompok teroris di Aceh, Pamulang, Poso dan beberapa daerah lain di Indonesia oleh pihak kepolisian, yang salah satunya berhasil menewaskan Dulmatin, apakah terorisme di Indonesia akan akan berhenti? Melihat fakta fenomenalnya, masih besar kemungkinannya aksi teror terus berlangsung.
Beberapa pengamat terorisme dan pengamat intelijen berpendapat, potensi aksi teror masih cukup besar di Indonesia. Hal ini bisa jadi karena memang ada target dari jaringan teroris dan ada sekenario tertentu terkait aksi teror di Indonesia oleh pihak asing.
Pendapat Pak Mardigu, misalnya mengatakan teroris telah membuat range target. Empat diantaranya adalah : pertama, Kepala Negara. kedua, pemimpin pilar bangsa. ketiga, pemboman atau penyerangan instalasi penting dan keempat, penyerangan kedutaan besar asing di Indonesia. Pengamat teroris ini melihat, aksi teror di Indonesia adalah bukan bagian dari rekayasa atau “proyek teror”.
Namun berbeda dengan Pak Mardigu, berdasarkan analisis dan informasi yang ada pengamat intelijen AC Manullang menyimpulkan bahwa “teroris Pamulang” dan “teroris Aceh” merupakan bagian dari permainan Amerika Serikat. Semuanya diarahkan sebagai bukti bahwa di Indonesia masih eksis kelompok-kelompok teroris. Manullang melihat AS ingin memojokkan Indonesia dengan mempersepsikan kondisi keamanan di Indonesia adalah semu. Target operation deception yang dilakukan CIA tidak lain adalah Muslim civilisation, peradaban Islam.
Sementara menurut pendapat pihak Kepolisian kita, teroris Aceh dan Pamulang itu terkait dengan keinginan pembentukan Negara Islam Indonesia (NII) dan Daulah Islam Asia Tenggara. Jaringan teroris ini ingin menjadikan Aceh sebagai basisnya. Kesimpulan pemeriksaan sementara pihak kepolisian ini didasarkan pengakuan beberapa tersangka teroris yang tertangkap. Secara historis, ideologis dan geopolitik kesimpulan polisi tersebut mendapat penguatan dari Al Chaidar. Pengamat NII ini melihat ada faksi-faksi NII yang berinteraksi dan bersinergis dengan jaringan teroris. Mereka berkeinginan menjadikan Aceh sebagai basis gerakan, karena dipandang sebagai wilayah yang aman (qoidah aminah). Selain Aceh ada juga Lombok.
Dengan kesimpulan itu, sudah jelas, akan ada target selanjutnya dalam perburuan teroris di Indonesia. Bahkan untuk memantapkan aksi kontra teror itu mulai ada “titik temu” antara Polri dan TNI. Hal ini dapat dilihat dari latihan gabungan anti teror yang digelar bersama oleh kedua institusi ini dibeberapa tempat di Indonesia.
Sebagai contoh lagi Indonesia perlu mewaspadai prediksi yang memungkinkan terjadinya Perang Pasifik II dan Perang di LCS. (jadi inget Mbah Bowo). “Pada tingkatan regional Asia Pasifik, tampak jelas bahwa betapa hegemoni Amerika Serikat semakin menurun, dan membuat sejumlah negara Asia Pasifik, seperti China, India, dan Australia serta beberapa negara ASEAN semakin memperkuat kapabilitas pertahanan yang cukup tinggi,” Bahkan dalam Buku Putih Pertahanan Asutralia tahun 2009, sudah mengisyaratkan kesiapannya untuk membangun kekuatan pertahanan dalam menghadapi kemungkinan terjadinya Perang Pasifik II pada tahun 2030.
Negara-negara tersebut telah memiliki rencana strategis pembangunan militer dan cenderung membeli alutsista untuk tujuan-tujuan ofensif, seperti kapal induk, kapal selam, kapal perusak, dan pesawat tempur. “Jika Indonesia tidak siap untuk membendung potensi ini, maka hal yang paling ditakutkan bisa saja terjadi,” hal ini sudah menjadi konsekuensi dari perubahan arsitektur dunia yang baru.
China rupanya punya bukti kuat bahwa Amerika Serikat dan Korea Selatanlah yang memicu ketegangan di Semenanjung Korea setelah keduanya memutuskan untuk melakukan latihan militer gabungan di Laut Kuning. Pantaslah China diam saja terhadap aksi Korea Utara yang menembakkan artilerinya ke beberapa daerah di Korea Selatan.
Ada beberapa laporan intelejen yang mengatakan bahwa ketegangan di Semenanjung Korea bukanlah antara Korea Utara dan Korea Selatan, melainkan antara Amerika dan China. Hal itu karena tuntutan AS terhadap China agar menaikkan nilai mata uangnya, Yuan, terhadap dolar. Akan tetapi China dengan keras menolak tuntutan tersebut dengan alasan bahwa masalah tersebut bukan masalah China, melainkan masalah dalam negeri Amerika. Akibatnya neraca perdagangan Amerika mengalami defisit terhadap China. Amerika lalu mengubah perlakuannya menjadi perlakuan bersahabat, jauh dari perlakuan agresif. Akan tetapi China tidak mengubah sikapnya, bahkan tetap bersikeras dengan kebijakannya, termasuk kebijakan mereka di LCS.
Karena itu Amerika lalu mencetak uang ratusan juta dolar untuk menaikkan kurs mata uang China. Amerika berhasil melakukannya dan berimbas juga kepada mata uang Rupiah kita tetapi Amerika menghadapi masalah inflasi keuangan di dalam negerinya sendiri dan perekonomiannya bertambah lemah. Yang lebih sialnya atas kejadian ini, China malah bertambah kuat dalam menghadapi Amerika. Atas dasar itu, Obama kemudian menyatakan, “Amerika akan menghadapi ambisi-ambisi China bukan hanya secara regional.”
Lalu dimanakah posisi Indonesia di dalam permasalahan ini? Apakah Indonesia bersama Amerika atau China? Ataukah Indonesia mengambil sikap netral, terutama setelah Amerika Serikat mengikat perjanjian dengan Pemerintah Indonesia dalam apa yang disebut dengan “Kemitraan Komprehensif”?
Benar, krisis ini diinginkan Amerika untuk memukul China ketika China menolak keinginan Amerika. Amerika ingin menarik China ke medan Perang Korea. Kemudian Amerika hendak memukul China dengan dukungan sekutu dan antek-anteknya. Alasannya, karena China telah mengancam keamanan kawasan dan regional. Amerika telah memobilisasi beberapa negara-negara Asia untuk mengepung China termasuk kepada kita. (hayo inget enggak List Penawaran dan Pengadaan Alutsista dari AS nya Bung Narayana)
Ini tentu saja bukan permasalahan Indonesia. Karena itu Indonesia wajib tidak berdiri di sisi Amerika ataupun China, betapapun upaya Amerika atau China untuk menarik Indonesia di sisi masing-masing di antara keduanya. Sebab berada di sisi China ataupun Amerika tidak akan memberikan manfaat bagi Indonesia, baik sekarang ataupun pada masa depan. Indonesia harus menjadi kekuatan yang mandiri, memiliki kehendak yang independen, dan Indonesia memiliki potensi untuk itu. dalam hal ini Indonesia sendiri harus terus berupaya membangun tiga kekuatan, yaitu kekuatan keamanan termasuk militer, kekuatan ekonomi, dan kekuatan sosial budaya secara terus menerus dan berkesinambungan. Dimana kita bisa berperan sebagai penengah yang pada akhirnya mampu membendung prediksi Perang Pasifik II dan LCS tersebut,”
Masyarakat Indonesia tentu tidak mengharapkan kemunculan intelijen represif alias “tanpa ba-bi-bu, jedor” seperti dimasa Orde Baru. Meski demikian harapan ini tidak berarti sebaliknya yaitu menjadikan institusi intelijen negara ini lemah. Maka “Jalan tengah harus diambil”, Jalan tengah yang dimaksud adalah mengakomudir tuntutan demokratisasi, prinsip-prinsip HAM dan kewenangan yang tetap dapat memperkuat posisi BIN sebagai salah satu instrumen keamanan negara. Upaya itu sudah dilakukan dengan adanya Undang-undang No. 17 Tahun 2011 tentang Intelejen Negara karena “Dalam keadaan dunia yang menuntut balance of power sekarang ini, maka kuncinya terletak di kekuatan Intelijen”.
NKRI harga mati! (by Pocong Syereem).

JKGR. 

LFX, Pengembangan Pesawat Tempur Indonesia yang Tertunda


Sejumlah penerbang turun dari pesawat tempur T-50i Golden Eagle setelah melakukan demontrasi akrobatik di Lanud Halim P.K. Pesawat tempur ini dilengkapi Radar Warning Receivers (RWR) sehingga mampu mendeteksi keberadaan musuh dari segala arah (Liputan6.co

Liputan6.com, Jakarta Dalam menjaga kedaulatan Indonesia, kebutuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista) sangat dibutuhkan dan penting. Pemerintah Indonesia saat ini mulai gencar membangun alutsista dalam negeri, salah satunya program pengembangan pesawat tempur KFX/IFX bersama Korea Selatan.

Ternyata, selain program KFX/IFX, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) juga sudah melakukan penelitian pesawat tempur supersonik yang disebut Lapan Fighter Experiment (LFX). Peneliti Utama LFX, Sulistyo Atmadi mengatakan, penelitiannya melalui program riset Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa (PKPP) Kemenristek ini untuk mendukung kemandirian pesawat tempur maupun project KFX/IFX.

"Dulunya kita kan diundang Kemenhan membicarakan tentang program KFX/IFX. Tapi kan kita belum terlibat (dalam program KFX/IFX) waktu itu karena Pustekbang Lapan itu baru terbentuk 2011. Kemudian kita mengajukan riset itu melalui PKPP Program peningkatan pendidikan perekayasa lalu kita melakukan riset semacam konfigurasi awal untuk pesawat tempur," ucap Sulistyo saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta Senin 21 April 2014.

LFX sendiri memiliki konsep sebagai pesawat latih-lanjut generasi ke 5, dan dengan kemampuan multi-misi dan dirancang agar bisa sesuai dengan kondisi geografis Indonesia. Sulistyo menambahkan, meski dengan anggaran yang sedikit, ia bersama beberapa teman sesama penelitinya sudah berhasil membuat konsep LFX kecepatan supersonik.

"PKPP itu cuma Rp 250 juta, itu untuk penelitian 5 peneliti untuk satu tahun. Rp 250 juta itu untuk honor penelitinya, pembuatan modelnya, dan sebagainya. Itu dikelola Kemenristek, setiap PKPP itu dijatah Rp 50 juta untuk setiap peneliti. Tapi kita sudah di tahap conceptual design, kita sudah merancang bentuk luarnya dan kita uji dengan terowongan angin dan simulasi CFD," imbuhnya.

Project LFX sudah dilakukan sejak tahun 2012, namun sayangnya program ini tidak berlanjut karena masalah anggaran. Selain itu, hampir seluruh tim Pustekbang Lapan sedang mengembangkan pesawat sipil N-219 bersama PT Dirgantara Indonesia.

"Cuma tahun 2012 saja, sebetulnya tahun 2013 ada penelitian intern untuk membuat model terbangnya, tapi ternyata dananya nggak ada. Selain itu tahun ini PKPP tahun ini sudah tidak ada lagi. Tahun ini sudah tidak ada lagi penelitiannya (LFX), karena hampir semua SDM terlibat di N-219 karena itu kan butuh banyak tenaga dan ini (LFX) juga belum prioritas," urai Sulistyo.

Untuk kelanjutan Program LFX, pria yang telah puluhan tahun berpengalaman di teknologi penerbangan ini menyerahkan sepenuhnya kepada Pemerintah. Karena ini merupakan program jangka panjang yang membutuhkan anggaran dan penelitian yang lama.

"Tergantung pimpinan nasional kita, bagaimana? Apakah mau meneruskan IFX kalau KFX-nya nggak jadi. Tapi waktu kita mendisain itu ada narasumber dari dokter ITB yang juga terlibat dalam program bersama Korea dan juga Pak Agung Nugroho, beliau juga terlibat dalam KFX. Jadi sebetulnya walaupun konsepnya beda, tapi hampir miriplah dengan program IFX gitu," tambahnya.

Jika diteruskan, ia berharap pemerintah membantu transfer of technology dengan negara lain agar program LFX bisa berjalan dengan cepat. Selain itu, perlu dibangun konsorsium pesawat tempur nasional.

"Pesawatnya nggak terlalu masalah, tapi instrumentasinya kalau kita mau membuat kelas generasi 5 itu sudah siluman. Kalau siluman itu Korea saja teknologinya belum dikasih sama Amerika. Jadi diberi saja tapi ilmunya tidak dikasih. Tapi kita tetap berusaha, karena kan pesawat terbang itu kan tidak hanya dalam jangka waktu 1-5 tahun. Tapi sampai jangka 15 tahun. Siapa tahu pada saat kita harus membuat, entah itu ada pengetahuan atau sudah ada negara lain yang mampu bekerjasama dengan kita," katanya.

"Kalau untuk sampai tingkat prototipe, tentu diperlukan konsorsium, karena Lapan tidak mampu sendiri. Seperti PT DI untuk industrinya, lalu BPPT karena mereka punya laboratorium, ITB dan sebagainnya. Kalau kita tugasnya sebagai perisetnya aja," jelas dia.

Sementara, dihubungi terpisah, juru bicara Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Silmi Karim menilai program LFX ini bisa dimaksimalkan agar membantu kemandirian dalam negeri. Ia berharap tim peneliti LFX bisa membantu program KFX/IFX, agar kemandirian pesawat tempur dalam negeri bisa segera terlaksana.

"Kita harus melakukan satu sinergi, baik itu penelitian atau pengembangan riset dan teknologi. Sehingga energinya itu bisa dimaksimalkan di satu tujuan. Kalau Kemenhan punya kebijakan KFX/IFX dengan Korea, terus kemudian ada Lapan dengan LFX. Nah ini kan ada 2 Energi, yang kalau dimaksimalkan lebih bagus. Intinya kita perlu memaksimalkan potensi bangsa," ungkap Silmi.
\